BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Investasi adalah kegiatan penempatan uang atau dana dengan harapan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ekonomi nasional di Indonesia, sedangkan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan segmen pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal,

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi terkuat di dunia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai analisis perbandingan kinerja reksadana saham, reksadana terproteksi, dan

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Investasi merupakan suatu bentuk pengelolaan dana atau modal untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengusahakan agar pasar modal menjadi salah satu sektor kegiatan penting

BAB I PENDAHULUAN. maka hal yang perlu dilakukan oleh calon investor adalah menilai kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sadar atau tidak sadar, sejak lahir sudah mengenal. dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan atau memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat inflasi di masa depan. Dari semua hal di atas, dapat disimpulkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dimasa yang akan datang. Seorang investor yang ingin melakukan investasi bisa

BAB I PENDAHULUAN. investor karena modal yang dibutuhkan tidak sebanyak yang berinvestasi pada

BAB I PENDAHULUAN. melalui perusahaan investasi. Terdapat beberapa alasan seseorang me

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan seiring dengan berkembangnya ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN

I. PENDAHULUAN. reksadana pertama oleh PT. BDNI Reksadana. Pengesahan Undang-Undang. sebagai salah satu instrument investasi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. tahunan rata-rata sebesar 5,6% (BPS 2015). Peningkatan pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. tersedia berbagai pilihan instrumen investasi. Adanya alternatif instrumen

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dengan pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang. Pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan portofolio yang dikelola oleh manajer investasi yang profesional (Debasish,

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurut Tandelilin (2001:3)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang tidak terbatas, tapi kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. persen ke depan, dibutuhkan investasi sekitar Rp Trilyun per tahun. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring meningkatnya kebutuhan manusia, membuat setiap orang harus

MEMILIH INVESTASI REKSA DANA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi investor untuk menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) merupakan anak perusahaan dari

Gambar 1.1. Grafik IHSG periode

PENDAHULUAN. seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Amin, 2012). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Reksa dana mungkin merupakan sebuah kata yang asing untuk sebagian

BAB I PENDAHULUAN. lunak seperti internet kedua belah pihak sudah menyetujuinya.

BAB I PENDAHULUAN. mendatang (Tandelilin, 2001). Seorang investor apabila ingin berinvestasi akan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Komposisi Investasi Komposisi Investasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia investasi banyak sekali alternatif investasi yang

Ingin Hidup Nyaman dan Bahagia?

III. METODE PENELITIAN. yang menjadi objek penelitian studi komparasi adalah kinerja dari reksa

BAB I PENDAHULUAN. Investasi syariah yang semakin berkembang di negara-negara maju menyadarkan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Perbandingan imbal..., Muhariandi Rachmatullah, FISIP UI, 2008

ANALISIS KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP DAN REKSADANA CAMPURAN PADA MANAJER INVESTASI TERBAIK TAHUN Oleh : Dedi Setia Ardi

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran investasi masyarakat Indonesia semakin meningkat dari tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan, setiap saat cenderung menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya pertambahan permintaan permodalan ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kebutuhan untuk aktivitas produksi. Oleh karena itu, untuk memudahkan masyarakat dan para produsen mendapatkan permodalan maka pemerintah bersama lembaga-lembaga ekonomi menyelenggarakan kegiatan pasar modal. Pasar modal dalam keadaan globalisasi ekonomi seperti sekarang ini semakin terasa penting bagi masyarakat sebagai sarana atau tempat untuk menghimpun modal atau untuk berinvestasi. Pasar modal (capital market) merupakan pasar yang memperjualbelikan instrumen keuangan seperti surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksadana, instrumen derivatif atau instrumen lainnya. Dalam hal ini pasar modal akan menjadi sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) serta sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian pasar modal akan memfasilitasi sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya, hal ini sejalan dengan fungsi pasar modal yaitu : Fungsi ekonomi: pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak investor dan pihak yang memerlukan dana. Fungsi keuangan: pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas. (www.infovesta.com). 1

