HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

Pengaruh Perbandingan Limbah... Stephanus

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

Pengaruh Nisbah C/N pada Campuran Feses Sapi Perah... Prima Adi Yoga

II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari suatu aktivitas atau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

HASIL DAN PEMBAHASAN

- Volume bak : -Tinggi = 14 cm. - Volume = 14 cm x 30 cm x 40 cm = 16,8 liter

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

ANALISIS KANDUNGAN N, P DAN K PADA LUMPUR HASIL IKUTAN GASBIO (SLUDGE) YANG TERBUAT DARI FESES SAPI PERAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

Niken Wijayanti, Winardi Dwi Nugraha, Syafrudin Jurusan Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Analisis Kandungan Karbohidrat Kulit Talas Kimpul

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

TUGAS AKHIR (SB )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

ANALISIS KUALITAS KOMPOS DARI LIMBAH ORGANIK PASAR TRADISIONAL TANJUNGSARI SUMEDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

KUALITAS VERMICOMPOST DARI SLUDGE BIOGAS SAPI PERAH DAN RARAPEN PADA BERBAGAI PADAT TEBAR Lumbricus rubellus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN URIN SAPI SEBAGAI POC (PUPUK ORGANIK CAIR) DENGAN PENAMBAHAN AKAR BAMBU MELALUI PROSES FERMENTASI DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

PENGARUH NISBAH C/N CAMPURAN FESES SAPI PERAH DAN JERAMI PADI TERHADAP KANDUNGAN Ca 2+, Mg 2+, Na + DAN SODIUM ADSORPTION RATIO (SAR) POC

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1 (ISSN: ) (Halaman 1-8)

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA II.

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR BMF BIOFAD TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sifat fisik. mikroorganisme karena suhu merupakan salah satu indikator dalam mengurai

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan unsur hara makro utama yang diperlukan

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya

Transkripsi:

36 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan N Data hasil pengamatan pengaruh perbandingan limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair terhadap kandungan N disajikan pada Tabel berikut Tabel 2. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Kandungan N Pupuk Organik Cair Ulangan Perlakuan T1 T2 T3... %. 1 0,05 0,07 0,05 2 0,08 0,08 0,03 3 0,05 0,06 0,06 4 0,08 0,06 0,05 5 0,10 0,05 0,05 6 0,07 0,06 0,02 Total 0,43 0,38 0,26 Rataan 0,071 0,063 0,043 Keterangan : T 1 : Perbandingan 70 % limbah peternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis T 2 : Perbandingan 50 % limbah peternakan sapi perah dan 50 % limbah kubis T 3 : Perbandingan 30 % limbah peternakan sapi perah dan 70 % limbah kubis Pada tabel di atas dapat di lihat bahwa dari hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadap perbedaan kandungan nitrogen pupuk organik cair. Untuk mengetahui nyata atau tidaknya perbedaan pengaruh tersebut, telah dilakukan analisis ragam (Lampiran 5) dan hasilnya menunjukkan pengaruh yang nyata (Fhitung > Ftabel.). Selanjutnya, untuk mengetahui nyata tidaknya perbedaan pengaruh diantara perlakuan, telah dilakukan uji signifikansi menggunakan Metode Tukey dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.

37 Tabel 3. Hasil Uji Tukey Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan N (α 0,05) Perlakuan Rataan Kandungan N Signifikasi %... T1 0,071 a T2 0,063 ab T3 0,043 b Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukan berbeda tidak nyata. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan N tertinggi dicapai pada perlakuan T1 sebesar 0,071 % yang berbeda nyata (P<0,05) dengan T2 sebesar 0,063 % dan T3 sebesar 0,043 %. Tingginya kandungan nitrogen pada T1 diduga karena perbedaan nisbah C/N bahan komposan. Hasil perhitungan nisbah C/N berdasarkan data laboratorium kandungan C dan N (Lampiran 4) adalah sebesar 18,4 pada T1 ; 16,7 pada T2 dan 14,9 pada T3. Berdasarkan asumsi bahwa nisbah C/N yang ideal pada proses dekomposisi adalah 25 50 (Tchobanaglous 1993), 15 25 (Permentan, No.70/SR.140/10/2011), 25-30 (Bewick, 1980 dan CSIRO, 1979), 25-40 (Atlas dan Bartha, 1981), 26-35 (Gauhey dan Golueke 1953 dalam Merkel 1981), maka nisbah C/N perlakuan yang paling mendekati angka ideal adalah T1. Nisbah C/N ini sangat diperlukan untuk menggambarkan kebutuhan nutrisi bagi mikrooganisme yang aktif di dalam proses pengomposan, yaitu C sebagai sumber energi dan N sebagai sumber nutrisi. Tingginya N pada perlakuan T1 diduga karena pertumbuhan mikrooganismenya paling baik dibandingkan dengan perlakuan lain sehingga dihasilkan biomassa yang lebih tinggi. Biomassa mikroorganisme yang dihasilkan dapat menggambarkan kadar nitrogen di dalam komposan yaitu makin tinggi kadar biomassa maka makin tinggi pula kadar nitrogennya. Lebih lanjut Tchobanoglous, (1993) menyatakan apabila nisbah C/N komposan ideal, maka unsur nitrogen sangat efektif digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel, dan unsur karbonnya mencukupi sehingga, dekomposisi bahan organik komposan akan lebih baik. Sebaliknya

