BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB III METODE PENELITIAN

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE PERSONALITY DENGAN COPING STRESS PADA POLISI RESERSE KRIMINAL POLTABES MEDAN

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Penelitian ini pada dasarnya adalah membuktikan secara empiris hasil

PERAN KEPRIBADIAN BIG-FIVE DALAM GAYA MANAJEMEN KONFLIK SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi. Oleh RAHMA SAFITRI

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua...

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:

4. METODE PENELITIAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : INVENTORI KODE MATAKULIAH / SKS = IT / 2 SKS

PERAN WORK-FAMILY CONFLICT DAN KEPRIBADIAN BIG 5 TERHADAP WORK ENGAGEMENT KARYAWAN PIMPINAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TESIS.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

BAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan

Modul ke: Tes Inventori. Sejarah Tes Inventori, Arti Kepribadian dan Pengukurannya. Fakultas Psikologi. Irma H. Aliyyah, M.Psi.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

DAFTAR ISI i. DAFTAR TABEL.vii. DAFTAR BAGAN...ix. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Rumusan Masalah...8. C. Tujuan Penelitian...8

PERAN TIPE-TIPE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN SKRIPSI

PROFISIENSI PRESTASI TERSTANDAR TIDAK TERSTANDAR

HUBUNGAN JOB DEMAND DENGAN CYBERLOAFING PADA GURU DI PUCCA LEARNING CENTER SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

24/02/2011. Psikologi Klinis. Dr. Sofia Retnowati. Measurement issues. Measurements Source of variation Classification Health measurements

Pengertian Pengukuran

Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pa

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan. publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat membuat pekerjaan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tes Inventori: EPPS Test

BAB 3 Metode Penelitian

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EXTROVERSION & AGREEABLENESS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SUKU BATAK TOBA

BAB I PENDAHULUAN. hasil pekerjaan yang telah mereka lakukan dan penentu attitude atas suatu perilaku

ASESMEN DALAM BK PPT 3 1

Fakultas Psikologi UMBY, 2011

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan.

HUBUNGAN DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PERILAKU MINOR CYBERLOAFING SKRIPSI TRESYAGATI


METODIK TES 1 Rencana Mutu Pembelajaran

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PEMAAFAN PADA ISTRI YANG MENGALAMI PROBLEMATIKA PERKAWINAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA THE BIG FIVE PERSONALITY DAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN CALL CENTER PT VADS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang

Pengantar Psikodiagnostik

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNA SMARTPHONE SAMSUNG GALAXY SERIES SKRIPSI RAHARJA FAKULTAS PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA

PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

KONSEP DASAR TES. Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia dinilai masih

BAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini tes Psikologi bukan merupakan hal yang asing lagi bagi masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam melakukan penilaian terhadap individu sesuai dengan tujuan dari diberikannya tes tersebut. Tes psikologi berisikan aitem-aitem yang diskor berdasarkan respon dari individu yang mengikuti tes. Skor tersebut kemudian memberikan informasi mengenai seberapa baik individu dalam bidang tertentu. Beberapa ahli juga mengungkapkan definisi dari tes psikologi, diantaranya seperti yang diungkapkan oleh Anastasi & Urbina pada tahun 2006 dan Kaplan dan Sacuzzo pada tahun 2005. Anastasi & Urbina (2006) menyatakan definisi tes psikologi yaitu alat pengukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Kaplan dan Sacuzzo (2005) menyatakan definisi psikologi sebagai sekumpulan aitem yang dirancang untuk mengukur karakteristik individu dan memprediksi perilakunya. Berdasarkan dua definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tes psikologi adalah sekumpulan aitem yang memiliki standar objektif yang

