BAB I PENDAHULUAN. serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Hal yang dapat menunjang bisnis percetakan ini adalah teknologi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia di perusahaan sangatlah penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan ekonomi suatu negara. Dalam kaitannya dengan hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Memang sudah menjadi tuntutan jaman di kehidupan modern ini,

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan yang mengacu pada pertanyaan penelitian dalam

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan membangun indutri pertahanan di dalam negeri. Wakil Menteri

BAB 1 PENDAHULUAN. Department, Purchasing Department, dan Security Department.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di bidang perbankan yang mulai berkembang akhir-akhir ini adalah persaingan dalam

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupannya banyak tergantung pada ada tidaknya lintas wisatawan,

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pendidikan Nasional merupakan sarana yang efektif untuk memajukan. bangsa, sebagaimana tercantum pada Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan sebuah industri yang bergerak di bidang jasa dan

BAB I PENDAHULUAN. Hotel Puri Artha dikenal sebagai Hotel yang menerapkan adat tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Untuk menunjang kelancaran arus pariwisata tersebut disadari perlu adanya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Hotel adalah salah satu badan

BAB I PENDAHULUAN. dinamis. Perkembangan pariwisata diindonesia tidak bisa dilepaskan dari peran

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

Dari pengertian diatas, maka hotel juga dapat definisi seperti di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata. Banyaknya objek wisata baru di Yogyakarta ini membuat wisatawan

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PKL. 3.1 Gambaran Singkat Hotel The Majesty Bandung. sebuah perusahaan yang bernama PT. Bandung Inti Kharisma (BAIK) yang

BAB II URAIAN TEORITIS. 2.1 Pengertian Houseekeping Department Secara Umum. Housekeeping berasal dari kata house yang berarti rumah,wisma,hotel dan to

BAB II URAIAN TEROITIS. dekorasi dengan tujuan agar hotel tersebut tampak rapi, bersih, menarik dan

BAB 3 SIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENGANTAR. pemandu wisata, dan lain-lain. Oleh karena itu, industri pariwisata memegang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat. Karena persaingan dunia usaha yang semakin tinggi saat ini,

: Pengaruh Keseimbangan Kehidupan-Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan di Hotel Mercure Kuta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Hotel merupakan salah satu akomodasi yang dapat diklasifikasikan

Judul : Pengaruh Job Rotation dan Job Performance Terhadap Organizational Commitment

BAB I PENDAHULUAN. yang dibangun dari berbagai segmen industri, seperti: akomodasi, transportasi,

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung termasuk salah satu Kota Pariwisata dimana banyak

Kebutuhan Ruang Ruang Aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupannya, manusia membagi pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pariwisata di Indonesia saat ini berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan akomodasi untuk tempat menginap wisatawan yaitu hotel.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Hampir setiap hotel memiliki fasilitas yang sama, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut akan diuraikan secara singkat, yang selajutnya penjelasan tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok orang yang dikenal sebagai bawahan ( Siagian; 2009: 15). menjalankan tugas di dalam organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak awal tahun sembilan puluhan, banyak perusahaan yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap kegiatan organisasi selalu di arahkan untuk mencapai tujuan tertentu

No. KuisionerdanLangkahKerja Ya Tidak

2.16 Pengeluaran Departemen Housekeeping Memperkirakan Pengeluaran Departemen Housekeeping Metode Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. sumber pemasukan atau devisa, hal ini sesuai dengan pernyataan Sapta Nirwandar

Bab II. Landasan Teori

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG HOUSEKEEPING. Housekeeping berasal dari kata house yang berarti rumah dan keeping ( to

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. mengetahui hubungan antara employee engagement dengan burnout

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadatnya, alamnya yang indah, atraksi wisata serta mempunyai keaneka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini tidak terkecuali pada bisnis perhotelan yang juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai salah satu kota budaya dan kota pariwisata,

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. merupakan sebuah usaha yang bergerak di bidang pariwisata. PT Mitra Wisata Permata

