MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Apa yang ada dalam benak kita ketika memperbincangkan perihal gereja? Dahulu ada satu lagu sekolah minggu berjudul Gereja yang sering saya nyanyikan ketika masih menjadi murid sekolah minggu. Bunyi syair lagu gereja itu seperti ini: aku gereja, kau pun gereja, kita sama-sama gereja. dan pengikut Kristus di seluruh dunia, kita sama-sama gereja. Gereja bukanlah gedungnya, dan bukan pula menaranya. bukalah pintunya, lihat di dalamnya. Gereja adalah orangnya. Tampak sekilas tersurat maksud arti gereja dalam lagu ini. Gereja adalah orang atau orang-orang pengikut Kristus. Tetapi apakah makna gereja sebagaimana yang dimaksud oleh lagu tersebut sudah benar dan jelas bagi kita? Menurut Christiaan de Jonge: Tak sedikit orang Kristen yang masih memahami gereja sebagai tempat (gedung ibadah dengan segala perlengkapannya). Ada pula yang memahami gereja sebagai tak lebih dari sekedar lembaga atau organisasi sosial (sehingga lebih mengutamakan aspek kelembagaannya). Sementara itu, ada pula yang lebih mengutamakan aspek kerohanian atau batiniahnya, yakni gereja sebagai persekutuan atau paguyuban orang yang beriman kepada Kristus, tanpa terlalu mempedulikan kelembagaan dan tata tertib organisasinya. 1 Aspek lain dari gereja, khususnya dalam perspektif teologi sistematis, dapat dilihat dan dimengerti dalam beberapa segi: Segi pertama dapat disebut segi obyektif. Gereja dilihat sebagai tempat di mana manusia bertemu dengan keselamatan yang diberikan Allah kepadanya dalam Yesus Kristus. Gereja adalah suatu lembaga atau institusi yang mengantar keselamatan ini kepada manusia. Orang-orang percaya menjadi anggota gereja untuk mendengar mengenai keselamatan Allah dan menerima bagian di dalamnya. Orang percaya datang ke gereja untuk mendengarkan Firman yang disampaikan dalam khotbah atau ajaran dan untuk menerima sakramen-sakramen yang dilayankan. Segi kedua dapat disebut segi subyektif. Selain sebagai lembaga yang mengantar keselamatan, gereja adalah juga persekutuan orang-orang percaya yang ingin beribadah kepada Allah. Gereja tidak hanya tempat dimana manusia mendengar dan menerima, tetapi juga tempat dimana manusia menjawab dan memberi. Demikian gereja adalah juga ungkapan iman orang-orang percaya, suatu persekutuan yang dibentuk manusia untuk bersama-sama bertumbuh dalam iman dan untuk menyebarkan Injil Yesus Kristus dimana-mana, supaya bangsa Allah di dunia ini semakin besar. Segi ketiga dapat disebut segi apostoler atau segi ekstravert. Gereja tidak hanya merupakan jembatan antara Allah dan orang percaya, tetapi juga jembatan antara Allah 1 Christiaan de Jonge, Apa dan Bagaimana Gereja, cetakan ke-4, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1997, hal.v-vi 1

