BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan digunakan 80%. Pada umur 1-2 MST dilakukan penyulaman pada benih-benih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

Magrobis Journal 10. RESPON CABAI BESAR (Capsicum annum L.) TERHADAP VARIASI WAKTU PENGENDALIAN GULMA. Oleh : Erwin Arief Rochyat *) ABSTRAK ABSTRACT

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu.

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

PELAKSANAAN PENELITIAN

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

EFEKTIFITAS ZAT PENGATUR TUMBUH PYRACLOSTROBIN TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS BONANZA * )

I. PENDAHULUAN. hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabai

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KOL BUNGA (Brassica oleraceae var botrytis L)

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan intensif tergantung keadaan cuaca. Setelah dilakukan penyiraman. Prosentase perkecambahan cabai rawit Malita FM 80% dimana merupakan keadaan normal dalam pertumbuhan. Pada 1-2 MST dilakukan penyulaman pada benih-benih yang tidak tumbuh, sedangkan penyiangan dilakukan segera saat gulma muncul. Kondisi agroklimat kondisi geografis Kabupaten Gorontalo Utara yaitu dengan luas 1.777,03 km 2 terbentang di katulistiwa 0 10 LU / LS, rata-rata curah hujan berkisar 137,83 mm. Secara spesifik kondisi lahan penelitian diukur menggunakan GPS yaitu dengan luas 196,22 m 2 dengan titik koordinat Lintang Utara (LU) N 00 0 48 49, 136 Bujur Timur (BT) E 122 0 54 27.850. Kisaran ketinggian 62.2 m dpl, kemiringan lereng 25 0. Hasil Analisis sidik ragam Lampiran 2a sampai 7, menunjukkan bahwa variasi jarak tanam tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Penggunaan jarak tanam 60 x 40 cm hanya berpengaruh nyata pada diameter batang pada umur 14 HST. Jarak tanam (100 x 80 cm) tidak berpengaruh terhadap bobot basah buah perpetak namun berpengaruh terhadap bobot basah buah pertanaman 4.2. Tinggi Tanaman Berdasarkan Tabel 1 berikut ini menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata pada tinggi tanaman. Berikut ini ditampilkan Tabel 1 tentang sidik ragam disajikan pada Lampiran 3a sampai 3f dengan DMRT 5% pada parameter tinggi tanaman.

Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Cabai Rawit Varietas Malita FM pada Berbagai Variasi Jarak Tanam Umur 14 84 HST Tinggi Tanaman (cm) 14 HST 28 HST 42 HST 56 HST 70 HST 84 HST 8.80 10.30 16.57 21.43 29.43 39.07 9.26 11.07 16.60 22.87 28.80 38.53 8.36 10.83 13.37 16.13 21.10 32.60 8.30 10.23 15.33 20.07 17.20 41.47 8.50 9.83 12.40 13.37 18.83 28.53 DMRT 5 % - - - - - - KK % 5.58 16.30 25.67 28.08 31.79 32.68 Berdasarkan uji DMRT 5 %menunjukkan bahwa jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Tinggi tanaman 84 hari setelah tanam memiliki nilai tertinggi pada perlakuan jarak tanam 100 x 40 cmsebesar 41.47 cm. Hal ini diduga ketika tanaman dengan jarak tanam yang rapat terjadi persaingan tanaman untuk mendapatkan cahaya. Seperti yang dikemukanan Naibaho (2006), bahwa pertambahan tinggi tanaman ini disebabkan karena tajuk tanaman yang semakin merapat mengakibatkan kualitas cahaya yang diterima menjadi turun. Meskipun untuk pertumbuhan yang terbaik pada jarak tanam 100 x 40 cm pada 84 hari setelah tanam, diduga hal ini bukan merupakan faktor tunggal dari pengaruh jarak tanam, tapi diduga karena sifat genetis dan perbedaan kesuaian lahan. Sebagai mana yang dikemukakan Purwanto (2003) bahwa batas yang jelas antara variasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan yang disebabkan faktor genetis sulit ditarik garis yang tegas, karena keduanya saling mempengaruhi. Untuk pertumbuhan tinggi lebih dipengaruhi oleh susunan genetis dari pada pertumbuhan diameter batang. Selain tinggi tanaman, parameter penting yang diukur dalam penelitian ini adalah diameter batang. Adapun hasil dan pembahasan ditunjukkan berikut ini. 4.3 Jumlah Daun Berdasarkan Tabel 2 berikut ini menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata hanya pada pengamatan 14 hari setalah tanam, namun tidak berbeda nyata pada pengamatan 28, 42, 56, 70 dan 84 HST disajikan

