BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

dokumen-dokumen yang mirip
autologous control yang positif mengindikasikan adanya keabnormalan pada pasien itu sendiri yang disebabkan adanya alloantibody di lapisan sel darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KASUS INCOMPATIBLE PADA PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI (CROSSMATCHING) PADA LEBIH DARI SATU DONOR DENGAN METODE GELL TEST

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

Golongan darah. Kuliah SP modul HOM 2009

PEMERIKSAAN RUJUKAN KASUS IMUNOHEMATOLOGY UDD PMI PUSAT TAHUN No. Kasus Jumlah 1 AIHA tipe dingin 33 kasus 2 AIHA Tipe Hangat/dingin 9 kasus

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia

b. Serum grouping ( Back Typing)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang kedokteran transfusi sudah. berkembang pesat dari sejak ditemukannya golongan darah

b) Prinsip c) Teori PENGGOLONGAN ABO

PANDUAN PELAYANAN DARAH DI BANK DARAH RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CIBINONG BAB I

KONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS. Ns. Haryati

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi cukup besar dan menimbulkan resiko lebih lanjut yang dapat. darah masih saja terjadi.( Soedarmono, S.M.Yuyun, 2008 ).

TUGAS KELOMPOK TRANSFUSI DARAH GOLONGAN DARAH. Disusun Oleh : Ayu Anulus. Putu Desy Metriani. Natalia Sandra Margasira. Ni Luh Novita Pratami

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

ALEL GANDA. Oleh ARNI AMIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal merupakan sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada

BAB I PENDAHULUAN. antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007).

LAPORAN PRAKTIKUM SEROLOGI IMUNOLOGI IMUNODIFUSI GANDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup

GOLONGAN DARAH. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GOLONGAN DARAH Sejarah : Landsteiner (1900) : gol darah A, B, AB, O gol darah lain : Lewis, Duffi, rhesus, Kidd, Lutheran Yang terpenting ; ABO dan rh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

Pemeriksaan Laboratorium Sebelum Transfusi Darah dan Pada Reaksi Transfusi. Efrida 7 Maret 2012

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.1

TRANSFUSI DARAH. Maimun ZA. Laboratorium Patologi Klinik FKUB-RSSA Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Golongan Darah. darah donor + resipien. oleh karena terjadi aglutinasi

PERBEDAAN DERAJAT AGLUTINASI PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ANTARA ERITROSIT TANPA PENCUCIAN DENGAN PENCUCIAN PADA PENDERITA TALASEMIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH

SKEMA SERTIFIKASI TEKNIK TRANFUSI DARAH LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PENENTUAN GOLONGAN DARAH

BEBERAPA KONDISI DI BAWAH INI DAPAT MENYEBABKAN PEMBENTUKKAN ANTIBODI DALAM TUBUH:

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

PENETAPAN GOLONGAN DARAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ilmu Pengetahuan Alam

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

Beberapa kondisi di bawah ini dapat menyebabkan pembentukkan antibodi dalam tubuh:

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PENENTUAN GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEWARISAN SIFAT PADA MANUSIA. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas

LAPORAN PRAKTIKUM GOLONGAN DARAH

Alel Ganda Suhardi, S.Pt.,MP

Sistem penggolongan darah manusia telah cukup banyak ditemukan sampai saat ini, seperti sistem golongan darah ABO, Sistem MNSs, Faktor Rh, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI KADAR TITER ANTI-A YANG TINGGI PADA POPULASI GOLONGAN DARAH O DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ALEL OLEH : GIRI WIARTO

Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH A, B, AB, O & RHESUS DISUSUN OLEH : KELOMPOK V-A/ GANJIL NUR ALIMIN [ ]

BAB 1 PENDAHULUAN. Donor darah atau transfusi darah adalah salah satu hal penting dalam

MULTIPEL ALEL PD GOLONGAN DARAH. Prof. DR. ENDANG PURWANINGSIH, MS, PA

SISTEM PEREDARAN DARAH

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TRANSFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKAMARA

BAB I PENDAHULUAN. Produk yang mudah rusak atau tidak tahan lama merupakan tantangan bagi

PEMERIKSAAN RF (RHEUMATOID FACTOR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total.

ALEL GANDA. Luisa Diana Handoyo, M.Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data dilakukan dengan menulis pada lembar-lembar buku. Jika sistem pencatatan data

Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus pada Anak Kelas 4,5, dan 6 Sekolah Dasar di Desa Tribuana Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem

3. METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO

METODOLOGI PENELITIAN

GOLONGAN DARAH. Semester I 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

I. Tujuan Praktikum II. Landasan Teori Fenotip Alel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengukur hemoglobin pada sejumlah volume darah. Kadar normal hemoglobin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan (WHO,2009). Terapi