2 dan dunia. Gereja adalah persekutuan orang percaya yang diutus untuk mengantar keselamatan Allah kepada seluruh dunia. Demikianlah gereja merupakan buah sulung panen ilahi, ciptaan baru. 2 Jika pada kenyataan ada begitu banyak pemahaman dan ragam aspek yang muncul atas satu definisi kata gereja, tentu muncul pertanyaan berikut: apa gereja itu sesungguhnya? Secara historis melalui penelusuran etimologis-sintaksis, kita bisa mengetahui bahwa kata gereja dalam bahasa Indonesia, mengadopsi kata igreja dalam bahasa Portugis. 3 Penelusuran lebih lanjut menunjukkan, kata igreja itu sendiri mengadopsi pemahaman yang selaras dengan kata ekklesia dalam bahasa Yunani. Ekklesia terdiri atas dua unsur suku kata; ek yang berarti keluar 4, dan kaleo yang artinya memanggil 5. Secara harafiah ekklesia tentu dapat diartikan sebagai yang dipanggil keluar. Berarti gereja dapat dimengerti sebagai yang dipanggil keluar Thomas van den End meletakkan arti kata ekklesia dalam definisi pengertian mereka yang dipanggil. 6 Thomas van den End menjelaskan: yang pertama dipanggil oleh Kristus ialah para murid, Petrus dan yang lain. Sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke Surga dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi rasul, artinya: mereka yang diutus. Rasul-rasul diutus ke dalam dunia untuk mengabarkan berita kesukaan, sehingga lahirlah gereja Kristen. 7 Selain kata ekklesia masih menurut Thomas van den End, dalam bahasa Yunani ada satu kata lain yang berarti gereja, yaitu kuriakon (rumah) Tuhan. Inggris church dan Belanda kerk berasal dari kata Yunani itu. 8 Dalam pandangan Chris Hartono, dasar argumentasi yang menampilkan perbedaan penggunaan istilah ekklesia dan kuriakon sebagaimana disampaikan Thomas van den End. Pada dasarnya merupakan hal yang terhubung atas tiga peristiwa dalam satu rumah. Untuk menghubungkan pengertian istilah ekklesia dan kuriakon, maka pengertian itu sebaiknya ditempatkan pada tiga peristiwa besar dan penting yang ada dalam kesaksian Injil. Ketiga peristiwa tersebut adalah: Pertama, perjamuan malam (Markus 14:12-26) ; kedua, penampakan Yesus setelah kebangkitannya kepada para murid-nya (Yohanes 20:14-29) ; dan ketiga, turunnya Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2). Berkenaan dengan ketiga peristiwa dimaksud, yang menjadi pertanyaan adalah: apakah ketiga peristiwa itu berlangsung di sebuah rumah yang sama? Menurut para ahli, ketiganya berlangsung di sebuah rumah yang sama (lihat John Foster, 2 Christiaan de Jonge, Apa dan Bagaimana Gereja, Ibid. hal.5 3 H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, cetakan ke-24, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2009, hal Alexander Souter, A Pocket Lexicon to the Greek New Testament, London, Oxford University Press, hal.74 5 Alexander Souter, A Pocket Lexicon to the Greek New Testament, Ibid, hal Thomas van den End, Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas, cetakan ke-17, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2004, hal.1 7 Thomas van den End, Harta Dalam Bejana: Ibid, hal Thomas van den End, Harta Dalam Bejana: Ibid, hal.1 2