2 Investasi merupakan hal yang sudah tidak asing lagi di mata masyarakat sekarang ini karena masyarakat sudah banyak mengenal dan melakukan investasi serta investasi dianggap sebagai hal yang menarik untuk dilakukan. Investasi dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu investasi dalam asset riil seperti bangunan (properti), tanah, mesin, emas, dan lain sebagainya. Investasi dapat juga dilakukan dalam asset keuangan (financial asset) seperti saham, obligasi, reksadana, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito, opsi, warrant, dan instrument derivatif lainnya. Ada tiga hal utama yang mendasari investasi yaitu pertama, adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum mampu untuk dipenuhi saat ini, kedua adanya keinginan untuk menambah nilai aset dan adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang sudah di miliki, ketiga karena adanya inflasi (Pratomo dan Nugraha, 2009). Tujuan masyarakat dalam berinvestasi adalah untuk mendapatkan imbal hasil (return) di masa depan atas apa yang telah mereka investasikan. Akan tetapi, jangan lupa sisi lain yang akan dihadapi dalam berinvestasi, selain dari kemungkinan mendapatkan return adalah kemungkinan menghadapi risiko karena investasi memiliki sifat high risk high return, semakin tinggi risiko yang mungkin akan dihadapi maka semakin semakin tingi kemungkinan untuk mendapatkan imbal hasil (return) di masa depan. Sehingga untuk menghadapi hal demikian maka sebisa mungkin investor harus mendiversifikasikan investasinya pada aset-aset lain atau investor tersebut tidak berinvestasi hanya dalam satu aset. Akan tetapi, investor harus membentuk portofolio investasi untuk mengurangi risiko, karena dengan diversifikasi maka akan mengurangi risiko yang mungkin akan di terima tanpa mengubah atau mengurangi return yang mungkin didapatkan. Sebagai seorang investor yang rasional sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi paling tidak ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu pendapatan yang diharapkan (expected return) dan risiko (risk) yang terkandung dalam alternatif investasi yang dilakukannya. Ketika seorang investor berinvestasi selain dari risiko yang akan mereka hadapi mereka juga perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk terus

3 mengawasi dan mengelola dananya atau mengelola portofolionya dengan baik supaya investasi yang dilakukannya tidak mengalami kerugian. Selain itu, dalam berinvestasi seorang investor di tuntut untuk memiliki dana yang relatif besar. Sehingga ke-tiga faktor tersebut (risiko yang tinggi, waktu, dan dana) menjadi penghambat bagi para investor untuk berinvestasi karena banyak dari investor yang tidak menyukai risiko, tidak memiliki banyak waktu karena sibuk dengan urusannya masing-masing, atau tidak memiliki dana yang cukup besar. Hal-hal tersebut sekarang bukan menjadi masalah besar yang dapat menghalangi para investor untuk berinvestasi karena sekarang terdapat insturmen keuangan yang cukup baru yaitu reksadana. Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu Reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Umumnya, Reksadana diartikan sebagai Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat 27 didefinisikan bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, Pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan Ketiga, dana tersebut di kelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksadana merupakan dana bersama dari para pemodal yang diinvestasikan dalam bentuk saham, obligasi,

