KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

HUBUNGAN KARAKTER FISIOLOGI DENGAN KOMPONEN HASIL DAN HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

HASIL DAN PEMBAHASAN

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

III. BAHAN DAN METODE

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN

Hubungan Karakter Daun dengan Hasil Padi Varietas Unggul. Correlation of Leaf Characteristics and Yield of Various Types of Rice Cultivars

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Varietas Unggul Padi Sawah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN METODE PENELITIAN

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

Sumber : Nurman S.P. (

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH VARIETAS DAN METODE PEMUPUKAN TERHADAP HASIL PADI DI RAWA LEBAK (EFFECT OF VARIETIES AND FERTILIZATION METHOD ON RICE YIELD IN LOW LAND)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

Transkripsi:

35 KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan agronomi padi varietas unggul telah dilakukan di kebun percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Muara, Bogor pada bulan Juni sampai Desember 2010. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan dan 12 padi varietas/galur unggul sebagai perlakuan. Varietas yang digunakan adalah, (varietas unggul lokal/vul); IR 64 dan (varietas unggul baru/vub);,, galur BP 360, dan (padi tipe baru/ptb); dan,, SL-8 SHS, dan PP1 (hibrida). Hasil percobaan menunjukkan karakter tiga daun bagian atas PTB lebih baik dibandingkan dengan VUL, VUB, dan hibrida. Karakter daun VUB, PTB, dan hibrida tegak, sedangkan VUL memiliki karakter daun terkulai. Kapasitas sink pada PTB dan hibrida lebih besar dibanding VUB dan VUL, tetapi memiliki persentase gabah isi yang lebih rendah. Hasil tertinggi terdapat pada Galur (6.93 ton GKG/ha). Hasil yang lebih tinggi disebabkan oleh perbedaan karakter morfologi dan agronomi setiap varietas. Kata kunci : padi, karakter morfologi, karakter agronomi Abstract An experiment was conducted at Muara Experimental Station, Indonesian Center for Rice Research, Bogor, from June until December 2010. The objective of the research was to study morphological and agronomy characteristics in various types of rice cultivars. A randomized complete block design with four replications was used. The treatment consisted of 12 rice varieties and lines. Varieties and lines used were as follows and as local varieties (LV); and as improved new varieties (INV);,,, and as new plant type varieties/lines (NPT);,, SL8- SHS, and PP1 as hybrid varieties. The results showed that the top three leaves of NPT were better than those of LV, INV, and hybrids. NPT and hybrids showed erect leaf characteristics and LV had droopy leaf characteristics. The sink capacity in NPT and hybrids was larger than that of INV and LV, but filled grain percentage in the NPT were lower than that of INV and LV. The highest yield was achieved by line (6.93 tons GKG/ha). The higher grain yield was caused by differences in morphological and agronomy characters. Keywords : rice, morphology, agronomy characters

36 Pendahuluan Peningkatan produksi dan produktivitas padi yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun sejalan dengan perkembangan varietas padi unggul yang dilepas. Varietas unggul toleran terhadap beberapa cekaman yang dihasilkan oleh pemulia menunjukkan peran yang nyata terhadap peningkatan produktivitas padi. Walaupun demikian varietas unggul lokal dengan produktivitas yang rendah tetap berkembang karena selain bersifat aromatik dan memiliki nilai ekonomi tinggi, toleran terhadap berbagai cekaman. Perakitan padi varietas unggul dengan hasil tinggi terus berkembang melalui perakitan padi tipe baru (PTB) maupun hibrida dan banyak menggunakan pendekatan atau konsep pemuliaan idiotipe tanaman (Yang et al. 2007). Yoshida (1981) menyatakan karakter kanopi tanaman yang meliputi posisi dan susunan daun menjadi salah satu faktor yang menentukan tipe tanaman ideal dengan hasil yang lebih tinggi. Karakter tiga daun bagian atas yang panjang, tegak, menyempit, dan tebal (Yuan 2001; Hao et al. 2010) dijadikan sebagai dasar perakitan varietas padi dengan hasil tinggi. Pengaturan kanopi tanaman dapat memanfaatkan cahaya lebih besar dan efisien, sehingga fotosintesis tanaman dan produksi biomas lebih besar (Peng et al. 2008). Varietas padi dengan tipe malai besar menunjukkan bahwa 3 daun bagian atas tidak hanya besar, tetapi juga tebal dan tegak dan secara nyata berkorelasi dengan komponen hasil (Jun et al. 2006). Ganghua et al. (2009) menyatakan dari bentuk tanaman maka bentuk daun yang sesuai dengan sudut daun kecil dapat menyebabkan indeks luas daun yang lebih besar dengan luas lebih rendah per batang dan menyebabkan jumlah malai per m 2 lebih banyak. Varietas unggul lokal terutama yang tergolong dalam padi jenis indica memiliki daun yang panjang dan horisontal, sehingga bentuk kanopi yang terkulai. Daun terkulai akan mengurangi penetrasi cahaya, meningkatkan kelembaban di bawah kanopi daun, dan mengurangi pergerakan udara (Yoshida 1981; Khush 1999). Hal ini akan menurunkan efisiensi fotosintesis dan menguntungkan pertumbuhan hama dan penyakit (Peng et al. 1994). Yoshida (1981) menyatakan fotosintesis pada daun terkulai lebih rendah dibandingkan kanopi daun tegak pada saat intensitas cahaya tinggi.