pada Lampiran 4a sampai 4f. Berikut ini ditampilkan Tabel 2 tentang sidik ragam dengan DMRT 5% pada parameter jumlah daun Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Cabai Rawit Varietas Malita FM pada Berbagai Variasi Jarak Tanam Umur 14 84 HST Jumlah Daun (Helai) 14 HST 28 HST 42 HST 56 HST 70 HST 84 HST 4.51 ab 8.17 12.40 17.83 31.60 87.40 4.76 b 8.10 12.57 17.87 33.77 68.70 4.42 ab 8.53 10.97 13.87 24.40 74.37 4.75 b 7.47 12.00 15.70 20.47 73.43 4.39 a 8.27 8.97 10.60 20.87 43.93 DMRT 5 % 0.347 - - - - - KK % 17.45 44.32 38.55 51.29 48.31 7.28 Berdasarkan hasil uji DMRT 5% jumlah daun sebesar 4.76 helai dijumpai pada jarak tanam 60 x 40 cm. jarak tanam pada taraf ini diduga dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah daun. Hal ini diduga disebabkan antara tanaman satu dengan yang lain tidak saling menaungi dan menutupi sehingga tanaman dapat menerima cahaya matahari dan air dengan mudah. Semakin optimum air yang tersedia, maka semakin maksimal pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulandari (2007), tanaman yang mempunyai tajuk dengan daun lebih banyak akan memungkinkan terjadinya persaingan terhadap penerimaan radiasi matahari, sirkulasi CO 2 dan penyerapan air sehingga dapat menurunkan hasil tanaman. Sebaliknya, tajuk yang mempunyai daun lebih sedikit memungkinkan radiasi matahari sampai ke seluruh permukaan daun. Selain itu, sirkulasi CO 2 menjadi lebih lancar karena udara mengalir dengan baik. Selain tinggi tanaman dan jumlah daun parameter pertumbuhan yang akan dibahas adalah diameter batang. Adapun hasil dan pembahasan dideskripsikan berikut ini. 4.4 Diameter Batang Parameter diameter batang merupakan salah satu indikator pertumbuhan untuk mengukur pengaruh perlakuan yang diterapkan. Pada percobaan ini, perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang selama pengamatan pada umur 14, 28, 42, 56, 70, 84 HST dan Hasil sidik

