JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) F-108

Analisa Sifat Magnetik dan Morfologi Barium Heksaferrit Dopan Co Zn Variasi Fraksi Mol dan Temperatur Sintering

SIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci : Barium Heksaferrit, Doping Ni Zn dan Temperatur Sintering.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengaruh Holding Time Kalsinasi Terhadap Sifat Kemagnetan Barium M-hexaferrite (BaFe 12-x Zn x O 19 ) dengan ion doping Zn

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND

Callister, D W Materials Science and Enginering. Eighth Edition. New York : John Willy & Soon.inc

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying

Bab 3 Metodologi Penelitian

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X B-41

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

Pengaruh temperatur sintering terhadap struktur dan sifat magnetik La 3+ - barium nanoferit sebagai penyerap gelombang mikro

HASIL DAN PEMBAHASAN

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

KAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 4 Data dan Analisis

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

Bab III Metodologi Penelitian

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT ISOTROPIK RESIN EPOKSI - POLIANILIN /BARIUM M-HEKSAFERRIT

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

J. Pijar MIPA, Vol. X No.1, Maret 2015: 7-13 ISSN (cetak) ISSN (online)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: F-64

PENGARUH HOLDING TIME KALSINASI TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN BARIUM M-HEXAFERRITE (BaFe 12-x Zn x O 19 ) DENGAN ION DOPING Zn

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH SUBSTITUSI ION Ti-Zn TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN dan SIFAT PENYERAPAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK MATERIAL SISTEM BaFe12-xTix/2Znx/2O19

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Jumlah Lapisan Terhadap Reflection Loss pada Komposit Barium Heksaferit / Polianilin sebagai RAM (Radar Absorbing Material)

ARIUM. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

Bab III Metodologi Penelitian

Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pengaruh Penambahan Doping Mn/Cu pada Barium Heksaferit sebagai Material Penyerap Gelombang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sintesis dan Karakterisasi Lapisan Radar Absorbing Material (RAM) Berbahan Dasar BaM/PANi pada Rentang Gelombang X-Band dengan Variasi Ketebalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JMI Vol. 38 No. 1 Juni 2016 METAL INDONESIA. Journal homepage: p-issn: e-issn : X

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

[KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA] 2012

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

PENGEMBANGAN BAHAN MAGNETIKBERBASIS BaNi x Al 6-x Fe 6 O 19 UNTUK BAHAN ABSORBER GELOMBANGELEKTROMAGNETIK SKRIPSI PRAHMADYANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

Sintesis dan Karakterisasi Komposit Isotropik Resin Epoksi- PANi / Barium M-Heksaferit BaFe12-2xCoxZnxO19 sebagai Material Antiradar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

PENGARUH LAMA MILLING TERHADAP SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DAN MORFOLOGI TONER BERBAHAN BAKU ABU RINGAN (FLY ASH ), KARBON DAN POLIMER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Struktur dan Sifat Magnetik Ni 2+ - Barium Ferit sebagai Penyerap Gelombang Mikro

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

PERUBAHAN BUTIR DAN PENENTUAN TEMPERATUR PEMBENTUKAN BARIUM HEXAFERRITE TERSUBSTITUSI ION Mn +2 Dan Ti +4 MELALUI MEKANISME MEKANIKA MILLING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

