BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB :1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

DAFTAR PUSTAKA. Abdulah, T. (2006). Budaya Sunda Kini, Dulu dan Masa Depan. Bandung: Kencana Utama.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I

BAB I PENDAHULUAN. kata Zending, dan ada yang merujuk kepada pengertian Pekabaran Injil. Th Kobong, teolog

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

Vik. Vega Desrisaharny Putri Sarasak, S.Th

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

UKDW. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. gereja juga semakin bobrok; bermacam macam dosa dilakukan manusia tanpa merasa

Pendidikan Agama Kristen Protestan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB IV PENUTUP. mempunyai kepercayaan agama. Agama apapun mengajarkan bahwa kita harus

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SIKAP JEMAAT DALAM BERIBADAH

BAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

MAKNA DAN ARTI KATA EVANGELIS 1

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB III METODE PENELITIAN

By Daniel Ronda (untuk mata kuliah Sistem-Sistem Teologi) Sejarah Singkat

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

Visi Gerakan Reformed Injili. Sebelum Gerakan ini

Bab I Pendahuluan. 1 Nur Wahjuni Kristiadji, Makna dan Peranan Pengakuan Iman dalam Gereja Masa Kini-Suatu kajian

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

Prinsip Kepemimpinan Ul.1:9-18 Ev. Gito T.W.

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia!

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran atau denominasi Calvinis 1 (lebih sering disebut Reformed ataupun Presbyterian) hampir sama tuanya dengan Lutheran. Jumlah anggota gereja penganutnya merupakan yang kedua terbesar sesudah Lutheran. 2 Kendati di Indonesia tidak ada gereja yang memakai nama Calvin[is], namun di antara 72 gereja anggota PGI (sampai dengan 1994), yang (sebagian besar) lazim dimasukkan ke dalam kategori main stream, sekurang-kurangnya separoh mengaku sebagai Calvinis, atau paling tidak mengaku dipengaruhi Calvinisme. 3 Seperti contoh: GPM, GMIM, GMIT, GPIB, GBKP, GKI, GKP, GKJ, GKJW, GKPB, GKS, GMIST, GKST, Gereja Toraja, GKSS, dan lain sebagainya. Seperti halnya dengan gereja-gereja main stream di atas, Gereja Reformed juga menyatakan diri sebagai gereja Calvinis, bahkan mereka mengklaim bahwa Gereja Reformed adalah gereja beraliran Reformasi (dalam hal ini Calvinis murni) 4 dengan tetap memelihara dan melakukan ajaran Calvinis secara murni dalam kehidupan bergereja. Bahkan Stephen Tong 5 mengatakan bahwa gereja-gereja main stream dewasa ini (seperti GKI, GKP, GPIB, GKJ, dll.) sudah bukan gereja Calvinis murni. 6 Hal ini dikatakannya karena sebagian besar pemimpin gereja sudah terlalu menyimpang dan jauh dari ajaran Calvinis yang asli. 7 Di lain pihak, gereja-gereja main stream menyatakan diri sebagai gereja Calvinis, termasuk juga Gereja Kristen Pasundan. Seperti terungkapkan di atas, Gereja Kristen Pasundan 8 merupakan gereja yang juga mengaku sebagai gereja beraliran Calvinis. Lewat penelusuran sejarah tentu kita dapat menemukan bukti bahwa GKP bersinggungan dengan Calvinisme, terutama melalui karya 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin. 2 Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005, hal. 52. 3 Sda. hal. 52. 4 Lih. Stephen Tong, Reformasi dan Teologi Reformed, Jakarta: Percetakan Timur Agung, 1991. 5 Pendiri Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII). 6 Stephen Tong, Reformasi dan Teologi Reformed, Jakarta: Percetakan Timur Agung, 1991, hal. 103. 7 Sda. hal. 103. 8 Istilah ini selanjutnya akan disingkat menjadi GKP.