3 Church History I AD : The First Advance, London SPCK, 1972, p.19). Yaitu di rumah ibu Markus (bdk Markus 14:51). Bila benar demikian, maka rumah itu berarti adalah rumah tinggal keluarga. Rumah ini digunakan oleh Gereja Perdana untuk melakukan persekutuannya (ibadahnya). Itu berarti bahwa rumah ini merupakan tempat berlangsungnya persekutuan (ibadah) yang pertama kali dari Gereja Perdana. Dengan demikian, maka inilah Jemaat Rumah yang pertama kali dalam Sejarah Gereja. 9 Pengutusan para rasul dan terbentuknya jemaat mula-mula, dalam tradisi kepercayaan Kristen kemudian diletakkan secara khusus sebagai momentum awal lahirnya gereja. Dalam perkembangan lebih lanjut, gereja yang semula dimengerti sebagai persekutuan yang utuh, satu, dan diutus, dalam pemaknaan perutusannya memperluas dirinya. Perkembangan dan penyebaran gereja yang memaknai perutusan ini dikemudian hari membentuk berbagai satuan-satuan organis dan historis tersendiri yang mandiri. Satuan-satuan gereja sebagai organ mandiri, pada kenyatannya menambahkan identitas lokal sebagai sebuah kebutuhan praktis atas kontekstualisasi dirinya tetapi dengan tetap mempertahankan paham pengajaran dalam garis tradisi dan tata kelola organisasinya. Lihat saja misalnya, kita mengenal ada istilah gereja Barat dengan aliran tradisi yang merujuk dan berpusat pada gereja Katolik di Roma sebagai sumber asal tradisinya. Ada pula gereja Ortodoks yang merujuk pada aliran tradisional gereja di Timur sebagai asal tradisi dan induk organisasinya. Selain gereja Katolik Roma dan Ortodoks Timur, ada lagi gereja yang membentuk identitas diri berdasarkan garis tradisi reformasi. Perkembangan gereja aliran reformasi di Indonesia dapat ditemukan dalam wujud identitas lokal semacam Huria Kristen Batak Protestan tradisi Lutheran, Gereja Kristen Indonesia atau Gereja Kristen Jawa Tradisi Calvinis, atau Gereja Kristen Mennonite Indonesia tradisi Mennonite. Pada tahun 1981, salah satu identitas gereja yang berada dalam lingkup Sinode Gereja Kristen Indonesia, jemaat GKI Kebayoran Baru yang dewasa pada tahun 1962, menyatakan diri sebagai gereja misioner kata misioner adalah pengembangan dari istilah misi yang akan dijelaskan dalam bab berikut. Bagi GKI Kebayoran Baru pengertian gereja misioner berarti; jemaat yang tahu apa misinya, jemaat yang mau serta mampu melaksanakan misinya. 10 Menurut Stephen B. Bevans dan Roger P. Schroeder: ada enam konstanta enam tema doktrinal yang mesti dipegang teguh dengan setia oleh Gereja pada setiap perlintasannya di tapal-tapal batas dan dalam setiap konteks. Interaksi dan artikulasi di antara enam konstanta ini kristologi, eklesiologi, eskatologi, 9 Chris Hartono, Uraian Singkat Tentang Kehidupan Jemaat Rumah. Pokok bahasan ini sebenarnya disampaikan dalam bentuk Paper Pelajaran Mata Kuliah Sejarah Kekristenan Umum, 2004, hal.1 10 K. G. Hamakonda, Menjadi Jemaat Misioner: Mengurus Untuk Mengutus, Materi Seminar Misi dan Pekabaran Injil GKI Kebayoran Baru, Oktober hal.iv 3

4 keselamatan, antropologi dan kebudayaan akan menentukan cara bagaimana praktik misioner Gereja dihayati dalam pelbagai kurun sejarahnya. 11 Pernyataan GKI Kebayoran Baru sebagai gereja missioner, tentu menarik untuk ditelusuri lebih jauh. Khususnya perihal bagaimana GKI Kebayoran Baru menginterpretasikan enam konstanta misi dalam konteks keberadaannya, karena menurut Widi Artanto: istilah dan pengertian Gereja misioner sudah sering dipakai oleh Gereja-gereja di Indonesia untuk menunjukkan identitas dan idealisme bahwa Gereja-gereja Indonesia adalah dan seharusnya menjadi Gereja misioner. 12 Namun dalam kenyataan sesungguhnya, lebih lanjut pandangan Widi Artanto : Istilah gereja misioner adalah istilah yang sering dipakai dengan pemahaman yang masih belum jelas dan diberi pemuatan makna yang bermacam-macam. Istilah tersebut tidak hanya menjadi masalah bagi gereja-gereja di Indonesia di dalam memberi makna terhadap istilah itu dan implementasinya tetapi juga menjadi masalah bagi masyarakat dan golongan agama lain. 13 Apa yang dikemukakan Widi Artanto ini pada kenyataan sebenarnya, memang cukup beralasan. Bila kita menilik ke belakang, kita tentu bisa menemukan kebenaran dari apa yang disampaikan Widi Artanto. Tidak sedikit kasus-kasus pemahaman misi yang sempit, dikemas dengan slogan seolah-olah teologis, tetapi diimplementasikan secara sepihak. Sebagai contoh; data yang bersumber dari FKKI (Forum Komunikasi Kristen Indonesia) memberikan gambaran yang menarik. Sepanjang periode , (paling sedikit) dilaporkan ada 374 gedung gereja yang ditutup, dibakar, atau dihancurkan. 14 Implementasi karya misi gereja yang sepihak apakah itu melalui propaganda kebijakan organisasi gereja, maupun inisiatif perorangan Kristen pada kenyataannya dipertanyakan dan diuji dengan issu kristenisasi. Gereja dituduh melakukan upaya mengkristenkan orang beragama lain melalui implementasi misinya. Apakah identitas gereja misioner dalam pemahaman misi GKI Kebayoran Baru seperti ini? Hal ini tentu menarik untuk dicari tahu lebih dalam lagi. Selain issu kristenisasi, dari pihak dalam lingkungan gereja dan kekristenan sendiri, tindakan ngotot yang cenderung sembrono atas dasar motif pemekaran organisasi gereja tidak jarang kita jumpai. Mendirikan lebih dahulu bangunan ibadah dan melakukan terlebih dahulu aktifitas ibadah, padahal perijinan yang sah secara hukum belum dimiliki dengan argumentasi 11 Stephen B. Bevans & Roger P. Schroeder, Terus Berubah Tetap Setia: Dasar, Pola, Konteks Misi, Maumere, Ledalero 2006, hal.xlv 12 Widi Artanto, Menjadi Gereja Misioner; Dalam Konteks Indonesia, cetakan pertama, 2008, Yogyakarta, Taman Pustaka Kristen, hal.v 13 Widi Artanto, Menjadi Gereja Misioner; Ibid, hal.2 14 Eka Darmaputera, Kehadiran Misioner Gereja di Indonesia Masa Kini; Apa yang Dipertaruhkan dan Ke mana Arahnya?, Penuntun, Jurnal Teologi dan Gereja, Vol 4, No.13, Jakarta, 1997/1998, hal

