BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya ilmu pengukuran memiliki dua pendekatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK PSIKOMETRI SUBTES RECHENAUFGABEN (RA) VERSI REVISI PADA INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST) SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. terlihat proses perubahan ke arah yang lebih baik. Prestasi belajar merupakan hasil

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan. B. Identifikasi Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitianinimerupakanbentukpenelitiandeskriptifdenganmenggunakandua

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN 4 PENGUKURAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii

KARAKTERISTIK PSIKOMETRI SUBTES SATZERGANZUNG (SE) PADA INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST) SKRIPSI RENA ELVIRA

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan di bahas enam hal yang meliputi, identifikasi variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. 2003). Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua...

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENEITIAN. A. Desain Penelitian. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

Ringkasan Laporan Penelitian 2007

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK PSIKOMETRI SUBTES ANALOGIEN (AN) PADA INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST) SKRIPSI FITRI SUSANTI SIREGAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan : 2. Perkembangan pada abad ke-20

commit to user 32 BAB III METODE PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan pada bab metode penelitian ini meliputi: Identifikasi variabel

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komparasi Estimasi Reliabilitas Pada Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau Dari Homogenitas Dan Heterogenitas Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

KARAKTERISTIK PSIKOMETRI TES KRAEPELIN

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

CIRI & PENGGUNAAN TES. N o v i a S i n t a R, M. P s i.

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel

4. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dengan pendekatan lapangan (field research). Penelitian kuantitatif

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 207

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes psikologi memberikan sumbangsih yang efektif dalam berbagai bidang kehidupan. Perkembangan tes psikologi juga didorong oleh kebutuhan-kebutuhan yang hadir di dalam masyarakat. Maka, sebuah tes psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan tepat. Anastasi & Urbina (2007) mendefisinikan tes psikologi sebagai pengukuran yang objektif dan terstandarisasi mengenai sampel perilaku. Tes psikologi memiliki dua jenis yaitu tes kemampuan dan tes kepribadian (Kaplan & Saccuzzo, 2005). Tes kemampuan adalah tes yang mengukur keahlian individu dalam hal kecepatan dan ketepatan. Tes jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu tes prestasi, tes bakat, dan tes inteligensi. Sedangkan, tes kepribadian adalah tes yang mengukur trait ataupun temperamen individu. Tes kepribadian dibagi menjadi dua jenis yaitu tes objektif dan tes proyektif. Kedua jenis tes psikologi tersebut digunakan dalam berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, klinis, organisasi, perkembangan, maupun sosial. Salah satu yang paling berkembang penggunaannya di masyarakat adalah untuk seleksi, khususnya seleksi karyawan dalam sebuah perusahaan.

2 Praktiknya, proses seleksi tersebut menggunakan kedua jenis tes psikologi. Namun, ditemukan bahwa banyak institusi yang mengutamakan salah satu jenis tes psikologi sebagai seleksi awal proses seleksi, yaitu tes inteligensi. Tes inteligensi adalah tes yang pertama kali diberikan dalam proses seleksi karyawan, sehingga menjadi seleksi awal bagi para calon karyawan (komunikasi personal dengan psikolog Biro P3M Fakultas Psikologi USU, Rika, 20 Mei 2014, pukul 11.00 WIB di ruang P3M). Tes inteligensi adalah tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan kognisi individu yang terlihat dari perilaku-perilaku yang ditunjukkan (Anastasi & Urbina, 2007). Tes inteligensi juga dapat memprediksi performa karyawan di masa depan dan menemukan bakat-bakat yang dimiliki karyawan (Gardner dkk, 1996). Beberapa contoh tes inteligensi yang digunakan untuk penseleksian yaitu Advance Progressive Matrices, TIU-5, Tintum, Culture Fair Intelligence Test, dan Intelligenz Struktur Test (IST). Namun, umumnya lebih banyak perusahaan yang menggunakan tes inteligensi IST karena lebih mudah dan praktis (komunikasi personal dengan psikolog Biro Humanika Medan, Rola, 19 Juni 2014, pukul 13.00 WIB di Fakultas Psikologi USU). Walaupun beberapa tes inteligensi lain juga digunakan, namun yang paling sering digunakan adalah IST (komunikasi personal dengan staff Biro P3M Fakultas Psikologi USU, Adlin, 14 Mei 2014, pukul 10.00 WIB di ruang P3M). IST merupakan tes inteligensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer pada tahun 1953. Tes ini memiliki asumsi bahwa inteligensi

