BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Isjoni (2006:57) mengemukakan bahwa Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Kualitas pendidikan formal dapat diketahui dalam bentuk nilai prestasi belajar yang diperoleh di bangku sekolah. Namun sayang, kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah dibandingan beberapa negara. Sebagaimana terlihat pada laporan International Education Achievement (Isjoni, 2006:107) Kemampuan membaca siswa Indonesia berada dalam urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Sementara kemampuan Matematika siswa Indonesia berada dalam urutan ke 39 dari 42 negara. Adapun kemampuan IPA, Indonesia berada pada urutan 40 dari 42 negara. Mungkin tidak bangsa yang merasa puas dengan kualitas pendidikan di negaranya. Hal ini, karena standar mutu pendidikan itu dinamis, dan tidak statis. Prestasi belajar yang diperoleh siswa tentunya tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. Surya (1979:123) mengungkapkan: Adila Tsania, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1

2 2 Salah satu faktor penyebab kesulitan belajar yang terletak dalam diri siswa (internal) adalah kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa yakni inteligensi dan bakat. Kemampuan dasar inteligensi dan bakat merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar, jika kemampuan ini rendah maka hasil yang dicapai akan rendah pula, dan siswa akan mengalami kesulitan belajar jika tidak memiliki bakat dalam suatu kegiatan belajar. Pada hakikatnya setiap individu memiliki kecakapan potensial dalam dirinya. Makmun (2003:54) mengungkapkan Kecakapan potensial adalah kecakapan yang masih terkandung dalam diri yang diperolehnya secara herediter, kecakapan tersebut dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu kecakapan dasar umum (inteligensi) dan kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitudes). Dapat disimpulkan bahwa inteligensi dan bakat merupakan modal utama yang dimiliki siswa, dalam pengembangan inteligensi dan bakat tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan di sekolah. Inteligensi dan bakat berkaitan erat dengan prestasi belajar. Makmun (2003:54) mengungkapkan bahwa Prestasi belajar merupakan kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil belajar, sedangkan inteligensi dan bakat merupakan kecakapan yang masih terkandung atau bersifat potensial. Kecakapan potensial akan menjadi nyata melalui proses belajar, dan kecakapan nyata ditentukan oleh kecakapan potensial. Hal tersebut mengandung konsekuensi bahwa inteligensi dan bakat siswa itu harus dikenali agar dapat diikuti perkembangannya dengan sebaik-baiknya. Istilah mengenali disini diartikan sebagai mengetahui berapa taraf inteligensi dan bakat seseorang, untuk dapat mengukur taraf inteligensi dan bakat dapat digunakan alat psikometri yang biasa disebut tes psikologis.

3 3 Di Indonesia bermacam-macam tes psikologis telah diadaptasi dari luar negeri dan telah luas digunakan oleh tenaga ahli di bidang ini seperti psikolog dan konselor. Tes psikologi merupakan intrumen penting dalam proses assesmen, tes psikologi digunakan untuk pemecahan permasalahan praktis yang berskala luas, baik di bidang pendidikan, klinis, maupun organisasi. Dalam bidang yang lebih luas seperti klinis atau organisasi, tes psikologi digunakan oleh psikolog. Sedangkan dalam bidang pendidikan khususnya sekolah, tes psikologis digunakan oleh guru bimbingan dan konseling (konselor). Upaya pemanfaatan hasil tes psikologi dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkungan sekolah dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Pemanfaatan hasil tes psikologi salah satunya adalah dengan cara mengolah dan menganalisis hasil tes psikologi secara bersama-sama dengan data atau informasi lain, misalnya dengan data prestasi belajar siswa. Sukardi dan Kusmawati (2009:8) mengungkapkan tujuan tes psikologis dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut: Agar siswa mampu mengenal aspek-aspek dalam dirinya (kemampuan, potensi, bakat, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya), dengan mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan siswa dapat menerima keadaan dirinya secara lebih obyektif, membantu siswa untuk mampu mengemukakan berbagai aspek dalam dirinya, membantu siswa agar dapat menggunakan informasi dirinya sebagai dasar perencanaan dan pembuatan keputusan masa depan. Saat ini sudah banyak sekolah yang mempergunakan tes psikologis untuk siswanya, salah satu diantara tes psikologis tersebut adalah APM (Advances Progressive Matrices) dan IST (Intelligenz Strukture Test). APM merupakan salah satu tes inteligensi yang efektif mengukur taraf inteligensi, dan IST

