BAB II BAHAN RUJUKAN

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT. BANK AGRONIAGA (TBK) DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS

Sedangkan dalam PSAK No 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II LANDASAN TEORI

KESEHATAN DAN RAHASIA BANK

Sri Pujiyanti Dr. Ir. E. Susi Suhendra, MS Universitas Gunadarma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

MATRIKS KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT FAKTOR PERMODALAN PERINGKAT

Menurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

No.9/24/DPbS Jakarta, 30 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum.

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/1/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

Kualitas Aset (Asset Quality) Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risks)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini menggunakan dua penelitian sebelumnya sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sekarang ini sudah tidak asing lagi mendengar kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK SINAR MAS, Tbk. DAN PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. MENGGUNAKAN METODE CAMELS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada tahun 2009 & 2010 Bank Mandiri Mendapat peringkat 2 artinya Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat membutuhkan uang untuk melakukan transaksi. Dalam melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh LDR, IPR, APB, NPL, IRR, BOPO,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK INTERNASIONAL

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Analisis. tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditulis oleh Amalina Alyani Yusrina (2013) yang berjudul "Pengaruh LDR, IPR,

ANALISIS KESEHATAN BANK PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. Faimatul Khoyimah, Elfreda A Lau 2, Suyatin 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraaan masyarakat. Proses tersebut melibatkan banyak pihak dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.


BAB II LANDASAN TEORITIS

Transkripsi:

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Lembaga Keuangan 2.1.1 Pengertian Lembaga Keuangan Pengertian lembaga keuangan menurut Iskandar (2008:2) adalah sebagai berikut: Badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa keuangan yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya serta jasa keuangan lainnya. Lembaga keuangan sering juga disebut sebagai lembaga intermediasi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: 1. Lembaga Keuangan Bank adalah badan usaha yang dalam kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan kemudian menyalurkannya dalam bentuk pinjaman serta kegiatan jasa lainnya. Bentuk simpanan umum berupa: Kredit Modal Kerja, kredit investasi dan kredit konsumtif serta kredit lainnya. Yang termasuk dalam lembaga keuangan bank adalah: 1. Bank Sentral atau bank Indonesia 2. Bank Umum berdasarkan prinsip konvensional 3. Bank Umum berdasarkan prinsip syariah 4. Bank Perkreditan Rakyat 2. Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah perusahaan yang dalam kegiatan usahanya melakukan investasi, pembiayaan atau memberikan perlindungan terhadap resiko kepada konsumennya. Yang termasuk dalam kegiatan usaha melakukan investasi (investment company adalah: 1. Pasar Uang 2. Pasar Modal 7

8 Dan yang termasuk dalam kegiatan usaha melakukan pembiayaan (finance company) adalah: 1. Leasing 2. Anjak piutang 3. Sewa guna usaha 4. Pembiayaan Konsumen 5. Kartu kredit 6. Pegadaian Sedangkan yang termasuk dalam kegiatan uasaha perlindungan terhadap resiko adalah: 1. Asuransi 2. Dana Pensiun 2.1.2 Peranan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank Peran Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank menurut Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru (2006:11) adalah sebagai berikut: Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem keuangan, yaitu: a. Pengalihan aset (asset transmutation) b. Transaksi (transaction) c. Likuiditas (liquidity) d. Efisiensi (efficiency) Berikut adalah penjelasan mengenai peran bank dan lembaga keuangan diatas: a. Pengalihan aset (asset transmutation) Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank dan lembaga keuangan bukan bank telah berperan sebagai pengalih aset yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit

9 (borrowers). Dalam kasus yang lain, pengalihan aset dapat pula terjadi jika bank dan lembaga keuangan bukan bank menerbitkan sekuritas sekunder (giro, deposito berjangka, dana pensiun dan sebagainya) yang kemudian dibeli oleh unit surplus dan selanjutnya ditukarkan dengan sekuritas primer (saham, obligasi, promes, commercial paper dan sebagainya) yang diterbitkan oleh unit defisit. b. Transaksi (transaction) Bank dan lembaga keuangan bukan bank memeberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Dalam ekonomi modern, transaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan. Transaksi keuangan selalu diperlukan baik secara langsung dalam jual-beli barang jadi dalam proses produksi. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank dan lembaga keuangan bukan bank (giro, tabungan, deposito, saham, dan sebagainya) merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran. c. Likuiditas (liquidity) Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produkproduk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian, lembaga keuangan memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas. Dengan kata lain, lembaga keuangan secara bersamaan menyalurkan likuiditas kepada pihak yang memerlukan tambahan likuiditas, dengan cara menyalurkan dana dari pihak yang mengalami kelebihan likuiditas. d. Efisiensi (efficiency) Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peranan bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Disini mereka hanya memperlancar dan mempertemukan