PENGARUH KALSIUM TERHADAP SIFAT MAGNET BARIUM HEKSAFERIT HASIL SINTESIS DENGAN METODA KO-PRESIPITASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 PENGARUH DOPAN Co-Zn DENGAN VARIASI FRAKSI MOL DAN VARIASI ph TERHADAP SIFAT MAGNETIK DAN STRUKTUR MIKRO BARIUM HEKSAFERRIT DENGAN METODE SOL-GEL AUTO COMBUSTION Rizki Agustianto dan Widyastuti Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus ITS, Keputih, Surabaya 60111 E-mail: santiche@mat-eng.its.ac.id Abstrak- Barium heksaferrit termasuk dalam material yang memiliki sifat ferromagnetik dan termasuk hard magnetic. RAM membutuhkan material yang memiliki sifat soft magnetic. Oleh karena itu banyak diteliti bagaimana cara untuk mendapatkan sifat soft magnetic dari barium heksaferrit. Salah satu cara yang telah ditemukan adalah dengan menambahkan unsur baru. Unsur baru ditambahkan agar mengganggu struktur kristalnya dan menyebabkan perubahan sifat magnetiknya dari hard magnetic menjadi soft magnetic yang cocok untuk RAM. Unsur yang biasanya digunakan untuk mengganggu sejumlah ion Fe dalam komposisi hexaferrit adalah Ti, Zn, Mn, Ni, Co, dll. Efek yang dapat ditimbulkan dari penambahan unsur tersebut misalnya, variasi dalam koersivitas, magnetisasi saturasi, dan suhu Curie telah ditujukan untuk magnetik aplikasi. Sementara dalam aplikasi elektromagnetik, ferrimagnetik resonansi frekuensi pergeseran, peningkatan pencocokan impedansi, dan elektromagnetik peningkatan penyerapan gelombang sana diarahkan. Pada penelitian kali ini dilakukan penambahan unsur paduan Co-Zn pada barium heksaferrit. Penambahan dilakukan dengan menggunakan metode sol-gel auto combustion, dengan variasi fraksi mol x= 0.2, 0.4 dan 0.6 dan variasi ph 7, 9, dan 11. Hasil dari penambahan tersebut kemudian di sintering pada temperatur 950 0 C selama 3 jam. Selanjutnya hasilnya akan dianalisis dengan pengujian XRD, SEM, dan VSM sehingga akan didapatkan informasi mengenai struktur mikro, fasa dan tingkat magnetisasi dari serbuk barium heksaferrit yang telah ditambahkan unsur paduan. Pada penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi yang akurat dan optimal untuk penambahan unsur paduan yang terbaik untuk menghasilkan barium heksaferrit dengan tingkat penyerapan gelombang mikro yang optimum. Hasil penelitian ini didapatkan pada ph 7 dan x = 0,4 penambahan unsur paduan Co-Zn paling sesuai untuk material penyerap radar karena memiliki nilai koersivitas paling rendah yaitu 0,1104 Tesla Kata Kunci : Barium Heksaferrit, unsur pemadu, ph. I. PENDAHULUAN ada perang dunia II telah diperkenalkan gelombang radar Pyang dapat mengancam pesawat dan kapal karena dapat terdeteksi oleh radar. Sejak saat itu hingga saat ini, teknologi radar telah berkembang secara pesat dengan menggunakan pemancar bandwidth yang tinggi dan bertenaga besar sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut saat ini dikembangkan teknologi siluman (Stealth) untuk menghindari deteksi radar menjadi sangat penting [1]. Keefektifan sistem radar untuk dapat mendeteksi target sangat bergantung pada benyaknya energi elektromagnetik yang memperjelas target dipantulkan kembali oleh radar yang disebut sebagai radar cross section (RCS) dari target. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan sistem siluman, RCS target harus seminimal mungkin dapat terbaca oleh radar. Ada beberapa metode yang dapat mengurangi RCS tersebut, yaitu bentuk desain pesawat, radar absorbing material (RAM), dan radar absorbing structure (RAS) [2]. Salah satu material yang banyak dikembangkan untuk itu adalah material yang bersifat magnetik. Material magnetik dilihat dari segi strukturnya merupakan material yang sangat kompleks dimana material tersebut dapat diaplikasikan dalam berbagai kriteria, sifat fisis seperti sifat listrik, magnet dan optik. Salah satu dari material absorber radar adalah barium heksaferrit. Penelitian tentang barium heksaferit pun berkembang pesat dan dengan berbagai metode untuk mendapatkan nanopartikel barium heksaferit. Ukuran partikel ini sangat menentukan karakteristik magnet dari barium heksaferit. Selain itu dinyatakan bahwa nilai koersivitas magnet meningkat sebanding dengan ukuran partikel yang semakin kecil. Hal ini dikarenakan kecenderungan terbentuknya single domain pada partikelnya. Penelitian barium heksaferit banyak dilakukan dengan berbagai metode seperti kristalisasi gas, aerosol, presipitasi hidrotermal, solgel, kopresipitasi dan pemaduan mekanik. Substitusi Ferrit telah menarik perhatian karena menggunakan potensi mereka sebagai salah satu media perekaman data, bahan penyerap gelombang mikro dan lainnya aplikasi elektromagnetik frekuensi tinggi. Karena magnetocrystalline tinggi anisotropy, M-tipe hexaferrites dengan rumus MFe12O19 ( M = Ba, Sr ), lebih menarik dan bentuk mereka biasanya diganti digunakan dalam aplikasi yang disebutkan. Biasanya sejumlah tertentu ion Fe dalam komposisi hexaferrite bisa diganti dengan unsur-unsur lain Seperti Ti, Zn, Mn, Ni, Co, dll. Substitusi seperti memberikan menimbulkan beberapa perubahan pada fisik sifat material, yang telah digunakan untuk tujuan yang berbeda. Misalnya, variasi dalam koersivitas, magnetisasi saturasi, dan suhu Curie telah ditujukan untuk magnetik aplikasi. Sementara dalam aplikasi elektromagnetik, ferrimagnetik resonansi frekuensi pergeseran, peningkatan pencocokan impedansi, dan elektromagnetik peningkatan penyerapan gelombang sana diarahkan. Mg - Ti mensubstitusi barium heksaferrit telah dilaporkan memiliki efisiensi yang lebih baik untuk menyerap gelombang elektromagnetik dari pada yang lain. [3] Penelitian kali ini, barium heksaferrit akan ditambahkan unsur paduan Co-Zn sebagai material doping. Metode yang akan digunakan pada penelitian kali ini adalah dengan metode