37 Menurut Abdullah et al. (2008b) PTB yang cocok untuk iklim Indonesia adalah mempunyai jumlah anakan sedang namun semua produktif (12-18 batang), jumlah gabah per malai 150-200 butir, gabah bernas 85-95%, bobot 1000 gabah bernas 25-26 g, batang kokoh dan pendek (80-90 cm), umur genjah (110-120 hari), daun tegak, sempit berbentuk huruf V, warna daun hijau-hijau tua, akar banyak dan menyebar dalam. Karakter morfologi padi varietas unggul dengan potensi hasil tinggi yang menggunakan pendekatan konsep idiotipe tanaman pada varietas hibrida super adalah jumlah anakan sedang (270-300 malai/m 2 ), malai besar dan terkulai, tinggi tanaman sekitar 100 cm, tiga daun bagian atas panjang antara 50 dan 55 cm, tegak, sudut daun bendera, kedua, dan ketiga berturut-turut 5, 10, dan 20 derajat, menyempit dan membentuk huruf V dengan lebar daun 2 cm, daun tebal, dan memiliki indeks panen sekitar 0.55 (Peng et al. 2008). Informasi hubungan karakter morfologi dan agronomi pada padi varietas unggul belum banyak dilaporkan. Karakter tipe tanaman padi varietas unggul dapat memberikan informasi yang berguna untuk pemuliaan padi ideotipe dan menentukan praktek pengelolaan yang optimal. Kajian karakter morfologi dan agronomi pada padi varietas unggul perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan agronomi pada padi varietas unggul. Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai Desember 2010 bertempat di kebun percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Muara, Bogor. Analisis tanah dilakukan di laboratorium Tanah, Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Metode Percobaan Padi varietas/galur unggul sebagai perlakuan diatur dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 12 varietas yaitu dan Pandan Wangi (varietas unggul lokal/vul); IR 64 dan (varietas unggul baru/vub);,, galur BP 360, dan galur (padi tipe

38 baru/ptb); dan varieras,, SL-8 SHS, dan PP1 (Hibrida). Deskripsi karakter penting varietas/galur unggul disajikan pada Lampiran 1. Setiap perlakuan diulang empat kali sehingga terdapat 48 unit percobaan. Setiap unit percobaan adalah petak percobaan dengan ukuran 5 m x 5 m. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati digunakan model matematika sesuai RAK sebagai berikut : Y ij = µ + T i + B j + ij Y ij = respon atau nilai pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = nilai tengah umum T i = pengaruh perlakuan ke-i B j = pengaruh kelompok ke-j ij = pengaruh galat percobaan karena perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Pelaksanaan Percobaan Penyiapan lahan dilakukan dengan pengolahan tanah dua kali agar diperoleh pelumpuran tanah yang baik. Ukuran setiap petak percobaan (unit percobaan) ialah 5 m x 5 m. Untuk memisahkan antar petak dibuat pematang lebar 25 cm, sedangkan antar ulangan dibuat pematang dengan lebar 50 cm. Dengan demikian luas seluruh lahan yang digunakan dalam percobaan 23.5 m x 62.5 m atau 1468.75 m 2. Bibit hasil persemaian dipindahtanam (transplanting) setelah berumur 21 hari, kecuali untuk varietas dan setelah berumur 30 hari. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm. Bibit ditanam sebanyak satu bibit/lubang. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dipupuk dengan 300 kg Urea, 200 kg SP-18, dan 100 kg KCl per ha. Pupuk urea diberikan secara bertahap yaitu sebagai pupuk dasar, pupuk susulan diberikan dua kali yaitu 21 hari setelah tanam (HST) pada saat anakan aktif dan 40 HST. Pupuk P diberikan semuanya sebagai pupuk dasar, sedangkan pupuk K diberikan sebagai pupuk dasar 50% dan sisanya pada umur 40 HST saat primordia. Pengairan dilakukan 3 hari setelah tanam, petakan diairi dengan tinggi genangan 3 5 cm. Pada saat pemupukan dan penyiangan kondisi tanah macak-macak, setelah tiga hari pemupukan petakan diairi kembali. Pengairan dihentikan pada saat tanaman telah berumur 10 hari menjelang panen.

39 Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara optimal, sedangkan penyiangan dilakukan dengan menggunakan landak dan cara manual pada saat tanaman umur tiga dan lima minggu setelah tanam. Variabel Yang Diamati Pengamatan dilakukan terhadap lima rumpun tanaman contoh per petak. Karakter morfologi dan agronomi diamati berdasarkan panduan sistem karakterisasi dan evaluasi tanaman padi (Deptan 2003). Karakter Morfologi 1. Karakter Daun a. Distribusi vertikal dan sudut daun dari tiga daun bagian atas dilakukan 10 hari setelah pembungaan. Batang utama untuk setiap perlakuan diteliti untuk pengukuran sudut daun (sudut antara daun dengan batang utama) dari daun bendera, daun kedua, dan ketiga dari atas menggunakan alat ukur busur derajat. b. Dinamika luas daun dari tiga daun bagian atas. Luas daun bendera, daun kedua, dan ketiga dari atas diukur dengan metode panjang x lebar x 0.75 (koefisien) (Yoshida 1976) menggunakan alat ukur mistar. 2. Karakter Batang, diukur diameter ruas batang bagian bawah dan bagian atas setelah berbunga dengan menggunakan alat kaliper. 3. Karakter malai, dilakukan setelah panen dengan mengukur panjang malai dan menghitung jumlah cabang primer dan sekunder serta kepadatan malai. 4. Karakter gabah, dilakukan pengukuran terhadap panjang, lebar, dan tebal gabah menggunakan alat kaliper. Karakter Agronomi 1. Jumlah Anakan, seluruh anakan (produktif dan tidak produktif) yang terbentuk dihitung dengan interval waktu 10 hari setelah tanam. 2. Persentase anakan produktif dihitung dari nisbah malai terhadap jumlah anakan pada tahap anakan maksimum dikalikan 100%. 3. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah hingga ujung malai tertinggi diamati setelah pembungaan.