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODELOGI PENELITIAN

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Transfusi darah Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Setyati, 2010). Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan meliputi perencanaan, pengarahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Amiruddin, 2015). Pertimbangan utama dalam transfusi darah, khususnya yang mengandung eritrosit, adalah kecocokan antigen-antibodi eritrosit. Golongan darah AB secara teoritis merupakan resipien universal, karena memiliki antigen A dan B di permukaan eritrositnya, sehingga serum darahnya tidak mengandung antibodi (baik anti-a maupun anti-b). Golongan darah O secara teoritis merupakan donor universal, karena memiliki antibodi anti-a dan anti-b (Setyati, 2010). Potensi manfaat transfusi sel darah merah harus selalu ditimbang terhadap potensi risiko setiap bentuk terapi. Tanggapan merugikan transfusi tidak selalu dapat dihindari, hasilnya jauh lebih mungkin menjadi menguntungkan jika uji silang serasi dilakukan sebelum transfusi (Amiruddin, 2015). 5

6 B. Uji Silang Serasi (Crossmatch) Crossmatch merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan sebelum transfusi yaitu memeriksakecocokan antara darah pasien dan donor sehingga darah yang diberikan benar-benar cocok (Setyati, 2010) dan supaya darah yang ditranfusikan benar-benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien ( Amiruddin, 2015). Pemeriksaan yang dilakukan sebelum transfusi bertujuan agar sel- sel darah yang ditransfusikan dapat hidup di tubuh pasien dan tidak menimbulkan kerusakan pada sel darah pasien (Setyati, 2010). Uji crossmatch penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (Yuan, 2011). Tahapan yang dilakukan pada uji crossmatch antara lain identifikasi contoh darah pasien yang benar, mengecek riwayat pasien sebelumnya, memeriksa golongan darah pasien, darah donor yang sesuai golongan darah pasien, pemeriksaan crossmatch, pelabelan yang benar sebelum darah dikeluarkan (Setyati, 2010). Fungsi crossmatch adalah : 1. Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditranfusikan bagi pasien. 2. Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat mengurangi umur eritrosit donor/ menghancurkan eritrosit donor. 3. Cek akhir setelah uji kecocokan golongan darah ABO (Yuan, 2011).

7 Crossmath menurut urgensi permintaan darah bagi seorang pasien dibagi dalam tiga kategori yaitu crossmatch rutin, crossmatch emergency dan crossmatch persiapan operasi. Berdasarkan mediumnya yaitu saline, bovine dan coomb s. Prinsip crossmatch ada dua yaitu : 1. Mayor crossmatch, merupakan serum pasien direaksikan dengan sel donor, apabila di dalam serum pasien terdapat antibodi yang melawan terhadap sel maka dapat merusak sel donor tersebut (Setyati, 2010, Yuan, 2011). 2. Minor crossmatch, merupakan serum donor direaksikan dengan sel pasien. Pemeriksaan antibodi terhadap donor apabila sudah dilakukan maka pemeriksaan crossmatch minor tidak perlu lagi dilakukan ( Setyati, 2010, Yuan, 2011). Golongan darah ABO pasien dan donor jika sesuai, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi. Golongan darah pasien dan donor berlainan umpamanya donor golongan darah donor O dan pasien golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi (Yuan, 2011)..Mayor crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga complete antibodies maupun incomplete Antibodies. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja, tidak dapat mengesampingkan aglutinin rhesus yang hanya bereaksi pada suhu 37 O C.

8 C. Pemeriksaan Crossmatch 1. Pemeriksaan crossmatch metode tabung Prinsip pemeriksaan crossmatch metode tabung adalah sel donor dicampur dengan serum penerima (mayor crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum donor (minor crossmatch) dalam bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan (Setyati, 2010). 2. Pemeriksaan crossmatch metode gel Yves Lampiere dari Perancis menemukan metode gel dan mengembangkan metode gel di Switzerland pada akhir 1985 sebagai metode standar sederhana yang memberikan reaksi aglutinasi dan dapat dibaca dengan mudah. Metode gel pertama kali digunakan untuk pemeriksaan rutin pada tahun 1988,saat ini telah digunakan lebih dari 80 negara termasuk Indonesia (Setyati, 2010). Prinsip pemeriksaan crossmatch metode gel adalah penambahan suspensi sel dan serum atau plasma dalam microtube yang berisi gel di dalam buffer berisi reagen (Anti-A, Anti-B, Anti-D, enzim, Anti-Ig G, Anti komplement). Microtube selanjutnya diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37 0 C dan disentrifus. Aglutinasi yang terbentuk akan terperangkap di atas permukaan gel. Aglutinasi tidak terbentuk apabila eritrosit melewati pori-pori gel, dan akan mengendap di dasar microtube (MJAFI, 2010).

