BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.2. LANDASAN HUKUM

dokumen-dokumen yang mirip
prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR

G U B E R N U R J A M B I

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

STANDARD PELAYANAN MINIMAL (SPM) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

STANDAR PELAYANAN MINIMAL UPT PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR : 45 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMUM RSUD BALARAJA KABUPATEN TANGERANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG Nomor 22 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja (Renja) RSUD Kota Bandung Tahun 2015 merupakan. dokumen rencana pembangunan RSUD Kota Bandung periode tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

URAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POLEWALI

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

RSUD KOTA BANDUNG RENJA 2014 BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja (Renja) RSUD Kota Bandung Tahun 2014 merupakan dokumen

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

1. Dokter pemberi pelayanan di poliklinik spesialis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 NOMOR 52 TAHUN 2008

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA RSUD KOTA SALATIGA TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BELITUNG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO

Pemberian pelayanan kegawat daruratan yang bersertifikat ATLS/BTLS/ACLS/

1 BAB I PENDAHULUAN. pengentasan kemiskinan. Tujuan MDGs di bidang kesehatan merupakan tujuan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 86 TAHUN 2001 SERI D.83 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Perbedaan jenis pelayanan pada:

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REMUNERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Jl. Cipaku No.87 Paseh Tlp. (022) Fax

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 1994 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENTENG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan Luas Bangunan Rumah Sakit terdiri dari 2 Lantai Gedung, yaitu : Lantai Bawah : 5.721,71 m 2 Lantai Atas : 813,84 m 2

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : D.4.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BAB I PENDAHULUAN. LAKIP RSUD Soreang Tahun Anggaran 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR : TAHUN 2015 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

RENCANA KERJA ( RENJA ) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG KABUPATEN BANDUNG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 31 SERI D

TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ENDE DINAS KESEHATAN KABUPATEN ENDE PUSKESMAS KOTARATU. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KOTARATU Nomor : / / / / 2017 TENTANG

PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA KLINIK DALAM STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI RS DR KARIADI SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM. Farichah Hanum

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 1999 SERI D NO. 11

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMBANTU (PPID PEMBANTU) RSUD UNGARAN TAHUN 2017

PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G POLA TARIF BLUD RSUD PROF.DR.M.A HANAFIAH SM BATUSANGKAR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung yang telah memiliki Kepala Daerah periode 2011- melalui pemilihan langsung wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Ketentuan tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2011- merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu masa bakti kepala daerah terpilih yang disusun berdasarkan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah terpilih, dimana program dan kegiatan yang direncanakan sesuai urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. RPJMD Kabupaten Bandung mengintegrasikan rancangan RPJMD dengan rancangan Renstra-SKPD, serta masukan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan pembangunan melalui konsultasi publik dan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). Dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Bandung 2011- sebagai penjabaran visi, misi dan program kepala daerah terpilih, juga berpedoman pada RPJMD Provinsi Jawa Barat, serta sumber daya yang tersedia didaerah kabupaten Bandung.Sedangkan tata cara penyusunan RPJMD Kabupaten Bandung mengacu pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ Tanggal 11 Agustus 2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM daerah, serta Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 8 Tahun 2005 tentang Tata Cara`Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah. Sebagai salah satu SKPD Pemerintah Kabupaten Bandung,RSD Soreang berkewajiban menyusun Renstra (Rencana Strategis) tahun 2011-. Dalam menyusun Renstra RSUD Soreang tahun 2011- mengacu pada RPJMD Pemerintah Kabupaten Bandung tahun 2011-. Renstra ini selanjutnya menjadi pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan RSD Soreang tahun 2005-2010. Secara substansial Renstra RSUD Soreang, memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan dengan indikator yang terukur. Dalam pelaksanaannya akan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang tersedia serta hal-hal lain yang dianggap penting antara lain Rencana Relokasi,pengelolaan keuangan sebagai Badan Layanan Umum,pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit dan kegiatan lintas SKPD serta kegiatan kewilayahan 1.2. LANDASAN HUKUM Dalam penyusunan Rencana Strategis RSUD Soreang Kabupaten Bandung Tahun 2011-, landasan hukum yang menjadi dasar pertimbangan adalah sebagai berikut: a. Landasan Idiil Pancasila b. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 1 1

c. Landasan Operasional : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4124; 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 11. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014; 12. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011; 13. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 15. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010; Nomor 0199/M PPN/04/2010; Nomor PMK 95/PMK07/2010, tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 2

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD); 18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat; 19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025 ; 20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah. 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN Berdasarkan pertimbangan di atas maka Renstra RSUD Soreang Tahun 2011- disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut: a. Maksud Penyusunan Renstra: 1. Menyediakan dokumen Renstra RSUD Soreang Tahun 2011- sebagai acuan resmi bagi RSUD Soreang dalam menentukan prioritas program lima tahunan yang digunakan sebagai pedoman dalam rencana pengembangan tahunan RSUD Soreang. 2. Memudahkan seluruh jajaran aparatur RSUD Soreang untuk memahami dan menilai arah kebijakan dan program dan kegiatan RSUD Soreang selama lima tahun. b. Tujuan Penyusunan Renstra: 1. Sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) di bidang kesehatan, yang berkedudukan sebagai dokumen perencanaan induk dengan wawasan waktu 5 tahunan. 2. Sebagai bagian dari arah pembangunan bidang kesehatan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu masa bakti Kepala Daerah terpilih. 3. Sebagai tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan RSUD Soreang. 4. Memudahkan seluruh jajaran aparatur RSUD Soreang dalam mencapai tujuan dengan cara menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah dan terukur serta memahami dan menilai arah kebijakan dan program serta kegiatan operasional tahunan dalam rentang waktu lima tahunan. 1.4. HUBUNGAN RENSTRA RSUD SOREANG DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA. Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan RSUD Soreang pada kurun waktu 2011- disesuaikan dengan prioritas Pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Bandung tahun 2010-2014 yang disusun berdasarkan capaian hasil pembangunan tahun 2005-2009 dan rencana capaian tahun 2010-2014. Keterkaitan prioritas pembangunan RPJMD Kabupaten Bandung dengan RPJMN, RPJMD Provinsi Jawa Barat, RPJP Tahap II Kabupaten Bandung. Renstra RSUD Soreang 2011- disusun berdasarkan prioritas pembangunan Kabupaten Bandung ke 3 (bidang kesehatan) yaitu Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas kesehatan,yang dimaksudkan 3

untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata di setiap wilayah, berkeadilan di setiap strata sosial ekonomi masyarakat, yang dilakukan dengan pendekatan kuratif, preventif, dan promotif. Prioritas ini selaras dengan prioritas dalam RPJPD Kabupaten Bandung Tahun 2005-2025 Tahap II yaitu peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, serta pengembangan jamkesmas, dan selaras dengan RPJMD Provinsi yaitu aksesibilitas dan pelayanan kesehatan masyarakat, juga selaras dengan RPJMN yaitu Kesehatan Selain memperhatikan RPJP dan RPJMD dan Dokumen RPJPD Kabupaten Bandung, juga memperhatikan dokumen perencanaan lainnya seperti RUTR Provinsi maupun RDTR-RTRW Kabupaten Bandung, Tata Guna Lahan, Lingkungan Hidup dan Sumber Daya yang terdapat di Kabupaten Bandung.. Hal ini dilakukan agar dalam perencanaan maupun pelaksanaannya dapat sinkron sinergis dengan arah kebijakan Nasional, Propinsi dan Kabupaten. Berikut ini beberapa arah kebijakan pada RPJM Nasional Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta RPJMD Kabupaten Bandung yang berhubungan dengan Renstra RSUD Soreang. Hal ini dilakukan agar dalam perencanaan maupun pelaksanaannya dapat sinkron sinergis dengan arah kebijakan Nasional, Propinsi dan Kabupaten. 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Maksud dan Tujuan 1.4. Sistematika Penulisan. BAB II GAMBARAN PELAYANAN RSUD SOREANG 2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi RSUD Soreang. 2.2. Sumber Daya RSUD Soreang 2.3. Kinerja Pelayanan RSUD Soreang 2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan RSUD Soreang BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan 3.2. RSUD Soreang. 3.3. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis 3.5. Penentuan Isu-isu Strategis. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah RSUD Soreang 4.3. Strategi dan Kebijakan RSUD Soreang BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD LAMPIRAN 4

BAB II GAMBARAN PELAYANAN RSUD SOREANG 2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi RSUD Soreang Rumah Sakit Daerah Soreang adalah salah satu Rumah Sakit Pemerintah yang berada di wilayah Kabupaten Bandung, berdiri pada tahun 1996, merupakan pengembangan dari Puskesmas DTP Soreang.RSD Soreang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah TK. II Bandung Nomor: 445/4056/Tapra tahun 1996 perihal Persetujuan Prinsip Peningkatan Puskesmas DTP Soreang menjadi Rumah Sakit Kelas D. Pada tahun 1997, RSD Soreang ditetapkan menjadi Rumah Sakit Daerah Kelas C berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1409/MENKES/SK/XII/1997. Penetapan susunan organisasi dan pengisian jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999. Penyelenggaraan Tugas Pokok dan Fungsi RSUD Soreang yang diberlakukan saat ini berdasarkan PERDA Kabupaten Bandung No. 5 Tahun 2008 adalah sebagai berikut : Tugas pokok : Melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, melaksanakan, melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Fungsi : a. Penyelenggaraan pelayanan medis dan penunjang medik serta non medis; b. Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan serta pelayanan rujukan; c. Pelaksanaan pelayanan teknis administratif ketatausahaan; d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Merujuk pada Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bandung, susunan Organisasi RSUD Soreang, terdiri dari : 1. Direktur; 2. Bagian Tata Usaha, yang dalam melaksanakan Tugas dan Fungsinya membawahi : a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan; b. Sub Bagian Kepegawaian dan Pengembangan SDM; c. Sub Bagian Program dan Kehumasan. 3. Bidang Kemedikan, yang dalam melaksanakan Tugas dan Fungsinya membawahi: a. Seksi Pelayanan dan Penunjang Medik; b. Seksi Rekam Medik. 4. Bidang Keperawatan, yang dalam melaksanakan Tugas dan Fungsinya membawahi : a. Seksi Perawatan Rawat Inap; b. Seksi Perawatan Rawat Jalan dan Khusus. 5. Bidang Keuangan, yang dalam melaksanakan Tugas dan Fungsinya membawahi: a. Seksi Mobilisasi Dana; b. Seksi Pengeluaran dan Akuntansi. 5 5

6. Satuan Pengawas Intern (SPI); 7. Kelompok Jabatan Fungsional, yang meliputi : a. Komite Medik; b. Staf Medik Fungsional; c. Komite Keperawatan; d. Staf Keperawatan Fungsional; e. Instalasi. f. Jabatan Fungsional Lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2.2. Sumber Daya RSUD Soreang 2.2.1. Susunan Kepegawaian Jumlah pegawai RSUD Soreang yang pada awal berdirinya tahun 1996 hanya 47 orang, namun sampai dengan akhir tahun jumlahnya menjadi 462 orang dengan berbagai macam latar belakang profesi seperti dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, paramedis keperawatan /non keperawatan, tenaga kesehatan lainnya serta tenaga non kesehatan. Berdasarkan status kepegawaian terdiri atas 324 orang PNS dan 138 orang Pegawai Tidak Tetap Rumah Sakit. Uraian jumlah SDM RSUD Soreang berdasarkan kelompok jabatan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Jumlah SDM RSUD Soreang berdasarkan Kelompok Jabatan Jumlah No Nama Jabatan PNS TKK Total 1 Tenaga Struktural 14 14 2 Tenaga Dokter Spesialis 21 1 22 3 Tenaga Dokter Umum 7 1 8 4 Tenaga Dokter Gigi 3 3 5 Tenaga Perawat Ahli 6 15 21 6 Tenaga Perawat Terampil 119 41 160 7 Tenaga Perawat Gigi 3 3 6 8 Tenaga Kebidanan 17 22 39 9 Tenaga Gizi 18 3 21 10 Tenaga Farmasi 8 15 23 11 Tenaga Laboratorium 8 4 12 12 Tenaga Bank Darah 4 4 13 Tenaga Radiologi 3 2 5 14 Tenaga IPSRS 10 10 15 Tenaga Fisioterapi 1 1 2 16 Tenaga Administrasi dan Teknis 75 30 105 17 Tenaga Laundry 7 7 Jumlah 324 138 462 2.2.2. Sarana dan Prasarana RSUD Soreang adalah salah satu Rumah Sakit Pemerintah yang berada di wilayah Kabupaten Bandung yang berdiri pada tahun 1996 dan merupakan pengembangan dari Puskesmas DTP Soreang dengan dasar Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah TK. II Bandung Nomor : 445/4056/Tapra tahun 1996 perihal Persetujuan Prinsip Peningkatan Puskesmas DTP Soreang menjadi Rumah Sakit Kelas D. Pada 6