5 biarlah pengurusan administrasi ijin secara hukum sambil jalan, karena prosesnya lama mungkin tidak mengapa kalau kita dirikan jemaat dahulu dan kita aktifkan jemaat, sembari mengurus perijinan yang diperlukan. Bukankah lingkungan di sekitar sini orang-orang yang bisa mengerti, hal ini dilakukan oleh gereja atau setidaknya orang Kristen tanpa perhitungan yang matang. Kecerobohan seperti ini pada kenyataan di lapangan akhirnya cenderung mendapat respon negatif dari lingkungan sekitar. Mendirikan tempat ibadah atau melakukan kegiatan peribadatan tanpa melalui mekanisme proses yang tepat, dipandang masyarakat sekitar sebagai sebuah tindakan yang mengusik ketentraman dan kenyamanan lingkungan dimana tempat ibadah didirikan dan kegiatan ibadah dilakukan. Hal lain lagi, masih terkait dengan pandangan negatif atas misi gereja dikenal dengan istilah beban mental sejarah misi. Dalam lingkup hidup bermasyarakat di Indonesia masih ada resistensi atas gereja dan orang Kristen berdasarkan warisan kekeliruan memahami pokok permasalahan keberadaan gereja dan orang Kristen di Indonesia. Dalam pandangan umat beragama lain di Indonesia khususnya di mata umat Islam, sebagaimana disampaikan Komaruddin Hidayat: secara historis psikologis, umat Kristen Indonesia memiliki beban mental yang merupakan dosa warisan dari penjajah, yang kebetulan kehadirannya telah turut memperkenalkan Kristen ke Indonesia sehingga kaitan antara sejarah imperialisme dan kristenisasi masih terasa sulit dipisahkan dan dihapuskan dari persepsi umat Islam Indonesia. Asosiasi antara penjajah, misionaris, dan westernisasi masih terasa kuat; hal ini sekali-kali muncul lagi ke permukaan ketika ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan politik menguat. Hubungan antara Barat dan Dunia Islam yang kurang harmonis, bisa mendatangkan imbas negatif terhadap hubungan antara Islam dan Kristen di Indonesia. Situasi demikian tentu saja berbeda dengan hubungan Islam-Kristen di Timur Tengah, karena mereka memiliki memori historis yang dalam bahwa kedua agama ini sama-sama berasal dari tradisi Semitik. Sedangkan Kristen yang datang ke Indonesia adalah Kristen yang telah terbaratkan, sementara istilah Barat bagi sebagian orang Islam memiliki konotasi yang perlu dicurigai. 15 Selaras dengan apa yang disampaikan Komaruddin Hidayat, Mgr. Edmund Woga mengakui adanya beban mental implementasi misi tersebut. Menurut Woga politisasi kepentingan atas misi adalah pemaknaan misi secara sempit yang menyebabkan timbulnya metode misi yang buruk. Hal ini pernah dilakukan oleh gereja dan orang-orang Kristen di masa lalu: akibat politisasi atas misi. Metode-metode karya misi gereja yang buruk dipakai pada zaman kolonial. Secara historis istilah misi berkaitan erat dengan sejarah ekspansi kolonial dari negara-negara barat. Dalam kurun waktu yang lama ( ) karya misi diboncengkan pada kekuasaan politis-profan. Karya misioner gereja dimengerti sebagai 15 Komaruddin Hidayat, Islam Indonesia Memahami Kristen Indonesia; Menerawangi Potensi Konflik dan Dialog, Penuntun, Jurnal Teologi dan Gereja, Vol 4, No.13, Jakarta, 1997/199, hal.4 5