ragam disajikan pada Lampiran 5a sampai 5f. Nilai rata-rata diameter batang dapat dillihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rataDiameter Batang Cabai Rawit Varietas Malita FM pada Berbagai Variasi Jarak Tanam Umur 14 84 HST Diameter Batang (cm) 14 HST 28 HST 42 HST 56 HST 70 HST 84 HST 0.28 0.30 0.40 0.43 0.50 0.77 0.31 0.33 0.43 0.47 0.57 0.73 0.30 0.30 0.37 0.40 0.47 0.67 0.27 0.30 0.43 0.47 0.57 0.83 0.29 0.30 0.33 0.40 0.43 0.63 DMRT 5 % - - - - - - KK % 7.24 8.12 18.37 18.37 22.65 19.46 Berdasarkan uji DMRT 5 % menunjukkan bahwa jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter diameter batang. Diameter batang 84 hari setelah tanam memiliki nilai tertinggi pada perlakauan jarak tanam 100 x 40 cm sebesar 0.83 cm, hal ini di duga tanaman yang ditanam pada jarak tanam yang lebar mendapat cahaya yang lebih banyak, karena mempunyai ruang tumbuh yang lebih luas. Pada saat tanaman yang mendapat cukup cahaya untuk aktivitas fisologisnya, tumbuhan cenderung melakukan pertumbuhan kesamping (diameter). Hal ini didukung oleh Marjenah, (2000) mengatakan pada intensitas cahaya yang cukup, tanaman cenderung memacu pertumbuhan diameternya, sehingga tanaman-tanaman yang tumbuh pada tempat terbuka mempunyai kecenderungan untuk lebih pendek dan kekar. Selain parameter pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dibahas juga parameter hasil yaitu bobot basah buah perpetak. Adapun hasil dan pembahasan berikut ini. 4.5 Bobot Basah Buah Perpetak Parameter bobot basah buah perpetak tidak dipengaruhi oleh jarak tanam secara nyata. jarak tanam 80 cm x 80 cm memiliki bobot basah buah perpetak yang terbesar, yaitu 79.67 gram sidik ragam disajikan pada Lampiran 6. Nilai rata-rata hasil panen cabai rawit varietas Malita FM per petak disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Bobot Basah Buah Per Petak Cabai Rawit Varietas Malita FM pada Berbagai Variasi Jarak Tanam 14 84 HST Bobot Basah Buah Perpetak (gram) 70.00 75.43 79.67 68.08 65.00 DMRT 5% - KK % 19.46 pada uji lanjut DMRT5%. Berdasarkan uji DMRT 5 % menunjukkan bahwa jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter bobot basahbuah perpetak. Bobot basah buah perpetak tertinggi pada perlakauan jarak tanam 80 x 80 cm sebesar 79.67 gram. Hal ini disebabkan jarak tanam akan mempengaruhi hasil dengan dua cara, yakni penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat, sehingga tanaman akan mengalami kompetisi dengan tanaman-tanaman didekatnya. Pemakaian jarak tanam yang terlalu lebar mungkin akan mengurangi hasil satuan persatuan luas, karena jumlah tanamannya menjadi berkurang, meskipun ukuran produksi dari masing-masing individu tanaman makin besar. Abdullatif (1999) mengatakan bahwa semakin rapat jarak tanam, maka populasi tanaman semakin tinggi. Peningkatan populasi tanaman, pada awal hasil persatuan luas cenderung meningkat secara linier, tetapi jika populasi tersebut ditingkatkan lagi maka kenailan hasil akan berjalan lambat dan kerapatam tertentu akan menurun. Antara hasil dan jarak tanam terdapat hubungan asimptotik dan parabolik. Pada hubungan asimptotik permulaannya semakin tinggi populasi tanaman semakin meningkat produksinya, tetapi pada tingkat populasi tertentu bila populasi tersebut ditingkatkan lagi tidak terjadi peningkatan produksi atau konstan. Hubungan asimptotik ini berlaku untuk tanaman yang diharapkan produksi bagian vegetatifnya. Pada hubungan parabolik hasil akan meningkat terus sampai mencapai maksimum dengan meningkatnya populasi tanaman dan akan menurun pada tingkat populasi tertentu yang lebih tinggi lagi. Hubungan parabolik ini berlaku untuk tanaman yang diharapkan produksinya dari bagian generatifnya (Abdullatif, 1999). Selain parameter bobot basah buah perpetak, parameter yang perlu dilakukan yaitu bobot basah buah pertanaman. Adapun hasil dan pembahasan berikut ini.

4.6 Bobot Basah Buah Pertanaman Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 7, dapat diketahui bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah buah pertanaman. Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat suatu kecenderungan dengan semakin lebar jarak tanam maka bobot basah buah pertanaman akan semakin tinggi. Tabel 5. Rata-rata Bobot Basah Buah Pertanaman Cabai Rawit Varietas Malita FM pada Berbagai Variasi Jarak Tanam 14 84 HST Bobot Buah Pertanaman (gram) 6.36 a 5.38 a 9.95 bc 8.51 b 10.85 c DMRT 5 % 1.911 KK % 19.46 Berdasarkan uji DMRT 5 % menunjukkan bahwa jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter bobot buah pertanaman. Bobot basah buah pertanaman tertinggi pada perlakuan jarak tanam 100 x 80 cm sebesar 10.85 gram atau 0.14 perhektar. Hal ini diduga diakibatkan adanya persaingan antar tanaman yang semakin ketat dalam memperebutkan air, zat hara serta cahaya matahari. Apabila jarak yang digunakan semakin lebar, maka jumlah populasi tanaman akan lebih sedikit namun kemungkinan produktivitas pertanaman akan lebih tinggi (Pembayun, 2008). Hal ini didukung oleh Harjadi (1996) dalam Pembayun (2008), pengaturan jarak tanam sangat berkaitan erat dengan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang rapat akan meningkatkan jumlah populasi namun kompetisi yang dialami tanaman juga semakin ketat. Kompetisi yang intensif antar tanaman dapat mengakibatkan perubahan morfologi pada tanaman, seperti berkurangnya organ yang terbentuk sehingga perkembangan tanaman menjadi terganggu. Menurut Abdullatif (1999) mengatakan jarak tanam yang rapat menyebabkan tajuk tanaman tunpang tindih sehingga ada bagian-bagian tanaman yang kurang menerima pancaran sinar matahari, mengakibatkan produksi tanaman akan rendah. Walaupun demikian sampai tingkat kerapatan tanaman tertentu,

produksi tanaman persatuan luas tanah akan tinggi untuk kemudian menurun kembali karena kompetisi akan kebutuhan faktor lingkungan.