tahun 1997, RSUD Soreang ditetapkan menjadi Rumah Sakit Daerah Kelas C berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1409/MENKES/SK/XII/1997. Penetapan susunan organisasi serta pengisian jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999 dan bulan Agustus 2001 berdasarkan Perda No. 13/1998 dan Perda No. 7/2001 serta pada tahun 2002 dirubah kembali dengan kenaikan eselon menurut Perda No. 10/2002. Pada tahun 2008 melalui Perda No. 5 Tahun 2008 terdapat perubahan atas susunan organisasi serta pengisian jabatan di seluruh Rumah Sakit Umum Daerah milik Pemerintah Kabupaten Bandung. Berdasarkan Perda No. 5 Tahun 2008 tersebut maka kedudukan RSUD Soreang merupakan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung yang bertanggungjawab kepada Bupati Bandung sebagai Kepala Daerah sekaligus pemilik Rumah Sakit di bidang pelayanan kesehatan rujukan, dengan tugas pokok Melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Sarana fisik/gedung RSUD Soreang terdiri dari (1) Gedung Perawatan Terpadu yang digunakan untuk kegiatan Kamar Operasi, Intensive Care Unit, Instalasi Gizi, Ruang Laundry, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Farmasi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Unit Bank Darah, (2) Gedung Manajemen dengan lantai I digunakan untuk Instalasi Radiologi dan Instalasi Laboratorium serta lantai dasar yang digunakan untuk IGD sedangkan lantai II dan III untuk kantor serta (3) Gedung Pelayanan Kesehatan terpadu Terpadu untuk Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan. Kegiatan pelayanan RSUD Soreang sesuai dilaksanakan melalui instalasi-instalasi. Instalasi pelayanan kesehatan rujukan yang tersedia saat ini adalah : 1. Pelayanan Rawat Jalan : Klinik kesehatan yang tersedia di RSUD Soreang meliputi : Klinik Penyakit Dalam Klinik Kesehatan Anak Klinik Bedah Klinik Obgyn (Kandungan dan Kebidananan) Klinik Penyakit Saraf Klinik Penyakit Kulit dan Kelamin Klinik Rehabilitasi Medik Klinik Mata Klinik THT Klinik Psikiatri Klinik Gigi Klinik DOTS Klinik Khusus (Klinik Aster) Klinik Umum Klinik Bedah Mulut Klinik Orthopaedi 2. Pelayanan Rawat Inap Instalasi Rawat Inap semula hanya berjumlah 72 buah tempat tidur terdiri dari kelas II 28 buah dan kelas III 44 buah, dengan pembangunan ruang VIP dan kelas I pada tahun 2002, dioperasionalkannya Ruang ICU pada tahun 2004 serta penambahan kapasitas unit rawat inap kelas III secara kontinyu 7

sejak tahun 2009 maka jumlah tempat tidur yang dapat dioperasikan sampai akhir tahun 2014 adalah 225 tempat tidur dengan rincian dibawah ini : Tabel 2.2. Jumlah dan Fungsi Tempat Tidur Perawatan RSUD Soreang per SMF No Perincian Tempat Tidur Per-Kelas Jenis Pelayanan / Ruang Jml Ruang Rawat Inap TT Kelas Non Kls I Kls II Kls III Tindakan Utama Kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Penyakit Dalam 50 1 7 20 22 2 B e d a h 15 1 2 4 8 3 Kesehatan Anak 41 1 2 12 26 4 Obstetrik 13 1 1 1 10 7 5 Ginekologi 6 1 1 4 3 6 S a r a f 14 1 2 4 7 7 T H T 5 1 1 3 8 M a t a 3 3 9 Pelayanan Rawat Darurat 12 12 1 10 Isolasi 13 2 6 5 11 Wing IGD 25 25 SUB TOTAL 200 7 17 48 113 15 10 11 Perinatologi/Bayi 25 25 TOTAL 225 7 17 73 113 15 10 3. Pelayanan Gawat Darurat (IGD) Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Soreang merupakan pintu gerbang utama pelayanan kesehatan RS untuk melayani pasien dalam kasus-kasus yang bersifat darurat dengan didukung oleh dokter dan perawat yang profesional bersertifikasi di biang penangananan kegawatdaruratan. Namun sampai saat ini pelayanan yang diberikan belum optimal karena keterbatasan lahan yang tersedia untuk penanganan pasien gawat darurat. 4. Pelayanan Penunjang Pelayanan ini belum sepenuhnya dilengkapi dengan fasilitas sesuai standar namun secara bertahap terus dilakukan perbaikan-perbaikan guna melengkapi sarana prasarana penunjang kesehatan di RSUD Soreang. Pelayanan penunjang yang ada di RSUD Soreang baik medis maupun non medis adalah sebagai berikut. a. Intensive Care Unit (ICU) b. Instalasi Bedah Sentral c. Instalasi Radiologi d. Instalasi Patologi klinik (Laboratorium) e. Instalasi Farmasi f. Instalasi Unit Bank Darah g. IPSRS h. Unit SIM-RS i. Unit Laundry 8

2.3. Kinerja Pelayanan RSUD Soreang Rata rata kinerja RSUD Soreang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Untuk tahun 2012 2013 terjadi kenaikan yang signifikan dari jumlah total kunjungan rawat jalan dari 70.583 menjadi 89.397 kunjungan atau meningkat 26.65. Sedangkan untuk kunjungan rawat jalan tahun 2010 mengalami sedikit penurunan, hal tersebut terjadi karena pada bulan April 2010 RSUD Soreang memberlakukan pola tarif baru berdasarkan Perda No.23 tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Kabupaten Bandung Namun hal tersebut dipandang wajar dan RSUD Soreang pernah mengalami hal serupa pada tahun 2001 Ketika RSUD Soreang memberlakukan Perda No. 4 tahun 2001 sebagai pengganti pola tarif sebelumnya. Perubahan pola tarif tersebut dipandang perlu karena pola tarif yang lama sudah tidak dapat menutupi biaya operasional RS. Tabel. 2.3 Hasil Kegiatan Rawat Jalan Dan IGD Soreang Tahun 2010 s/d Oktober KLINIK 2010 2011 2012 2013 2014 s/d Oktober Penyakit dalam 17.620 18.721 22.932 28.898 27.722 24.566 Anak 10.129 8.345 8.192 9.211 6.757 5.961 Bedah 5.499 5.398 6.966 11.633 11.579 8.726 Obsgyn 3.885 4.578 5.392 6.283 6.948 6137 Mata 3.406 4.564 5.124 7.232 6.902 6.343 Gigi dan Mulut 3.633 4.248 4.234 4.649 4.566 4.415 THT 3.788 3.879 4.092 4.485 4.263 3.703 DOTS 2.016 1.840 2.074 2.538 1.827 1.658 Saraf 2.913 3.675 4.305 5.093 3.205 6.051 Psikiatri 587 891 1.725 2.592 3.025 3.134 Kulit dan Kelamin 3.040 2.910 3.140 2.892 2.875.2746 Umum 1.183 1.134 997 1.309 1.319 754 Rehab Medik 491 1.048 1.410 2.582 3.394 4.286 Orthopedi - - - - - 791 Kemuning - - - - - 2 Bedah Mulut - - - - - 466 Konsultasi Gizi - - - - - 120 Total Kunjungan Rawat Jalan 58.190 61.231 70.583 89.397 84.382 79.859 IGD 18.395 18.490 18.890 19.322 19.080 19.315 Total Kunjungan Rawat Jalan dan IGD 76.585 79.721 89.743 108.719 103.462 99.174 Sehubungan dengan tingginya jumlah masyarakat yang memanfaatkan pelayanan rawat jalan, terutama poliklinik penyakit dalam, anak, dan bedah, rumah sakit membuat perencanaan untuk mengembangkan PONEK dan menambah pelayanan poliklinik baru antara lain poliklinik Bisnis, jiwa, orthopedi, dan poliklinik rehabilitasi medik. Data diatas menunjukan cukup tingginya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan RSUD Soreang dan menggambarkan tingginya kebutuhan masyarakat Kabupaten Bandung terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Dilihat dari besarnya prosentase tingkat hunian, rumah sakit perlu menyusun perencanaan strategis untuk penambahan kapasitas layanan baik rawat jalan maupun rawat inap pada tahun berikutnya. Rata rata kunjungan rawat jalan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 mencapai 67.708 kunjungan pertahun, sedangkan rata rata kunjungan IGD tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 mencapai 86.676 per tahun. 9