4 deposito berjangka, pasar uang, dan instrument lainnya, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut. Di Indonesia, reksadana pertama kali muncul saat pemerintah mendirikan PT. Danareksa pada tahun 1976. Pada waktu itu PT. Danareksa menerbitkan reksadana yang disebut dengan sertifikat Danareksa. Pada tahun 1995, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pasar modal yang mencakup pula peraturan mengenai reksadana melalui UU No. 8 tahun 1995 mengenai pasar modal. Adanya UU tersebut menjadi momentum munculnya reksadana di Indonesia yang di awali dengan diterbitkannya reksadana tertutup oleh PT. BDNI Reksadana. Tujuan utama dari para investor dalam berinvestasi adalah untuk mendapatkan imbal hasil (return) yang tinggi, hal itu tidak dapat dipungkiri oleh semua investor bahkan masyarakat umum, sehingga reksadana bisa menjadi salah satu alternatif bagi para investor untuk menginvestasikan dananya karena reksadana memberikan imbal hasil yang relatif tinggi dengan cara yang mudah dikarenakan investor hanya menginvestasikan dananya dan selebihnya dikerjakan oleh manajer investasi yang sudah berpengalaman dan ahli di bidang tersebut. Tercatat dari laporan resmi OJK (Otoritas Jasa Keuangan) bahwa sampai triwulan I 2015 sudah terdapat 929 reksadana di mana hal itu meningkat dari tahun 2010 yang hanya terdapat 612 reksadana yang tercatat di pasar modal. Jumlah reksadana sejak tahun 2010 sampai triwulan I 2015 hampir selalu mengalami peningkatan jumlah dari tahun ke tahun. Selain itu tercatat dalam laporan OJK Triwulan I 2015 bahwa Manajer Investasi (MI) yang tercatat sampai Triwulan I 2015 adalah sebanyak 80 Manajer Investasi. Untuk melihat perkembangan suatu reksadana dapat di lihat dari perkembangan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang dilaporkan oleh Bank Kustodian. NAB adalah banyaknya dana yang disetorkan oleh masyarakat selaku investor dalam semua jenis reksadana yang ada. Pada Juni 2015 NAB yang tercantum dalam pelaporan Bank Kustodian tercatat mencapai RP 251

5 triliun. Berikut perkembangan NAB semenjak tahun 2010- Juni 2015 dalam table 1.1 Tabel 1.1 Resume Aktivitas Reksadana 2010-Juni 2015 Tahun Total NAB Total Unit Penyertaan 2010 139,070,165,823,339.61 81,424,548,528.77 2011 163,124,028,249,957.91 98,519,792,701.06 2012 182,567,875,953,169.78 112,799,247,919.70 2013 185,206,340,958,430.28 119,751,985,769.16 2014 228,351,520,669,959.86 141,755,394,901.51 Januari 2015 235,025,233,732,157.42 145,881,202,285.14 Februari 2015 236,720,487,674,275.94 147,312,459,888.66 Maret- 2015 242,991,147,876,245.76 151,145,244,383.27 April 2015 243,138,617,085,464.14 158,857,854,925.27 Mei 2015 254,597,056,431,102.95 165,718,373,820.35 Juni 2015 251,020,426,232,534.87 169,584,173,549.85 Sumber : Bapepam.go.id Berdasarkan tabel 1.1 di atas terdapat suatu fenomena dalam perkembangan reksadana di Indonesia di mana Nilai Aktiva Bersih pada bulan Juni-2015 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan Mei-2015, penurunan tersebut berkisar sekitar (1.40%) sedangkan jumlah unit penyertaan pada bulan Juni- 2015 mengalami kenaikan sebesar 2.33% jika dibandingakan dengan bulan Mei-2015. Perkembangan antara Nilai Aktiva Bersih (NAB)

6 dengan total unit penyertaan yang tidak sejalan, hal itu perlu di teliti lebih lanjut dan menarik untuk di teliti kinerja reksadana di Indonesia. Penurunan jumlah Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada bulan Juni-2015 diakibatkan karena kinerja underlying asset reksadana baik saham maupun obligasi yang terkoreksi. Penurunan kinerja reksadana di Indonesia diakibatkan karena melemahnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (www.ekbis.sindonews.com) Kendati memburuk dibanding periode yang sama tahun lalu, kinerja reksadana kemungkinan bisa sedikit membaik pada bulan ini, terutama untuk reksadana pendapatan tetap yang diperkirakan dapat melanjutkan kinerja positifnya. (www.ekbis.sindonews.com) Di Indonesia terdapat berbagai jenis reksadana diantaranya reksadana saham, reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana campuran, dan lain-lain. Berikut data komposisi NAB per tanggal 30 Juni 2015 dapat di lihat pada grafik 1.1