4 4 merupakan salah satu tes psikologis yang mengukur bakat. Di sekolah, penggunaan tes APM dan IST dimaksudkan untuk kepentingan bimbingan dan konseling. Hasil tes APM digunakan untuk menolong siswa memahami dirinya dengan lebih baik, terutama dalam kegiatan belajar di sekolah karena inteligensi merupakan petunjuk tentang potensi belajar siswa, dengan rekomendasi yang dihasilkan IST siswa akan disalurkan pada kelas yang sesuai dengan bakat yang dimilikinya secara obyektif. SMA Laboratorium Percontohan UPI adalah salah satu sekolah yang menyelenggarakan psikotes bekerja sama dengan Laboratorium Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (LPPB FIP UPI). Salah satu tes psikologis yang sering digunakan dalam penyelenggaraan psikotes tersebut adalah APM (Advances Progressive Matrices) sebagai tes inteligensi dan IST (Intelligenz Strukture Test) sebagai pengungkap bakat yang dimiliki siswa. Hasil dari tes psikologis tersebut digunakan untuk bimbingan dan konseling, khususnya dalam kegiatan penjurusan di sekolah. Rekomendasi yang dihasilkan IST dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam penyaluran dan penempatan siswa pada jurusan yang sesuai dengan bakat yang dimilikinya secara obyektif. Kondisi tersebut merupakan salah satu alasan yang mendorong lahirnya konsep bahwa sekolah sebaiknya menempatkan peserta didik ke dalam kelas-kelas yang sesuai dengan bakatnya. Misalnya, untuk siswa yang berkemampuan tinggi di bidang IPA ditempatkan pada kelas IPA, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi di bidang IPS ditempatkan di kelas

5 5 IPS begitu pun Bahasa. Penjurusan siswa pada jurusan tertentu diharapkan dapat memberikan layanan pendidikan dan pengajaran yang sesuai sehingga prestasi belajar mereka dapat optimal. Sayangnya, harapan dilakukannya penjurusan (IPA, IPS dan Bahasa) tidak selamanya menjadi solusi bagi peningkatan prestasi belajar. Masih ditemukannya permasalahan rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa karena tidak sesuai dengan kemampuan potensial (inteligensi dan bakat) dan minta siswa. Penempatan siswa pada jurusan tertentu terkadang lebih mengutamakan pada prestasi belajar siswa di kelas sebelumnya dibanding minat dan bakatnya. Penempatan siswa pada jurusan tertentu hendaknya dapat mempertimbangkan hasil pengukuran psikologis, salah satunya tes APM dan IST. Hasil tes APM dan IST dapat dijadikan salah satu prediktor prestasi belajar. Sebagaimana yang diungkapkan Fishman (Soolistyo, 1993: 82) bahwa:...prediktor terhadap prestasi belajar dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu intelektif dan non intelektif. Prediktor yang intelektif ialah skor dari tes bakat dan tes inteligensi, angka rata-rata atau ranking di sekolah menengah. Sedangkan prediktor non intelektif ialah inventori dan tes kepribadian dan motivasi, inventori minat, interview dan rating, informasi biografis, dan inventori kebiasaan-kebiasaan dalam studi... APM dan IST sebagai tes psikologis yang sering digunakan di sekolah tentunya harus memiliki validitas yang baik. Suatu tes dikatakan valid bila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Allen & Yen (1979: 95) validitas tes dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama yaitu : (1) validitas isi (content validity), (2) validitas konstruk (construct validity) dan (3) validitas kriteria (criterion related validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas

6 6 prediktif, apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan kinerja pada masa yang akan datang. Tes APM dan IST merupakan salah satu tes psikologi yang sering digunakan untuk memprediksi keberhasilan belajar siswa di sekolah. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ausubel dan Robinson (1972:243) bahwa Sering digunakannya tes inteligensi di sekolah disebabkan karena daya ramalnya tinggi terhadap keberhasilan belajar di sekolah. SMA Laboratorium Percontohan UPI merupakan salah satu sekolah yang memanfaatkan hasil tes psikologi APM dan IST dalam pelaksanaan penjurusan siswa di sekolah. Penjurusan siswa yang didasarkan atas rekomendasi hasil IST dipercaya dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dengan asumsi, seorang siswa akan lebih memiliki prestasi belajar jika bidang yang dipelajarinya di sekolah selain sesuai dengan minat, juga sesuai dengan bakatnya. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah pemanfaatan hasil tes psikologi APM dan IST dalam bimbingan dan konseling khususnya pada proses penjurusan di SMA Laboratorium Percontohan UPI sudah mampu menempatkan siswa pada bidang yang sesuai dengan kemampuan potensialnya dan dapat memprediksi keberhasilan belajar siswa. Hal tersebut mengandung konsekuensi bahwa perlunya pengujian validitas prediktif tes APM dan IST terhadap prestasi belajar siswa. Validitas prediktif sangat penting artinya bila tes dimaksudkan berfungsi sebagai prediktor bagi performansi di waktu yang akan datang. Sekolah perlu memiliki keyakinan yang berdasar secara empirik terhadap ketepatan APM sebagai tes inteligensi dan IST sebagai tes bakat dalam

7 7 memprediksi prestasi belajar siswa. Hal ini penting terutama untuk menjawab pertanyaan apakah tes APM dan IST benar-benar dapat diandalkan atau tidak dalam menentukan prestasi belajar siswa di sekolah. Maka dari itu, penulis tertarik mengkaji secara ilmiah dengan melakukan penelitian tentang validitas prediktif skor APM dan IST terhadap prestasi belajar yang bertujuan untuk melihat seberapa besar skor inteligensi dan bakat memiliki hubungan terhadap prestasi belajar siswa sehingga membantu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Dalam suatu penelitian, perlu diketahui rumusan masalahnya. Hal ini dianggap penting, karena masalah merupakan hal pokok yang hendak dicari jawaban pemecahannya melalui suatu penelitian. Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah skor APM dan IST dapat memprediksi prestasi belajar siswa. 2. Batasan Masalah Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terfokus dan terarah. maka untuk lebih memperjelas, mempermudah dan memfokuskan penelitian, maka penulis hanya akan membahas tentang pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti berikut ini. a. Validitas prediktif diperoleh dari korelasi antara skor tes APM dengan prestasi belajar, dan korelasi skor IST dengan prestasi belajar

8 8 b. APM yang digunakan terdiri atas dua perangakat tes, perangkat pertama terdiri atas 12 butir soal dan perangkat kedua terdiri atas 36 butir soal, pelaksanaan tes dengan batas waktu, digunakan untuk mengukur ketepatgunaan kerja intelektual. c. IST mengungkap sembilan aspek bakat, yaitu SE (Satzerganzung) mengukur masalah pembentukan keputusan, WA (Wortauswah) mengukur daya berpikir verbal yang integratif, AN (Analogien) mengukur kemampuan fleksibilitas berpikir, GE (Gemeinsamkeiten) mengukur kemampuan abstraksi, ME (Merk Aufgaben) mengukur kemampuan daya ingat, RA (Rachen Aufgaben) mengukur kemampuan hitung praktis, ZR (Zahlen Reihan) mengukur kemampuan hitung teoritis, FA (Form Auswahl) mengukur kemampuan analisis dan sintesis, WU (Wurfel Aufgaben) mengukur kemampuan tilikan ruang atau tiga dimensi. Dalam penelitian ini IST deberikan secara klasikal. Setiap sub tes IST memiliki waktu dan cara pengerjaan yang berbeda. d. Data tes APM dan IST yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skor tes APM dan IST SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2008/2009, yakni ketika siswa kelas X. e. Prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah data prestasi belajar siswa kelas XII tahun ajaran 2010/2011 dalam pra ujian nasional. f. Nilai pra ujian nasional pada jurusan IPA terdiri dari nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedangkan pada jurusan IPS terdiri dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi.