9 Gambar 1. Derajat Reaksi Aglutinasi (Weis ED, Chizhevsky V, 2006) Keterangan gambar : A. 4+ : Aglutinasi sel darah merah membentuk garis di atas microtube gel. B. 3+ : Aglutinasi sel darah merah kebanyakan berada di atas setengah dari microtubegel. C. 2+ :Agutinasi sel darah merah terlihat di sepanjang microtube gel. D. 1+ : Aglutinasi sel darah merah berada di bawah setengah darimicrotube gel E. - : Aglutinasi semua sel darah merah lolos di bagian bawah microtube gel. Metoda gel merupakan metode untuk mendeteksi reaksi sel darah merah dengan antibodi. Metode gel akan lebih cepat dan mempunyai akurasi tinggi dibandingkan dengan metode tabung (Setyati J, 2010). Pemeriksaan crossmatch

10 metode gel dapat dilakukan dengan metode semi otomatis dan metode otomatis. Crossmatch metode semi otomatis adalah metode pemeriksaan crossmatch menggunakan reagen gel, dimana tehnisi yang melakukan tahap analitik adanya aglutinasi memberi hasil positif dan tidak adanya aglutinasi dinyatakan negatif. 3. Pemeriksaan crossmatch metode otomatis Crossmatch metode otomatis adalah metode pemeriksaan crossmatch menggunakan reagen gel. Perbedaan keduanya terletak pada dengan meminimalsir manipulasi oleh tehnisi, dimana tehnisi hanya terlibat pada tahap preparasi sampel kemudian selanjutnya mesin yang melakukan tahap analitik. Hasil dibaca adanya aglutinasi memberi hasil positif, dan tidak adanya aglutinasi dinyatakan negatif. Keunggulan metode otomatis : 1. Peningkatan keamanan dan keselamatan darah yang akan ditransfusikan ke pasien. 2. Mengurangi kesalahan klerikal (human error). 3. Peningkatan efisiensi dalam proses pemeriksaan. 4. Efisiensi biaya. 5. Optimalisasi keseluruhan proses dimana bank darah dapat meningkatkan pelayanan yang lebih cepat dan lebih baik kepada pasien dan dokter. Kelemahan metode otomatis adalah alat tidak dapat melakukan sampel dalam jumlah volume kurang dari 1 ml dengan perbandingan sel darah merah dan serum atau plasma 1:1. Metode otomatis akan jauh lebih mahal bagi BDRS yang jumlah pemeriksaannya sedikit.

11 D. Interpretasi Hasil Crossmatch Tabel 2. Interpretasi Hasil Crossmatch Mayor Minor AC/DCT Kesimpulan - - - Darah keluar + - - Ganti darah donor - + - Ganti darah donor - + + Darah keluar bila minor lebih kecil atau sama dengan AC/DCT inform concent + + + Lihat keterangan Sumber :Prosedur BDRS Keterangan : 1. Crossmatch mayor, minor dan AC(auto control) = negatif, darah pasien kompatibel dengan darah donor maka darah boleh dikeluarkan. 2. Crossmtacth mayor = positif, minor = negatif, AC = negatif, diperiksa sekali lagi golongan darah pasien apakah sudah sama dengan donor, apabila golongan darah sudah sama artinya ada irregular antibody pada serum pasien. Darah donor diganti dengan melakukan crossmatch lagi sampai didapat hasil cross negatif pada mayor dan minor, apabila tidak ditemukan hasil crossmatch yang kompatibel meskipun darah donor telah diganti maka harus dilakukan screening dan identifikasi antibodi pada serum pasien, dalam hal ini sampel darah dikirim ke UTD Pembina terdekat. 3. Crossmatch mayor = negatif, minor = positif, AC = negatif, artinya ada irregular antibody pada serum / plasma donor. Penyelesaiannya darah donor diganti dengan yang lain, lakukan crossmatch lagi.

12 4. Crossmatch mayor = negatif, minor = positif, AC = positif, lakukan direct coombs test (DCT) pada pasien. Hasil DCT positif pada crossmatch minor dan AC berasal dari autoantibody. Apabila derajat positif pada minor sama atau lebih kecil dibandingkan derajat positif pada AC / DCT, darah boleh dikeluarkan. Apabila derajat positif pada minor lebih besar dibandingkan derajat positif pada AC / DCT, darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai ditemukan positif pada minor sama atau lebih kecil dibanding AC / DCT. 5. Mayor, Minor, AC = positif. Golongan darah pasien maupun donor diperiksa, baik dengan cell grouping maupun back typing, pastikan tidak ada kesalahan golongan darah. DCT pada pasien dilakukan, apabila positif bandingkan derajat positif DCT dengan minor, apabila derajat positif minor sama atau lebih rendah dari DCT, maka positif pada minor dapat diabaikan, artinya positif tersebut berasal dari autoantibody. Positif pada mayor, disebabkan adanya irregular antibody pada serum pasien, ganti dengan darah donor baru sampai ditemukan hasil mayor negatif.

13 E. Kerangka Teori, Kerangka Konsep, Hipotesis Jenis metode Jenis golongan Antigen antibodi semi otomatis otomatis Hasil crossmatch Interpretasi hasil Gambar 2. Kerangka Teori Kerangka Konsep Metode Semi otomatis Hasil Crossmatch Metode Otomatis Gambar 3. Kerangka Konsep Hipotesis Ada perbedaan antara hasil crossmatch metode otomatis dan semi otomatis.