40 4. Luas daun per rumpun pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji, diukur dengan menggunakan metode panjang x lebar x 0.75 (koefisien) (Yoshida 1976). 5. Bobot biomas akhir (saat panen) diukur dengan mengambil dua tanaman contoh setiap perlakuan kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 85 o C selama 48 jam hingga mencapai bobot kering konstan. 6. Umur Berbunga dan Panen. Umur berbunga dicatat dalam hari sejak semai hingga membentuk malai (50% tanaman berbunga) dan umur panen dicatat dalam hari sejak semai hingga matang (85% butir dalam malai matang). 7. Komponen hasil diperoleh dengan mengamati jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir. 8. Hasil (ubinan dan per ha) dan Indeks Panen. Hasil diamati sebagai gabah kering giling (14% kadar air) dari petak ubinan dengan ukuran petak 2 m x 2 m. Indeks Panen (IP) dihitung dengan rumus : Bobot gabah kering IP = -------------------------------- Bobot kering biomas total Analisis Data Data dianalisis dengan sidik ragam sesuai rancangan yang digunakan, apabila berpengaruh nyata analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf nyata 5% untuk mengetahui perbedaan antar varietas. Hasil dan Pembahasan Hasil Sidik Ragam Sidik ragam menunjukkan perbedaan varietas atau galur berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap semua variabel pengamatan yaitu karakter morfologi dan agronomi. Rekapitulasi sidik ragam karakter morfologi dan agronomi disajikan pada Lampiran 2.

41 Karakter Morfologi Padi Varietas Unggul Karakter Daun Karakter tiga daun bagian atas pada setiap varietas menunjukkan perbedaan (Tabel 3). Varietas dan (VUL) memiliki karakter panjang daun bendera sedang dan pada daun ke dua dan ke tiga panjang, dengan lebar daun yang lebih besar. VUB, PTB (kecuali ), dan hibrida memiliki panjang daun bendera yang pendek (28.9 cm - 38.71 cm) dan panjang daun kedua dan ketiga sedang (36.79 cm - 52.13 cm) (kriteria sedang 41cm - 60 cm), dengan lebar daun yang kecil (1.11 cm - 1.79 cm) kecuali dan. Panjang dan lebar daun adalah faktor yang berhubungan dengan struktur kanopi dan indeks luas daun. Bentuk kanopi yang dihasilkan akan berperan penting untuk menangkap radiasi matahari. Tabel 3 Panjang, lebar, dan sudut tiga daun bagian atas tanaman padi varietas unggul Varietas/ Galur Unggul Lokal Unggul Baru Padi Tipe Baru Hibrida SL-8 SHS PP-1 Daun bendera 40.1 b 46.1 a 28.9 e 33.6 cde 45.9 a 36.1 bcd 34.8 bcd 37.7 bcd 38.7 bc 37.3 bcd 35.7 bcd 32.8 de Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Sudut daun ( o ) Daun Daun Daun Daun Daun Daun Daun ke dua ke tiga bendera ke dua ke tiga bendera ke dua 59.8 a 53.9 b 36.8 f 43.4 de 48.1 cde 45.8 cde 49.6 bc 48.4 cd 48.6 c 47.8 cde 43.6 de 43.3 e 68.4 a 56.8 b 37.9 f 45.9 e 52.1 cd 49.2 de 54.6 bc 51.5 cd 51.8 cd 48.1 de 45.0 e 45.3 e 2.2 a 2.2 a 1.5 d 1.6 d 2.1 ab 1.5 d 1.8 c 2.0 b 1.5 d 1.6 d 1.5 d 1.6 d 2.0 a 1.9 ab 1.3 e 1.4 e 1.8 bc 1.3 e 1.6 d 1.7 c 1.3 e 1.4 e 1.3 e 1.4 e 1.9 a 1.6 b 1.1 d 1.2 cd 1.5 b 1.1 d 1.3 c 1.5 b 1.2 cd 1.1 d 1.1 d 1.2 d 43.4 a 34.4 b 18.7 cd 19.4 c 14.0 f 15.9 ef 16.5 de 16.7 de 19.1 c 18.2 cde 18.3 cd 19.2 c 48.3 a 41.1 b 23.1 cd 23.5 cd 19.2 e 21.2 de 22.3 cd 22.0 cd 23.4 cd 23.5 cd 23.1 cd 24.7 c Daun ke tiga 52.3 a 50.8 a 32.2 b 32.1 b 26.5 c 29.4 bc 29.0 bc 30.8 b 32.8 b 32.9 b 31.0 b 31.6 b Keterangan : Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. VUL memiliki sudut daun yang lebih besar berkisar 40 o 50 o, dengan karakter daun yang lebih panjang dan lebar sehingga menghasilkan bentuk kanopi daun yang terkulai. Ini menyebabkan daun pada VUL tidak efisien dalam memanfaatkan radiasi matahari. Sudut daun VUB, PTB, dan hibrida berkisar antara 14.0 o 32.9 o, sehingga memiliki karakter kanopi daun yang tegak (kriteria tegak < 45 o ). PTB terutama dan memiliki sudut daun yang lebih kecil pada daun berdera (14.0 o dan 15.9 o ) dan berbeda nyata dengan semua