38 kadar nitrogen yang terendah pada perlakuan T3 diduga karena nisbah C/N-nya terlalu tinggi, akibatnya N berlebih dan mengakibatkan terlepas dalam bentuk gas (NH3 dan H2S), sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Bila dibandingkan dengan SNI kandungan N nya (0,4 %) pada perlakuan T1 nitrogen yang dihasilkan (0,071 %) pupuk organik cair masih dibawah standar. 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan P Data hasil pengamatan pengaruh perbandingan limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair terhadap kandungan P disajikan pada tabel berikut. Tabel 4. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Kandungan P Pupuk Organik Cair Ulangan Perlakuan T1 T2 T3...%... 1 0,01 0,01 0,01 2 0,02 0,01 0,01 3 0,02 0,01 0,01 4 0,03 0,01 0,02 5 0,02 0,003 0,02 6 0,01 0,01 0,02 Total 0,11 0,053 0,09 Rataan 0,018 0,008 0,015 Keterangan : T 1 : Perbandingan 70 % limbah peternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis T 2 : Perbandingan 50 % limbah peternakan sapi perah dan 50 % limbah kubis T 3 : Perbandingan 30 % limbah peternakan sapi perah dan 70 % limbah kubis Pada diatas dapat dilihat bahwa perlakuan memberikan pengaruh terhadap perbedaan hasil kandungan fosfor. Untuk mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh tersebut, telah dilakukan analisis ragam (lampiran 5) dan hasilnya menunjukan pengaruh yang nyata P(<0,05). Selanjutnya, untuk mengetahui nyata atau tidaknya perbedaan hasil kandungan fosfor dalam pupuk organik cair,

39 telah dilakukan uji signifikansi menggunakan Metode Tukey dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji Tukey Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan P (α 0,05) Perlakuan Rataan Kandungan P Signifikasi.%... T1 0,018 a T3 0,015 b T2 0,008 b Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukan berbeda tidak nyata. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar fosfor tertinggi dicapai pada perlakuan T1 yang berbeda nyata dengan T3 dan T2, sedangkan antara T3 dan T2 saling berbeda tidak nyata. Tinggi rendahnya kandungan fosfor di dalam pupuk organik cair sangat berkaitan dengan kandungan nutrisi tersebut di dalam bahan komposan terutama C, N dan P. Sutedjo (1999) menyatakan bahwa fosfor merupakan nutrisi penting untuk mikroorganisme setelah karbon dan nitrogen, yang salah satunya terikat dalam bentuk P2O5 diakhir proses dekomposisi dan terjadinya seiring dengan perombakan senyawa karbon sebagai sumber energi. Fosfor tersebut berada dalam dua bentuk, yaitu anorganik P2O5 dan organik asam nukleat, phitin dan lesitin, kemudian dengan adanya sumber karbon dan nitrogen, bakteri dan jamur merombak serta membebaskannya sebagai fospat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Stofella dan Kahn (2002) bahwa karbon dan nitrogen yang terkandung di dalam bahan komposan merupakan nutrisi utama dan penting bagi mikroorganisme pada proses dekomposisi. Berdasarkan asumsi bahwa kandungan fosfor dalam limbah peternakan sapi perah sebesar 0,05 % (Merkel, 1981) dan kandungan fosfor di dalam kubis sebesar 0,35 % (Bewick, 1980), maka dapat dihitung kandungan P di dalam masing-masing perlakuan yaitu : 0,14 % T1, 0,19 % T2 dan 0,26 % T3 (Lampiran