penginjilan dan pembentukan GKP oleh Nederlandsche Zendings Vereeniging (NZV) 9 yang bekerja di tanah Pasundan sejak 1863 dan diresmikan pada 14 November 1934 di Bandung. 10 Tetapi apakah GKP memelihara warisan itu, atau sudah meninggalkannya, atau menggabungkannya dengan tradisi atau doktrin lain? Berkaitan dengan hal di atas, di dalam Tata Gereja & Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja GKP (TG & PPTG) 11 yang terbaru (yang disahkan dan ditetapkan 5 Juli 2007 di Majalengka), ditemukan beberapa rumusan yang berkaitan dengan tempat Calvinisme di dalam GKP, yang pada Tata Gereja (yang disahkan dan ditetapkan 5 Juli 2002 di Karawang) tidak nampak dan belum pernah terjadi sebelumnya. Pada pembukaan misalnya dikatakan: Gereja yang dimaksud dalam Tata Gereja ini tumbuh atas kuasa Roh Kudus melalui pelayanan orang-orang percaya, kemudian berkembang melalui pekerjaan Nederlandsche Zendings Vereeniging di Jawa bagian Barat, yang membawa ajaran dan tradisi Calvinis. 12 Pernyataan GKP dalam pembukaan Tata Gereja 2007 ini menyiratkan bahwa: 1. GKP telah mengukuhkan dan mengunci/ membelenggu diri sebagai gereja Calvinis (tulen atau murni) yang mempunyai konsekuensi bahwa di dalam ajaran dan kehidupan GKP tidak boleh dan tidak lain ada ajaran yang bersifat non Calvinistis. 2. NZV selaku badan pekabaran injil yang kemudian hari melahirkan GKP adalah badan pekabaran injil yang beraliran Calvinis dan mewariskannya kepada GKP. 13 9 Pada tahun 1930 terjadi perubahan ejaan dalam bahasa Belanda. Jika sebelum tahun 1930 tertulis Nederlandsche maka setelah tahun 1930 tertulis Nederlandse. Penulis akan mengikuti ejaan sebelum tahun 1930 untuk tetap mempertahankan keaslian nama waktu berdirinya lembaga-lembaga tersebut. Hal ini berlaku bagi seluruhnya. 10 Bdk. PEMBUKAAN Tata Gereja & PPTG GKP paragraph 2. 11 Sebelum berbicara lebih banyak, kita harus melihat dahulu seberapa penting Tata Gereja bagi sebuah gereja. Tata Gereja sangat penting dan dibutuhkan bagi gereja. Tujuan dari adanya Tata Gereja pada dasarnya adalah untuk mempelajari dan menguraikan segala peraturan dan penetapan yang digunakan oleh Gereja untuk menata dan mengatur hidup dan pelayanannya di dunia. Tetapi tidak berhenti sampai di situ. Tata gereja juga mempunyai fungsi untuk mengatur hubungan-hubungan lahiriah dalam Gereja sebagai lembaga dan hubungan antara gereja yang satu dengan Gereja yang lain dan antara Gereja dan Negara. Oleh karena itulah pentingnya sebuah Tata Gereja/ Hukum Gereja bagi sebuah Gereja. Lih. J.L. Ch. Abineno, Garis-garis besar Hukum Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994, hal. 1-5. Bahkan menurut Locher yang mengacu kepada Karl Barth, fungsi tata gereja dalam gereja adalah menciptakan suasana sopan dan teratur, dan menetapkan peraturan-praturan yang harus diikuti untuk mewujudkannya. Dilihat dari sudut Kepalanya, hakihat serta wujud gereja bersifat ilahi, dilihat sebagai tubuh-nya, gereja bersifat insani. G. P. H. Locher, Tata Gereja Gereja Protestan di Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995, hal. 218. 12 Lih. PEMBUKAAN Tata Gereja & PPTG GKP terbaru (tahun 2007) hal. 1 lalu bandingkan dengan PEMBUKAAN Tata Gereja & PPTG GKP edisi lama (tahun 2002) hal. 1. 13 Hal ini memerlukan kajian lebih mendalam. Apakah betul NZV merupakan badan pekabaran injil yang beraliran Calvinis? Lih. Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005, hal. 18.; Th. van den End, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, hal.24; S.C. van Randwijck, Oegstgeest, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989, hal. 31.