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 2 sol-gel. Perhatian pada penelitian ini ditujukan pada pengaruh variasi dari ph dan fraksi mol terhadap sifat magnetik dan struktur mikronya. II METODOLOGI PENELITIAN A. Pembuatan Larutan Pembuatan larutan merupakan tahap awal untuk metode sol gel. Proses pembuatan larutan dimulai dengan menimbang bahan bahan yang diperlukan menggunakan neraca analitik. Kemudian, pengukuran aquades sebagai pelarut bahan. Selanjutnya, melarutkan serbuk barium nitrat dan besi (III) nitrat hidrat menggunakan aquades dalam gelas beaker kemudian dicampur dengan menggunaka ratio mol Fe/Ba 11. Dengan penamaan disebut larutan A. Larutan A dianduk dengan magnetic stirrer selama 15 menit. Lalu menambahkan larutan A dengan unsur paduan Zn dan Co dengan variasi mol 0,4 dan 0,6. Larutan A kemudian ditambahkan dengan asam sitrit dengan perbandingan mol rasio 3 : 1 terhadap besi. Larutan amoniak ditambahkan dengan konsentrasi 5M kedalam larutan A menggunakan pipet sambil di aduk hingga mencapai variasi ph yang diiinginkan yaitu 7 dan 9 yang kemudian disebut larutan B. Selanjutnya, mengaduk larutan B selama 1 jam agar homogen. B. Proses Heat Treatment Proses Heat Treatment merupakan proses dimana reaksi sol gel akan terbentuk dan terjadi perubahan wujud dari larutan cair menjadi gel basah hingga menjadi gel kering (solid). Tahapan yang dilakukan yaitu dengan memberikan perlakuan panas pada larutan dengan temperatur 80 0 C dan tetap mengaduk selama 3 jam, hasil proses ini akan terjadi gel basah. Kemudian Pemanasan larutan pada temperatur 250 0 C selama 3 jam dan di tahan pada temperature tersebut selama 3 jam, hasilnya akan terbentuk gel kering. Gel yang sudah terbentuk mengembang kemudian diambil dan digerus dengan penumbuk. Gel yang sudah digerus dengan ukuran sangat halus dan siap untuk disintering. Proses sintering dilakukan dengan furnace pada temperatur 950 0 C dan ditahan selama 3 jam. C. Karakterisasi Spesimen Serbuk yang telah selesai proses sintering, akan dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui karakteristik serbuk tersebut dan mengetahui sifat magnetik yang terjadi. Hasil dari proses sintesis tersebut untuk mnegtahui sifat magnetiknya dilaukan pengujian menggunakan alat pengujian VSM. Pengujian VSM ini akan menghasilkan sebuah kurva histerisis. Kurva histerisis ini akan menggambarkan bagaimana sifat magnetik yang terjadi. Nilai sifat magnetik yang dapat diketahui dari pengujian VSM ini diantaranya, nilai dari koersivitas, saturasi magnetic, dan remanensinya. Pengujian struktur permukaan dari sampel dilakukan dengan menggunakan alat SEM FEI S50 dengan pembesaran maksimum sebesar 50000 kali, dengan pengujian ini akan didapatkan morfologi dari permukaan sampel uji. Kemudian, pengamatan dengan menggunakan XRD dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi unsur atau senyawa yang terbentuk, penentuan komposisi, penentuan struktur kristal, dan lainlain. Data hasil pengujian ini berupa grafik puncak intensitas terhadap sudut 2theta (2θ). Data XRD dapat digunakan sebagai penentuan unsur atau senyawa major maupun minor, perhitungan ukuran kristal, penentuan struktur kristal dan penentuan komposisi unsur atau senyawa III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji VSM Pengujian VSM dilakukan untuk mengetahui sifat magnetik dari pengaruh subtitusi unsur Co-Zn pada material barium heksaferrit. Hasil dari pengujian VSM ini diperoleh sebuah kurva histerisis yang menunjukkan magnetik sampel. Nilai dari koervitas, saturasi magnetik dan nilai remanensi magnetic dari sampel akan dapat diketahui. Besar kecilnya nilai koersivitas ini akan mempengaruhi dari kesesuaian untuk diaplikasikan sebagai material penyerap radar. Pengujian ini dilakukan pada semua sampel yang ada Gambar 1. Hasil VSM untuk ph 7 pada variasi x = 0.2, 0.4, dan 0.6 Pada Gambar 1. terlihat bahwa dengan penambahan bahwa penambahan Co-Zn paling baik terjadi pada x = 0,4 karena pada penambahan Co/Zn x = 0,4 memiliki nilai koersivitas paling kecil dari pada dengan penambahan x = 0,2 dan x = 0,6. Nilai saturasi magnetik yang paling besar terjadi pada x = 0,2 dengan berturut turut selanjutkanya yaitu x = 0, 6 dan x = 0,2. Gambar 2. Hasil VSM untuk ph 9 pada variasi x = 0.2, 0.4, dan 0.6 Pada Gambar 2 Menunjukkan bahwa penambahan Co-Zn pada x = 0,2 memiliki sifat magnetik yang paling tinggi dari