42 varietas. Hasil ini menunjukkan bahwa PTB memiliki karakter tiga daun bagian atas yang lebih baik, selain berukuran besar juga berposisi tegak sehingga akan lebih efisien dalam memanfaatkan radiasi matahari. Ini dapat meningkatkan fotosintesis tanaman dan meningkatkan hasil. Sesuai dengan pernyataan Lu et al. (2010) pengaruh tipe tanaman terhadap hasil sangat tergantung pada struktur kanopi. Namun demikian varietas padi unggul yang diteliti belum memiliki karakter morfologi daun yang ideal untuk menjadi tanaman yang memiliki ideotipe berdaya hasil tinggi. Karakter morfologi tiga daun bagian atas yang ideal menurut Yuan (2001) dan Peng et al. (2008) ialah daun bendera panjang 50 cm dan daun ke dua dan ke tiga 55 cm, sudut daun berturut-turut 5, 10, dan 20 derajat daun menyempit membentuk huruf V, lebar 2 cm, dan tebal. Karakter Distribusi Vertikal Tiga Daun Bagian Atas Tabel 4 menunjukkan tinggi tanaman VUL tergolong tinggi (kriteria tinggi > 130 cm) berbeda nyata dengan varietas lainnya, sedangkan antar varietas pada VUB, PTB, dan hibrida tidak berbeda nyata dan tergolong pendek (kriteria pendek < 110 cm). Tinggi letak 3 daun bagian atas dari tinggi tanaman menunjukkan perbedaan di antara varietas. Peningkatan tinggi tanaman meningkatkan letak tiga daun bagian atas pada setiap varietas. Jarak antara tiga daun bagian atas (daun bendera, ke dua, dan ke tiga) berbeda antar varietas. Jarak daun bendera dengan daun ke dua dan daun ke tiga pada varietas dan lebih panjang dan berbeda nyata dengan semua varietas. VUB, PTB, dan hibrida memiliki jarak antar daun bendera, ke dua, dan ke tiga yang hampir sama dan lebih pendek dibanding VUL. Karakter tanaman VUL adalah tinggi dan jarak antar daun yang lebih panjang ini akan memperbaiki posisi daun dalam kanopi, tetapi dengan karakter daun terkulai maka kondisi demikian tidak memperbaiki kemampuan fotosintesisnya. Sebaliknya pada tanaman yang pendek seperti pada (VUB) posisi daun lebih padat dapat menimbulkan kompetisi antar daun dalam kanopi. Karakter tanaman pendek pada (VUB), PTB, dan hibrida sekitar 100 cm dengan sudut daun yang tegak menyebabkan pembagian ruang kanopi daun dapat seimbang dengan jarak antara daun yang tidak terlalu panjang. Jun et al. (2006)

43 menyatakan peningkatan tinggi tanaman akan meningkatkan posisi tiga daun bagian atas secara khusus daun bendera dan ini menguntungkan untuk daun di bagian bawah untuk menangkap cahaya. Tinggi tanaman merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat kepadatan daun dan kemampuan untuk fotosintesis untuk menghasilkan asimilat. Karakter tinggi tanaman untuk menjadi tanaman ideal dengan potensi hasil tinggi adalah sekitar 100 cm (Yuan 2001 ; Peng 2008). Tabel 4 Distribusi vertikal tiga daun bagian atas tanaman padi varietas unggul Varietas/ Galur Unggul Lokal Unggul baru Padi Tipe Baru Hibrida SL-8 SHS PP-1 Keterangan : Tinggi tanaman (cm) 163.4 a 159.4 a 91.1 c 99.8 b 101.8 b 104.7 b 103.5 b 101.5 b 102.9 b 102.5 b 100.7 b 101.3 b Tinggi letak daun (cm) Daun ke dua Daun bendera 124.1 a 120.9 a 65.3 d 71.0 bc 72.2 bc 74.8 b 73.1 b 72.6 bc 73.8 b 72.9 bc 68.8 cd 72.0 bc 80.9 a 67.1 b 41.9 f 46.5 cde 44.7 def 49.0 cd 50.2 c 48.7 cd 47.8 cd 48.4 cd 42.8 ef 43.3 ef Daun ke tiga 58.3 a 49.7 b 29.0 e 31.7 de 31.8 de 31.6 de 36.4 c 34.3 cd 33.7 cd 33.9 cd 31.8 de 31.7 de Jarak antara daun bendera dan daun ke dua (cm) 43.2 b 53.7 a 23.4 e 24.5 de 27.5 cd 25.8 cde 22.9 e 23.9 de 26.0 cde 24.5 de 26.0 cde 28.8 c Jarak antara daun ke dua dan daun ke tiga (cm) 22.6 a 17.7 b 12.9 de 14.8 bcd 12.9 de 17.5 bc 13.7 de 14.4 bcde 14.1 cde 14.5 bcde 11.0 e 11.5 de Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Karakter Batang Tabel 5 menunjukkan diameter batang bagian bawah dan bagian atas VUL > PTB > hibrida > VUB. Varietas memiliki diameter batang terbesar yaitu 9.12 mm berbeda nyata dengan,, dan, dan tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya. VUB memiliki diameter batang lebih kecil bagian bawah sekitar 6 mm dan atas sekitar 4 mm. Karakter diameter ini berhubungan dengan tinggi tanaman. Dengan tinggi tanaman yang pendek VUB memiliki diameter batang yang lebih kecil. PTB memiliki diameter berbeda diantara varietas, memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan dengan

44. Diameter batang bagian bawah dan bagian atas pada hibrida tidak berbeda antar varietas yang berkisar 7.2 8.0 mm bagian bawah dan bagian atas 5.3-6.3 mm. Diameter batang dan tinggi tanaman akan mempengaruhi ketahanan terhadap kerebahan. Diameter yang besar akan menyebabkan tanaman lebih tegak dan kekar apabila didukung dengan tinggi tanaman yang sesuai. PTB dan hibrida memiliki sifat yang demikian. Karakter tanaman yang pendek dan kaku merupakan sifat yang dikehendaki dalam pengembangan varietas unggul, karena sifat demikian akan tahan rebah (Manurung dan Ismunadji 1988). Tabel 5 Diameter batang bagian bawah dan bagian atas padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Unggul baru Padi Tipe Baru Hibrida SL-8 SHS PP-1 Keterangan : Diameter ruas batang bawah (mm) 9.1 a 8.1 abc 6.2 cd 6.4 cd 7.4 abcd 6.2 cd 8.5 ab 7.6 abcd 7.2 bcd 8.0 abcd 7.8 abcd 7.8 abcd Diameter ruas batang atas (mm) 7.4 a 6.8 ab 4.7 e 4.9 cde 6.1 abcde 4.8 de 6.8 ab 6.2 abcd 5.3 bcde 6.3 abc 6.1 abcd 6.0 abcde Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Karakter Malai Tabel 6 menunjukkan VUL memiliki malai yang panjang dan berbeda nyata dengan VUB, PTB, dan hibrida. Varietas dan memiliki malai yang pendek dan berbeda nyata dengan semua varietas. Jumlah cabang primer dan sekunder malai pada VUL lebih banyak, tetapi memiliki kepadatan malai yang rendah. VUB mempunyai malai yang pendek, jumlah cabang primer dan sekunder yang sedikit dan kepadatan malai yang rendah. Jumlah cabang primer dan sekunder pada dan lebih banyak dan malai lebih

