BABI PENDAHULUAN. Rawon merupakan salah satu makanan khas Jawa Timur yang mudah

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP SEL VEGETATIF DAN SPORA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan berasal dari bahan pangan yang sudah atau tanpa mengalami

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

BAB I PENDAHULUAN. diderita oleh penduduk di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

PENDAHULUAN. kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food).

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

I. PENDAHULUAN. satu produk olahan pangan asal hewan yangpaling banyak diminati

I. PENDAHULUAN. dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK LAOS PUTIH (ALPINIA GALANGAS) TERHADAP BAKTERI Escericia coli DAN Salmonella sp. Lely Adel Violin Kapitan 1

TOKSIN MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

Analisa Mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

I. PENDAHULUAN. seseorang. Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BABVI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan pangan. Pengemasan dapat menjaga kualitas produk makanan

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I. PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Daging merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani. Daging

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

UJI EFEKTIVITAS PENGAWET ANTIMIKROBA. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Be1akang Rawon merupakan salah satu makanan khas Jawa Timur yang mudah didapatkan di mana saja, mulai dari warung-warung kecil hingga restoran-restoran besar. Rawon terbuat dari daging dan kuah daging sapi yang ditambah bumbubumbu untuk mendapatkan citarasa khas rawon. Bumbu rawon terdiri dari berbagai macam rempah-rempah, seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, cabe merah, dan kluwak. Di jaman modem ini, masyarakat lebih menyukai kepraktisan dalam menyiapkan makanannya karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Hal ini mendorong produsen untuk menghasilkan produk yang praktis, misalnya bumbu siap pakai, diantaranya adalah bumbu rawon. Saat ini banyak ragam bumbu rawon di pasaran. Bumbu rawon dibuat dengan cara mencampur dan menghancurkan komponen bumbu dasar rawon, penumisan dengan minyak goreng dan pengemasan. Bumbu rawon yang banyak beredar di pasar tradisional, biasanya memiliki masa simpan pendek (kira-kira 3-7 hari). Bumbu-bumbu di pasar tradisional ini biasanya dikemas dalam kemasan plastik. Selama penyimpanan, bumbu rawon mudah mengalami perubahan-perubahan baik fisik, kirnia maupun mikrobiologis. Perubahan-perubahan selama penyimpanan ini sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen bumbu dan kondisi penyimpanan.

2 Pada umumnya mikroflora normal yang dijumpai pada rempah-rempah adalah kapang dan khamir. Kapang yang terdapat dalam rempah-rempah merupakan "storage fungi", karena jumlah kapang akan meningkat selama proses penyimpanan (Hirasa dan Takemasa, 1998). Adanya pertumbuhan kapang dan khamir pada bumbu rawon dapat menyebabkan perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimia yang akan mempengaruhi mutu dan umur simpan bumbu rawon. Selain itu dalam rempah-rempah juga banyak ditemukan bakteri. Bakteri yang paling banyak mengkontaminasi rempah-rempah adalah bakteri golongan koliform, Clostridium perfringens, staphylococci dan salmonella (Purnomo, 1986). Selain mempengaruhi umur simpan, aktivitas mikroorganisme di dalam bumbu rawon juga dapat berpengaruh terhadap keamanan rawon pada saat dikonsumsi. Rawon yang dibuat umumnya tidak langsung dikonsumsi sampai habis, tapi disimpan dulu di almari pendingin dan kalau akan dikonsumsi dihangatkan lagi. Ada anggapan bahwa mengkonsumsi rawon yang baru jadi itu tidak seenak rawon yang sudah "diinapkan". Selama penyiapan dan penyimpanan rawon memberikan peluang terjadinya kontaminasi dan pertumbuhan bakteri, dan walaupun sebelum dikonsumsi sudah dilakukan perlakuan pemanasan tidak semua bakteri yang ada dapat dibunuh Menurut Purnomo, dkk (1999) pada daging rawon yang sudah dipanaskan ulang 100 C selama 40 menit terdapat 3,55 log cfu/g bakteri, sehingga beresiko menyebabkan gangguan kesehatan. Bakteri yang sering mengkontaminasi makanan yang sudah dimasak dan beresiko menyebabkan keracunan adalah Staphylococcus aureus. Dari penelitian