dirancang dengan tujuan untuk mengukur karakteristik individu dan memprediksi perilakunya serta digunakan secara luas. Saat ini tes Psikologi telah banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Mulai dari bidang pendidikan, bidang sosial, maupun bidang industri. Tes Psikologi dalam bidang pendidikan digunakan sebagai alat untuk melakukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Contohnya tes psikologi digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan jurusan ilmu alam atau ilmu sosial yang harus ditempuh oleh siswa yang akan naik ke kelas XI SMA. Selain itu beberapa sekolah tertentu juga menjadikan tes psikologi sebagai salah satu persyaratan untuk memasuki sekolah tersebut. Tes Psikologi dalam bidang sosial salah satunya digunakan sebagai alat untuk melakuka assesement atau penilaian. Contohnya adalah assessment atau penilaian yang dilakukan kepada korban bencana alam dengan tujuan untuk memberikan intervensi psikologis yang sesuai dengan kondisi psikologis dari korban bencana alam tersebut. Tes Psikologi dalam bidang industri contohnya adalah tes psikologi yang digunakan sebagai alat seleksi dan penempatan kerja karyawan merupakan hal yang saat ini senantiasa dilakukan oleh perusahaan ketika ingin mendapatkan karyawan baru maupun ketika mempromosikan seorang karyawan. Hal ini dapat dimengerti karena tentu saja perusahaan ingin mendapatkan indvidu yang terbaik untuk bekerja agar perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Tes Psikologi menjadi tes yang dipercaya oleh perusahaan untuk menjaring individu terbaik sesuai dengan bidang pekerjaan yang ada. Oleh karena itu tentu saja tes psikologi yang diberikan pada

saat seleksi dan penempatan kerja karyawan akan disesuaikan dengan bidang kerja yang akan dilakukan nantinya. Demi memastikan tes Psikologi yang digunakan dalam berbagai tujuan memiliki kemampuan untuk menguji dan menempatkan seseorang pada tempat yang tepat sesuai dengan bidangnya dan juga terjaga validitas dan reliabilitasnya, maka ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan. Salah satu yang harus diperhatikan adalah proses administrasi tes Psikologi. Administrasi tes psikologi adalah segala sesuatu proses yang berkenaan dengan penyelenggaraan tes Psikologi (Anastasi & Urbina, 2006). Salah satu bentuk dari administrasi tes adalah pemberian instruksi tes. Instruksi tes dilakukan oleh tester yaitu orang yang bertugas untuk memberikan instruksi tes yang meliputi bagaimana cara mengerjakan tes, menginformasikan batas waktu yang ada, dan juga memberikan contoh bagaimana cara melakukan tes tersebut. Proses administrasi tes ini merupakan hal yang sangat penting karena proses administrasi tes adalah proses yang dapat berpengaruh terhadap hasil tes. (Anastasi & Urbina, 2006). Contohnya apabila pemberian instruksi salah, tidak lengkap, ataupun berlebih maka akan sangat berpengaruh terhadap hasil tes. Pengaruh tersebut misalnya dapat berupa identifikasi atribut psikologis yang tidak sesuai dengan individu yang mengikuti tes tersebut akibat proses administrasi yang tidak standar. Dapat kita bayangkan dalam bidang pendidikan, apabila pelaksanaan administrasi tes dilakukan dengan tidak standar maka akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, siswa yang seharusnya masuk ke jurusan ilmu sosial bisa jadi masuk ke dalam jurusan ilmu alam, atau siswa yang

seharusnya dapat lulus ke dalam sekolah tertentu akibat proses administrasi yang tidak standar menjadi tidak lulus dalam sekolah tersebut. Pada bidang sosial proses administrasi yang tidak standar trsebut dapat berpengaruh terhadap asessment atau penilaian kondisi psikologis korban bencana alam, penilaian yang kurang tepat dapat mengakibatkan pemberian interrvensi psikologis yang tidak tepat pula sehinga justru akan berdampak negatif terhadap korban bencana alam tersebut. Pada bidangi industri seperti pada tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja, dapat dibayangkan apabila administrasi yang diberikan tidak lengkap ataupun tidak sesuai dengan instruksi yang sebenarnya maka akan sangat berpengaruh terhadap hasil tes dari seleksi tersebut bahkan bisa saja individu yang sebenarnya memiliki kualifikasi untuk dapat direkomendasikan, menjadi tidak direkomendasikan akibat administrasi tes yang tidak sesuai dengan standar yang ada atau bahkan sebaliknya orang yang sebenarnya tidak memenuhi kualifikasi untuk direkomendasikan bisa menjadi direkomendasikan akibat pemberian instruksi yang tidak standar. Pada dasarnya pelaksanaan tes psikologi sangat berkaitan dengan prestise atau harga diri setiap orang dan tidak ada individu yang ingin gagal dalam tes (Anastasi & Urbina, 2006). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita pahami bahwa setiap orang pastinya akan berusaha semaksimal mungkin dan menampilkan diri yang sebaik-baiknya dalam setiap mengikuti tes psikologi. Kondisi tersebut tentu saja merupakan kondisi yang rentan mempengaruhi validitas dan reliabilitas tes meskipun administrasinya dilakukan dengan standar, apalagi jika administrasi dilakukan dengan tidak standar. Oleh