45 padat, berbeda nyata PTB lainnya. Hibrida memiliki jumlah cabang primer dan sekunder, serta kepadatan malai yang lebih sedikit dibandingkan PTB. Karakter malai menunjukkan adanya peningkatan pada PTB dan hibrida yaitu semakin banyak cabang primer maupun sekunder akan meningkatkan kepadatan malai, sebaliknya VUL memiliki malai yang panjang sekitar 31 cm dengan jumlah cabang yang banyak tidak menyebabkan peningkatan kepadatan malai. Zhang et al. ( 2010) menyatakan malai yang besar dengan jumlah gabah per malai lebih banyak dapat meningkatkan kepadatan gabah. Varietas dan Galur memiliki karakter malai yang padat berbeda nyata dengan semua varietas. Kedua genotipe memiliki malai yang panjang yaitu 28.6 cm dan 25.2 cm dan jumlah cabang yang banyak. Tabel 6 Panjang malai, jumlah cabang primer dan sekunder malai, dan kepadatan malai padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Unggul baru Padi Tipe Baru Hibrida SL-8 SHS PP-1 Keterangan : Panjang malai (cm) 31.5 a 31.3 a 24.6 ef 24.1 f 28.6 bc 25.7 e 29.2 b 25.2 ef 27.1 d 28.3 bc 27.9 cd 28.0 bcd Jumlah cabang primer malai (buah) 13.0 a 13.9 a 8.9 e 9.4 e 12.6 a 10.7 d 11.7 b 12.8 a 10.8 cd 10.6 d 11.3 bc 11.7 b Jumlah cabang sekunder malai (buah) 39.1 e 45.8 d 29.8 f 34.3 f 59.8 ab 41.3 e 56.4 b 61.8 a 49.6 cd 50.4 c 39.7 e 50.1 c Kepadatan malai (butir/cm) 5.1 f 6.8 de 5.0 f 5.3 f 10.1 a 6.1 e 8.7 b 10.7 a 7.6 cd 7.5 cd 8.1 bc 7.7 c Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Karakter Gabah Tabel 7 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada panjang, lebar, dan tebal gabah pada setiap varietas. Varietas memiliki gabah yang lebih panjang tidak berbeda nyata dengan dan, sedangkan Pandan

46 Wangi memiliki panjang gabah yang lebih pendek. Semua varietas memiliki kriteria gabah yang sangat panjang (kriteria sangat panjang > 7.5 mm). Varietas memiliki ukuran gabah yang lebih lebar dan tebal yang berbeda nyata dengan semua varietas. Gabah yang lebih tebal dihasilkan oleh dan yang tidak berbeda nyata dengan, sedangkan varietas PP1 memiliki ketebalan gabah yang rendah berbeda nyata dengan semua varietas. Tabel 7 Panjang, lebar, dan ketebalan gabah padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Unggul baru Padi Tipe Baru Hibrida SL-8 SHS PP-1 Panjang gabah (mm) 9.9 abc 8.4 f 9.9 abc 9.6 cd 9.4 de 10.1 a 9.2 e 9.2 e 10.0 ab 9.7 c 9.6 cb 9.8 bc Lebar gabah (mm) 3.3 b 3.6 a 2.5 f 2.7 e 3.0 c 2.8 e 3.3 b 2.9 d 2.6 f 2.7 e 2.7 e 2.5 f Tebal gabah (mm) 2.13 a 2.12 ab 2.05 cd 2.08 bc 2.08 bc 2.13 a 2.07 cd 1.99 ef 2.01 ef 1.98 f 2.03 de 1.94 g Rasio panjang/lebar gabah Keterangan : Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. 3.0 2.3 4.0 3.6 3.1 3.6 2.8 3.2 3.8 3.6 3.6 3.9 Berdasarkan rasio panjang dan lebar gabah maka varietas, Pandan Wangi, dan galur mempunyai bentuk gabah sedang, sedangkan varietas dan galur lainnya berbentuk ramping. Kriteria bentuk ramping bila rasio > 3.0 dan sedang 2.1 3.0 (IRRI 1996). Karakter gabah VUB dan hibrida cenderung sama yaitu ramping, hal ini sesuai dengan deskripsinya. Karakter ukuran gabah menggambarkan ukuran sink bagi tanaman padi. Ukuran gabah dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Ukuran gabah menentukan kapasitas sink dan ditentukan oleh tersedianya asimilat selama tahap reproduktif (Horie 2001). Dengan demikian ukuran gabah akan mempengaruhi bobot gabah.

47 Karakter Agronomi Padi Varietas Unggul Jumlah Anakan dan Persentase Anakan Produktif Pola jumlah anakan pada semua varietas sama sesuai umur dan tahap pertumbuhan. Gambar 8 menunjukkan VUL memiliki waktu yang lama untuk mencapai anakan maksimum yaitu sekitar 70-80 HSS, sedangkan pada VUB, PTB, dan hibrida waktunya lebih pendek sekitar 50-60 HSS. Setelah tercapai anakan maksimum terjadi penurunan jumlah anakan. Jumlah anakan 30 25 20 15 10 5 SL8-SHS PP1 0 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 Umur Tanaman (Hari setelah semai) Gambar 8 Pola jumlah anakan per rumpun berdasarkan umur tanaman padi varietas unggul. Kemampuan membentuk anakan pada VUL tidak berbeda nyata dengan PTB kecuali yaitu lebih sedikit, sedangkan pada VUB dan hibrida lebih banyak dan varietas dari ke dua kelompok tidak berbeda nyata (Tabel 8). menghasilkan jumlah anakan tertinggi yang tidak berbeda nyata dengan dan hibrida. menghasilkan jumlah anakan per rumpun terendah yang tidak berbeda nyata dengan,, dan VUL. Jumlah anakan maksimum pada VUB dan hibrida sama yaitu berkisar 23-24 anakan, sedangkan pada PTB dan VUL lebih sedikit yaitu berkisar antara 12 17 anakan. Anakan pada VUB dan hibrida tergolong banyak, sedangkan pada PTB dan VUL tergolong sedang (kriteria banyak 20 25 anakan/rumpun dan sedang 10 19 anakan/rumpun) (IRRI 1996). Belum ada kriteria karakter jumlah anakan yang konsisten yang dapat memberikan hasil yang lebih tinggi pada padi varietas