6 perjuangan untuk ekspansi, pendudukan daerah, penaklukan para penganut agama-agama lain untuk disatukan ke dalam satu-satunya agama yang benar ialah agama Kristen. 16 Fakta sejarah ini memberi kesan mendalam pada orang-orang bukan Kristen bahwa agama Kristen adalah agama kaum kolonialis yang cenderung menghancurkan agama dan kebudayaan bangsa non-kristen untuk digantikan dengan agama dan kebudayaan Kristen. 17 B. RUMUSAN PERMASALAHAN Dari uraian latar belakang permasalahan di atas, kita bisa lihat. Dalam kenyataan perjalanan sejarah, keberadaan suatu gereja tidak pernah bisa lepas dari konteks zamannya. Dasar pemaknaan atas identitas sejatinya sebagai yang dipanggil dan diutus yang senantiasa diupayakan terwujud oleh gereja, pada kenyataannya senantiasa diuji oleh tantangan situasi dan kondisi sekitarnya. Pandangan dari pihak yang ada, baik di dalam maupun di luar diri gereja, pada kenyataan praktis juga turut berkontribusi membentuk artikulasi, interaksi, dan implementasi misi gereja tersebut. Lalu bagaimana suatu gereja memaknai diri sebagai yang diutus atas lingkup keberadaannya? Bagaimana gereja merespon tantangan atas hakekat dan eksistensinya dengan tetap memegang teguh enam tema doktrinal misi? Inilah rumusan permasalahan yang merupakan pokok pembahasan dalam skripsi ini. Lebih khusus dalam konteks GKI Kebayoran Baru, dua rumusan permasalahan tersebut dapat dibentuk dalam pertanyaan-pertanyaan: 1. Bagaimana GKI Kebayoran Baru merumuskan enam tema doktrinal sebagai dasar pemahaman misinya? 2. Apakah enam tema doktrinal yang terdapat dalam materi seminar misi dan pekabaran Injil akan menampakan suatu gambaran bahwa GKI Kebayoran Baru adalah gereja misioner? 3. Bagaimana enam tema doktrinal tersebut diimplementasikan dalam konteks keberadaan GKI Kebayoran Baru? C. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Terkait rumusan permasalahan di atas, maka judul yang penulis pandang relevan untuk diletakkan sebagai topik pembahasan dari keseluruhan naskah skripsi ini adalah; MENJADI GEREJA MISIONER DALAM PEMAHAMAN GKI KEBAYORAN BARU (Refleksi Teologis atas Enam Konstanta Misi di GKI Kebayoran Baru) 16 Edmund Woga, CSsR., Dasar-Dasar Misiologi, Yogyakarta, Kanisius 2002, hal Edmund Woga, CSsR., Dasar-Dasar Misiologi, Ibid, hal.19 6