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 3 pada x = 0,4 dan 0,6 dengan lingkungan ph 9. Besar kecilnya sifat magnetik tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai koersivitas pada kurva histerisis. Dari kurva histerisis ph 9 dapat dilihat bahwa x = 0,4 memiliki nilai koersivitas paling bagus. Koersivitas (Tesla) 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0 0.2 0.4 0.6 0.8 0.5 0.3 ph 7 0.2 ph 9 0.1 ph 11 0 0 0.2 0.4 0.6 0.8 Fraksi mol (x) 0.4 Gambar 4 Grafik hubungan antara fraksi mol penambahan Co-Zn dengan besar nilai koersivitas Gambar 3 Hasil VSM untuk ph 11 pada variasi x = 0.2, 0.4, dan 0.6 Pada Gambar 3 memperlihatkan bahwa penambahan Co- Zn pada x = 0,6 memiliki sifat magnetik yang paling tinggi dari pada x = 0,2 dan 0,4 dengan lingkungan ph 11 k arena memiliki nilai saturasi dan nilai koersivitas paling tinggi. Untuk material radar absorber dari kurva histerisis ph 11 x = 0,4 adalah yang paling cocok digunakan karena memiliki nilai koersivitas paling kecil dari pada x = 0,2 dan x = 0,6. Dari Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3 yang menggambarkan kurva histerisis dari serbuk barium heksaferrit dengan subtitusi unsur Co-Zn pada ph 7, ph 9, dan ph 11 dengan x = 0.2, 0.4, dan 0.6 dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan fraksi mol Co-Zn pada barium heksaferrit menurunkan nilai saturasi magnet (Ms) dan koersivitas (Hc). Secara teori, barium heksaferrit memiliki magnetisasi saturasi (Ms) sebesar 72 emu/gr, medan koersivitas (Hc) sebesar 6700 Oe dan temperatur curie sebesar 450 0 C [4]. Terlihat bahwa dengan penambahan unsur paduan Co-Zn menurunkan nilai koersivitas tanpa menurunkan nilai saturasi secara signifikan. Secara detail dapat di lihat pada Table 1 dibawah ini. Tabel 1 Nilai Sifat Magnetik Subtitusi Co-Zn pada Barium Heksaferrit x = 0.2, 0.4, dan 0.6 pada lingkungan ph 7, 9, dan 11 ph 7 9 11 Fraksi mol (x) 0,2 0,4 0,6 0,2 0,4 0,6 0,2 0,4 0,6 Hc (T) 0,3009 0,1104 0,1267 0,3588 0,1833 0,2234 0,4116 0,1967 0,3555 Sifat Magnetik Ms (emu/g) 57,8 56,7 43,67 58,193 48,711 44,054 62,49 45,63 74,147 Mr (emu/g) 33,62 29 20,8 33,23 25,45 21,2 35,42 22,342 40,139 Gambar 4 merupakan grafik yang hubungan antara nlai koersivitas dengan fraksi mol yang digunakan. Pada grafik terlihat bahwa nilai koersivitas paling rendah pada semua variasi fraksi mol adalah pada fraksi mol 0.4. ini menunjukkan bahwa pada x = 0.4 paling sesuai untuk aplikasi material penyerap radar. Berdasarkan dengan nilai magnetik yang dihasilkan dari pengujian VSM seperti pada Tabel 1 dan gambar grafik dapat disimpulkan bahwa penambahan Co-Zn yang paling baik pada fraksi mol x = 0,4 dengan ph 7. Pada penambahan Co-Zn dengan hingga fraksi mol x = 0,6 menyebabkan semakin turunnya nilai saturasi dari barium heksaferrit sehingga barium heksaferrit yang pada mulanya memiliki sifat hard magnetic setelah diberi unsur subtitusi Co-Zn menjadi bersifat soft magnetic. Material soft magnetic secara teori merupakan sifat yang dibutuhkan untuk material penyerap radar. Hal tersebut dikarenakan material soft magnetic memilik medan koersivitas yang kecil dan sifat anisotropic yang tidak terlalu tinggi sehingga ketika material terdeteksi oleh radar maka material tersebut akan kembali ke keadaan semula [5]. Zn 2+ memiliki konfigurasi elektron [Ar] 3d 10 yang memiliki momen magnet 0µ B. Ini menyatakan bahwa dengan mendoping ion Zn pada Fe berpotensi menurunkan magnetisasi saturasi yang berakibat pada menurunnya medan koersivitas