Sehubungan dengan tingginya jumlah masyarakat yang memanfaatkan pelayanan rawat jalan, terutama poliklinik penyakit dalam, anak, dan bedah, rumah sakit membuat perencanaan untuk mengembangkan PONEK dan menambah pelayanan poliklinik baru antara lain poliklinik Bisnis, jiwa, orthopedi, dan poliklinik rehabilitasi medik. Data diatas menunjukan cukup tingginya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan RSUD Soreang dan menggambarkan tingginya kebutuhan masyarakat Kabupaten Bandung terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Dilihat dari besarnya prosentase tingkat hunian, rumah sakit perlu menyusun perencanaan strategis untuk penambahan kapasitas layanan baik rawat jalan maupun rawat inap pada tahun berikutnya. Adapun grafik kunjungan rawat jalan dan IGD RSUD Soreang dari hasil table 2.1 tahun 2010 s/d Oktober seperti dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1. Grafik Kunjungan Rawat Jalan Dan IGD RSUD Soreang 2010 s/d Oktober Seiring dengan peningkatan kunjungan pasien ke RSUD Soreang maka hal tersebut berimplikasi langsung pada peningkatan pendapatan fungsional setiap tahunnya. Melihat dari hasil pendapatan dan belanja RSUD Soreang mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2014 saja mencapai Rp. 68.832.285.398,- atau dengan kata lain target pencapaian sasaran dan kinerja RSUD Soreang melalui unitunit kerja pelayanan kesehatan yang langsung berhadapan dengan masyarakat tercapai, sedangkan untuk tahun mencapai Rp. 53.247.049.214,- nilai jumlah pendapatan hanya dihitung sampai bulan Oktober saja belum terhitung selama satu tahun. Grafik pendapatan RSUD Soreang dari tahun 2010 s/d Oktober dapat dilihat dalam Grafik di bawah ini : 10

Gambar 2.2 Grafik Pendapatan Dan Belanja RSUD Soreang Tahun 2010 s/d Oktober Berdasarkan keputusan Bupati Bandung nomor 31 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Bidang Kesehatan di Kabupaten Bandung maka RSUD Soreang melaksanakan sebagian dari kewenangan wajib bidang Kesehatan sesuai dengan Tupoksi RSUD Soreang sebagai pelaksana pelayanan kesehatan rujukan. SPM Bidang Kesehatan adalah tolok ukur untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Indikator keberhasilan bidang kesehatan adalah ukuran besaran yang dinyatakan oleh persentase atau pernyataan lainnya yang menyatakan pencapaian keberhasilan. Maksud ditetapkannya Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan ini adalah sebagai acuan dalam melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan yang wajib dilaksanakan di Kabupaten Bandung. Tujuan ditetapkannya SPM Bidang Kesehatan Kabupaten Bandung adalah : a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat b. Meningkatkan pengawasan terhadap kebijakan yang langsung berhadapan dengan masyarakat c. Meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan Kewenangan wajib dalam bidang kesehatan yang dilaksanakan di RSUD Soreang di Bidang Pelayanan Kesehatan Rujukan yaitu : (1) Pelaksanaan pelayanan medis, (2) Pelaksanaan pelayanan penunjang medis dan non medis, (3) Pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan, (4) Pelaksanaan pelayanan rujukan, dan (5) Pelaksanaan pelayanan penelitian dan pengembangan medis. Hasil kegiatan pelaksanaan kewenangan wajib tersebut dikumulatifkan dengan hasil kegiatan institusi kesehatan lainnya (Puskesmas, Dinas Kesehatan) yang diperhitungkan sebagai bagian dari kinerja bidang kesehatan. Capaian kinerja RSUD Soreang sesuai tupoksi berdasarkan SPM bidang kesehatan dari tahun 2011 s/d Oktober dapat dilihat dalam tabel 2.5. dibawah ini. 11

No Indikator Kinerja Sesuai Tupoksi Target SPM Tabel 2.4. Review Pencapaian Kinerja Pelayanan RSUD Soreang Tahun 2011- Oktober Target Renstra SKPD Tahun Ke- Realisasi Renstra SKPD Tahun Ke- Rasio Capaian Pada Tahun Ke- 2011 2012 2013 2014 s/d Oktober 2011 2012 2013 2014 s/d Oktober 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 IGD : 1. Kemampuan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 menangani life saving anak dan dewasa 2. Jam buka Pelayanan 24 jam 24 jam 24 Jam 24 Jam 24 Jam 24 Jam 24 jam 24 jam 24 Jam 24 Jam 24 Jam 100 100 100 100 100 3. Pemberian pelayanan 100 85 90 90 100 100 90 90 90 100 100 90 90 90 100 100 gawat darurat yg bersetifikat ATLS / BTLS ACL / PPGD 4. Ada tim penanggulangan bencana 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim - 1 tim 1 tim 1 tim 1 tim 0 100 100 100 100 5. Waktu tanggap pelayanan Dokter setelah pasien datang 5 menit terlayani 5 menit terlayani 5 menit terlayani 5 menit terlayani 5 menit terlayani 5 menit terlayani 5 menit terlayani 5 menit terlayani 5 menit terlayani 5 menit terlayani 5 menit terlayani s/d Oktober 100 100 100 100 100 6. Kepuasan pelanggan > 70 75 > 75 > 70 > 70 > 70 > 70 > 70 > 70 > 70 > 70 100 100 100 100 100 7. Kematian pasien 24 < 2 /1000 5 /1000 < 4 /1000 < 3 /1000 < 2 /1000) < 2 /1000 5 /1000 5 /1000 5 /1000 5 /1000 5 /1000 100 80 60 40 40 jam 8. Tidak ada pasien yg membayar uang muka 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 2 Rawat Jalan 1. Dokter pemberi Pelayanan 2. Ketersediaan Pelayanan (klinik) 100 Spesialis Peny. Dalam Obgyn Bedah > 90 Spesialis 90 Spesialis 95 Spesialis 100 Spesialis 100 Spesialis 80 Spesialis Dalam Dalam Dalam Dalam Dalam Dalam Obgyn Obgyn Obgyn Obgyn Obgyn Obgyn Bedah Bedah Bedah Bedah.Bedah.Bedah THT THT THT THT THT THT Mata Mata Mata Mata Mata Mata Saraf Saraf Saraf Saraf Saraf Saraf Gigi & Mulut Gigi & Mulut Gigi & Mulut Gigi & Mulut Gigi & Mulut Gigi & Kulit Kelamin Kulit Kelamin Kulit Kelamin Kulit Kelamin Kulit Kelamin Mulut DOTS DOTS DOTS DOTS DOTS DOTS Orthopedi Orthopedi Orthopedi Orthopedi Jiwa Rehab.medik Rehab medik Rehab medik Rehab medik Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jantung Jantung Jantung Tumb. kembang Tumb. kembang Tumb. kembang 80 Spesialis 80 Spesialis Dalam Dalam Obgyn Obgyn.Bedah.Bedah THT THT Mata Mata Saraf Saraf Gigi & Mulut Gigi & Kulit Kelamin Mulut DOTS Kulit Jiwa Kelamin DOTS 80 Spesialis Dalam Obgyn.Bedah THT Mata Saraf Gigi & Mulut Kulit Kelamin DOTS 80 Spesialis Dalam Obgyn.Bedah THT Mata Saraf Gigi & Mulut Kulit Kelamin DOTS Jiwa 80 80 80 80 80 66,66 66,66 66,66 66,66 73,33 11