karena itu administrasi tes yang baik dan benar menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pemberian tes psikologi. Hal yang kemudian menjadi ironi saat ini adalah pelaksanaan administrasi tes psikologi seringkali dilaksanakan dengan tidak standar, salah satunya pada pelaksanaan tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang juga pernah beberapa kali menjadi asisten lapangan pelaksanaan tes psikologi, administrasi tes yang tidak standar biasanya ditemui dalam bentuk pemberian instruksi tes yang tidak lengkap, ataupun pemberian batas waktu pada tes yang sebenarnya tidak memiliki batas waktu seperti tes grafis dan tes EPPS. Bahkan peneliti pernah menemukan pengerjaan tes EPPS yang hanya diberikan waku 15 menit. Kondisi ini tentu saja bukan merupakan kondisi yang baik mengingat hal ini tentu saja dapat mempengaruhi validitas dan reliabilitas dari tes Psikologi yang diberikan. Demi memperkuat bukti dan fenomena yang ada, peneliti kemudian melakukan wawancara kepada dosen Fakultas Psikologi departemen Psikologi Klinis Juliana Saragih, M.Psi. yang dan menanyakan mengenai fenomena tersebut. Juliana adalah Psikolog yang sering kali terlibat dalam penyelenggaraan tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja karyawan yang diadakan oleh P3M Fakultas Psikologi USU dan beberapa kali menjadi koordinator Tester dan Asisten lapangan. Berdasarkan hasil wawacancara dengan Juliana, peneliti mendapatkan informasi bahwa Juliana, juga pernah menemukan kondisi yang sama seperti yang peneliti temukan. Kondisi yang ditemukan oleh Juliana yaitu pada suatu tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja pada dan alat tes

yang digunakan adalah alat tes untuk mengukur intelegensi. Instruksi yang diberikan pada tes itu tidaklah lengkap sehingga jawaban yang diberikan oleh peserta tes pada saat dilakukan skoring menjadi jawaban yang salah sedangkan apabila mengikuti instruksi yang diberikan oleh tester pada saat itu jawaban yang diberikan oleh peserta dapat dikategorikan sebagai jawaban yang benar (Juli, komunikasi personal tanggal 4 Maret 2011 pukul 17.00). Peneliti juga mewawancarai Ari Widiyanta, M.Psi, yang merupakan ketua P3M Fakultas Psikologi USU periode 2008-2010. Ia mengatakan bahwa saat ini masih banyak administrasi tes yang tidak standar pada pelaksanaan tes Psikologi untuk seleksi dan penempatan karyawan. Administrasi yang dianggap standar pun sebenarnya masih banyak yang tidak standar, contohnya pada saat tester memberikan instruksi gambar yang tidak boleh digambar pada tes Baum. Ari Widianta juga menyatakan bahwa pemberian administrasi yang tidak standar terjadi dalam dua kondisi, yaitu secara disengaja ataupun tidak disengaja. Secara disengaja contohnya ketika pemberian batas waktu pada pengerjaan tes grafis ataupun EPPS karena memang adanya batasan waktu pada pelaksanaan tes secara keseluruhan, sehingga tes tersebut yang seharusnya tidak dibatasi waktu menjadi dibatasi. Kondisi yang terjadi secara tidak disengaja diakibatkan oleh ketidaksiapan dari Tester akibat kurangnya persiapan yang dilakukan maupun kurang terlatihnya Tester sehingga salah melakukan administrasi (Ari, komunikasi personal tanggal 9 Maret 2011 pukul 17.00). Hasil wawancara sebagaimana yang dipaparkan menunjukkan fakta bahwa saat ini pemberian administrasi tes yang tidak standar pada tes seleksi kerja dan penempatan karyawan sudah sering