magnetokristalnya [6] Menurut G. B. The, S. Nagalingam dkk (2007) mengatakan bahwa dengan mensubstitusi Co (cobalt) pada barium heksaferrit dapat mengurangi nilai koersivitas dari 1082 G mg -1 ke 275,8 G mg -1 [7]. Dapat dibandingkan juga dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Endah P. Kharismawati, 2012 [ 8] dengan pembentukan barium heksaferrit tanpa penambahan unsur paduan pada kondisi ph 7,5; 9; dan 11. B. Hasil Uji SEM Selanjutkan untuk mengetahui pengaruh morfologi dan kompisisi dari barium heksaferrit yang telah ditambahan unsur paduan Co-Zn dengan variasi fraksi mol (x) pada kondisi ph 7, 9 dan 11 dilakukan pengujian menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan EDX. Pada penelitian kali ini digunakan alat SEM FEI tipe Inspect S50.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 4 A B C Gambar 4 Bentuk permukaan partikel barium heksaferrit dengan ph 7 pada masing masing penambahan unsur Co-Zn a) x = 0,2 b) 0,4 c) dan 0,6 pada perbesaran 1000x, 2000x dan 5000x Pada Gambar 4 merupakan penampakan permukaan dari material barium heksaferrit yang telah ditambahankan unsur paduan Co-Zn dengan perbedaan fraksi mol x = 0,2 ; 0,4 dan 0,6 pada kondisi ph 7 dengan perbesaran 1000x, 2000x, dan 5000x. Terlihat bahwa semua hasil dari morfologinya berbentuk seperti polygonal dan sponge atau berpori dan dengan semakin bertambahnya unsur paduan Co-Zn menyebabkan permukaan semakin tidak teratur dan semakin membesar pori yang ada. Untuk pengetahui distribusi komposisi yang terjadi pada partikel dan meyakinkan bahwa penambahan unsur paduan Co-Zn berhasil disubtitusi pada barium heksaferrit sesuai dengan tujuan awal maka dilakukan Energy Dispersive X-ray Spectrometry (EDX) pada area tertentu pada pesebaran partikel sehingga didapatkan secara umum komposisi yang terbentuk. Gambar dari hasil SEM-EDX pada kondisi ph 7 terlihat pada Gambar 5 diabawah ini. Gambar 5 Hasil SEM-EDX pada kondisi ph 7 dengan variasi a) x = 0,2 b) 0,4 dan c) 0,6 Dari Gambar 5 hasil SEM EDX diatas terlihat bahwa ada penambahan unsur paduan Co-Zn telah berhasil mensubtitusi Fe pada barium heksaferrit ini dibuktikan dengan munculnya komposisi unsur Co dan Zn pada hasil SEM-EDX. Komposisi Co dan Zn pada hasil SEM-EDX juga semakin meningkat dengan bertambahnya fraksi mol. C. Hasil Uji XRD Untuk mengetahui perubahan fasa yang terjadi dan fasa apa yang terbentuk dari pengaruh penambahan unsur paduan Co-Zn maka dilakukan pengujian XRD. Pengaruh dari penambahan unsur paduan Co-Zn pada kondisi ph pada barium heksaferrit dari hasil XRD dapat dilihat pada beberapa gambar Dibawah ini.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 5 Gambar 6 Hasil XRD penambahan Co-Zn x = 0,2 pada ph 7, 9, dan 11 Dari hasil XRD pada Gambar 6 dapat diamati perubahan yang terjadi akibat dari pada penambahan ph 7, 9 dan 11 pada penambahan unsur paduan Co-Zn x = 0,2 pada barium heksaferrit terlihat bahwa puncak yang dominan berada pada sudut 2θ adalah 34.1120, 32.1959, 30.3140 yang berupa puncak dari BaFe 12 O 19 Ketinggian dari puncak mengalami peningakatan dariph 7, 9 dan 11 cara berturut turut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya ph larutan maka pembentukan BaFe 12 O 19 semakin meningkat. Gambar 7 Hasil XRD penambahan Co-Zn x = 0,4 pada ph 7, 9, dan 11 Pada Gambar 7 menunjukkan puncak puncak dari fase BaFe 12 O 19 terbentuk. Tidak ada fase lain yang terindentifikasi sehingga hanya ada satu fase BaFe 12 O 19. Seiring dengan penambahan ph terlihat bahwa