No Indikator Kinerja Sesuai Tupoksi Target SPM Target Renstra SKPD Tahun Ke- Realisasi Renstra SKPD Tahun Ke- Rasio Capaian Pada Tahun Kes/d s/d Oktober 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Oktober 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 3. Ketersediaan Pelayanan pasien Jiwa 50 50 0 0 100 remaja NAPZA Psikotik Neurotik Mental Retardasi Mental Organik Usia Lanjut 4. Jam buka pelayanan Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 remaja NAPZA Psikotik Neurotik Mental Retardasi Mental Organik Usia Lanjut Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 remaja NAPZA Psikotik Neurotik Mental Retardasi Mental Organik Usia Lanjut Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 remaja NAPZA Psikotik Neurotik Mental Retardasi Mental Organik Usia Lanjut Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 remaja NAPZA Psikotik Neurotik Mental Retardasi Mental Organik Usia Lanjut Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 remaja NAPZA Psikotik Neurotik Mental Retardasi Mental Organik Usia Lanjut Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 remaja NAPZA Psikotik Neurotik Mental Retardasi Mental Organik Usia Lanjut Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 remaja NAPZA Psikotik Neurotik Mental Retardasi Mental Organik Usia Lanjut Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 - - remaja NAPZA Psikotik Neurotik Mental Retardasi Mental Organik Usia Lanjut Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 Hari kerja 08.00-13.00 Jumat 08.00-11.00 s/d Oktober 100 100 100 100 100 5. Waktu tunggu < 60 menit > 90 < 2 jam > 90 < 2 jam > 90 waktu < 2 < 60 menit < 60 menit < 60 menit < 60 menit < 60 < 60 menit < 60 menit 100 100 100 100 100 jam menit 6. Kepuasan Pelanggan > 90 75 > 80 > 85 > 90 > 90 75 75 75 75 75 7. Penegakan diagosis 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 100 100 100 100 100 TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB 8. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 100 100 100 100 100 3 Rawat Inap : 1. Pemberian pelayanan Dok. Spesialis perawat min.d3 Dok. spesialis dokter umum perawat min.d3 Dok. spesialis dokter umum perawat min.d3 Dok. spesialis dokter umum perawat min.d3 Dok. spesialis dokter umum perawat min.d3 Dok. spesialis dokter umum perawat min.d3 133 133 133 133 133 2. Dokter penanggung jawab pasien Dok. spesialis dokter umum perawat min.d3 Dok. spesialis dokter umum perawat min.d3 Dok. spesialis dokter umum perawat min.d3 Dok. spesialis dokter umum perawat min.d3 Dok. spesialis dokter umum perawat min.d3 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 12

No Indikator Kinerja Sesuai Tupoksi Target SPM Target Renstra SKPD Tahun Ke- Realisasi Renstra SKPD Tahun Ke- Rasio Capaian Pada Tahun Ke- 2011 2012 2013 2014 s/d Oktober 2011 2012 2013 2014 s/d Oktober 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 3. Ketersediaan pelayanan Rawat Inap 88,88 76,92 76,92 76,92 84,61 4. Jam Visite Dokter Spesialis Dalam Obgyn Bedah 08.00-14.00 tiap hari kerja Dalam Obgyn Bedah Mata THT Saraf Kulit kelamin Orthopedi Jiwa Rehab medik Jantung Paru 08.00-14.00 tiap hari kerja Dalam Obgyn Bedah Mata THT Saraf Kulit kelamin Orthopedi Jiwa Rehab medik Jantung Paru 08.00-14.00 tiap hari kerja Dalam Obgyn Bedah Mata THT Saraf Kulit kelamin Orthopedi Jiwa Rehab medik Jantung Paru 08.00-14.00 tiap hari kerja Dalam Obgyn Bedah Mata THT Saraf Kulit kelamin Orthopedi Jiwa Rehab medik Jantung Paru 08.00-14.00 tiap hari kerja Dalam Obgyn Bedah Mata THT Saraf Kulit kelamin Orthopedi Jiwa Rehab medik Jantung Paru 08.00-14.00 tiap hari kerja Dalam Obgyn.Bedah THT Mata Saraf 08.00-14.00 tiap hari kerja Dalam Obgyn.Bedah THT Mata Saraf Gigi & Mulut Kulit Kelamin Jiwa 08.00-14.00 tiap hari kerja Dalam Obgyn.Bedah THT Mata Saraf Kulit Kelamin 08.00-14.00 tiap hari Dalam Obgyn.Bedah THT Mata Saraf Kulit Kelamin 08.00-14.00 tiap hari kerja Dalam Obgyn.Bedah THT Mata Saraf Kulit Kelamin Jiwa 08.00-14.00 tiap hari kerja s/d Oktober 100 100 100 100 100 5. Kejadian infeksi 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 100 100 100 100 100 pasca operasi 6. Kejadian infeksi 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 100 100 100 100 100 nosokomial 7. Tidak ada pasien 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 jatuh yg berakibat cacat / kematian 8. Pasien mati > 48 jam 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 100 100 100 100 100 9. Kejadian pulang < 5 30 < 20 < 25 < 10 < 5 < 20 < 20 < 20 < 20 < 20 105 100 80 50 paksa 10. Kepuasan pelanggan > 90 > 75 > 80 > 85 > 85 > 90 > 75 > 75 > 75 > 75 > 75 100 93,75 88,23 88,23 83,33 11. penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis 12. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB 13. Ketersediaan pelayanan jiwa di rawat inap Napsa, Psikotik, neurotik Mental Organik 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 100 100 100 100 100 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 100 100 100 100 100 - - Napsa, Psikotik, Napsa, Psikotik, neurotik Napsa, Psikotik, neurotik Mental Organik - - - - - 0 0 0 0 0 13