48 unggul. Yoshida (1981), Yuan (2001), dan Peng (2008) hanya menyatakan bahwa kapasitas anakan sedang diperlukan untuk varietas berdaya hasil tinggi. Abdullah et al. (2008a) menyatakan hal yang sama untuk pembentukan varietas PTB yang berpotensi tinggi memiliki karakter jumlah anakan sedang tapi semua produktif (12-18 batang). Tabel 8 Jumlah anakan pada tahap anakan maksimum dan persentase anakan produktif padi varietas unggul Jumlah anakan tahap anakan maksimum Persentase anakan produktif (%) Varietas/Galur Unggul Lokal 12.5 c 61.0 bc 13.2 c 60.2 bc Unggul baru 24.9 a 60.2 bc 23.9 a 62.0 bc Padi Tipe Baru 12.4 c 61.6 bc 17.4 b 71.5 b 14.6 c 84.4 a 13.9 c 86.2 a Hibrida 24.7 a 61.7 bc 24.2 a 57.3 c SL-8 SHS 23.1 a 52.4 c PP-1 23.8 a 54.3 c Keterangan : Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Galur dan (PTB) memiliki persentase anakan produktif tertinggi yang berbeda nyata dengan varietas lainnya. Hibrida memiliki persentase anakan produktif yang lebih rendah, dan tidak berbeda nyata dengan VUB, VUL, dan. Ini menunjukkan galur dan selama tahap pertumbuhannya dapat mengurangi kompetisi antar anakan terhadap faktor lingkungan dan hasil fotosintesis. Rendahnya anakan produktif menggambarkan terjadinya kompetisi antar anakan khususnya terhadap hasil fotosintesis, dan ini dapat mempengaruhi hasil.

49 Luas Daun per Rumpun Karakter luas daun per rumpun pada semua varietas menunjukkan pola pertumbuhan yang sama yaitu terjadi peningkatan luas daun sesuai umur tanaman dan menurun setelah masuk tahap pengisian biji (Gambar 9). Peningkatan luas dari setiap varietas berbeda. Pada VUB, PTB, dan hibrida peningkatan luas daun secara tajam terjadi pada 40-70 HSS setelah itu cenderung melandai dan mulai menurun pada 80 HSS. Karakter luas daun pada VUL berbeda dengan VUB, PTB, dan hibrida, pada awal pertumbuhan sampai 60-70 hari setelah semai (HSS) peningkatan luas daun lambat selanjutnya meningkat tajam pada 70-100 HSS, kemudian mulai 100-110 HSS menurun secara berlahan. Luas daun (dm²/rumpun) 30 25 20 15 10 5 0 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 Umur tanaman (hari setelah semai) SL8-SHS PP1 Gambar 9 Pola luas daun per rumpun berdasarkan umur tanaman padi varietas unggul. Karakter luas daun per rumpun pada padi berhubungan dengan periode tumbuh tanaman dan kemampuan tanaman membentuk anakan, sehingga perbedaan umur tanaman menyebabkan perbedaan pada pola pertumbuhan luas daun. VUL memiliki umur panjang yaitu 155 hari memiliki pola pertumbuhan luas daun pada tahap awal lambat disebabkan kemampuan pembentukan anakan yang sedikit, kemudian meningkat dan menurun. Pada VUB, PTB, dan hibrida yang memiliki umur pendek yaitu sekitar 120 hari memiliki pola pertumbuhan daun yang tinggi pada tahap awal kemudian melandai dan menurun.

50 Varietas menghasilkan luas daun per rumpun tertinggi pada semua tahap pengamatan (Tabel 9). Luas daun per rumpun terendah dihasilkan oleh VUL pada tahap anakan maksimum dan berbunga, sedangkan pada tahap pengisian biji dihasilkan oleh VUB. Varietas dan (hibrida),,, dan (PTB) mampu mempertahankan luas daun per rumpun yang tetap tinggi sampai pada tahap pengisian biji. Luas daun per tanaman dipengaruhi oleh kemampuan tanaman membentuk anakan. Kemampuan pembentukan anakan yang tinggi pada VUB dan hibrida menyebabkan karakter luas daun yang lebih besar sampai tahap berbunga, tetapi pada tahap pengisian biji VUB memiliki luas daun terendah. Hal ini disebabkan pada VUB memiliki karakter tiga daun bagian atas yang kecil dan tipis, sehingga daun mudah menguning dan mengering. Pada PTB dan VUL karakter luas daun yang tetap tinggi pada tahap pengisian biji karena memiliki karakter daun yang besar dan tebal, sehingga daun tetap hijau dan penurunan luas daun dari tahap berbunga diperlambat. Tabel 9 Luas daun pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Unggul baru Padi Tipe Baru Hibrida SL-8 SHS PP-1 Luas daun per rumpun (dm 2 /rumpun) Anakan maksimum Berbunga Pengisian biji 10.1 c 11.3 c 14.8 ab 15.0 ab 13.9 b 14.3 ab 13.5 b 14.4 ab 16.4 a 14.8 ab 14.6 ab 15.8 ab 20.7 c 21.9 c 21.6 c 24.7 abc 22.4 cb 27.0 ab 24.5 abc 24.8 abc 27.3 a 24.5 abc 21.7 c 23.5 abc 19.5 ab 19.6 ab 13.5 d 14.5 d 16.7 bcd 18.2 abc 19.8 ab 19.2 ab 21.0 a 19.2 ab 16.6 bcd 15.3 cd Keterangan : Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