7 Grafik 1.1 Komposisi NAB Reksadana 30 Juni 2015 Komposisi NAB Reksa Dana 30 Juni 2015 Syariah - Terproteksi Syariah - Saham Terproteksi ETF - Fixed Income ETF - Indeks ETF - Saham Fixed Income ETF - Fixed Income ETF - Indeks ETF - Saham Syariah - Pasar Uang Syariah - Mixed Syariah - indeks Syariah - Fixed Income Indeks Mixed Fixed Income Indeks Mixed Pasar Uang Saham Syariah - Fixed Income Syariah - indeks Syariah - Mixed Syariah - Pasar Uang Syariah - Saham Saham Pasar Uang Syariah - Terproteksi Terproteksi Sumber : www.bapepam.go.id Berdasarkan grafik 1.1 di atas terdapat suatu fenomena bahwa komposisi terbesar ada pada reksadana saham, reksadana terproteksi, dan reksadana pendapatan tetap. Hal itu menunjukkan bahwa ketiga jenis reksadana tersebut merupakan jenis reksadana yang paling banyak diminati oleh masyarakat investor, terutama reksadana saham di mana komposisinya merupakan yang terbesar bahkan jumlahnya jauh jika dibandingkan dengan yang lain sehingga reksadana saham merupakan primadona bagi masyarakat investor karena

8 reksadana saham memberikan imbal hasil (return) yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis reksadana lain, akan tetapi reksadana saham juga mempunyai risiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis lain. Berdasarkan data analis PT Infovestama Utama dana kelolaan reksadana mayoritas masih dikontribusi dari reksadana saham, yang tercatat sebesar Rp 99.16 triliun atau 39.73% dari total dana kelolaan keseluruhan. Porsi tersebut meningkat di banding akhir Mei, yang membukukan dana kelolaan Rp 50.58 triliun atau 32.17% dari total dana kelolaan reksadana. (www.ekbis.sindonews.com) Berdasarkan data PT Infovesta Utama, dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat minus 6.05%, kinerja reksadana saham membukukan minus 9.55%. Adapun reksadana campuran negatif 4.40%, sedangkan reksadana pendapatan tetap mencatat kinerja positif, dengan memberikan return rata-rata 1.86%. Analis Riset PT Infovesta Utama Yoanita Rianti mengatakan, negatifnya kinerja reksadana saham terimbas IHSG yang tidak memuaskan karena tertekan sejumlah sentimen dari dalam maupun luar negeri. Sentimen dari dalam negeri, seperti hasil laporan keuangan emiten pada kuartal I yang di bawah ekspektasi, revisi target pertumbuhan ekonomi oleh pemerintah Indonesia, melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dan inflasi yang meningkat jelang Lebaran. Sementara sentimen dari luar, yakni revisi pertumbuhan ekonomi global oleh Bank Dunia, krisis utang Yunani dan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) yang belum final. Sedangkan, reksadana terproteksi mengontribusi 20.46% atau Rp 51.07 triliun. Posisi ketiga adalah reksadana pendapatan tetap, yang pada bulan lalu mengalami peningkatan menjadi Rp 41.04 triliun atau 16.44% dibanding bulan sebelumnya Rp 22.92 triliun atau 14.58%. Selain itu, kinerja reksadana pendapatan tetap merupakan jenis yang mencatatkan kinerja positif, dengan memberikan return rata-rata 1.86%.