No Indikator Kinerja Sesuai Tupoksi Target SPM Target Renstra SKPD Tahun Ke- Realisasi Renstra SKPD Tahun Ke- Rasio Capaian Pada Tahun Kes/d s/d Oktober 2011 2012 2013 2014 Oktober 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 14. Tidak ada kematian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 pasien gangguan jiwa 100 100 100 100 100 100 karena bunuh diri 15. Kejadian readminssion 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 pasien gangguan jiwa dlm waktu 1 bulan 100 100 100 100 100 100 16. Lama hari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 perawatan pasien jiwa < 6 minggu < 6 minggu < 6 minggu < 6 minggu < 6 minggu < 6 minggu 4 Bedah Sentral 1. Waktu tunggu operasi 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari 100 100 100 100 100 elektif 2. Kejadian kematian di 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 100 100 100 100 meja operasi 3. Tidak adanya 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 kejadian operasi salah sisi 4. Tidak ada kejadian 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 operasi salah orang 5. Tidak ada kejadian 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 salah tindakan pada operasi 6. Tidak ada kejadian 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah operasi 7. Komplikasi anesthesi karena overdosis, reaksi anestesi & salah penem-patan endotra-cheal tube < 6 < 6 < 6 < 6 < 6 < 6 < 6 < 6 < 6 < 6 < 6 100 100 100 100 100 5 Persalinan dan perinatologi 1. Kejadian kematian ibu karena persalinan 100 100 100 100 100 Pendarahan 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 Pendara-han 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 Pendarahan 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 Pendarahan 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 Pendarahan 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 Pendarahan 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 Pendarahan 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 Pendarahan 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 Pendarahan 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 Pendarahan 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 Pendarahan 1 Pre eksampsia 30 Sepsis 0,2 s/d Oktober 14

No Indikator Kinerja Sesuai Tupoksi Target SPM Target Renstra SKPD Tahun Ke- Realisasi Renstra SKPD Tahun Ke- Rasio Capaian Pada Tahun Kes/d s/d s/d Oktober 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Oktober 2011 2012 2013 2014 Oktober 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2. Pemberian pelayanan Dokter Sp.OG Dokter Sp.OG 66,33 66,33 66,33 66,33 66,33 persalinan normal Bidan Bidan 3. Pemberian pelayanan persa-linan dg penyulit (Dr.Sp.OG) 4. Pemberian pelayanan persalinan dg tindakan operasi 5. Kemampuan menangani BBLR <1500gr - 2500 gr 6. Pertolongan Persalinan melalui SC Dokter Sp.OG Dokter umum terlatih APN Bidan Tim PONEK terlatih Dokter Sp.OG Dokter Sp.A Dokter Sp.An Dokter Sp.OG Dokter umum terlatih APN Bidan Tim PONEK terlatih Dokter Sp.OG Dokter Sp.A Dokter Sp.An Dokter Sp.OG Dokter umum terlatih APN Bidan Tim PONEK terlatih Dokter Sp.OG Dokter Sp.A Dokter Sp.An Dokter Sp.OG Dokter umum terlatih APN Bidan Tim PONEK terlatih Dokter Sp.OG Dokter Sp.A Dokter Sp.An Dokter Sp.OG Dokter umum terlatih APN Bidan Tim PONEK terlatih Dokter Sp.OG Dokter Sp.A Dokter Sp.An Dokter Sp.OG Dokter umum terlatih APN Bidan Tim PONEK terlatih Dokter Sp.OG Dokter Sp.A Dokter Sp.An Tim PONEK terlatih Dokter Sp.OG Dokter Sp.A Dokter Sp.An Tim PONEK terlatih Dokter Sp.OG Dokter Sp.A Dokter Sp.An Dokter Sp.OG Bidan Tim PONEK terlatih Dr. Sp.OG Dr. Sp.A Drr Sp.An Dokter Sp.OG Bidan Tim PONEK terlatih Dr. Sp.OG Dr. Sp.A Drr Sp.An Dokter Sp.OG Bidan Tim PONEK terlatih Dr. Sp.OG Dr. Sp.A Drr Sp.An 100 > 85 > 85 > 90 > 90 100 100 100 100 100 100 117,6 4 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 100 100 100 100 100 7. Kepuasan Pasien > 80 > 75 > 75 > 80 > 80 > 80 > 75 > 75 > 75 > 75 > 75 100 93,75 88,23 88,23 83,33 6 Intensif 1. Rata-rata Pa-sien yg < 3 3 < 3 < 3 < 3 < 3 3 < 3 < 3 < 3 < 3 100 100 100 100 100 kembali ke perawatan intensif dg kasus yg sama < 72 jam 2. Pemberian pelayanan Unit intensif 100 100 100 100 100 dr Sp. An dr spesialis sesuai dg kasus 100 perawat min D3 (sertifikat perawat mahir ICU /setara D4) dr Sp. An dr spesialis sesuai dg kasus 15 perawat min D3 (sertifikat perawat mahir ICU /setara D4) dr Sp. An dr spesialis sesuai dg kasus 30 perawat min D3 (sertifikat perawat mahir ICU /setara D4) dr Sp. An dr spesialis sesuai dg kasus 50 perawat min D3 (sertifikat perawat mahir ICU /setara D4) dr Sp. An dr spesialis sesuai dg kasus 75 perawat min D3 (sertifikat perawat mahir ICU /setara D4) dr Sp. An dr spesialis sesuai dg kasus 100 perawat min D3 (sertifikat perawat mahir ICU /setara D4) dr Sp. An & dr spesialis sesuai dg kasus yang ditangani 30 perawat min D3 dg sertifikat perawat mahir ICU / setara D4 spesialis sesuai dg kasus yg ditangani 30 perawat min D3 dg sertifikat perawat mahir ICU /setara D4 spesialis sesuai dg kasus yg dita-ngani 30 perawat min D3 dg serti-fikat perawat mahir ICU / setara D4 spesialis sesuai dg kasus yg ditangani 30 perawat min D3 dg sertifikat perawat mahir ICU / setara D4 spesialis sesuai dg kasus yg ditangani 30 perawat min D3 dg sertifikat perawat mahir ICU / setara D4 7 Radiologi 1. Waktu tunggu hasil < 3 jam < 3 jam < 3 jam < 3 jam < 3 jam < 3 jam < 3 jam < 3 jam < 3 jam < 3 jam < 3 jam 100 100 100 100 100 pelayanan thorax foto 2. Pelaksana ekspertisi Dokter Sp.Rad Dokter Sp.Rad Dokter Sp.Rad Dokter Sp.Rad Dokter Sp.Rad Dokter Sp.Rad Dokter Sp.Rad Dokter Sp.Rad Dokter Sp.Rad Dokter Sp.Rad Dokter Sp.Rad 100 100 100 100 100 3. Kejadian kegagalan pelayanan Rontgen karena kerusakan foto 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 100,6 6 4. Kepuasan Pelanggan 80 75 75 80 80 80 75 75 75 75 75 100 100 83,33 8 Lab. Patologi Klinik 1. Waktu tunggu hasil 140 menit kimia pelayanan Lab darah & darah rutin 140 menit kimia darah & darah rutin 140 menit kimia darah & darah rutin 140 menit kimia darah & darah rutin 140 menit kimia darah & darah rutin 140 menit kimia darah & darah rutin 140 menit kimia darah & darah rutin 140 menit kimia darah & darah rutin 140 menit kimia darah & darah 140 menit kimia darah & darah 140 menit kimia darah & darah 100 117,6 4 100 100,6 6 111, 11 60 111, 11 40 100 30 100 100 100 83,33 83,33 100 100 100 100 100 15