10 pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris (assymetric information) antara peminjam dan investor menimbulkan masalah intensif. Peranan lembaga perantara keuangan menjadi penting untuk memecahkan masalah intensif ini. Indonesia dengan pasar yang belum efisisen, atau adanya informasi yang tidak sempurna, menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Ekonomi biaya tinggi akan menyebabkan Indonesia tidak dapat bersaing dalam pasar global. Terlihat disini lembaga perantara keuangan mempunyai peranan untuk menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak sempurna. Pemerintah Indonesia dengan peraturannya akan dapat memberikan iklim untuk mendukung operasi lembaga tersebut. 2.2 Bank 2.2.1 Pengertian Bank Bank menurut Dendawijaya (2009:14), yaitu sebagai berikut : Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak berkelebihan dana (idle fund surplus unit), kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan (deficit unit) pada waktu yang ditentukan. Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg dalam Taswan (2006 : 4) adalah sebagai berikut: Bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Dalam pasal 1 Undang-undang No. 4 Tahun 2003 tentang Perbankan adalah sebagai berikut: B a nk a da l a h B a nk u mum da n Bank P er kr editan R a ky a t y a ng me l a ks a na ka n kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

11 Dari pengertian atau definisi bank di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa bank merupakan badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, menyalurkan dana kepada masyarakat dengan cara memberikan kredit atau menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkan dan memberikan jasa-jasa bank lainnya. 2.2.2 Fungsi Bank Fungsi bank menurut Siamat, Dahlan (2004:88), adalah sebagai berikut: Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan memberikan jasajasa keuangan baik kepada unit surplus maupun kepada unit defisit. Bank melaksanakan beberapa fungsi dasar, sebagai berikut: a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. b. Menciptakan uang c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. d. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain. 2.2.3 Jenis Bank Jenis atau bentuk bank menurut Dendawijaya (2009:15) adalah sebagai berikut: jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Penggolongannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut: 1. Formalitas berdasarkan undang-undang. 2. Kepemilikannya. 3. Penekanan kegiatan usahanya. 4. Pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha. Berikut adalah penjelasan tentang penggolongan di atas :

12 1. Jenis bank berdasarkan undang-undang Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu: a. Bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya terutama dalam memberikan kredit jangka pendek. b. Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Dengan catatan bahwa bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian lebih besar kepada kegiatan tertentu. 2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya a. Bank milik Negara (badan usaha milik Negara atau BUMN) b. Bank milik pemerintah daerah (badan usaha milik daerah atau BUMD) c. Bank milik swasta nasional d. Bank milik swasta campuran (nasional dan asing) e. Bank milik asing (cabang atau perwakilan) 3. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya a. Bank retail (retail banks) b. Bank korporasi (corporate banks) c. Bank komersial (commercial banks) d. Bank pedesaan (rural banks) e. Bank pembangunan (development banks) f. Dan lain-lain 4. Jenis bank berdasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha a. Bank konvensional b. Bank berdasarkan prinsip syariah

13 2.3 Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan berikut : Taswan (2005:39) menjelaskan definisi laporan keuangan adalah sebagai Bentuk informasi yang disajikan oleh bagian akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja perusahaan yang dicapai selama periode tertentu. Menurut Kasmir (2008:7), adalah sebagai berikut : Laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan secara pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Dari pengertian atau definisi bank di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Laporan Keuangan adalah bentuk informasi yang disajikan bagian akuntansi dalam suatu perusahaan selama periode tertentu yang dapat menunjukan kondisi keuangan suatu perusahaan. 2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2008: 10-11), berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu: 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva(harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode terntentu 5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan

14 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode 7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan 8. Informasi keuangan lainnya Tujuan Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:2) menyatakan: "Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggung jawaban (Stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka" 2.3.3 Pihak-pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan Pihak yang paling berkepentingan tentunya pemilik usaha itu sendiri. Sementara itu, pihak luar adalah mereka yang memiliki hubungan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Masing-masing pihak memiliki kepentingan tersendiri tergantung dari sudut mana kita memendangnya, (Kasmir, 2008:19). Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah sebagai berikut: 1. Pemilik atau pemegang saham Pemilik pada saat ini adalah mereka yang memiliki usaha tersebut. Hal inni tercermin dari kepemilikan saham yang dimiliknya. Kepentingan bagi para pemegang saham yang dimilikinya. 2. Manajemen Kepentingan pihak manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang mereka buat juga memiliki arti tertentu. Bagi pihak manajemen laporan keuangan yang dibuatmerupakan cermin kinerja mereka dalam suatu periode tertentu.

15 3. Kreditor Kreditor adalah pihak penyandang dana bagi perusahaan. Artinya pihak pemberi dana seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Kepentingan kreditor terhadap laporan keuangan perusahaan adalah dalam hal memberi pinjaman atau pinjaman yang telah berjalan sebelumnya. 4. Pemerintah Pemerintah juga memiliki nilai penting atas laporan keuangan yang dibuat perusahaan. Bahkan pemerintah melalui departemen keuangan mewajibkan kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan melaporkan keuangan perusahaan secara periodik. 5. Investor Investoradalah pihak yang hendak menenmkan dana disuatu perusahaan. Jika suatu perusahaan memerlukan dana untuk memperluas usahanya disamping memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan, seperti bank dapat pula diperoleh dari para investor melalui penjualan saham. 2.3.4 Jenis-jenis Laporan keuangan Bank Kasmir (2000:175) Sama seperti lembaga bank lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan bank, yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Neraca Neraca merupakan laporan menunjukan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi Aktiva (Harta), Pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. 2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (Irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan

16 syarat Repurchase Agrement, sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang memungkinkan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang. Penyajian laporan komitmen dan kontinjensi disajikan tersendiri tanpa pos lama. 3. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertntu. 4. Laporan Arus Kas Merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. 5. Catatan atas Laporan Keuangan Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai posisi Devisa Neto menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya. 6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaan. 2.4 Analisis Kinerja Bank 2.4.1 Analisis Rasio Likuiditas Dendawijaya (2009:114) yang dimaksud dengan analisis rasio likuiditas adalah sebagai berikut: Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain adalah sebagai berikut:

17 1. Cash ratio Cash ratio adalah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. 2. Reserve requitment Reserve requirement atau lebih dikenal juga dengan likuiditas wajib minimum adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua pihak. 3. Loan to deposit ratio (LDR) LDR adalah rasio antara seluruhjumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. 4. Loan to asset ratio Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. 5. Rasio kewajiban bersih call money Persentase dari rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancer atau aktiva yang paling likuid dari bank. 2.4.2 Analisis Rasio Rentabilitas Dendawijaya (2009:118) yang dimaksud dengan Analisis rasio rentabilitas adalah sebagai berikut: Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisis rasio rentabilitas suatu bank antara lain: 1. Return on Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA uatu

18 bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. 2. Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modalsendiri. 3. Rasio biaya (Beban) operasional Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operational dan pendaptan operasional. 4. Net profit margin (NPM) ratio Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. 2.4.3 Analisis Rasio Solvabilitas Menurut Dendawijaya (2009:120) yang dimaksud dengan Analisis rasio solvabilitas adalah sebagai berikut: Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajibankewajiban jika terjadi likuidasi bank. Yang termasuk rasio solvabilitas adalah sebagai berikut: 1. Capital adequacy ratio (CAR) CAR adalah rasio yang memeprlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memeproleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. 2. Debt to equity ratio Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri.

19 3. Long term debt to asset ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank yang dibiayai atau dananya diperoleh dari sumber-sumber utang jangka panjang. 2.5 Tingkat Kesehatan Bank 2.5.1. Metode CAMEL Undang-undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, tambahan Lembaran Negara Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, tambahan Lembaran Negara Nomor 3790). Berdasarkan Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan Pasal 29, disebutkan beberapa ketentuan sebagai berikut: (1) Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. (2) Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatihatian. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357). Pasal 8 undang-undang No. 3 tahun 2004, tentang Bank Indonesia disebutkan beberapa ketentuan sebagai berikut: (1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. (2) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. (3) Mengatur dan mengawasi bank.