puncak yang terjadi semakin tinggi, ini menunjukkan bahwa penambahan ph mempengaruhi terbentuknya BaFe 12 O 19. Gambar 8 Hasil XRD penambahan Co-Zn x = 0,6 pada ph 7, 9, dan 11 Pada Gambar 8, terlihat puncak yang dimiliki dari hasil XRD pada penambahan variasi ph 7, 9, dan 11pada unsur paduan Co-Zn x = 0,6 memiliki kesamaan pada letak peak yang terjadi. Tiga peak tertinggi yang dapat diamati yaitu pada sudut 2θ adalah 34.1120, 32.1959, 30.3140 yang berupa puncak dari BaFe 12 O 19. Semua peak yang terjadi menunjukkan peak yang dimiliki oleh BaFe 12 O 19. Sehingga dapat disimpulkan pada ph 9 terjadi single fase BaFe 12 O 19. Hasil dari beberapa uji XRD di atas, dapat dilihat bahwa penambahan ph berhasil mensubtitusi unsur besi dalam barium heksaferrit sehingga menyebabkan pembentukan barium heksaferrit. Tidak teridentifikasi fase lain pada penambahan ph yang terjadi dan dapat ditunjukkan dengan peningkatan puncak dengan bertambahnya ph. IV. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ion dopan Co-Zn yang ditambahkan semakin banyak akan menyebabkan semakin menurunkan nilai koersivitas dan saturasi magnet dari barium heksaferrit. Penurunan nilai koersivitas paling signifikan terjadi pada x = 0,4 dan ph 7 dengan nilai koersivitas 0,1104 Tesla 2. ph larutan semakin tinggi maka akan menyebabkan semakin naiknya nilai koersivitas dan saturasi magnet dari barium heksaferrit 3. Peningkatan nilai koersivitas dan saturasi magnetik secara signifikan terjadi pada ph 11 dan x = 2 4. Pada ph 7 d an x = 0,4 penambahan ion dopan Co-Zn merupakan komposisi paling sesuai untuk material penyerap radar. DAFTAR PUSTAKA [1] Rizal Ramadhan dan Widyastuti, Pengaruh Fraksi Berat Serbuk Karbon Hitam Dan Jumlah Lapisan Serat E- Glass Terhadap Reflection Loss Pada Komposit E- Glass/Ripoxy Untuk Aplikasi Radar Absorbing Structure (Ras). Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS (2012)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 6 [2] Vinoy, K. J. dan R. M. Jha, Radar Absorbing Materials: From Theory to Design and C haracterization. Boston: Kluwer Academic (1996) [3] M. Jazirehpour, M.H. Shams, dan O. Khani. Modified sol gel synthesis of nanosized magnesium titanium substituted barium hexaferrite and i nvestigation of the effect of high substitution levels on the magnetic properties. Journal of Alloys and Compounds 545 : 32 40 (2012). [4] Zainuri M. Laporan Akhir Studi Absorbsi Elektromagnetik pada M-Hexaferrites untuk Aplikasi Anti Radar, Ristek, ITS Surabaya (2010). [5] Dharma, Putu Indra Wirya. Pengaruh Unsur Paduan Zn dan N i Serta Variasi Waktu Milling Pada Proses Mechanical Alloying Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Magnetik Barium Hexaferrite Sebagai Radar Absorbent Material (RAM). Skripsi S1 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS (2011). [6] R. da Costa Lima, Magali Silveira Pinho, T. Ogasawara. Thermal characterization of the intermediary products of the synthesis of Zn-substituted barium hexaferrite. Springer (2009) 97:131 136 (2009). [7] G. B. The, S. Nagalingam, dan D. A. Jefferson. A study of magnetoplumbite-type (M-type) cobalt titaniumsubstituted barium ferrite, BaCoxTixFe 12 2 xo 19 (x = 1 6). Mater Chem Phys., 101 (2007), 158 162 (2007) [8] P Kharismawati, Endah..Pengaruh ph dan Waktu Stirring Terhadap Sifat Magnetik dan Strukturmikro Barium Heksaferit Pada Radar Absorber Material (RAM) Dengan Metode Sol Gel Auto Combustion. Skripsi S1 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS (2012)