No Indikator Kinerja Sesuai Tupoksi Target SPM rutin rutin rutin Target Renstra SKPD Tahun Ke- Realisasi Renstra SKPD Tahun Ke- Rasio Capaian Pada Tahun Kes/d s/d s/d Oktober 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Oktober 2011 2012 2013 2014 Oktober 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2. Pelaksanaan Dokter Sp.PK Dokter Sp.PK Dokter Sp.PK Dokter Sp.PK Dokter Sp.PK Dokter Sp.PK Dokter Sp.PK Dokter Sp.PK Dokter Dokter Dokter 100 100 100 100 100 ekstertisi Sp.PK Sp.PK Sp.PK 3. Tidak ada kesalahan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 pemberian hasil pemeriksaan lab 4. Kepuasan pelanggan 80 75 75 80 80 80 80 80 80 80 80 83,33 83,33 100 100 100 9 Rehabilitasi Medik 1. Kejadian Drop Out 50-75 60 50 50 - - - 50 50 0 0 0 100 100 pasien atas pelayanan Rehab Medik yang direncanakan 2. Tidak ada kejadian 100-100 100 100 100 - - - 100 100 0 0 0 100 100 kesalahan tindakan Rehab Medik 3. Kepuasan Pelanggan 80-75 80 80 80 10 Farmasi 1. Waktu tunggu layanan 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 100 100 100 100 100 a. Obat jadi b. Obat racikan 60 menit 60 menit 60 menit 60 menit 60 menit 60 menit 60 menit 60 menit 60 menit 60 menit 60 menit 100 100 100 100 100 2. Tidak ada kejadian 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 salah pemberian obat 3. Kepuasan pelanggan 80 75 75 80 80 80 80 80 80 80 80 106,6 106,6 100 100 100 6 6 4. Penulisan resep sesuai formula 100 90 90 95 95 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 11 Gizi 1. Ketepatan waktu 90 90 90 90 90 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 pemberian makanan pasien 2. Sisa makanan yg 20 30 25 20 20 20 20 20 20 20 20 150 120 100 100 100 tidak termakan pasien 3. Tidak ada kejadian kesalahan pemberian diet 100 > 90 95 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 12 Tranfusi Darah 1. Kebutuhan darah 100 100 terpenuhi 100 100 100 terpenuhi 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 bagi pelayanan tranfusi terpenuhi terpenuhi terpenuhi terpenuhi terpenuhi terpenuhi terpenuhi terpenuhi terpenuhi 2. Kejadian Reaksi transfusi 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 100 100 100 100 100 13 Pelayanan Gakin Pelayanan pasien GAKIN pada setiap unit pelayanan RS 100 terlayani 100 terlayani 100 terlayani 100 terlayani 100 terlayani 100 terlayani 100 terlayani 100 terlayani 100 terlayani 100 terlayani 100 terlayani 100 100 100 100 100 16

No Indikator Kinerja Sesuai Tupoksi Target SPM Target Renstra SKPD Tahun Ke- Realisasi Renstra SKPD Tahun Ke- Rasio Capaian Pada Tahun Kes/d s/d s/d Oktober 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Oktober 2011 2012 2013 2014 Oktober 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 14 Rekam Medik 1. Kelengkapan pengisian rekam medik 48 jam setelah selesai pelayanan 100 60 70 80 90 100 100 100 100 100 100 166,6 6 142,8 5 125 100 100 2. Kelengkapan Informed Concent setelah mendapat informasi yang jelas 3. Waktu penyediaan dokumen rekam medik rawat jalan 4. Waktu penyelesaian dokumen rekam medik rawat inap 15 Pengolahan Limbah 1. Baku mutu limbah cair sesuai standar : 2. Pengelolaan limbah padat infeksius sesuai aturan 16 Administrasi Manajemen 1. Tindaklanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat Direksi 2. Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja 3. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat 4. Ketepatan waktu pengurusan kenaikan gaji berkala 5. Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam /tahun 100 80 90 100 100 100 100 100 100 100 100 125 111,1 1 100 100 100 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit 10 menit 100 100 100 100 100 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit 100 100 100 100 100 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 BOD < 30 COD < 80 TSS < 30 PH 6-9 100 > 90 > 90 > 95 > 95 100 80 80 80 80 80 88,88 100 90 90 95 95 100 80 80 85 85 85 88,88 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 100 100 100 100 100 100 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 60 30 30 60 60 60 20 20 20 20 20 100 100 100 100 100 6. Cost recovery 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 100 100 100 100 100 7. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 88,88 88,88 84,21 89,47 84,21 89,47 84,21 85 17

No Indikator Kinerja Sesuai Tupoksi Target SPM Target Renstra SKPD Tahun Ke- Realisasi Renstra SKPD Tahun Ke- Rasio Capaian Pada Tahun Kes/d s/d s/d Oktober 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Oktober 2011 2012 2013 2014 Oktober 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 8. Kecepatan pemberian 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 100 100 100 100 100 informasi tagihan pasien rawat inap 9. Ketepatan waktu 100 100 100 100 100 100 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 pemberian imbalan/ insentif sesuai kesepakatan waktu 17 Ambulance 1. Waktu pelayanan 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam 100 100 100 100 100 2. Kecepatan 30 menit < 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit < 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 20 menit 150 150 150 150 150 memberikan pelayanan 3. Response time Sesuai Sesuai ketentuan Sesuai Sesuai Sesuai ketentuan Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai 100 100 100 100 100 pelayanan ambulance oleh masyarakat yang membutuhkan ketentuan daerah daerah ketentuan daerah ketentuan daerah daerah ketentuan daerah ketentuan daerah ketentuan daerah ketentuan daerah ketentuan daerah ketentuan daerah 18 Pemulasaran Jenazah Waktu tanggap < 2 jam < 2 jam < 2 jam < 2 jam < 2 jam < 2 jam - - - - - 0 0 0 0 0 pelayanan pemulasaraan jenazah 19 Pelayanan pemeliharaan sarana RS Ketepatan waktu < 80 < 80 < 80 < 80 < 80 < 80 < 80 < 80 < 80 < 80 < 80 100 100 100 100 100 menanggapi kerusakan alat Ketepatan waktu 100 > 70 > 80 > 80 > 90 100 > 70 > 70 > 70 > 70 > 70 100 87,5 87,5 77,77 70 pemeliharaan alat Peralatan Lab & alat 100 > 60 > 70 > 80 > 90 100 > 70 > 70 > 70 > 70 > 70 ukur terkalibrasi tepat waktu sesuai dg ketentuan kalibrasi 20 Pelayanan laundry 1. Tidak ada linen yg 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 hilang 2. Ketepatan waktu 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 penyediaan linen utk ruang rawat inap 21 Pencegahan & Pengendalian Infeksi 1. Ada Anggota Tim PPI 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 100 100 100 100 100 yang Terlatih 2. Tersedia APD di 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 100 100 100 100 100 setiap Instalasi 3. Pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 100 100 100 100 100 18