20 Berdasarkan ketentuan dalam undang-undang tentang perbankan tersebut, Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta 31 Mei 2004, yang mengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut diatas kemudian dikenal sebagai metode CAMELS. 2.5.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta 31 Mei 2004, sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382) Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara triwulanan. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diatur ketentuan pelaksanaan penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dalam suatu Surat Edaran Bank Indonesia dengan pokokpokok ketentuan sebagai berikut: I. UMUM 1. Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil risiko, Bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional Bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi Bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan Bank oleh Bank Indonesia. 2. Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah

21 mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. II. FAKTOR PENILAIAN Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari: a. Permodalan (Capital) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1) kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku; 2) komposisi permodalan; 3) trend ke depan/proyeksi KPMM; 4) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank; 5) kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan); 6) rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha; 7) akses kepada sumber permodalan; dan 8) kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan Bank. b. Kualitas Aset (Asset Quality) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif; 2) debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit; 3) perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset) dibandingkan dengan aktiva produktif; 4) tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP);

22 5) kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif; 6) sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif; 7) dokumentasi aktiva produktif; dan 8) kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. c. Manajemen (Management) Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1) manajemen umum; 2) penerapan sistem manajemen risiko; dan 3) kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. d. Rentabilitas (Earnings) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1) return on assets (ROA); 2) return on equity (ROE); 3) net interest margin (NIM); 4) Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO); 5) perkembangan laba operasional; 6) komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan 7) penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya; dan 8) prospek laba operasional. e. Likuiditas (Liquidity) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1) aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan; 2) 1-month maturity mismatch ratio; 3) Loan to Deposit Ratio (LDR);

23 4) proyeksi cash flow 3 bulan mendatang; 5) ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti; 6) kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management/ ALMA); 7) kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya; dan 8) stabilitas dana pihak ketiga (DPK). f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1) modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga; 2) modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar; dan 3) kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar. III. TATA CARA PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM 1. Formula dan indikator pendukung dalam rangka penilaian setiap komponen sebagaimana dimaksud dalam angka romawi II berpedoman kepada Matriks Perhitungan/Analisis Komponen setiap faktor sebagaimana diuraikan pada Lampiran 1a, Lampiran 1b, Lampiran 1c, Lampiran 1d, Lampiran 1e, dan Lampiran 1f Surat Edaran Bank Indonesia ini. 2. Berdasarkan formula dan indikator pendukung setiap komponen sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap komponen dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen sebagaimana diuraikan pada Lampiran 2a, Lampiran 2b, Lampiran 2c, Lampiran 2d, Lampiran 2e, dan Lampiran 2f Surat Edaran Bank

24 Indonesia ini. Dalam proses ini juga dilakukan analisis terhadap berbagai indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan. 3. Selanjutnya dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap faktor penilaian dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor sebagaimana diuraikan pada Lampiran 3a, Lampiran 3b, Lampiran 3c, Lampiran 3d, Lampiran 3e, dan Lampiran 3f Surat Edaran Bank Indonesia ini. Proses penetapan peringkat setiap faktor penilaian dilaksanakan setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari setiap komponen. 4. Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor penilaian sebagaimana dimaksud pada angka 3, dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat komposit Bank dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit sebagaimana diuraikan pada Lampiran 4a Surat Edaran Bank Indonesia ini. Proses penetapan peringkat komposit Bank dilaksanakan setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari setiap faktor. 5. Untuk memproses penetapan peringkat sebagaimana dimaksud pada angka 2, angka 3, dan angka 4, Bank menggunakan kertas kerja sebagaimana diuraikan pada Lampiran 5a, Lampiran 5b, Lampiran 5c, Lampiran 5d, Lampiran 5e, dan Lampiran 5f Surat Edaran Bank Indonesia ini. 6. Sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September dan Desember. Apabila diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank tersebut secara berkala atau sewaktu-waktu untuk posisi penilaian tersebut terutama untuk menguji ketepatan dan kecukupan hasil analisis Bank. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dimaksud diselesaikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah posisi penilaian atau dalam jangka