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Untuk menjadi bagian dalam pembangunan Kecamatan Kandis, maka

BAB I PENDAHULUAN. kearah pemenuhan kebutuhan lainnya seperti makan, minum, rekreasi, olahraga,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata, memiliki kekayaan alam dan seni budaya

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain

BAB 6 KESIMPULAN. Tabel 6.1 Rangkuman Hubungan Kerjasama Departemen Housekeeping N O HUBUNGAN KERJASAMA DALAM HAL 6-1

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

Tabel Analisa Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kegiatan dari Pengguna: Pengguna Kegiatan Ruang Sifat Ruang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

2015 PENINGKATAN PENGUASAAN PENGETAHUAN PUBLIC AREA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PROYEKSI PADA PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 15 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 Data Jumlah Hotel Di Jawa Barat Tahun Jumlah Hotel Kota Bogor 47. Kota. Sukabumi. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor pariwisata khususnya industri perhotelan di

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagianfront office yang menawarkan fasiltas Hotel.Front

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dikembangkan untuk meningkatkan devisa Negara di luar minyak dan gas bumi.

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS

APPENDIX. A. Dapatkah ada menceritakan tentang sejarah Kayu Arum? 2. Mengapa mengambil lokasi di daerah ini?

Hotel adalah bentuk bangunan yang menyediakan kamar-kamar untuk. menginap para tamu, makanan dan minuman, serta fasilitas-fasilitas lain yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memenuhi kebutuhan pokok tamu yang menginap dihotel.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan,

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Cempaka, Suka Jadi sudah tidak memadai lagi dan tidak sesuai dengan standard yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BABI PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Mengenal Employee Engagement

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hotel merupakan suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan pemerintah (SK Menparpostel no.km 34/HK 103/MPPT-87 dalam Sulastiyono, 1999). Berdasarkan hal itu, sesuai Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang mengatur standar kriteria penggolongan kelas hotel, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata membuat penggolongan standardisasi hotel seluruh Indonesia. Penggolongan kelas hotel tersebut menghasilkan klasifikasi hotel yang menggunakan simbol bintang antara satu sampai lima. Hotel X di kota Bandung merupakan salah satu hotel yang memiliki fasilitas hotel berbintang empat. Hotel X terletak di Bandung Utara dan berdiri pada tahun 2004. Dilihat dari lokasi dimana hotel tersebut dibangun, hotel X merupakan jenis city hotel karena merupakan hotel yang berlokasi di perkotaan dan biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara atau dalam jangka waktu pendek (Tarmoezi, 2000 dalam Nawar, 2002). Hotel X awalnya berdiri di lokasi dimana tidak banyak hotel-hotel lain yang berdiri. Seiring berjalannya waktu, banyak hotel-hotel lain yang mulai dibangun 1

2 dan hal ini merupakan suatu tantangan bagi hotel X untuk mempertahankan jumlah tamu yang menginap di hotel tersebut. Visi yang dimiliki oleh hotel X ialah menjadi perusahaan management service yang mengelola hotel dan apartemen yang memiliki kualitas pelayanan bertaraf bintang lima. Misi yang dimiliki ialah memaksimalkan inovasi dan kualitas produk serta pelayanan, mengembangkan segmentasi pasar dan aset perusahaan, mengimplementasikan budaya perusahaan sebagai landasan kerja. Fasilitas yang terdapat di hotel X, antara lain Hotel Room dengan jumlah 77 kamar, Restaurant, Meeting Room, Swimming Pool, Fitness Centre, Sauna & Spa, Children Playground, Mini Market, dan Area Parkir. Struktur organisasi hotel X terbagi menjadi delapan bagian, yaitu A&G (Accounting and General), HRD, Sales & Marketing, Accounting, Front Office, Food and Beverage (Product and Service), Engineering, dan Housekeeping. Dalam memilih suatu hotel sebagai tempat menginap, seorang tamu biasanya akan mempertimbangkan beberapa hal, seperti biaya, fasilitas yang ditawarkan serta kualitas pelayanan yang diberikan pihak hotel terhadap mereka. Hotel X memiliki visi untuk dapat memberikan kualitas pelayanan bertaraf bintang 5, walaupun secara fisik hotel X tergolong ke dalam hotel berbintang 4. Pada hotel bintang 4 resepsionis hanya melayani selama 18 jam dan diakses melalui telepon selama 24 jam. Sedangkan, hotel dengan taraf bintang 5 memiliki standar pelayanan yang jauh lebih baik di atas hotel berbintang 1-4. Hotel dengan pelayanan berbintang 5 memiliki resepsionis, housekeeping, dan valet parking dengan pelayanan 24 jam, dan tamu yang datang biasanya akan mendapat