9 9 C. Pertanyaan Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah pada pokok permasalahan yang hendak diteliti, penulis membuat rincian masalah sebagai pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum inteligensi siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011? 2. Bagaimana gambaran umum bakat siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011? 3. Bagaimana gambaran umum prestasi belajar siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011? 4. Apakah skor tes APM siswa ketika kelas X berkorelasi dengan prestasi belajar siswa di kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011? 5. Apakah skor tes setiap sub IST siswa ketika kelas X berkorelasi dengan prestasi belajar siswa di kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011? D. Tujuan Penelitian Tujuan umum dalam penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi mengenai validitas prediktif atau daya ramal dari skor tes Advance Progressive Matrices (APM) dan skor pada setiap sub Intelligenz Strukture Test (IST)

10 10 terhadap prestasi belajar siswa. Dari tujuan umum tersebut, penulis lebih menjabarkan lagi tujuan tersebut ke dalam beberapa tujuan khusus. Adapun tujuan penelitian secara khusus sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran umum inteligensi siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/ Mengetahui gambaran umum bakat siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/ Mengetahui gambaran umum prestasi belajar siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/ Mengetahui korelasi skor tes APM siswa ketika kelas X dengan prestasi belajar siswa di kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/ Mengetahui korelasi skor tes setiap sub IST siswa ketika kelas X dengan prestasi belajar siswa di kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011. E. Asumsi Asumsi atau anggapan dasar dalam suatu penelitian merupakan pegangan sebagai titik tolak dari proses yang dilakukan dalam penelitian. Penulis mengadakan penelitian ini dengan asumsi bahwa : 1. Sering digunakannya tes inteligensi di sekolah disebabkan karena daya ramalnya tinggi terhadap keberhasilan belajar di sekolah, (Ausubel and Robinson, 1972:243)

11 11 2. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. (Binet dalam buku Winkel, 1997:529) 3. Keragaman bakat setiap siswa menyebabkan siswa yang bersangkutan akan lebih berhasil dengan baik dalam program studi tertentu yang cocok dengan bakatnya dan kurang berhasil jika ditempatkan dalam program studi lain yang kurang sesuai dengan bakatnya. 4. APM merupakan salah satu tes yang dapat digunakan untuk mengungkap inteligensi siswa. 5. IST merupakan salah satu tes yang dapat digunakan untuk mengungkap bakat siswa. F. Hipotesis Dari asumsi di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut: Skor inteligensi dan bakat yang dihasilkan dari tes Advance Progressive Matrices (APM) dan setiap sub Intelligenz Strukture Test (IST) memiliki validitas prediktif yang positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011.

12 12 G. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk dapat menggambarkan validitas prediktif skor APM dan IST terhadap prestasi belajar siswa. H. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan UPI. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Sampel penelitiannya adalah seluruh siswa kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011 dan telah melalui penyeleksian data. Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan sampel total.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat dan bakat merupakan dua faktor internal yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Minat dan bakat merupakan dua faktor internal yang sangat erat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minat dan bakat merupakan dua faktor internal yang sangat erat hubungannya dengan pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah. Minat sebagai suatu aspek kejiwaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka di bawah ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat proses perubahan ke arah yang lebih baik. Prestasi belajar merupakan hasil

BAB I PENDAHULUAN. terlihat proses perubahan ke arah yang lebih baik. Prestasi belajar merupakan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dalam pendidikan terdapat tujuan untuk mengembangkan potensi siswa. Dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan sesuatu bangsa ditandai oleh tingkat sumber daya manusianya yang berkualitas. Berbicara tentang kualitas manusia, maka pendidikan merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil berupaya untuk menciptakan lulusan

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil berupaya untuk menciptakan lulusan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jurusan Pendidikan Teknik Sipil berupaya untuk menciptakan lulusan sebagai tenaga kerja yang memiliki keahlian tentunya tidak boleh diabaikan. Ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Psikologi mulai diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan manusia, bahkan boleh dikatakan bahwa dimana ada manusia, disana ilmu psikologi itu berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan sekarang ini menghadapkan individu pada situasi yang penuh persaingan. Situasi kehidupan ini selain memberi dampak yang positif tetapi juga memberi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Rumusan Masalah Penelitian... 5 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2014 h.13) metode kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari tingkah laku manusia merupakan salah satu peran ilmu Psikologi. Dalam mempelajari tingkah laku manusia, para psikolog melakukan berbagai jenis pengukuran.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Waktu, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan meminta data hasil psikotest IST dan motif berprestasi ke pihak Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat tes telah digunakan di Cina sejak tahun 2200 sebelum masehi, alat tes digunakan untuk seleksi pegawai negeri dan pada abad ke 19 pemerintah Inggris, Perancis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini memaparkan pendekatan penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, prosedur dan tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang obyektif, valid dan digunakan untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar terencana dalam mencerdaskan kehidupan bangsayang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah yang berisi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan masuk sebuah sekolah, calon siswa akan diberi tes untuk melihat apakah dia lulus atau tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan DesainPenelitian Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah motede deskriptif. Metode deskriptif (Arikunto, 2010: 136) merupakan metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Simpulan Mengacu pada permasalahan dan hasil pengujian hipotesis, simpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Skor subtes IST, secara bersama-sama, memiliki