51 Umur Berbunga dan Panen Padi Varietas Unggul Umur berbunga dan panen setiap varietas berbeda (Tabel 10). Hasil penelitian menunjukkan VUL memiliki waktu panen yang lebih cepat dibandingkan umur sesuai deskripsinya, varietas panen setelah umur 150 hari dan 134 hari padahal umur berdasarkan deskripsinya adalah 155 hari. VUB, PTB, dan hibrida memiliki umur panen pendek dan hampir sesuai dengan deskripsinya. Karakter umur panen selain ditentukan secara genetik dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan praktek budidaya. Tabel 10 Umur berbunga dan panen padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Unggul baru Padi Tipe Baru Hibrida SL-8 SHS PP-1 Umur berbunga (Hari Setelah Semai) 114 97 78 81 78 82 80 82 79 81 82 84 Umur panen (Hari Setelah Semai) 150 134 113 117 113 117 116 119 115 117 116 119 Umur panen (deskripsi varietas) 155 155 110 120 116 125 105 115 118 125 115 125 110 115 114 120 110 116 112 115 121 VUL memerlukan waktu yang lebih lama untuk berbunga yaitu 114 HSS dan 97 HSS, sedangkan VUB, PTB, dan hibrida sekitar 78 84 HSS. Umur berbunga ditentukan oleh umur tanaman pada VUL memiliki fase vegetatif yang lebih panjang sehingga memiliki umur berbunga yang lebih lama. Lamanya tahap pengisian biji atau pemasakan untuk semua varietas memerlukan waktu antara 34 37 hari. Menurut Yoshida (1981) varietas dengan umur 120 hari bila ditanam pada daerah tropik maka tahap vegetatif memerlukan waktu sekitar 60 hari, tahap reproduktif memerlukan waktu 30 hari, dan periode pemasakan diperlukan waktu 30 hari. Selanjutnya dinyatakan bahwa tahap pertumbuhan vegetatif merupakan tahap yang menyebabkan terjadinya perbedaan

52 umur panen sebab lama tahap reproduktif dan pemasakan tidak dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan. Perakitan padi varietas unggul di Indonesia diarahkan pada umur panen yang lebih pendek dibandingkan varietas unggul lokal. Hasil penelitian menunjukkan VUB, PTB, dan hibrida memiliki umur panen genjah (kriteria ganjah 105-125 hari). VUL pada memiliki umur dalam (kriteria dalam > 150 hari) sedangkan tergolong sedang (kriteria sedang 125-150). Menurut Yuan (2001) model pembentukan karakter morfologi padi hibrida super dengan hasil tinggi memiliki lama pertumbuhan sekitar 130 hari, pada PTB memiliki umur sedang sekitar 110-130 hari (Abdullah et al. 2008b). Komponen Hasil Padi Varietas Unggul Karakter komponen hasil setiap varietas menunjukkan perbedaan (Tabel 11). VUB dan menghasilkan jumlah malai per m 2 lebih banyak yang tidak berbeda nyata dengan, tetapi berbeda nyata dengan varietas lainnya. Jumlah malai per m 2 terendah dihasilkan oleh VUL dan. Jumlah gabah per malai tertinggi dihasilkan oleh yang berbeda nyata dengan semua varietas, sedangkan dan VUB menghasilkan jumlah gabah per malai terendah. Persentase gabah isi terendah dihasilkan oleh yang tidak berbeda nyata dengan SL8-SHS dan PP1. VUL dan VUB menghasilkan persentase gabah isi yang lebih tinggi dan tidak berbeda nyata di antara kelompok varietasnya. memiliki bobot 1000 butir yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan semua varietas, sedangkan bobot 1000 butir terendah dihasilkan oleh PP1 yang tidak berbeda nyata dengan SL8-SHS,, dan. Karakter setiap komponen hasil yang merupakan ukuran sink akan menentukan hasil gabah. VUL memiliki jumlah malai dan gabah per malai lebih sedikit tetapi memiliki keunggulan pada persentase gabah isi yang lebih tinggi (87.6 % dan 79.1 %), sedangkan VUB yang memiliki malai banyak dan jumlah gabah per malai lebih sedikit memiliki keunggulan pada persentase gabah isi (79.9% dan 82 %). Padi tipe baru memiliki karakter komponen hasil yang lebih baik yaitu jumlah malai sedang dengan jumlah gabah per malai yang banyak, namun memiliki kelemahan pada persentase gabah isi yang sangat rendah