3 welcome drink (asiahotelsreview1.com). Dengan demikian, pelayanan merupakan unsur penting bagi sebuah hotel untuk mampu bersaing. Bagian dalam sebuah hotel yang berperan penting memberikan pelayanan kepada para tamu ialah bagian housekeeping. Fungsi housekeeping sangat penting dalam kelancaran persiapan dan pemeliharaan kebersihan kamar karena pendapatan hotel paling besar berasal dari penyewaan kamar. Bagian housekeeping memiliki seksi-seksi yang meliputi, public area, order taker, room, laundry, linen and uniform, dan gardener. Secara umum, bagian housekeeping bertanggungjawab menciptakan suasana hotel yang bersih, menarik, nyaman dan aman, menyiapkan, menata dan memelihara seluruh area hotel, melaporkan dan membawa lost and found kepada supervisor serta memberikan pelayanan di kamar dengan sebaik-baiknya kepada tamu (Bataafi, 2006). Dalam meningkatkan kualitas pelayanan, dibutuhkan adanya kontribusi dari pihak hotel X sendiri untuk mendukung karyawan housekeeping ketika bekerja. Berdasarkan wawancara dengan Human Resources Manager hotel X di kota Bandung, pihak hotel X memberikan training (departmental training dan general training) yang dilaksanakan per bulannya serta melakukan cross training untuk memberikan informasi dan kesempatan belajar bagi karyawan housekeeping. Selain itu, karyawan housekeeping juga dapat memahami visi dan misi serta mengenal produk-produk di hotel X. Pihak hotel X juga memberikan reward, secara individu ataupun tim, sebagai bentuk penghargaan apabila karyawan housekeeping menunjukkan performa kerja yang baik dan diberikan kesempatan untuk menyampaikan aspirasi atau pendapat kepada atasan.

4 Kontribusi pihak hotel X tersebut sangat penting karena mempengaruhi munculnya hasrat seorang karyawan housekeeping terhadap pekerjaannya. Hal ini disebut sebagai employee engagement. Employee engagement merupakan suatu hasrat, niat, dan komitmen untuk memberikan waktu dan kemampuan disertai dengan kesediaan untuk mengorbankan sebagian kepentingan pribadi individu pada pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan di masa yang akan datang melebihi upaya untuk mewujudkan kepuasan individu dan menunjukkan loyalitas pada perusahaan (Macey, Schneider, Barbera, Young, 2009). Employee engagement memiliki dua komponen penting, yaitu psychological dan behavioral. Psychological merupakan hal-hal yang berhubungan dengan apa yang karyawan housekeeping rasakan, sedangkan behavioral berhubungan dengan apa yang karyawan housekeeping lakukan. Apa yang dirasakan (feeling) karyawan housekeeping terhadap pekerjaannya akan terlihat di dalam perilakunya (behavior) ketika bekerja. Apabila karyawan housekeeping memiliki engagement feeling terhadap pekerjaannya, tetapi tidak ditunjukkan di dalam behavior hal tersebut akan menjadi percuma dan menghambat munculnya engaged behavior. Dengan kata lain, engagement bukan hanya sekedar apa yang dirasakan dan dihayati oleh karyawan housekeeping dalam dirinya, tetapi bagaimana hal tersebut juga ditunjukkan di dalam perilaku yang dapat dilihat. Employee engagement behavior memiliki empat anteseden yang berpengaruh terhadap munculnya engaged behavior, yaitu persistence, proactivity, role expansion, dan adaptability. Karyawan housekeeping yang memiliki engaged behavior memiliki kegigihan (persistence) untuk berusaha