Sementara itu pada pasal 4 [Ajaran] ayat 1 yang berbunyi: GKP hidup dan berkembang dalam ajaran dan tradisi Gereja Reformasi yang diawali oleh Martin Luther, dilanjutkan dan dikembangkan oleh Johanes Calvin, selanjutnya dibawa oleh NZV ke wilayah Pasundan. 14 Ini berarti bahwa GKP juga menerima ajaran para reformator/ tokoh Protestan lainnya. Tentu Calvinisme itu tidak begitu saja diambil alih dan diberlakukan oleh GKP secara mentahmentah, sesuai dengan perkembangan zaman maupun kebutuhannya, dan juga sebagai hasil perjumpaan dengan konteksnya, GKP tentu berupaya mengolah dan mengembangkan warisan itu sambil menyesuaikan dengan konteksnya masa kini (band. TG GKP Ps. 4 ayat 2). 15 Oleh karena itu, pemberian tempat bagi Calvinisme dalam Tata Gereja GKP memunculkan pertanyaan, mengapa ada perubahan mendasar dalam Tata Gereja & PPTG GKP? Melalui Sidang Sinode XXVI GKP di Mejalengka 2-7 Juli 2007, GKP melakukan perubahan dalam Tata Gereja yang dimaksudkan agar seluruh bagian GKP mengetahui dan menghayati. 16 Sebab pada masa sekarang ini ada begitu banyak ajaran/ aliran kekristenan yang dapat membingungkan anggota jemaat. 17 Hal ini dapat memberi arti bahwa selama ini beberapa bagian GKP kurang dapat memahami dan mengetahui jati diri GKP sebagai gereja Calvinis. 18 Ada keseriusan dalam tubuh GKP untuk memperkenalkan dan memperlihatkan akan jati diri GKP bahwa GKP adalah gereja yang beraliran Calvinis. Dengan adanya perubahan yang mendasar dalam Tata Gereja ini, maka GKP sedang mempertegas kembali akan akar/ jati diri mereka sebagai gereja yang mempunyai paham Calvinis sebagai identitas ajarannya. Dengan pernyataan tersebut, sebagai gereja yang mengadopsi paham Calvinis (?), sudah selayaknya teologi yang dikembangkan oleh GKP adalah juga teologi Calvin. Oleh karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan gereja, sudah selayaknya 14 Lih. Tata Gereja & PPTG GKP (tahun 2007) hal. 23. Menarik bahwa di dalam buku sumber yang di susun Th. van den End: Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Jawa Barat 1858-1963, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), di antara 289 dokumen (terutama dari kalangan NZV) yang terdapat dari buku ini, tidak satu pun yang menyebut Calvinisme (Bdk. juga Jan S. Aritonang dalam materi Simposium Majelis Sinode GKP, CALVINISME, Bandung, 25 Juli 2008). 15 Pernyataan ini seakan mempunyai fungsi sebagai kunci untuk melepaskan diri dari bunyi PEMBUKAAN dalam Tata Gereja yang mengikat sebagai gereja Calvinistik. 16 Gereja Kristen Pasundan, Profil GKP dalam Perspektif Kemandirian Teologi, Daya dan Dana, Bandung: Badan Bina Litbang GKP, 2007, hal. 87. 17 Sda. hal. 87. 18 Bukti yang mendukung adalah ketika penulis melakukan praktek kejemaatan, banyak anggota jemaat yang tidak mengetahui bahwa GKP beraliran Calvinis dan apa Calvinis itu sendiri. Tidak dipungkiri banyak jemaat yang beralih kebaktian ke gereja beraliran karismatik dengan alasan sama-sama satu Tuhan, Yesus Kristus. Melalui Dia tidak ada perbedaan.