terjadi. Peneliti juga mewawancarai Dr. Emmy Mariatin MA, Ph.d, psikolog, yang merupakan seorang Psikolog senior sekaligus pemilik biro konsultasi psikologi Embara yang sering mengadakan tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja di kota Medan. Pada wawancara tersebut Emmy Mariatin mengatakan bahwa dalam pelaksanaan tes psikologi sering kali tester memberikan instruksi yang tidak lengkap, ia kemudian memberi contoh pada administrasi tes Pauli. Ia pernah menemukan tester tidak memberi tahu peserta tes mengenai cara membalik kertas dan aturan yang jelas dalam menuliskan hasil hitungan. Hal ini tentu saja merupakan hal yang tidak menguntungkan bagi peserta tes karena dapat memperlambat pengerjaan tes dan menimbulkan kesulitan bagi peserta tes (Emmy, komunikasi personal tanggal 7 Juni 2011 pukul 11.30 wib). Berbicara mengenai alat tes yang digunakan dalam tes seleksi kerja dan penempatan karyawan, ada banyak jenis dan macam alat tes yang dapat digunakan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Dr. Wiwik Sulistyaningsih, M.Psi yang merupakan staf dari Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Fakultas Psikologi menyatakan bahwa tes psikologi yang dilakukan dengan tujuan seleksi dan penempatan kerja terbagi atas tiga bagian, yaitu tes yang mengukur intelegensi, tes yang mengukur cara kerja, dan tes kepribadian (Wiwik, komunikasi personal tanggal 26 Februari 2011 pukul 14.00). Peneliti kemudian melakukan wawancara kepada Rika Eliana, M.Psi. yang merupakan sekretaris P3M. Peneliti mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda bahwa tes psikologi dalam seleksi dan penempatan kerja terdiri atas tiga bagian sebagaimana yang telah

disebutkan sebelumnya, peneliti juga mendapatkan informasi bahwa tes yang seringkali digunakan dalam mengukur intelegensi yaitu tes IST dan TINTUM, untuk mengukur cara kerja diukur dengan tes Kreplin, Pauli, maupun wawancara dan untuk mengukur kepribadian dilakukan dengan tes EPPS dan Papikostik (Rika, komunikasi personal tanggal 28 Februari 2011 pukul 16.30). P3M sendiri sebagai lembaga yang salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja hingga saat ini senantiasa berusaha untuk memperbaharui alat tes yang dimilikinya, karena disadari bahwa alat tes yang selama ini digunakan telah terlalu sering dipakai sehingga dapat mempengaruhi validitas dan reliabilitas dari tes tersebut. Informasi ini peneliti dapatkan berdasarkan wawancara peneliti kepada ketua P3M Ferry Novliadi M.Si. (Ferry, komunikasi personal tanggal 28 Febuari 2011 pukul 12.00). Kondisi tersebut kemudian mendorong peneliti dalam melakukan penelitian dengan menggunakan alat tes yang baru dan jarang digunakan di Indonesia, yang kemudian nantinya diharapkan dapat menjadi alternatif alat tes yang dapat digunakan sebagai alat seleksi dan penempatan kerja karyawan lewat penelitian yang peneliti lakukan. Alat tes yang peneliti maksudkan adalah Big Five Inventory. Big Five Inventory merupakan alat tes yang dapat mengidentifikasi kepribadian berdasarkan teori Big Five Personality. Big Five Inventory digunakan karena tes ini merupakan tes yang baru dan jarang digunakan, sehingga dengan menggunakan Big Five Inventory diharapkan hasil pengukuran yang dilakukan dapat lebih terjaga validitas dan reliabilitasnya, selain itu tes Big Five Inventory tidak memiliki aitem yang banyak sehingga akan menghindari kelelahan yang