5 mencapai tujuan yang ada walaupun ada hambatan, bersikap proaktif (proactivity) dan waspada dalam mengantisipasi kesempatan yang ada untuk mengambil tindakan saat dibutuhkan. Karyawan housekeeping juga akan berusaha mengembangkan peran mereka (role expansion), khususnya kemampuan mereka sehingga dapat memberikan kontribusi yang efektif kepada hotel X serta mampu mengikuti perubahan yang terjadi (adaptability) dalam kebijakan hotel X (Macey, et al, 2009). Karyawan housekeeping yang not engaged sering terlambat dan bahkan absen dalam bekerja, kurang menunjukkan sikap dan citra bersahabat kepada para tamu, dan bahkan melanggar aturan yang ada. Hal tersebut dapat menurunkan jumlah tamu yang menginap dan akan berdampak pada pendapatan atau keuntungan yang diperoleh oleh pihak hotel X (Macey, et al, 2009). Berdasarkan hasil wawancara dengan Human Resource Manager hotel X di kota Bandung, diketahui bahwa karyawan housekeeping dapat menyelesaikan pekerjaan yang selama ini diberikan, tetapi diharapkan karyawan housekeeping lebih meningkatkan performa kerja agar dapat berkontribusi efektif untuk mencapai tujuan hotel X dalam memberikan pelayanan berkualitas bintang lima. Rata-rata karyawan housekeeping sudah bekerja sejak hotel X beroperasi dan sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai tugas dan tanggungjawab yang diberikan, tetapi kurang memiliki kemauan untuk mengembangkan diri dan belajar mengenai kemampuan baru di luar jabatan yang dimiliki. Selain itu, setiap ada hambatan dalam pekerjaan, karyawan housekeeping belum berani mengambil inisiatif tindakan dan solusi tanpa bertanya kepada atasan. Padahal pihak hotel X

6 sudah menjelaskan batasan-batasan yang ada dan memberikan kebebasan untuk mangambil solusi selama masih dalam batasan yang sesuai. Jenjang pendidikan yang dimiliki karyawan housekeeping rata-rata berada dalam jenjang SMA, sehingga mengalami kesulitan dalam berinteraksi secara langsung dengan tamu. Selain menimbulkan rasa kurang percaya diri, hal ini juga menyebabkan kesulitan dalam menyampaikan pendapat atau dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan hal itu, pihak hotel X memberikan pelatihan agar karyawan housekeeping dapat belajar dan mengembangkan kemampuannya. Selain itu, melakukan konsultasi guna memberikan pengarahan dan menyediakan kesempatan bagi karyawan housekeeping menyampaikan pendapat atau keluhan yang dirasakan. Dari data yang diperoleh melalui komentar tamu yang menginap di hotel X di kota Bandung, masih ditemukan beberapa negative comment yang berkaitan dengan bagian housekeeping, seperti laundry yang cukup lama untuk selesai, tidak adanya kantung untuk pakaian yang kotor di dalam kamar, beberapa area kamar yang kurang bersih, seperti kamar mandi dan balkon, dan seprei yang digunakan berbau tidak sedap. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan housekeeping belum mengerahkan energinya (fisik dan mental) secara maksimal. Berdasarkan hasil survei menggunakan kuesioner terhadap enam karyawan, empat karyawan (66,67%) merasa antusias dan tertantang saat bekerja sementara dua karyawan (33,33%) merasa bahwa pekerjaan mereka membosankan dan melelahkan. Berkaitan dengan kesulitan yang dirasakan saat bekerja, lima karyawan (83,33%) mengalami kesulitan dalam menyampaikan aspirasi atau pendapat dan berusaha mengatasinya dengan cara menyampaikan hal tersebut