dan sepantasnya sesuai dengan ajaran dan tradisi Calvin. Ada kontradiksi yang terjadi ketika GKP sedang menegaskan akan jati dirinya sebagai gereja Calvinis bila diperhadapkan dengan bunyi PPTG GKP Pasal 4 [Ajaran] ayat 1, yang dapat mengindikasikan bahwa GKP dapat hidup dan berkembang dalam ajaran dan tradisi Gereja Reformasi dan atau teolog para reformator lainnya selain Calvin, seperti contoh, yaitu Luther. 19 Dengan adanya pemahaman tersebut berarti ada kesimpangsiuran dalam pandangan atau ajaran teologi mengenai Calvinisme dalam tubuh GKP, yang semula mengukuhkan diri sebagai gereja Calvinis tetapi memberikan kesempatan bagi Gereja Reformasi dan tokoh Reformasi (dalam hal ini GKP menyebutkan sosok Luther) dalam mengembangkan ajarannya. Lalu pertanyaannya, sampai sejauh mana GKP melalui TG & PPTG masih menerima, mengakui dan mengadopsi ajaran atau teologi Calvin? 1.2. Rumusan Masalah Dengan adanya perubahan dalam Tata Gereja dan PPTG GKP (terlebih dalam hal Ajaran), maka telah menimbulkan kontradiksi yaitu, di satu pihak GKP ingin mengukuhkan diri sebagai gereja Calvinis, tetapi di lain pihak GKP mengakui bahwa tidak semua ajaran Calvin bisa diterima dan bisa dikembangkan dengan bentuk yang berbeda. 20 Melalui latar belakang tersebut, dapat dirumuskan 2 pertanyaan sebagai berikut: 1. Indikasi-indikasi teologis apa dalam TG & PPTG GKP yang mencirikan teologi Calvin? 2. Indikasi-indikasi teologis apa dalam TG & PPTG GKP yang tidak mencirikan teologi Calvin tetapi merupakan perubahan kontekstual GKP dalam hal berteologi? 1.3. Batasan Masalah Melalui 2 pertanyaan dalam rumusan masalah di atas, maka sudah jelas bahwa skripsi ini hanya akan terfokus pada Tata Gereja & PPTG GKP, walaupun ada begitu banyak bahan yang bisa menggambarkan jejak ajaran Calvinis bagi GKP seperti rancangan khotbah, bahan katekisasi dll. 19 Bdk. PPTG GKP Pasal 4 [Ajaran] ayat 1. 20 Notulensi Sidang Raya GKP ke XXVI Majelis Pekerja Sinode GKP. Dalam pembahasan perubahan Tata Gereja terdapat perdebatan yang cukup hangat mengenai ajaran Calvin.

2. JUDUL 2.1. Rumusan Judul Dengan dilatarbelakangi permasalahan di atas, maka pembahasan yang penulis lakukan akan diberi judul: PENGARUH CALVINISME DALAM TATA GEREJA DAN PERATURAN PELAKSANAAN TATA GEREJA GKP Berkenaan dengan judul tersebut, ada yang perlu dijelaskan terlebih dahulu: 2.1.1 Calvinisme: Calvinisme 21 merupakan sebuah ajaran yang dikembangkan oleh Martin Bucer, Johannes Calvin serta tokoh lainnya (seperti Zwingli) pada abad ke 16, yang diwarisi oleh berbagai gereja di dunia, termasuk juga di Indonesia. GKP adalah salah satu denominasi gereja yang juga mengaku mengadopsi paham Calvinis dalam Tata Gerejanya. 2.1.2 TG & PPTG : TG & PPTG merupakan sebuah pedoman dasar bagi setiap gereja untuk dapat melaksanakan panggilannya dengan tertib dan teratur yang berdasarkan pada Alkitab sebagai firman Allah. 2.1.3 GKP: GKP kependekan dari Gereja Kristen Pasundan yang tumbuh atas kuasa Roh Kudus melalui orang-orang percaya yang berkembang melalui pekerjaan Nederlandsche Zendings Vereeniging di Jawa bagian Barat. 2.2. Alasan Pemilihan Judul: Judul di atas dipilih berdasarkan alasan-alasan berikut: 2.2.1 Menarik: GKP yang selama ini mengaku sebagai gereja beraliran Calvinis, baru mengukuhkan diri melalui Tata Gereja tahun 2007 setelah sekian lama berdiri dari 14 November 1934. Ada apa di balik pengukuhan ini? 21 Berkenaan dengan Calvinisme perlu diberikan catatan: Calvinisme tidak dapat disamakan begitu saja dengan ajaran Calvin. Dengan kata lain, Calvinisme menunjuk pada hal yang lebih luas dari ajaran Calvin. Fakta menunjukkan bahwa gereja-gereja Calvinis, jadi gereja-gereja yang menganut Calvinisme, mendasarkan diri pada ajaran Calvin dan mengembangkannya, termasuk hal mengubah dan menambah ajaran Calvin, sesuai dengan keadaan masing-masing gereja di masing-masing Negara. Lih. Christiaan de Jonge, Apa itu Calvinisme?, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, hal. 2.