9 Posisi reksadana pendapatan tetap menggeser reksadana pasar uang, yang pada Juni 2015 porsinya menurun dari 14.99% pada Mei 2015 menjadi 10.20% atau sebesar Rp 25.46 triliun. Sedangkan Reksadana campuran membukukan dana kelolaan sebesar Rp 17.93 triliun atau 7.18%. Beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan Wahdah dan Hartanto (2012), mereka melakukan penelitian terhadap 10 reksadana saham dengan menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen yang diambil dalam periode tahun 2008 sampai tahun 2010. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik return reksadana saham yang di teliti dibandingkan dengan return pasar saham (baik IHSG dan LQ-45) maupun tingkat suku bunga SBI. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa dengan menggunakan metode Sharpe terdapat 2 reksadana yang memiliki kinerja yang sangat baik bahkan melampaui kinerja IHSG dan LQ-45. Sedangkan berdasarkan metode Treynor dan Jensen menunjukan bahwa terdapat 2 reksadana saham yang memiliki kinerja yang mampu melampaui kinerja IHSG dan 3 reksadana saham yang memiliki kinerja yang mampu melampaui kinerja LQ-45. Magdalena Santosa dan Amelina Aprecia Sjam (2012), penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja produk reksadana yang dikelola oleh PT NISP Asset Management sebagai salah satu manajer investasi pada periode 2008-2009. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut menggunakan metode Jensen Alpha, Sharpe Ratio, Treynor Ratio, M 2 /M-square measure, dan Information Ratio. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kinerja produk reksadana dengan menggunakan Metode Perhitungan Jensen Alpha, Sharpe Ratio, Treynor Ratio, M 2, dan Information Ratio (Studi Kasus: PT. NISP Asset Management Bandung tahun 2008-2009), di nilai berkinerja baik karena terdapat produk-produk reksadana yang memiliki nilai return di atas return pasar. Triswi Pujiarti dan Farida Ratna Dewi (2011), dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Kinerja Reksadana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe Dan Jensen Untuk Periode 2005-2009. Penelitian tersebut

10 bertujuan untuk meneliti kinerja 9 reksadana yang dikelola oleh manajer investasi periode 2005-2009 dengan menggunakan metode Sharpe dan Jensen. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Metode Sharpe dan Jensen kinerja portofolio reksadana tersebut memiliki kinerja yang bagus dan mampu melampaui kinerja pasar (IHSG). Keadaan kinerja IHSG yang sedang mengalami trend negatif (minus) justru bisa dimanfaatkan untuk berinvestasi pada reksadana saham karena keadaan lagi rendah dan saham lagi murah sehingga hal itu harus dimanfaatkan karena manajer investasi banyak memegang saham dari emiten milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), karena keadaan perekonomian Indonesia kedepannya diperkirakan akan membaik seiring rencana pemerintah dalam sektor infrastruktur akan segera direalisasikan secara penuh. (www.ekbis.sindonews.com) Akan tetapi, hal itu semua tidak akan menjadi jaminan bahwa kinerja reksadana akan mengalami peningkatan pada periode-periode selanjutnya, sehingga bagi para investor yang akan menginvestasikan dananya pada reksadana harus mengetahui reksadana apa saja yang memiliki kinerja yang paling baik atau reksadana yang berpotensi untuk mengalami peningkatan pada periode-periode selanjutnya. Reksadana yang memiliki kinerja baik atau merupakan portofolio optimal adalah reksadana yang memberikan return yang tinggi dengan risiko yang wajar dan dapat di terima. Dengan adanya pemaparan mengenai kinerja reksadana di Indonesia diharapkan dapat menjadi gambaran objektif mengenai keadaan kinerja reksadana di Indonesia. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Saham, Reksadana Terproteksi, dan Reksadana Pendapatan Tetap Dengan Menggunakan Metode Indeks Sharpe, Indeks Treynor, Dan Indeks Jensen pada Tahun 2014.

11 1.2. Identifikasi Masalah Suatu reksadana dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila dapat menghasilkan return yang tinggi dengan risk yang dapat di terima atau yang memiliki risiko yang kecil dengan return yang dapat diterima. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengukuran kinerja reksadana saham menggunakan metode Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen pada tahun 2014. 2. Bagaimana pengukuran kinerja reksadana terproteksi menggunakan metode Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen pada tahun 2014. 3. Bagaimana pengukuran kinerja reksadana pendapatan tetap menggunakan metode Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen pada tahun 2014. 4. Apakah terdapat perbedaan antara kinerja reksadana saham, reksadana terproteksi, dan reksadana pendapatan tetap dengan menggunakan metode Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen pada tahun 2014. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran, penjelasan, sekaligus masukan mengenai perbandingan kinerja reksadana saham, reksadana terproteksi, dan reksadana pendapatan tetap. Selain itu, penelitian ini juga digunakan sebagai syarat untuk menyusun skripsi yang merupakan prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Bisnis dan Manajemen di Universitas Widyatama Bandung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