53 terutama yang mencapai 53 %. Hibrida juga memiliki persentase gabah isi yang rendah meskipun memiliki jumlah malai dan gabah yang banyak. Persentase gabah isi yang rendah merupakan salah satu kelemahan PTB dan hibrida. Hasil penelitian Munarso (2011) menunjukkan hibrida dengan karakter malai panjang memiliki jumlah gabah isi yang rendah. VUB dengan karakter jumlah malai lebih banyak memiliki jumlah gabah per malai yang lebih sedikit. Tabel 11 Komponen hasil padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Unggul baru Padi Tipe Baru Hibrida SL-8 SHS PP-1 Jumlah malai/rumpun 7.6 d 7.8 d 15.0 a 14.8 a 7.6 d 12.4 bc 12.2 c 12.0 c 15.1 a 13.7 ab 12.1 c 12.8 bc Jumlah malai/m 2 188.8 d 193.8 d 373.8 a 368.8 a 188.8 d 310.0 bc 305.0 c 298.8 c 377.5 a 342.5 ab 302.5 c 320.0 bc Jumlah gabah/malai 131.7 f 169.9 de 124.8 f 130.3 f 285.9 a 159.3 e 210.7 c 262.7 b 181.9 d 171.5 de 183.3 d 176.9 de Persentase gabah isi 87.6 a 79.1 abc 82.0 ab 79.9 ab 53.0 g 66.3 def 65.0 ef 74.3 bcd 70.7 cde 68.6 def 59.6 fg 60.5 fg Bobot 1000 butir gabah (g) 32.25 a 30.04 b 25.48 hg 28.28 cd 29.35 bc 27.33 def 26.45 efg 24.55 h 27.69 de 26.12 fg 25.77 hg 24.29 h Keterangan : Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Karakter komponen hasil pada VUL jumlah malai per m 2 dan jumlah gabah per malai belum sesuai dengan desain untuk potensi hasil tinggi, sedangkan pada VUB jumlah malai per m 2 (368 373 malai per m 2 ) sesuai tetapi jumlah gabah per malai masih sangat rendah (124 130 gabah/malai). PTB dan hibrida belum semuanya sesuai dengan desain tanaman berdaya hasil tinggi. Meskipun memiliki jumlah gabah per malai yang sesuai (159 285 gabah/malai) tetapi PTB memiliki jumlah malai per m 2 yang belum sesuai (188 310 malai per m 2 ), sebaliknya hibrida memiliki jumlah malai per m 2 yang sesuai (302 377 malai per m 2 ) tetapi jumlah gabah per malai lebih sedikit di banding PTB. Kriteria untuk hasil yang lebih tinggi adalah jumlah malai sedang dan gabah per malai yang banyak yaitu jumlah malai 330 per m 2 dan jumlah gabah per malai 150

54 (Peng dan Kush 2003), dan 12-18 jumlah malai per rumpun dengan jumlah gabah per malai 150-250 butir (Abdullah et al. 2008b). Bobot biji antara lain ditentukan oleh varietas. Hasil penelitian menunjukkan bobot 1000 biji berada pada kisaran sesuai deskripsinya yaitu VUL (30-32 g), VUB (25-28 g), PTB (24-29 g), dan hibrida (24-27 g). Karakter ideal untuk varietas dengan malai besar antara lain memiliki bobot 1000 butir 28-30 g (Jun et al. 2006), pada PTB berkisar 25-26 g (Abdullah et al. 2008b; Peng dan Kush 2003). Hasil dan Indeks Panen Padi Varietas Unggul Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terhadap hasil gabah dan indeks panen pada setiap varietas. Hasil gabah tertinggi dicapai oleh galur (6.93 ton GKG/ha) dan berbeda nyata dengan semua varietas. Varietas, SL8-SHS, PP1, dan memberikan hasil gabah dan indeks panen terendah dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Indeks panen tertinggi pada tidak berbeda nyata dengan dan. Tabel 12 Hasil ubinan,hasil, dan indeks panen padi varietas unggul Varietas/Galur Unggul Lokal Unggul baru Padi Tipe Baru Hibrida SL-8 SHS PP-1 Hasil ubinan (kg GKG/4m 2 ) 1.72 cd 1.62 d 2.00 c 1.83 cd 2.44 b 2.49 b 1.06 e 2.77 a 2.37 b 0.82 e 1.02 e 0.90 e Hasil (ton GKG/ha) 4.29 cd 4.06 d 5.00 c 4.57 cd 6.09 b 6.21 b 2.64 e 6.93 a 5.92 b 2.04 e 2.54 e 2.25 e Indeks panen 0.23 d 0.21 d 0.34 bc 0.30 c 0.40 a 0.39 ab 0.18 de 0.41 a 0.33 c 0.13 e 0.19 d 0.18 de Hasil dan potensi hasil berdasarkan deskripsi (ton GKG/ha) Hasil Potensi hasil 4.2 5.7 5 6 6 6 7.4 7.5 6.4 6-6.6 5 7.4 6 8.5 9 7.5 8.7 10 9.5 9 14.8 10.4 Keterangan : Angka-angka pada kolom sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

55 Pencapaian hasil penelitian dibandingkan dengan potensi hasil berdasarkan deskripsi berbeda untuk setiap varietas. Pada VUL dan VUB hasil penelitian lebih mendekati potensi hasilnya, dibandingkan PTB dan hibrida. Bahkan galur, varietas,, dan PP1 memiliki hasil yang sangat rendah disebabkan adanya serangan penyakit HDB seperti yang dibahas pada bab keadaan umum tempat penelitian. Hasil ini menunjukkan bahwa hibrida terutama, SL8-SHS, PP1, dan PTB galur sangat peka terhadap penyakit HDB. VUL dan VUB menunjukkan lebih tahan pada serangan penyakit HDB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan nilai indeks panen akan meningkatkan hasil gabah. Hal ini tampak pada hasil PTB > hibrida > VUB > VUL dengan indeks panen PTB > hibrida > VUB > VUL. Indeks panen adalah rasio bobot gabah dengan total biomas (Yoshida 1981). Dengan demikian dapat diduga bahwa rendahnya hasil pada VUL karena memiliki karakter tanaman yang tinggi yang menyebabkan rendahnya indeks panen dan menyebabkan hasil yang lebih rendah. Kesimpulan Karakter tiga daun bagian atas PTB lebih baik dibandingkan dengan VUL, VUB, dan hibrida. PTB mempunyai panjang, lebar, dan tebal daun lebih besar dan sudut daun yang lebih kecil. Karakter kanopi daun VUB, PTB, dan hibrida tegak sedangkan VUL memiliki karakter kanopi daun terkulai. Karakter tinggi tanaman pada VUL tergolong tinggi, sedangkan pada VUB, PTB, dan hibrida tergolong pendek. Kemampuan pembentukan anakan pada hibrida dan VUB lebih banyak, sedangkan pada VUL dan PTB lebih sedikit. Kapasitas sink pada,, PTB, dan hibrida tergolong besar. Galur memberikan hasil tertinggi yaitu 6.93 ton GKG/ha. Hasil yang lebih tinggi disebabkan oleh perbedaan karakter morfologi setiap varietas.