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 207

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 207 DAFTAR ISI Abstrak i Lembar Pernyataan ii Kata Pengantar iii Ucapan Terima Kasih iv Daftar Isi v Daftar Tabel Vii Daftar Gambar Viii Daftar Grafik vix BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ada dua macam teori dalam ilmu pengukuran, yakni Teori Tes Modern, yang lebih dikenal dengan item response theory (IRT), dan Teori Tes Klasik. IRT dapat memberikan informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan pendidikan di sekolah diarahkan untuk memfasilitasi perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya optimalisasi potensi siswa itu

Lebih terperinci

VALIDITAS INSTRUMEN. Dalam teori tes klasik X = T + E

VALIDITAS INSTRUMEN. Dalam teori tes klasik X = T + E VALIDITAS DAN PENETAPAN MATERI-6 VALIDITAS INSTRUMEN Oleh : Amat Jaedun Pascasarjana UNY VALIDITAS Ketepatan Ketelitian Instrumen VALIDITAS Hasil Pengukuran VALIDITAS INSTRUMEN Validitas suatu tes adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intelegensi merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki manusia yang mana dapat membuat manusia berbuat secara terarah, dapat berpikir secara rasional, dan dalam menghadapi

Lebih terperinci

ASESMEN DALAM BK PPT 3 1

ASESMEN DALAM BK PPT 3 1 ASESMEN DALAM BK PPT 3 1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 1 KOMPETENSI DAN INDIKATOR Memahami pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia ini, para ahli psikologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 60) dalam bukunya menyimpulkan bahwa variabel penelitian

METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 60) dalam bukunya menyimpulkan bahwa variabel penelitian 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Sugiyono (2010: 60) dalam bukunya menyimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sipat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan

Lebih terperinci

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut:

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut: Tes IST (Intelligenz Struktur Test) merupakan salah satu tes psikologi untuk mengukur tingkat intelegensi seseorang. Tes IST sangat familiar digunakan oleh birobiro psikologi saat ini. Untuk mengetahuil

Lebih terperinci

Ringkasan Laporan Penelitian 2007

Ringkasan Laporan Penelitian 2007 VALIDASI TES INTELIGENSI SPM DAN IST PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN MALANG Oleh: Retno Mangestuti, M.Si r_mangestuti@psi.uin-malang.ac.id Rahmat Aziz, M.Si azirahma@psi.uin-malang.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang kompeten dalam bidangnya dan mampu mengembangkan kemampuan intelektual yang mereka miliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian 1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Lokasi Penelitian yang diambil oleh peneliti ada dua sekolah, yaitu SMA Darul Hikam dan SMAK 1 BPK PENABUR.

Lebih terperinci

INDIKATOR dan INSTRUMEN PENELITIAN

INDIKATOR dan INSTRUMEN PENELITIAN INDIKATOR dan INSTRUMEN PENELITIAN A. Pengertian Indikator Penelitian 1. Menurut KBBI, indikator adalah sesuatu yang dapat menjadi petunjuk atau keterangan. 2. Indikator sebagai alat atau petunjuk untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program studi para siswa (Ruslan,1986:13). Tujuan dari penjurusan (Ruslan, 1986:14), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. program studi para siswa (Ruslan,1986:13). Tujuan dari penjurusan (Ruslan, 1986:14), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan pengkhususan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses organisasi yang dimulai dari perencanaan, rekrutmen dan seleksi, orientasi, pelatihan dan pengembangan,

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN... i HALAMAN PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xix DAFTAR LAMPIRAN...xxviii

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Pendahuluan 5.2 Kesimpulan Peta Kompetensi Siswa 1) Kelompok IPA