Dari uraian capaian kinerja pada tabel 2.4. diatas dapat ditelaah bahwa rata-rata tingkat capaian kinerja RSUD Soreang sesuai SPM mencapai 80 s/d 100 namun terdapat beberapa indicator kinerja SPM yang tidak dapat dicapai yaitu : 1. Tingkat kematian pasien IGD meningkat dengan rata-rata tingkat kematian mencapai 5 orang dari 1000 pasien yang dilayani di IGD. Hal tersebut terjadi karena pada kurun waktu 2011 - Oktober, IGD yang dimiliki belum sesuai standar. Sarana prasarana yang dimiliki belum dapat mengimbangi jumlah kunjungan serta jenis penyakit yang mampu ditangani di IGD RS sehingga jumlah pasien yang dirujuk ke RS lain cukup tinggi. 2. Jenis pelayanan spesialistik yang dimiliki RSUD Soreang belum dapat tercapai sesuai target. Dari 15 Jenis pelayanan spesialistik yang direncanakan, sampai dengan tahun 2010 RSUD Soreang baru mampu memenuhi 11 jenis pelayanan spesialistik. Hal tersebut dikarenakan terbatasnya jumlah dokter spesialis yang ada serta kurangnya lahan untuk pengembangan klinik rawat jalan baru maupun kapasitas dan jenis layanan rawat inap baru.. 3. Tingkat capaian kinerja pelayanan psikiatri (kejiwaan) rawat inap pada kurun waktu 2011 - Oktober adalah 0. Hal tersebut disebabkan karena pada kurun waktu tersebut RSUD Soreang tidak memiliki lahan maupun sarana khusus untuk pelayanan rawat inap pasien psikiatri (kejiwaan). 4. Tidak dapat menambah jenis pelayanan spesialistik baru maupun menambah kapasitas ruangan perawatan terutama ruang perawatan pasien kelas III sehingga sering terjadi adanya pasien yang dirujuk dengan alasan ruang perawatan penuh atau tidak ada jenis pelayanan spesialistik dan prasarana pendukung pelayanan yang dibutuhkan pasien tersebut. 5. Instalasi Bedah Sentral (IBS) yang dimiliki saat ini bersifat seadanya dan tidak sesuai dengan standar RS. Dengan keterbatasan ruangan serta sarana prasarana IBS yang dimiliki maka peningkatan kegiatan pelayanan bedah tidak dapat dilaksanakan secara optimal. 6. Intensive Care Unit (ICU) yang ada saat ini tidak sesuai standar, Ruang ICU yang ada berlokasi di dekat area publik sehingga mengganggu kenyamanan pasien dan hanya memiliki 4 tempat tidur perawatan sehingga banyak pasien yang seharusnya dirawat di ruang ICU terpaksa dirujuk ke RS lain dengan alasan ruang perawatan yang penuh padahal standar minimal kapasitas tempat tidur ICU adalah 10 dari kapasitas tempat tidur pasien yang ada. 7. Kurangnya daya tampung untuk pelayanan pasien rawat inap karena kapasitas ruang rawat inap sangat terbatas padahal rasio kunjungan pasien rawat inap cukup tinggi. 8. Banyaknya pasien gagal ginjal yang tidak dapat dilayani di RSUD Soreang karena sampai saat ini RSUD Soreang belum memiliki unit Hemodialisa. 9. Banyaknya pasien persalinan yang dirujuk ke rumah sakit lain karena terbatasnya ruangan rawat inap khusus bagi pasien rawat inap pasca persalinan. 10. Rata-rata SDM pelaksana kesehatan yang telah mengikuti pelatihan sesuai tupoksinya masih dibawah 30. Hal tersebut karena anggaran untuk pembiayaan peningkatan kualitas SDM tidak mencukupi. 11. Pengelolaan limbah padat RS belum sesuai standar. Hal tersebut dikarenakan lahan yang dimiliki RSUD Soreang belum sesuai standar sehingga pengelolaan limbah padat masih bersifat seadanya namun dengan tetap mempertimbangkan implikasi bahaya infeksius yang terjadi. 19

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan RSUD Soreang Kesehatan merupakan faktor fundamental yang harus dibangun oleh setiap negara. Indonesia bahkan menetapkan kesehatan sebagai hak azasi manusia seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 8 yang telah diamandemen yang berbunyi setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan. Rumah sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu sistem kesehatan. Bagi dunia kesehatan, perubahan politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu kedokteran, dan teknologi merupakan tantangan yang amat kompleks dan saling berkaitan. Paradigma jasa pelayanan kesehatan rumah sakit pun sudah mengalami perubahan yang mendasar dan merupakan sebuah badan usaha yang mempunyai banyak unit bisnis strategis, sehingga membutuhkan penanganan dengan konsep manajemen yang tepat. Kinerja pelayanan kesehatan seperti halnya di RSUD Soreang Kabupaten Bandung menjadi isu kebijakan yang makin strategis karena perbaikan kinerja pelayanan kesehatan memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan ekonomi dan politik. Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan kinerja pelayanan kesehatan akan bisa memperbaiki iklim investasi yang diperlukan untuk bisa segera keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan Dalam menghadapi tantangan global, tugas RSUD Soreang semakin berat karena selain memberikan pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi, juga harus tetap dapat menjaga dan meningkatkan kualitas jasa pelayanan agar tetap survive di tengah-tengah perkembangan rumah sakit swasta. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan di RSUD Soreang, selain harus mampu memberikan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, juga harus memperhatikan pasar dan memperhitungkan perubahan yang terjadi pada lingkungan kesehatan eksternalnya ketika menyusun strateginya. Dengan diterbitkannya Paket Undang-Undang Keuangan Negara khususnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum, serta Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah merupakan dukungan payung hukum agar RSUD Soreang dapat menjadikan dirinya sebagai Instansi Pemerintah yang memiliki otonomi dalam pengelolaan keuangan sehingga dapat meningkatkan tingkat kesehatan organisasi, yang pada akhirnya mampu menjadi suatu institusi kesehatan yang memiliki daya saing yang tinggi. Untuk masalah tersebut diatas yang perlu dipertimbangkan hal-hal dibawah ini. 2.4.1. Pengelolaan Rumah Sakit sebagai BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) Dalam rangka meningkatkan kinerja Instansi di lingkungan pemerintah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya tanpa mengutamakan mencari keuntungan didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas. Pada tahun 2009 RSUD Soreang telah melaksanakan penilaian persyaratan subtantif dan administratif untuk menjadi BLUD oleh Tim Pengkaji dan Tim Penilai RSUD Soreang dari unsur Pemerintah Kabupaten Bandung yang diangkat oleh Bupati Bandung dan diketuai langsung oleh Sekretaris Daerah Kabupen Bandung. Berdasarkan penilaian dari Tim tersebut maka diputuskan RSUD Soreang dipandang 20