2.2.2 Aktual: Setelah sekian lama mengaku sebagai gereja beraliran Calvinis, baru sekarang GKP melalui Tata Gereja-nya mengukuhkan diri sebagai gereja Calvinis. Oleh karena itu cukup aktual untuk menganalisis topik ini karena sepengetahuan penulis, sebelumnya juga belum pernah ada yang mencoba untuk menulis Calvinisme yang ada dalam Tata Gereja & PPTG GKP yang baru disahkan tahun 2007. 2.2.3 Bermanfaat : a. Bagi penulis sendiri sebagai pengembangan dalam berteologi kelak melalui topik Calvinisme. b. Dapat membantu pimpinan GKP dalam memperkenalkan jati diri GKP dalam berteologi. c. Mengetahui jati diri GKP sebagai gereja yang menganut paham Calvinis, terlebih melalui Tata Gereja sebagai pondasi GKP. d. Ciri-ciri paham Calvinis yang dapat dirasakan dalam kehidupan GKP. e. Dapat memperkenalkan bagi warga jemaat yang masih belum tahu tentang paham Calvinis dan GKP adalah salah satu denominasi gereja yang menganutnya. 3. METODE 3.1 Metode Pembahasan Skripsi ini akan dibahas dengan metode Deskriptif-Analisis. Diawali dengan menerangkan paham Calvin sendiri, menggambarkan sejarah singkat GKP beserta Tata Gerejanya, setelah itu mengkomparasikan keduanya dengan cara menganalisis. 3.2 Metode Penelitian/ Pencarian Bahan Penelitian dilakukan dengan studi literatur/ kepustakaan yang relevan dan sesuai dengan topik bahasan yang penulis kaji mengenai Calvinisme di GKP, khususnya Tata Gereja & PPTG GKP. 4. SISTEMATIKA BAB I. PENDAHULUAN Bagian ini berisi tentang permasalahan (latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah), judul (rumusan judul, penjelasan judul, alasan pemlihan judul), metode pembahasan dan sistematika pembahasan.

BAB II. NZV DAN TEOLOGI CALVIN Dalam bagian ini akan membicarakan mengenai sejarah NZV dan perubahan-perubahan yang ada dalam tubuh NZV. Pada bagian ini juga akan dibahas mengenai Calvin baik dari biografi Calvin dan juga sejarahnya serta teologi atau ajaran menurut Calvin yang relevan dengan Tata Gereja & PPTG GKP. Seluruh bagian ini merupakan dasar untuk meninjau teologi GKP yang selama ini masih menganggap diri sebagai aliran Calvinis. BAB III. SEJARAH SINGKAT GKP SERTA PERUBAHAN TG & PPTG GKP Bagian ini berisi mengenai deskripsi GKP sebagai identitas diri. Di dalamnya akan diuraikan mengenai Historisitas GKP (sejarah NZV dari mulai kedatangannya ke tanah Pasundan dan melahirkan GKP sampai dengan GKP hidup secara mandiri dalam berkarya). Dalam bagian ini juga akan diuraikan perubahan dan analisis terhadap TG dan PPTG GKP dari mulai TG 1934 sebagai Tata Gereja pertama GKP. Walaupun demikian, sebelum GKP berdiri tahun 1934, orang-orang Kristen di Pasundan terlebih dahulu telah menetapkan Atoeran Pakoempoelan Oerang Kristen di Pasoendan. Oleh karena itu aturan tahun 1916 ini penting juga untuk diperhatikan dalam pembahasan ini karena berperan sebagai titik tolak dari Tata Gereja GKP tahun 1934. Tata Gereja GKP 1934 sedikit banyak menginduk pada aturan 1916. Dengan kata lain Atoeran Pakoempoelan Oerang Kristen di Pasoendan merupakan embrio bagi Tata Gereja GKP 1934 yang berfungsi sebagai pedoman hidup bergereja, hingga pada akhirnya menjadi TG dan PPTG GKP tahun 2007. Perubahanperubahan dan analisis yang akan dibahas dibatasi hanya pada pokok-pokok teologi Calvinis yang terdapat dalam TG dan PPTG GKP. Pokok-pokok tersebut yaitu: Gereja, Tata Gereja, Jabatan Gerejawi, Kebaktian, Sakramen (Baptisan dan Perjamuan), Disiplin atau Siasat Gereja, dan Hubungan Gereja dengan Negara. BAB IV. TINJAUAN KRITIS TERHADAP TG & PPTG GKP Dalam bagian ini akan dipaparkan tentang tinjauan terhadap TG & PPTG GKP menurut teologi Calvinis sehingga dapat dilihat peranan-peranan teologis dalam Tata Gereja & PPTG GKP yang sesuai dengan teologi Calvin bisa terasa dalam kehidupan berjemaat di GKP. BAB V. PENUTUP Pada bagian akhir dari karya tulis ini, penyusun akan memberikan beberapa kesimpulan dari seluruh bab dan juga saran-saran.