25 waktu yang ditetapkan oleh pengawas Bank terkait. Laporan hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank tersebut berpedoman kepada format laporan sebagaimana diuraikan pada Lampiran 6 Surat Edaran Bank Indonesia ini. Perhitungan tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah beberapa dari faktor-faktor CAMELS dan yang digunakan hanya beberapa faktor CAMEL, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Rasio Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif, Manajemen umum, Rasio Return On Equity (ROE), Rasio Return on Total Assets (ROA), Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.6 Rasio Kesehatan Bank Berdasarkan Metode CAMEL Rasio kesehatan keuangan bank dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan terhadap beberapa komponen CAMEL yang akan digunakan di dasarkan pada Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382) Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara triwulanan. Berikut adalah komponen dari beberapa faktor yang akan digunakan adalah sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dan dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dan sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan lainlain. Rasio ini merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi

26 penurunan aktivanya sebagai akibat dan kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko, (Dendawijaya, 2009:121). Kecukupan pemenuhan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku. Capital Adequacy Ratio (CAR) Besarnya nilai CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus berikut: Modal CAR = 100% Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) a. Perhitungan Modal dan Aktiva menurut Risiko (ATMR) berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. b. Rasio dihitung per posisi. c. Komponen modal terdiri dari modal inti (Tier 1), Modal pelengkap (Tier 2) dan Modal pelengkap tambahan (Tier 3) berpedoman pada ketentuan yang berlaku. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan kepada ketentuan Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. 2. Rasio Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif Dalam Lampiran 1b Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Besar nilai Kualitas aktiva produktif suatu bank dapat dihitung dengan rumus berikut: Aktiva produktif yang Diklasifikasikan APYD terhadap AP = 100% Aktiva Produktif

27 a. Cakupan komponen dan kualitas aktiva produktif berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku. b. Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut: 1) 25 % dari Aktiva Produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus 2) 50% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Kurang Lancar 3) 75% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan 4) 100% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Macet c. Rasio dihitung per posisi 3. Manajemen Umum Berdasarkan Lampiran 1d Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Manajemen Umum dinilai dari praktek Good Corporate Governance sebagai berikut: 1) Struktur dan komposisi pengurus Bank a. Bank memiliki komposisi dan jumlah serta kualifikasi anggota Komisaris yang sesuai dengan ukuran, kompleksitas (karakteristik), kemampuan keuangan, dan sasaran strategik Bank. b. Bank memiliki komposisi dan jumlah serta kualifikasi anggota Direksi yang sesuai dengan ukuran, kompleksitas (karakteristik), kemampuan keuangan, dan sasaran strategik Bank. 2) Penanganan conflict of interest Dalam hal terjadi conflict of interest, anggota dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif, dan Pemimpin Kantor Cabang mampu menghindari atau tidak mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank dan segera melakukan pengungkapan (disclosure) conflict of interest tersebut dalam setiap keputusan.

28 3) Independensi pengurus Bank Anggota dewan Komisaris dan atau anggota Direksi memiliki kemampuan untuk bertindak independen dan menangani pengaruh (intervensi) pihak eksternal yang dapat mengakibatkan Good Corporate Governance kualitas praktek Bank memburuk (menurun). 4) Kemampuan untuk membatasi atau mencegah penurunan kualitas good corporate governance Bank memiliki kemampuan untuk mencegah atau membatasi kegiatan usaha Bank yang menurunkan kualitas good corporate governance, seperti perlakuan khusus kepada pihak intern misalnya pejabat dan pegawai Bank dan pemberian kredit secara tidak sehat kepada pihak terkait. 5) Transparansi informasi dan edukasi nasabah a. Bank transparan dalam menyelenggarakan good corporate governance dan menginformasikan kepada publik secara konsisten. b. Bank secara berkesinambungan melaksanakan edukasi kepada nasabah mengenai kegiatan operasional maupun produk dan jasa Bank untuk menghindari timbulnya informasi yang menyesatkan dan merugikan nasabah. 6) Efektifitas kinerja fungsi Komite Bank memiliki fungsi komite yang efektif untuk menunjang pengambilan keputusan yang tepat oleh pengurus Bank, antara lain efektivitas dari komite manajemen risiko. 4. Return on Equity ( ROE) Return on Equity ( ROE) adalah Perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri (Dendawijaya, 2009:118). Berdasarkan Lampiran 1d Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur

29 Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Besarnya nilai Return on Equity ( ROE) dapat dihitung denagn rumus berikut: Laba Setelah Pajak ROE = 100% Rata - rata Modal Inti a. Perhitungan laba setelah pajak disetahunkan b. Rata-rata modal inti c. Perhitungan modal inti berpedoman pada ketentuan bank Indonesia yang berlaku. 5. Rasio Return on Total Assets (ROA) Return on Assets (ROA) adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118). Berdasarkan Lampiran 1d Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Besarnya nilai Return on Assets (ROA ) dapat dihitung dengan rumus berikut: Laba Sebelum Pajak ROA = 100 % Rata - rata Total Aset 6. Net Interest Margin (NIM) Berdasarkan Lampiran 1d Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Besarnya nilai Net Interst Margin (NIM ) dapat dihitung dengan rumus berikut:

30 Pendapatan Bunga Bersih NIM = 100% Rata - rata Aktiva Produktif a. Pendapatan Bunga bersih = Pendapatan bunga beban bunga b. Perhitungan pendapatan bunga disetahunkan c. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga. 7. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, (Dendawijaya, 2009:120). Berdasarkan Lampiran 1d Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus: Beban Operasiona l BOPO = 100% Pendapatan Operasiona l Beban operasional terdiri dari: a. Beban Bunga b. Beban operasional lainnya Pendapatan operasional terdiri dari: a. Pendapatan bunga b. pendapatan provisi dan komisi c. Pendapatan operasional lainnya 8. Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank (Dendawijaya, 2009:116). Berdasarkan Lampiran 1e Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia

31 Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Besarnya nilai loan to deposit ratio dapat dihitung dengan rumus Kredit berikut: LDR = 100% Dana Pihak ketiga a. kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit pada Bank lain). b. Dana pihak ketiga meliputi giro, tabungan, dan depositi (tidak termasuk antar bank). 2.7 Kriteria Penempatan Peringkat Komponen Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Kriteria penempatan komponen sebagaimana diuraikan pada Lampiran 2a, Lampiran 2b, Lampiran 2c, Lampiran 2d dan Lampiran 2e. Berikut adalah tabel Kriteria Penempatan Peringkat Komponen dapat dilihat pada tabel 2.1, sebagai berikut: Tabel 2.1 Kriteria Penempatan Peringkat Komponen No Komponen Peringkat 1 2 3 4 5 Capital (C) 1 Rasio kecukupan modal (CAR) Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan dibandingkan Rasio KPMM cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang Rasio KPMM lebih tinggi secara marginal dibandingkan dengan rasio Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku dan bank dengan rasio ditetapkan dalam KPMM yang cenderung KPMM yang ketentuan ditetapkan dalam menjadi tidak ditetapkan ketentuan (8% solvable dalam ketentuan KPMM 9%)

32 No Komponen Peringkat 1 2 3 4 5 Asset (A) 1 APYD terhadap Rasio sangat Rasio rendah Rasio Moderat Rasio relatif Rasio sangat AP rendah atau atau tidak atau rasio berkisar tinggi atau tinggi sangat tidak signifikan antara 3% sampai diatas rasio signifikan dengan 6% peringkat 3 Management (M) 1 Manajemen Penerapan Penerapan Penerapan Penerapan Penerapan Umum manajemen manajemen manajemen umum manajemen manajemen umum umum dilaksanakan umum umum dilaksanakan dilaksanakan dengan cukup dilaksanakan dilaksanakan dengan sangat dengan baik dan baik dan cukup dengan kurang dengan tidak baik dan cukup konsisten. konsisten namun baik dan kurang baik dan tidak konsisten. terdapat konsisten. konsisten. kelemahan minor. Earnings (E) 1 ROE Perolehan sangat tinggi laba Perolehan tinggi laba Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROE Perolehan laba bank rendah atau cenderung Bank mengalami kerugian yang berkisar antara mengalami besar (ROE 0.5% sampai kerugian (ROE negatif) dengan 1.25% mengarah negatif) 2 ROA Perolehan laba Perolehan laba Perolehan laba Perolehan laba Bank sangat tinggi tinggi cukup tinggi, atau bank rendah mengalami rasio ROA atau cenderung kerugian yang berkisar antara mengalami besar (ROA 0.5% sampai kerugian (ROA negatif) dengan 1.25% mengarah negatif) 3 NIM Margin bunga Margin bunga Margin bunga Margin bunga Margin bunga bersih sangat bersih tinggi bersih cukup bersih rendah bersih sangat tinggi tinggi atau rasio mengarah rendah atau NIM berkisar negatif negatif antara 1.5% sampai 2%