40 4). Pada proses dekomposisi kandungan P di dalam bahan komposan akan mengalami perombakan dan mineralisasi yang dilakukan oleh mikroorganisme yang terlibat terutama yang menghasilkan enzim fosfatase menjadi senyawa P yang lebih sederhana dan mudah diserap oleh tanaman sebagai pupuk. Hal ini sejalan dengan pendapat Poincelot (1978), yang menyatakan bahwa perombakan bahan organik dan atau proses mineralisasi fosfor terjadi karena adanya enzim fosfatase yang dihasilkan oleh sebagian besar mikroorganisme. Berdasarkan asumsi tersebut, maka tingginya kadar P di dalam pupuk organik cair hasil penelitian pada perlakuan T1 diduga disebabkan oleh tingginya nisbah C/N di dalam bahan komposan perlakuan tersebut, yang komposisinya terdiri atas 70 % limbah peternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis. Dengan tingginya nisbah C/N pada T1 maka dekomposisi bahan organik yang terjadi akan melibatkan aktifitas mikrooganisme yang lebih tinggi pula sehingga diyakini menghasilkan enzim fosfatase lebih banyak dan pada akhirnya pembentukan P menjadi lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan lain. Akan tetapi jika dibandingkan dengan SNI kandungan fosfornya (0,1 %) pada perlakuan T1 yaitu (0,018 %) masih dibawah standar mutu. 4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan K Data hasil pengamatan pengaruh perbandingan limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair terhadap kandungan K disajikan pada Tabel 6.

41 Tabel 6. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Kandungan K Pupuk Organik Cair Ulangan Perlakuan T1 T2 T3.%... 1 0,26 0,20 0,21 2 0,41 0,21 0,23 3 0,32 0,20 0,26 4 0,24 0,20 0,26 5 0,25 0,19 0,34 6 0,23 0,24 0,29 Total 1,71 1,24 1,59 Rataan 0,285 0,206 0,265 Keterangan : T 1 : Perbandingan 70 % limbah peternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis T 2 : Perbandingan 50 % limbah peternakan sapi perah dan 50 % limbah kubis T 3 : Perbandingan 30 % limbah peternakan sapi perah dan 70 % limbah kubis Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh perlakuan terhadap kandungan nitrogen pupuk organik cair. Untuk mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh perlakuan telah dilakukan analisis keragaman (Lampiran 5) dan hasil yang diperoleh perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kandungan nitrogen didalam pupuk organik cair (Fhitung > Ftabel). Selanjutnya, untuk mengetahui mana yang memberikan rataan K yang paling tinggi, perbedaan pengaruh tersebut telah dilakukan uji signifikansi menggunakan Metode Tukey dan hasilnya menunjukan bahwa kandungan kalium tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 (0,285 %) yang berbeda nyata dengan T3 (0,265 %) dan T2 (0,206 %) sedangkan T3 dan T2 saling berbeda tidak nyata Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Tukey Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan K (α 0.05) Perlakuan Rataan Kandungan K Signifikasi.%... T1 0,285 a T3 0,265 b T2 0,206 b

42 Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukan berbeda tidak nyata. Menurut Afandie dan Nasih (2002) kalium pada kompos berasal dari pelapukan mineral oleh mikroorganisme. Apabila proses perombakan karbon dan nitrogen berjalan sebagaimana mestinya, maka nilai kandungan K yang dihasilkan juga akan meningkat. Kandungan K ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya suhu, kadar air, ph dan tingkat kelapukan. Menurut Sutedjo (1999) bahwa semakin besar kandungan nitrogen yang tersedia, aktivitas mikroorganisme dalam proses mineralisasi kalium akan meningkat, yang mengakibatkan kandungan K dalam substrat juga meningkat. Berdasarkan asumsi tersebut maka tingginya kalium pada T1 diduga karena kandungan nitrogennya pada T1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Kalium mempunyai peranan penting dalam pembentukan protein dan karbohidrat, yang digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat sebagai katalisator. Senyawa-senyawa kalium yang diikat dan disimpan didalam sel oleh bakteri dan jamur, jika didekomposisi maka kalium akan kembali tersedia bagi tanaman (Sutedjo, 1999). Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat dijelaskan bahwa lebih rendahnya kalium pada T2 dan T3 diduga karena selama proses dekomposisi awal terjadi pengumpalan material organik pada saat dilakukan pengadukan yang mengakibatkan kondisinya menjadi anaerob, sehingga penguraian senyawa organik oleh mikrooganisme jenis kapang dan bakteri aerobik sulit dilakukan. Hal ini dimungkinkan karena kandungan limbah kubis pada T2 dan T3 lebih besar daripada T1 dan limbah kubis bersifat mudah menggumpal bila diaduk. Kandungan K hasil dari perlakuan T1 (0,285 %) sangat mencukupi bila dibandingkan dengan SNI pupuk organik cair (0,2 %).