BAB V PENUTUP 5.1 Pendahuluan 5.2 Kesimpulan Peta Kompetensi Siswa 1) Kelompok IPA BAB V PENUTUP 5.1 Pendahuluan Penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) di Provinsi Kepulauan Riau menghasilkan seperangkat data yang menggambarkan hasil penelitian untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 2

Psikometri Validitas 2 Modul ke: Psikometri Validitas 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. VALIDITAS KRITERIA 2 Validitas Kriteria Validitas Kriteria menunjukkan efektivitas suatu tes dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah 113 pasang antara siswa kelas tujuh (56 siswa laki-laki dan 57 siswa perempuan) yang berasal dari dua SMP di Bekasi

Lebih terperinci

Modul ke: Psikometri. Validitas 1. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Psikometri. Validitas 1. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Syarat alat ukur yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah: Validitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif yaitu penelitian yang memungkinkan dilakukannya observasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya menekankan pada datadata numerikal (angka) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan adalah hal yang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yaitu langkah atau cara yang digunakan untuk mendapatkan data, menganalisis data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan individu memperoleh informasi yang berguna untuk memahami bakat dan potensi pada dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mengenai program bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri

Lebih terperinci

PREDIKSI SOAL UJI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING 2015

PREDIKSI SOAL UJI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING 2015 PREDIKSI SOAL UJI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING 2015 1. Assessmen dalam kerangka kerja bimbingan dan konseling memiliki kedudukan strategis karena memiliki kedudukan sebagai fondasi dalam perancangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR Sri Wahyuni (sriwah@yahoo.co.id) 1 Muswardi Rosra 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT The aims

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian di salah satu SMAN di kota Bandung pada siswa kelas XII. Subjek penelitian pada tahap uji coba I berjumlah 12 orang. Subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur dalam batang tubuh UUD 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek/Obyek Penelitian Penelitian ini difokuskan pada kualitas validitas isi dan validitas konstruk pada alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari kemajuan ekonomi Negara tersebut. Sedangkan perkembangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Terdapat banyak cara untuk mempelajari perilaku manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Lembang. Pemilihan SMA Negeri 1 Lembang karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang telah menerapkan kurikulum

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 35 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara atau metode yang digunakan

Lebih terperinci

Sistem Rekomendasi Psikotes untuk Penjurusan Siswa SMA menggunakan Metode Modified K-Nearest Neighbor

Sistem Rekomendasi Psikotes untuk Penjurusan Siswa SMA menggunakan Metode Modified K-Nearest Neighbor Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hlm. 282-287 http://j-ptiik.ub.ac.id Sistem Rekomendasi Psikotes untuk Penjurusan Siswa SMA menggunakan

Lebih terperinci

ASSESMEN PSIKOLOGIS. Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi. Oleh : UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ASSESMEN PSIKOLOGIS. Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi. Oleh : UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ASSESMEN PSIKOLOGIS Oleh : Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA RASIONAL STANDAR KOMPETENSI KONSELOR A. MEMAHAMI SECARA MENDALAM KONSELI YANG HENDA DILAYANI B. MENGUASAI

Lebih terperinci

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

Konstruksi Alat Ukur Psikologi MODUL PERKULIAHAN Konstruksi Alat Ukur Psikologi Pengantar Tes dan Pengukuran Psikologi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61032 Dian Misrawati, M.Psi Psikolog

Lebih terperinci

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini pendidikan menjadi kunci dari perubahan dan perkembangan zaman, karena pendidikan yang menjadi penentu dan tolak ukur dari kemajuan era saat ini. Pendidikan

Lebih terperinci

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA Sri Jumini )1 1) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains AlQuran Wonosobo umyfadhil@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian 39 BAB 3 Metode Penelitian Bab ini akan membahas metode penelitian yang terdiri atas perumusan masalah, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian, alat ukur atau instrumen akan yang

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 1

Psikometri Validitas 1 Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Pengertian: VALIDITAS Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kebutuhan setiap manusia. Apalagi ketika akulturasi, globalisasi, dan modernisasi sedang berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari kata Yunani methodos yang merupakan sambungan kata depan meta (secara harfiah berarti menuju, melalui, mengikuti sesudah) dan kata benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini terbagi ke dalam delapan subtopik. Subtopik tersebut yaitu tempat dan waktu penelitian, rancangan/desain penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada Bab I telah dipaparkan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali penelitian yang menunjukkan tentang rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali penelitian yang menunjukkan tentang rendahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini banyak sekali penelitian yang menunjukkan tentang rendahnya prestasi belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pra-ujian nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Pendidikan tidak boleh dianggap sepele, karena pendidikan akan meningkatkan harkat dan martabat