33 No Komponen Peringkat 1 2 3 4 5 Earnings (E) 4 BOPO Tingkat Tingkat efesiensi Tingkat efesiensi Tingkat Tingkat efesiensi sangat baik cukup baik atau efesiensi buruk efesiensi baik rasio BOPO sangat buruk berkisar antara 94% sampai dengan 96% Liquidiy (L) 1 LDR 50% < Rasio 75% < rasio 85% < Rasio 100%< Rasio Rasio> 120% 75% 85% 100% atau rasio 120% 50 Sumber: Lampiran 2a s/d 2e Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 2.8 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap faktor penilaian dengan berpedoman kepada Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor sebagaimana diuraikan pada Lampiran 3a, Lampiran 3b, Lampiran 3c, Lampiran 3d dan Lampiran 3e. Proses analisis untuk menetapkan peringkat setiap faktor penilaian dengan berpedoman kepada matriks kriteria penetapan peringkat faktor. Matriks kriteria penetapan peringkat faktor dapat dilihat pada tabel 2.2., sebagai berikut:

34 Tabel 2.2. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Komponen Permodalan (Capital) Kualitas Aset (Asset) Peringkat 1 2 3 4 5 Tingkat modal Tingkat modal Tingkat modal Tingkat modal Tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan Diper kirakan tetap berada di tingkat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang. Kualitas asset sangat baik dengan risiko portofolio yang sangat minimal. Kebijakan pemberian kredit/ investasi,prosedur dan administrasi sangat men dukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta didokumentasikan dengan sangat baik. berada lebih berada sedikit Sedikit dibawah berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini serta membaik dari tingkat saat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang. Kualitas aset baik namun terdapat minordeficiencies yang tidak signifikan. diatas atau sesuai ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini selama 12 (dua belas) bulan mendatang. Kualitas aset baik ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan mengalami perbaikan dalam 6 (enam) bulan mendatang. Kebijakan pem Kebijakan pem hidup bank apa semakin berian kredit/ investasi,prosedur dan administrasi mendukung kegiatan opera sional yang aman dan sehat, serta didokumentasikan dengan baik. namun terdapat minordeficiencies yang tidak signifikan. berian kredit/ investasi,prosedur dan administrasi cukup mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta didokumen tasikan dengan cukup baik. Kualitas asset kurang baik dan diperkirakan akan mengancam Kelangsungan kurang mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta kurang didokumentasikan dengan baik. rendah dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini atau menurun dalam 6 (enam) bulan mendatang. Kualitas aset tidak baik dan diperkirakan tingkat asset bermasalah bila tidak di memburuk. koreksi.kebijakan Kebijakan pemberian kredit/ pemberian kredit/ investasi,prosedur investasi, dan administrasi prosedur dan administrasi tidak mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta tidak didokumentasikan dengan baik.