3 pendahuluan diketahui pada bumbu rawon yang dijual di pasar tradisional terdapat bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang selnya berbentuk bulat dan membentuk kumpulan khas seperti buah anggur. Staphylococcus aureus dapat memproduksi enterotoksin yang dapat menyebabkan keracunan. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat menyebabkan gastroenteritis dan berbagai macam infeksi yang dapat mengakibatkan kematian. Toksin Staphylococcus aureus adalah suatu toksin tahan panas yang masih dapat aktif setelah dipanaskan selama 1 jam pada suhu 100 C. Menurut Buckle, et al (1987) seringkali organisme tumbuh lebih baik pada bahan pangan yang sudah dimasak dibandingkan pada bahan pangan mentah karena zat-zat gizi tersedia \ebih baik dan tekanan persaingan dari mikroorganisme lain telah dikurangi. Aktivitas mikroorganisme di dalam bumbu rawon dapat dipengaruhi o1eh komposisi rempah penyusun bumbu rawon. Kluwak merupakan salah satu jenis komponen yang harus ada pada bumbu rawon karena kluwak memberikan cita rasa dan kenampakan khas rawon. Kluwak terbuat dari biji picung (Pangium edule Reinw.) yang telah mengalami perebusan, pembungkusan dengan abu dan pemeraman dalam tanah selama kurang lebih 40 hari (Karmila, dkk, 1998). Dari beberapa penelitian yang ada, telah diketahui bahwa kluwak memiliki senyawa antimikroba. Komponen utama kluwak antara lain adalah asam kaulmoorgrat, asam hidnokarpat dan asam gorlat serta kelompok senyawa polifenol (Brill, 1977 dan Heyne, 1987 dalam Hudiyono, dkk, 2002). Di dalam kluwak terkandung lima macam senyawa aktif yaitu saponin, alkaloida, glikosida, hidrosianida dan tanin

4 (Sarkono, 2002). Menurut penelitian Indraningsih (1994), ekstrak minyak picung mempunyai aktivitas anti bakteri terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis, Pseudomonas aeruginosa dan E.schericia coli. Kluwak yang ditambahkan pada bumbu rawon bervariasi, tapi pada umumnya sekitar 22-32%. Penggunaan jumlah kluwak yang bervariasi dalam bumbu rawon ini disebabkan adanya perbedaan selera dari konsumen. Ada konsumen yang menyukai rawon yang encer sehingga ditambahkan sedikit kluwak dalam pembuatan rawon, akan tetapi ada konsumen yang menyukai rawon yang pekat dengan penambahan kluwak dalam jumlah besar. Perbedaan selera tersebut memberi peluang untuk dikembangkan bumbu rawon siap pakai dengan jumlah kluwak yang berbeda. Karena kluwak mengandung senyawa-senyawa yang memiliki efek antimikroba maka pembuatan bumbu rawon siap pakai dengan jumlah kluwak yang berbeda mungkin menyebabkan perbedaan aktivitas mikroba yang terdapat di dalamnya. Selain dipengaruhi oleh jumlah dan jenis komponen bumbu rawon, aktivitas mikroorganisme dalam bumbu rawon juga dapat berubah selama peny1mpanan. Kondisi penyimpanan dan lama penyimpanan ini akan mempengaruhi umur simpan dan kualitas bumbu rawon. Selama penyimpanan bumbu rawon, dapat teijadi penurunanjumlah mikroba oleh senyawa anti mikroba dalam bumbu rawon, tetapi semakin lama waktu penyimpanan dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada senyawa anti mikroba yang berpengaruh terhadap aktivitas mikroba.

5 Dalam penelitian ini dikaji konsentrasi kluwak dan lama penyimpanan bumbu rawon terhadap total bakteri, kapang dan khamir, serta akti\itas penghambatan terhadap Staphylococcus aureus. 1.2 Rumusan Masalah Apakah konsentrasi kluwak dan lama penyimpanan bumbu rawon, serta interaksi antara kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap total baberi, kapang dan khamir, serta aktivitas penghambatan terhadap Staphylococcus aureus. 1.3 Tujuan Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kluwak dan lama pen:1impanan bumbu rawon, serta interaksi antara kedua faktor tersebut terhadap total babcri, kapang dan khamir, serta aktivitas penghambatan terhadap StapJ:-,fococc:us aureus.