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang). Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang). PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL TES INTELEGENSI IST (INTELLIGENCE STRUCTURE TEST)

LAPORAN HASIL TES INTELEGENSI IST (INTELLIGENCE STRUCTURE TEST) R A H A S I A LAPORAN HASIL TES INTELEGENSI IST (INTELLIGENCE STRUCTURE TEST) Laporan Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum PI Tes Dosen Pembimbing: Irvan Budhi Handaka, S.Pd. Di susun

Lebih terperinci

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi PENGUKURAN PSIKOLOGI Peristilahan Tes Penilaian Ujian Assesmen Pengukuran Evaluasi Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi Pengukuran psikologi mengandung makna diagnostik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang berkualitas

Lebih terperinci

Modul ke: Psikometri. Validitas 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Psikometri. Validitas 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Psikometri Validitas Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tinggi-rendahnya validitas suatu alat ukur diwujudkan dalam bentuk Koefisien

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pendekatan 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dalam menyelesaikan soal. Namun setelah diprediksi lebih lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dalam menyelesaikan soal. Namun setelah diprediksi lebih lanjut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu pengetahuan yang abstrak, sehingga kita membutuhkan pemahaman dan keterampilan yang mendalam untuk bisa menguasainya. Di antara keterampilan

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 23 4. METODE PENELITIAN 4.1. Responden Penelitian 4.1.1. Karakteristik Responden Dalam penelitian ini yang akan menjadi responden adalah karyawan sales dan marketing pada perusahaan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat, karena melalui pendidikan pengembangan berbagai potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat, karena melalui pendidikan pengembangan berbagai potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang penting dalam menunjang kemajuan bangsa dan masyarakat, karena melalui pendidikan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI & OBJEKTIVITAS DALAM PEMERIKSAAN PSIKOLOGI

KUANTIFIKASI & OBJEKTIVITAS DALAM PEMERIKSAAN PSIKOLOGI KUANTIFIKASI & OBJEKTIVITAS DALAM PEMERIKSAAN PSIKOLOGI TES: suatu metoda untuk menjaring data berupa perilaku individu yang berlangsung dalam suatu situasi yang baku ( Sundberg, 1977) BAKU BAKU ADMINISTRASI

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP PERENCANAAN PEMILIHAN JURUSAN SISWA KELAS X A TAHUN AJARAN 2014/2015

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP PERENCANAAN PEMILIHAN JURUSAN SISWA KELAS X A TAHUN AJARAN 2014/2015 KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP PERENCANAAN PEMILIHAN JURUSAN SISWA KELAS X A TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA)

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 50 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN REKOMENDASI PEMILIHAN PROGRAM STUDI MENGGUNAKAN METODE MULTIFACTOR EVALUATION PROCESS DI SMA NEGERI 1 BANDUNG Muhamad Reza Okaviana 1, Rani Susanto 2 Program Studi Informatika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan kuantitatif mengutamakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya seorang individu, memasuki dunia pendidikan atau masa sekolah formal semenjak masa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perguruan tinggi merupakan unsur pendidikan bagi siswa setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perguruan tinggi merupakan unsur pendidikan bagi siswa setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan unsur pendidikan bagi siswa setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Memiliki pendidikan di perguruan tinggi merupakan hal penting

Lebih terperinci

Penilaian Penilaian adalah suatu proses sistematik dan variatif yang meliputi pengumpulan data dan interpretasi data yang berperan sebagai umpan balik

Penilaian Penilaian adalah suatu proses sistematik dan variatif yang meliputi pengumpulan data dan interpretasi data yang berperan sebagai umpan balik STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SAINS (Sumber NSES) Oleh : Achmad Samsudin, M.Pd. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Penilaian Penilaian adalah suatu proses sistematik dan variatif yang meliputi pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap siswa memiliki perbedaan dalam memahami suatu konsep. Untuk mempermudah proses analisis pemahaman konsep, dilakukan proses pembelajaran yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan

Lebih terperinci