35 Komponen Manajemen (Management) Peringkat 1 2 3 4 5 Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Bank memiliki track memiliki track record kinerja yang record kinerja sangat memuaskan, independen, mampu beradaptasi dengan yang memuaskan, independen, mampu perubahan kondisi beradaptasi ekstern, dan dengan perubahan memiliki sistem kondisi ekstern, pengendalian dan memiliki risiko yang sangat system kuat serta ampu pengendalian mengatasi masalah risiko yang kuat yang dihadapi baik saat ini maupun di serta mengatasi mampu masa yang akan masalah yang datang. Respon dihadapi baik saat pengurus sangat ini maupun di baik sehingga tidak masa yang akan diperlukan tindakan datang. Respon pengawasan yang pengurus baik dan bersifat mandatory. otoritas hanya memerlukan tindakan pengawasan (mandatory) yang tidak material. memiliki track memiliki track memiliki track record kinerja record kinerja record kinerja yang cukup yang kurang memuaskan, cukup independen, memuaskan, kurang cukup mampu independen, beradaptasi kurang mampu dengan perubahan beradaptasi dengan kondisi ekstern, perubahan kondisi dan memiliki sistem pengendalian risiko yang memadai serta cukup mampu mengatasi masalah yang dihadapi baik saat ini maupun di masa yang akan datang. cukup baik namun otoritas perlu mengambil tindakan pengawasan (mandatory) agar kondisi Bank tidak Berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. ekstern, dan dan memiliki memiliki system pengendalian risiko yang lemah serta kurang mampu mengatasi masalah yang dihadapi baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Respon pengurus kurang baik baik sehingga sehingga otoritas otoritas perlu perlu mengambil beberapa tindakan pengawasan (mandatory) agar kondisi Bank tidak mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. yang tidak memuaskan, tidak independen, tidak mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi ekstern, sistem pengendalian risiko yang sangat lemah serta tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Respon pengurus tidak mengambil beberapa tindakan pengawasan (mandatory) untuk menghindari pencabutan izin usaha atau pembekuan kegiatan usahanya.

36 Komponen Rentabilitas (Earnings) Liquiditas (Liquidity) Peringkat 1 2 3 4 5 Secara umum Kemampuan Secara umum kinerja Kinerja rentabilitas rentabilitas tinggi rentabilitas cukup sangat baik. Untuk mengantisipasi baik. Kemampuan Kemampuan potensi kerugian dan rentabilitas cukup rentabilitas sangat meningkatkan modal. tinggi untuk tinggi untuk mengantisipasi mengantisipasi potensi kerugian dan potensi kerugian meningkatkan modal. dan meningkatkan modal. Secara umum Secara umum kinerja kinerja rentabilitas buruk Kemampuan rentabilitas rentabilitas sangat buruk. Kemampuan rentabilitas rendah untuk sangat rendah mengantisipasi potensi untuk mengantisipasi kerugian dan potensi meningkatkan kerugian dan modal. meningkatkan modal. Secara umum Secara umum kinerja Secara umum kinerja Secara umum Secara umum kinerja likuiditas likuiditas baik. likuiditas cukup baik. kinerja kinerja sangat baik. Kemampuan Kemampuan likuiditas untuk likuiditas untuk mengantisipasi Mengantisipasi kebutuhan likuiditas kebutuhan dan likuiditas penerapan dan penerapan manajemen risiko manajemen risiko likuiditas kuat. likuiditas sangat kuat. Kemampuan likuiditas untuk likuiditas kurang baik. mengantisipasi kebutuhan likuiditas Kemampuan likuiditas untuk dan penerapan mengantisipasi manajemen risiko kebutuhan likuiditas memadai. likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas lemah. likuiditas kurang baik. Kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat Sumber: Lampiran 3a s/d 3e Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 2.9 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Berdasarkan hasil penetapan peringkat

37 setiap faktor, dilakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat komposit bank dengan berpedoman kepada matriks kriteria penetapan peringkat komposit ebagaimana diuraikan pada Lampiran 4a Surat Edaran Bank Indonesia ini. Matriks kriteria penetapan peringkat komposit dapat dilihat pada tabel 2.3, sebagai berikut: Tabel 2.3. Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Komponen Peringkat 1 2 3 4 5 1. Permodalan Bank Bank tergolong 2. Kualitas tergolong baik dan mampu Aktiva sangat baik mengatasi 3. Manajemen dan mampu pengaruh negatif 4. Rentabilitas 5. Likuiditas mengatasi Pengaruh negatif kondisi Perekonomian kondisi perekonomian dan industri keuangan namun Bank masih memiliki dan industri kelemahankelemahan keuangan. minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. Bank tergolong cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila Bank tidak segera Melakukan tindakan korektif. Bank tergolong kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi terhadap perekonomian dan industry keuangan atau Bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan,yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. Bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. Sumber: Lampiran 4a s/d Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 2.10 Kertas Kerja-Penetapan Peringkat Komponen Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang mengatur Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Untuk memproses penetapan peringkat