3 merupakan keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa dan rohani yang akan tampak jelas dalam hasil tes (Polhaupessy, 2009). Hingga kini IST banyak digunakan di Indonesia, khususnya dalam melakukan seleksi karyawan. IST yang digunakan di Indonesia merupakan IST-70 hasil adaptasi oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung tahun 1973. Tetapi, IST ini memiliki karakteristik psikometris yang kurang baik. Elvira & Rahmawati (2011) melakukan pengujian psikometris pada subtes SE dan menemukan bahwa subtes ini memiliki reliabilitas hanya sebesar 0.73. Padahal, seharusnya sebuah hasil tes inteligensi yang digunakan untuk penseleksian haruslah memiliki nilai reliabilitas 0.90 (Murphy & Davidshofer, 2003). Sirait & Garliah (2011) juga menemukan bahwa selain memiliki reliabilitas sebesar 0.65, subtes WA juga sudah tidak valid dalam mengukur konstrak yang seharusnya karena memiliki interkorelasi tinggi dengan 8 subtes lainnya. Padahal, kesembilan subtes IST sebenarnya mengukur kemampuan inteligensi yang berbeda sehingga seharusnya memiliki interkorelasi antarsubtes yang rendah pula, yaitu di bawah 0.25. Siregar & Rahmawati (2011) juga menemukan hal yang sama pada subtes AN dan dengan reliabilitas sebesar 0.728. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian Sari & Rahmawati (2011) pada subtes RA dengan reliabilitas sebesar 0.851. Reliabilitas subtes ZR juga memiliki nilai yang tidak memuaskan, yaitu hanya sebesar 0.882 (Princen & Rahmawati, 2011).

4 Berdasarkan evaluasi konten, peneliti melihat bahwa terdapat aitem yang masih menggunakan hitungan dengan nominal rupiah yang tidak lagi digunakan ataupun ditemukan di masyarakat Indonesia. Sehingga, aitem-aitem tertentu tidak lagi sesuai dengan perkembangan yang terjadi di masa sekarang. Namun, berdasarkan pengamatan peneliti, IST yang digunakan di P3M belum pernah direvisi. Padahal, suatu alat tes akan mampu menjalankan fungsi ukurnya apabila alat tersebut mampu memberikan hasil ukur yang cermat dan akurat (Azwar, 2010). Kualitas alat ukur yang baik sangat diperlukan dalam penggunaannya. Hal ini berkaitan dengan validitas dan reliabilitas yang dimiliki oleh hasil dari sebuah alat ukur. Validitas menyangkut apa dan seberapa baik tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Anastasi & Urbina, 2007). Jika hasil tes tidak valid, maka akan memberikan informasi yang salah. Hal ini tentunya akan merugikan para pengguna khususnya perusahaan karena karyawan yang terseleksi bukanlah orang yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Selain validitas, sebuah tes juga harus reliabel. Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh individu yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, aitem-aitem berbeda yang ekuivalen, atau kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina, 2007). Sebuah alat ukur dinyatakan tidak reliabel jika skor yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang signifikan antara hasil tes yang pertama dengan hasil tes yang kedua.

5 Subtes RA telah memiliki data-data analisis psikometris yang cukup lengkap. Sari dan Rahmawati (2011) menemukan bahwa subtes ini memiliki interkorelasi tinggi dengan 8 subtes lainnya, berkisar dari 0.417 sampai 0.999. Hal ini menunjukkan bahwa subtes RA tidak lagi berfungsi sebagaimana tes ini disusun oleh Amthauer pada tahun 1953. Reliabilitas subtes RA juga tidak mencapai nilai 0.90 seperti yang seharusnya karena hanya sebesar 0.851. Analisis indeks kesukaran aitem memperlihatkan bahwa terdapat 15 aitem memiliki nilai p mendekati 0 maupun 1. Padahal, Murphy & Davidshofer (2003) mengungkapkan bahwa nilai p yang baik berada pada rentang 0.30 < p < 0.70. Analisis indeks daya beda aitem menunjukkan terdapat 4 aitem yang memiliki d < 0.40, yaitu aitem nomor 77, 93, 94, dan 96. Hal ini mencerminkan bahwa aitem tersebut kurang mampu membedakan kemampuan berpikir praktis mengenai perhitungan, berpikir matematis, logisinduktif, penalaran, serta daya pengambilan keputusan individu. Rahmawati (2014) menganalisa DIF subtes ini dan menemukan terdapat 4 aitem menguntungkan kelompok perempuan yaitu aitem nomor 81, 82, 85, dan 88 dan 4 aitem menguntungkan kelompok laki-laki yaitu aitem nomor 78, 80, 87, dan 96. Adanya DIF pada 8 aitem dalam subtes RA mencerminkan bahwa tes tidak dapat menunjukkan perbedaan kemampuan antarindividu yang sesungguhnya. Sebaliknya, tes justru menunjukkan perbedaan kemampuan antarkelompok perempuan dan laki-laki. Rahmawati (2014) menemukan bahwa berdasarkan pendekatan Teori respon butir terdapat 10 aitem memiliki indeks daya diskriminasi aitem dalam