7 D. PENJELASAN ATAS JUDUL Dua puluh delapan tahun sudah berlalu. Sejak GKI Kebayoran Baru menjadi jemaat dewasa pada 25 Februari 1962, dan sejak GKI Kebayoran Baru menyatakan diri sebagai gereja atau jemaat misioner pada tahun Menjelang peringatan usia 50 tahun panggilan perutusannya pada 25 Februari 2012, gereja ini memandang perlu dan penting untuk melakukan sebuah evaluasi dan introspeksi diri atas pemahaman misinya. Meninjau kembali pemahaman misi melalui pelaksanaan seminar tentang misi dan pekabaran Injil, merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang dipandang penting oleh GKI Kebayoran Baru. Karena rangkuman dari diskusi dalam seminar misi dan pekabaran Injil dimaksud, oleh GKI Kebayoran Baru akan dibentuk menjadi sebuah buku perjalanan kehidupan jemaat. Buku yang rencananya nanti akan diterbitkan dan diedarkan kepada jemaat. Akan dijadikan semacam catatan momentum penting bagi GKI Kebayoran Baru dalam memaknai dirinya sebagai gereja misioner. Seminar yang telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2009 yang mengambil tema Menjadi Jemaat Misioner: Mengurus untuk Mengutus, sekilas menggambarkan identitas dan panggilan misi gereja GKI Kebayoran Baru. Tetapi sebagaimana dikatakan Stephen B. Bevans dan Roger P. Schroeder; interaksi dan artikulasi di antara enam konstanta misi; kristologi, eklesiologi, eskatologi, keselamatan, antropologi dan kebudayaan, akan turut menentukan cara bagaimana praktik misioner gereja dihayati dalam pelbagai kurun sejarahnya. Hal ini perlu diperhatikan oleh GKI Kebayoran Baru. Untuk itu pemilihan judul sebagaimana yang penulis sampaikan tersebut di atas, di satu sisi adalah sebuah upaya penulis menggali pemahaman misi dan menemukan enam konstanta misi dalam konteks pergumulan GKI Kebayoran Baru. Pada sisi yang lain melalui refleksi teologis atas enam kontanta misi yang penulis sampaikan, diharapkan refleksi tersebut dapat menjadi sebuah sumbangan pemikiran bagi GKI Kebayoran Baru. E. TUJUAN PENULISAN Skripsi ini bertujuan pokok menggali dan menemukan enam konstanta misi GKI Kebayoran Baru yang merupakan pondasi dasar bagi sebuah gereja dalam memahami dan menjalankan artikulasi dan interaksi perutusannya sebagai perwujudan Missio Dei. Setelah menemukan pernyataan atas artikulasi enam konstanta misi GKI Kebayoran Baru tersebut, selanjutnya penulis akan memberikan tanggapan dan mengkritisi dengan refleksi teologis enam konstanta misi GKI Kebayoran Baru dimaksud. Hasil refleksi teologis penulis selanjutnya akan penulis jadikan dasar sumbangan pemikiran misiologis bagi gereja GKI Kebayoran Baru. 7

8 Penulis sadar betul dengan segenap keterbatasan diri, karena itu berdasarkan pandangan, atau pendapat para teolog ekumenis, penulis akan berupaya se-objektif mungkin mengkritisi rumusan enam konstanta misi GKI Kebayoran Baru. Harapannya agar kekritisan pemikiran yang penulis sampaikan dapat menjadi sumbangan penulis bagi GKI Kebayoran Baru dalam memperkaya dasar pemaknaan dirinya sebagai gereja misioner berdasarkan enam konstanta misi. F. BATAS PERMASALAHAN Permasalahan yang akan penulis gali dan uraikan dalam pembahasan skripsi ini terbatas pada pencarian dan penemuan rumusan enam konstanta misi GKI Kebayoran Baru melalui materi seminar misi dan pekabaran Injil. Sebagaimana GKI Kebayoran Baru memaknai dirinya sebagai gereja yang misioner, bagaimana selanjutnya enam konstanta misi yang dipahaminya tersebut diletakkan dalam artikulasi dan interaksi yang secara jelas menunjukkan bahwa gereja ini adalah gereja misioner. G. METODE PENULISAN Metode yang penulis gunakan dalam menyusun skripsi ini adalah deskripsi analisis. Deskripsi-deskripsi yang ditemukan dalam materi seminar misi dan pekabaran Injil GKI Kebayoran Baru, baik yang adalah sumber primer merupakan pendapat asli narasumber seminar, dalam hal ini Pdt. Hamakonda. Ataupun sumber-sumber sekunder pendapat pihak lain yang dikutip Pdt. Hamakonda. Sepanjang itu relevan, akan penulis jadikan sebagai data untuk menemukan dan mendeskripsikan enam konstanta misi GKI Kebayoran Baru. Selanjutnya atas penemuan enam konstanta misi tersebut, penulis akan memberikan tanggapan singkat dan refleksi teologis. H. SISTEMATIKA PENULISAN Karya tulis ilmiah ini dibentuk dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Dalam bab I penulis menyampaikan beberapa pokok pikiran singkat yang melatarbelakangi seluruh naskah skripsi. Uraian singkat tersebut dikemas dalam sistematika: Latar Belakang Permasalahan, Rumusan Permasalahan, Alasan Pemilihan Judul, Penjelasan Atas Judul, Tujuan Penulisan, Batas Permasalahan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. 8