12 1. Untuk mengetahui pengukuran kinerja reksadana saham menggunakan metode Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen pada tahun 2014. 2. Untuk mengetahui pengukuran kinerja reksadana terproteksi menggunakan metode Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen pada tahun 2014. 3. Untuk mengetahui pengukuran kinerja reksadana pendapatan tetap menggunakan metode Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen pada tahun 2014. 4. Untuk mengetahui perbedaan kinerja reksadana saham, reksadana terproteksi, dan reksadana pendapatan tetap dengan menggunakan metode Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen pada tahun 2014. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari sisi teoritis maupun praktisi. 1. Manfaat dari sisi teoritis a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat mengeimplementasikan ilmu yang telah didapat selama di perkuliahan dalam bidang keuangan, terutama mengenai teori portofolio investasi. b. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang kinerja reksadana di Indonesia. 2. Manfaat dari sisi praktisi a. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran objektif tentang kinerja reksadana di Indonesia sebagai salah satu pertimbangan bagi investor dan calon investor dalam memilih reksadana yang memiliki kinerja yang baik.

13 b. Bagi manajer investasi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk menilai dan mengevaluasi kinerja reksadana yang dikelolanya. 1.5. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.5.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode komparatif. Metode deskriptif menurut Nazir (2011:54) adalah : Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan metode komparatif menurut Nazir (2011 :58) adalah : Sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya fenomena tertentu. Jenis alat statistik dalam penelitian ini yang digunakan untuk uji beda adalah uji One Way ANOVA Test. Menurut Riduwan dan Sunarto (2011:132) Anova atau analysis of variance adalah tergolong analisis komparatif lebih dari dua variabel atau lebih dari dua rata-rata. Tujuannya ialah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata. Gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi artinya data sampel dianggap dapat mewakili populasi. Selain dari One Way ANOVA Test alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kruskal-Wallis Test. Kruskal wallis test merupakan uji lebih dari dua sampel yang tidak berhubungan dan dapat digunakan sebagai alternatif dari One Way ANOVA Test untuk uji non parametrik bila data tidak berdistribusi normal, atau data yang ada tidak memenuhi asusmi yang dibutuhkan untuk melakukan One Way ANOVA Test.

14 1.5.2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang digunakan oleh penulis adalah data primer yang diperoleh langsung dari Otoritas Jasa Keungan Jakarta dan data sekunder yang diperoleh dari sumber kedua (website). Adapun teknik pengumpulan yang penulis gunakan adalah menggunakan teknik dokumen di mana penulis mengambil data melalui dokumen elektronik yang bersumber dari internet. Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data reksadana saham, reksadana terproteksi, dan reksadana pendapatan tetap serta NAB reksadana periode 2010-2014 yang diperoleh dari Kantor Regional I Otoritas Jasa Keuangan. b. Data perkembangan IHSG yang diperoleh dari web site www.finance.yahoo.com (mothly) periode 2010-2014 c. Data perkembangan tingkat suku bunga bebas risiko yakni menggunakan tingkat suku bunga (BI Rate) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, data tersebut diperoleh dari web site www.bi.go.id (mothly) periode 2010-2014 1.6. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Widyatama yang berlokasi di Jln. Cikutra no. 204A, Bandung. Penelitian ini mengambil 3 jenis reksadana yaitu, reksadana saham, reksadana terproteksi, dan reksa pendapatan tetap. Jenis data merupakan data kuantitatif berupa data primer yang bersumber dari Kantor Regional I Otoritas Jasa Keuangan dan berupa data sekunder di mana data bersumber dari internet melalui situs www.bapepam.go.id, www.finance.yahoo.com (mothly), dan www.bi.go.id (mothly). Adapun waktu penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2015 sampai dengan selesai.