6 kategori kurang baik yaitu aitem nomor 84, 85, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, dan 95 serta terdapat 5 aitem memiliki indeks kesukaran aitem yang kurang baik yaitu aitem nomor 77, 93, 94, 95, dan 96. Walaupun secara teoritik subtes RA memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik, namun sampai saat ini tidak ada keluhan dari perusahaanperusahaan mengenai karyawan yang berhasil lolos. Hal ini mungkin dikarenakan adanya beberapa tes lain yang juga dijadikan bahan pertimbangan (komunikasi personal dengan psikolog Biro P3M Fakultas Psikologi USU, Ginting, 29 April 2015, pukul 13.00 WIB di Fakultas Psikologi USU). Akan tetapi, hal ini tidak menutup kepentingan bahwa subtes RA perlu direvisi agar kelak tidak menimbulkan kerugian bagi para pengguna IST. Beberapa subtes lain juga telah dievaluasi karakteristik psikometrinya, yaitu subtes SE, WA, AN, dan ZR dan menunjukkan bahwa subtes-subtes tersebut juga perlu direvisi. Namun, subtes RA memiliki data evaluasi karakteristik psikometri yang lebih lengkap dibandingkan keempat subtes lainnya meliputi indeks kesukaran aitem, daya diskriminasi aitem, dan deteksi DIF berdasarkan jenis kelamin. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti subtes RA dengan melakukan perevisian pada subtesnya dan menganalisa karakteristik psikometri subtes RA versi revisi tersebut. Subtes RA merupakan subtes yang berbentuk hitungan. Subtes ini dapat memberikan informasi mengenai daya pikir praktis bilangan yang dimiliki individu. Hal ini meliputi berpikir praktis mengenai perhitungan,

7 berpikir matematis, logis-induktif, penalaran, serta daya pengambilan keputusan (Polhaupessy, 2009). Reich dkk (dalam Gardner, 1996) mengungkapkan bahwa kemampuan individu dalam mengambil keputusan dan berpikir secara logis merupakan kemampuan-kemampuan yang sering dituntut dalam sebuah pekerjaan. Sehingga, penseleksian karyawan berdasarkan hal tersebut adalah hal yang kerap dilakukan (Gardner, 1996). Nyimas (2007) juga mengungkapkan bahwa kemampuan berhitung merupakan kemampuan yang penting dalam berbagai aktifitas kehidupan manusia, termasuk pula dalam hal pekerjaan. Hal-hal ini menunjukkan bahwa subtes RA merupakan subtes yang penting dalam proses penseleksian karyawan dalam sebuah organisasi sehingga alangkah baiknya jika memiliki kualitas yang baik pula. Secara umum, hal yang akan dilakukan dalam penelitian ini mencakup revisi pada 17 aitem yang ada pada subtes RA, yaitu aitem nomor 77, 78, 80, 81, 82, 84, 85, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, dan 96. Proses revisi aitem dilakukan dengan mengganti atau menghapus kata-kata yang sudah tidak cocok lagi untuk digunakan di masa sekarang secara keseluruhan ataupun sebagian. Kemudian akan dilakukan analisis psikometri pada subtes yang telah direvisi tersebut.

8 2. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yaitu: apakah aitem-aitem subtes RA versi revisi pada IST memiliki karakteristik psikometri yang baik? 3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas subtes RA pada IST sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur daya pikir praktis bilangan yang dimiliki individu dengan lebih cermat dan akurat. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan maanfaat teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk revisi subtes RA selanjutnya berdasarkan hasil uji karakteristik psikometri subtes RA versi revisi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan saran untuk penelitian selanjutnya mengenai revisi subtes RA agar kelak dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur alternatif untuk mengukur kemampuan individu dalam berpikir praktis mengenai bilangan.

9 5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada laporan penelitian ini sebagai berikut: a. Bab I Pendahuluan Bab ini menggambarkan tentang subtes RA pada IST yang memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik sehingga memerlukan revisi, identifikasi masalah, rumusan masalah, dan tujuan serta manfaat yang diharapkan dari penelitian. b. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi teori revisi tes yang digunakan sebagai landasan dalam merevisi aitem subtes RA, teori respon butir yang digunakan dalam analisa karakteristik psikometri subtes RA versi revisi, serta teori mengenai subtes RA dalam IST. c. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, karakteristik populasi, dan teknik pengambilan sampel. Selain itu juga berisi mengenai proses revisi aitem-aitem subtes RA. d. Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi deksripsi data sampel, hasil uji asumsi, hasil uji karakteristik psikometri, serta pembahasan indeks kesukaran aitem subtes RA versi revisi. e. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi rangkuman dari hasil penelitian dan beberapa saran yang diajukan untuk pengembangan penelitian.