9 Bab II Dasar Pemahaman Misi Gereja Pada bab II penulis akan mengutip dan menempatkan pandangan teolog-teolog misi, David J. Bosch, Edmund Woga, serta Stephen B. Bevans & Roger P. Schroeder. Pandangan para teolog ini ditujukan sebagai dasar teori yang berguna untuk membentuk pengertian atas misi gereja, serta hal-hal yang terkait dengan pengertian misi tersebut. Selain pandangan para teolog misi tersebut di atas, penulis juga berusaha menyampaikan dasar pemahaman misi, berikut enam konstanta misi GKI berdasarkan mukadimah dan penjelasan atas mukadimah Tata Gereja GKI. Pada dasarnya landasan teori dalam bab II akan penulis jadikan sebagai semacam dasar acuan untuk menilai pemahaman misi dan materi seminar yang akan disampaikan pada bab III. Bab III Menjadi Jemaat Misioner. Pada bab III penulis akan memaparkan sejarah singkat GKI Kebayoran Baru dan ringkasan pokok materi seminar, yang merupakan bahan inti dari penelitian skripsi, guna menemukan enam konstanta misi GKI Kebayoran Baru. Bab IV Refleksi Teologis Pada bab IV penulis akan mengemukakan enam konstanta misi yang ditemukan dari keseluruhan materi seminar misi dan pekabaran Injil GKI Kebayoran Baru. Kemudian atas enam konstanta misi tersebut penulis akan menyampaikan tanggapan serta refleksi teologis. Bab V Kesimpulan dan Penutup Pada V sebagai bab terakhir, penulis akan menyampaikan kesimpulan atas seluruh rangkaian uraian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab-bab terdahulu. 9

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah gereja dapat dikatakan gereja jikalau gereja melaksanakan misi Allah di tengah dunia ini, atau dapat dikatakan bahwa gereja tersebut menjadi gereja

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

I.1. PERMASALAHAN I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pekabaran Injil (PI) atau penginjilan sering disebut juga dengan evangelisasi atau evangelisme, 1 merupakan salah satu bentuk misi Gereja. Kata Injil yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin. BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran atau denominasi Calvinis 1 (lebih sering disebut Reformed ataupun Presbyterian) hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

Misiologi David Bosch

Misiologi David Bosch Misiologi David Bosch Definisi Sementara Misi. 1. Iman Kristen bersifat misioner, atau menyangkali dirinya sendiri. Berpegang pada suatu penyingkapan yang besar dari kebenaran puncak yang dipercayai penting

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 02Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan TERBENTUKNYA GEREJA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penatalayanan merupakan tanggung jawab gereja, ketika berada di tengah tengah dunia ini. Penatalayanan bukan merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh gereja.

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Greja Kristen Jawi Wetan (baca: Grejo 1, selanjutnya disebut dengan GKJW). GKJW merupakan salah satu gereja yang peduli dengan pendidikan bagi anak bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbedaan pandangan mengenai masalah iman dan perbuatan dalam hubungannya dengan keselamatan memang sudah ada sejak dulu kala 1. Pada satu pihak, ada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini Catatan: Bahan ini diambil dari http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=47, diakses tanggal 3 Desember 2012. Selanjutnya mahasiswa dapat melihat situs www.sabda.org yang begitu kaya bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penginjilan merupakan salah satu dimensi yang esensial dari misi Kristen. Gereja bertanggungjawab untuk mewartakan injil ke seluruh dunia, untuk memberitakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Gereja ada dan eksis di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, juga bukan atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk melaksanakan misi-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti

Lebih terperinci

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Gereja Tubuh Kristus GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151 Faks.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #38 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan iman anak tentunya bukanlah hal yang dapat dianggap sepele. Banyak pihak bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan iman bagi anak-anak kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 21 Maret 2006, bertempat di Jakarta ditetapkanlah sebuah peraturan pemerintah yang baru, yang dikenal sebagai Peraturan Bersama dua Menteri (selanjutnya

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit Surat-surat Am DR Wenas Kalangit 22 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Ibrani dan Am Catatan Umum Delapan surat terakhir dalam PB disebut juga dengan nama: Surat-surat Am atau Umum. Disebut demikian karena

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keanekaragaman suku, budaya dan agama sehingga disebut sebagai negara majemuk. Salah satu daerah yang memiliki

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dilihat secara objektif, gereja merupakan suatu institusi yang di dalamnya terjadi perjumpaan antara manusia dengan Allah. Manusia berjumpa dengan keselamatan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah (Suatu Kajian Sosio-Teologis mengenai Pemahaman Jemaat GMIT Kota Baru tentang Himne GMIT) Bagian I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum,

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

Terbentuknya Gereja PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PERTEMUAN II MODUL PERKULIAHAN POKOK BAHASAN :

Terbentuknya Gereja PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PERTEMUAN II MODUL PERKULIAHAN POKOK BAHASAN : MODUL PERKULIAHAN PERTEMUAN II PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN POKOK BAHASAN : Terbentuknya Gereja Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MKCU Psikologi 02 90039 Drs. Sugeng Baskoro,

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Nama Tsang Kam Foek (untuk seterusnya penyusun akan menyebut beliau dengan nama Tsang To Hang 1 ) tentunya tidak dapat dilepaskan dari sejarah pekabaran Injil

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN Dari Kisah 2 kita tahu bahwa ketika seseorang dibaptis, Tuhan menambahkan dia kepada gereja-nya. Nas lain yang mengajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

Pdt Gerry CJ Takaria

Pdt Gerry CJ Takaria Seberapa pentingkah Baptisan itu? Baptisan merupakan satu aspek pembenaran di mana semua orang dapat turut serta. Sejak Kristus, Seorang yang Tanpa Dosa itu, dibaptiskan untuk menggenapkan seluruh kehendak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang mengimani Kristus dan berada dalam komunitas yang saling membangun dalam iman. Gereja memiliki struktur organisatoris yang tertata

Lebih terperinci

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik RESENSI BUKU Judul : Keselamatan Milik Allah Kami Penulis : Christopher Wright Penerbit : Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur Tahun : 2011 Halaman : 225 halaman Dalam buku ini Christopher Wright berupaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada hakikatnya, gereja harus berjuang untuk dapat menjadi gereja yang misioner, yakni gereja yang dengan setia ikut serta dalam melaksanakan misi Allah di dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pembahasan mengenai misi 1 gereja tidak terlepas dari adanya perbedaan dalam pemahaman maupun praktek misi. Setidaknya ada dua pemahaman yang berbeda berkaitan

Lebih terperinci

Pembaptisan Air. Pengenalan

Pembaptisan Air. Pengenalan Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1 Latar Belakang Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, di berbagai tempat di dunia, terkhusus di Indonesia, terjadi perubahan yang cukup mencolok dalam partisipasi jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kemajemukan merupakan realitas yang menjadi salah satu ciri dari kondisi masa sekarang ini. Di era modern yang untuk sementara kalangan sudah berlalu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP)

BAB I PENDAHULUAN. Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) mulai disebut sebagai suatu gereja mandiri yaitu melalui sidang sinode umum yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Kerangka Teori. Gereja, dalam ekklesiologi, dipahami sebagai kumpulan orang percaya yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam perutusan Kristus yaitu memberitakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Level 2 Pelajaran 4 PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pentingnya gereja Kristus. Saya ingin bacakan ayat dari Ibrani 10:25. Ayat itu berkata, Janganlah kita menjauhkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PENGINJILAN

Lebih terperinci

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Basuh Kaki Mendapat Bagian dalam Tuhan GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150,

Lebih terperinci