dialami oleh peserta dan juga dapat dikerjakan dalam waktu yang singkat. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa alat tes yang baik adalah alat yang senantiasa terjaga validitas dan reliabilitasnya dan juga mampu mengukur sesuai dengan tujuan dari pengukuran alat tersebut. Hal inilah yang juga melatar belakangi peneliti menggunakan Big Five Inventory Saat ini banyak ahli psikologi berkeyakinan bahwa gambaran yang paling baik mengenai struktur trait dimiliki oleh Five Factor Model dari teori Big Five Personality (Mastuti, 2005). Menurut Five Factor Model (FFM) ini trait kepribadian digambarkan dalam bentuk lima dimensi dasar (McCrae & Costa.Jr, 1997). Kelima dimensi dasar tersebut adalah Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience, Agreeableness, Conscientiousness. Pemaparan tersebut menunjukkan bahwa bagaimana Big Five Inventory dengan jumlah aitem yang sedikit dan pengerjaan yang singkat akan dapat mengungkapkan berbagai dinamika kepribadian yang kompleks dan terklasifikasi. Hal ini tentu saja merupakan hal yang sangat menguntungkan dan memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan. Di Indonesia penggunaan alat ukur kepribadian Big Five Inventory maupun pengembangan alatnya masih belum begitu populer. Padahal banyak hal yang mampu diprediksi dengan alat tes Big Five Inventory. Mengingat banyak aspek yang dapat diprediksi dengan Big Five Inventory, maka pengembangan alat tersebut di Indonesia perlu dilakukan (Mastuti, 2005). Seperti yang telah dikemukakan pada penjelasan sebelumnya bahwa administrasi tes yang tidak standar memiliki kemungkinan untuk menghasilkan hasil tes yang tidak sesuai dengan atribut psikologis yang hendak diukur. Begitu

juga pada administrasi Big Five Inventory. Pemberian Administrasi yang tidak standar akan berpengaruh terhadap respon yang diberikan oleh peserta tes, karena pada dasarnya respon yang diberikan oleh peserta tes atau testee akan dikonversi menjadi skor dan kemudian diinterpretasikan dan diklasifikasikan pada tipe kepribadian tertentu sesuai dengan skor yang ada. Administrasi yang tidak standar akan menciptakan kemungkinan testee memberikan respon yang tidak sesuai dengan dirinya sehingga testee tersebut dapat diklasifikasikan kepada tipe kepribadian tertentu dengan tidak tepat. Oleh karena itu pengadministrsian yang standar menjadi hal yang sangat penting dan harus senantiasa dijaga. Pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan saran mengenai pentingnya administrasi tes Psikologi yang terstandar demi mencapai kesempurnaan dan keobjektifan dalam setiap pelaksanaan tes Psikologi. Penelitian dengan menggunakan Big Five Inventory ini tentu saja juga diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk penelitian yang dapat digunakan dalam pengembangan alat ukur psikologi dalam hal ini adalah Big Five Inventory Berdasarkan seluruh pemaparan yang telah dikemukakan, kemudian membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh pemberian administrasi tes yang tidak standar terhadap hasil tes yang dilakukan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan Big Five Inventory sebagai alat tes. B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu apakah ada pengaruh pemberian administrasi tes yang tidak standar terhadap hasil tes Big Five Inventory? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai ada dan seberapa besar pengaruh pemberian administrasi tes yang tidak standar terhadap hasil tes Big Five Inventory. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa menambah manfaat keilmuan dalam bidang Psikologi khususnya bidang psikometri. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan saran mengenai pentingnya pemberian administrasi tes Psikologi yang terstandar dengan baik demi mencapai kesempurnaan dan keobjektifan dalam setiap pelaksanaan tes Psikologi. Selain itu penelitian ini merupakan salah satu bentuk pengembangan alat tes psikologi dalam hal ini Big Five Inventory yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari pelaksanaan tes psikologi itu sendiri. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi ilmiah yang bisa dijadikan pertimbangan dalam melakukan tes Psikologis, baik bagi

para mahasiswa dalam rangka kegiatan praktikum maupun bagi para Psikolog ketika memberikan layanan tes Psikologis pada masyarakat umum, dan juga bagi praktisi dan ilmuwan Psikologi sehingga diharapkan pelaksanaan tes psikologi yang dilakukan dapat terjamin pelaksanaan administrasinya. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENGANTAR Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori yang digunakan antara lan teori Big Five Personality, Big Five Inventory, dan Administrasi Tes BAB III : METODE Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian, data yang digunakan, subjek penelitian, teknik kontrol terhadap extraneous variable rancangan penelitian dan treatment yang dilakukan, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan analisis data.