7 secara perlahan-lahan dan satu karyawan (16,67%) mengalami kesulitan dalam pencapaian target dan berusaha mengatasinya dengan cara berusaha lebih keras lagi agar target tersebut dapat tercapai. Selain itu, berdasarkan wawancara terhadap tiga karyawan ditemukan bahwa tiga karyawan (100%) merasa jenuh dalam bekerja, tetapi tetap berusaha mengerjakan dan menjalankan pekerjaan seperti biasa karena memang sudah menjadi tanggungjawab karyawan housekeeping. Hal ini menunjukkan aspek persistence pada engagement behavior. Berdasarkan hasil wawancara, ketika dihadapkan pada kewaspadaan untuk mengantisipasi kesalahan dalam tugas pribadi atau berkaitan dengan rekan kerja, satu karyawan (33,33%) hanya memberikan solusi, satu karyawan (33,33%) akan mengerjakan ketika diminta, dan satu karyawan (33,33%) melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan job description-nya saja. Hal ini menunjukkan aspek proactivity pada engagement behavior. Berhubungan dengan pengembangan peran yang berupa mencoba peran pada seksi yang lain di bagian housekeeping, tiga karyawan (100%) memiliki ketertarikan dan pernah mencoba dikarenakan tuntutan pekerjaan dan rekomendasi dari atasan. Hal ini menunjukkan aspek role expansion pada engagement behavior. Saat dihadapkan dengan perubahan kondisi di pekerjaan, seperti perubahan kebijakan, dan sarana yang digunakan, tiga karyawan (100%) berusaha belajar melalui pelatihan yang diberikan saja. Apabila tidak diberikan dalam pelatihan karyawan housekeeping kurang mau mempelajari secara mandiri. Hal ini menunjukkan aspek adaptability pada engagement behavior.

8 Ketika bekerja karyawan bagian housekeeping hotel X di kota Bandung dituntut agar dapat menunjukkan performa yang maksimal dan memberikan pelayanan yang excellence. Oleh karena itu, karyawan housekeeping harus menunjukkan engagement behavior ketika bekerja dan berada di lingkungan pekerjaan. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai employee engagement behavior pada karyawan bagian housekeeping hotel X di kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran employee engagement behavior pada karyawan bagian housekeeping hotel X di kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Untuk memperoleh gambaran mengenai employee engagement behavior pada karyawan bagian housekeeping hotel X di kota Bandung.

9 1.3.2 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran employee engagement behavior, khususnya mengenai persistence, proactive, role expansion, dan adaptability pada karyawan bagian housekeeping hotel X di kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritik - Memberikan informasi tambahan kepada ilmu psikologi, khususnya psikologi industri dan oganisasi mengenai employee engagement behavior pada karyawan. - Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang sama dan mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut. 1.4.2 Kegunaan Praktis - Memberikan informasi kepada pihak manajemen hotel X di kota Bandung mengenai gambaran employee engagement behavior pada karyawan bagian housekeeping hotel X di kota Bandung sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk mengembangkan performa kerja karyawan. - Memberikan informasi kepada karyawan bagian housekeeping Hotel X di kota Bandung mengenai gambaran employee engagement behavior sehingga

10 mereka dapat mempertahankan atau meningkatkan keterikatan yang mereka miliki agar dapat berkontribusi secara optimal di hotel X di kota Bandung. 1.5 Kerangka Pikir Employee engagement merupakan proses dimana individu memusatkan perhatian dan upaya, baik yang bersifat fisik maupun emosional, untuk mewujudkan tujuan perusahaan (Macey, et al, 2009). Employee engagement memiliki dua komponen penting, yaitu the feel of engagement yang berkaitan dengan apa yang karyawan housekeeping rasakan dan engagement behavior yang berkaitan dengan apa yang karyawan housekeeping tampilkan dalam perilaku. Employee engagement behavior merupakan energi fisik dan psikis dalam diri karyawan housekeeping yang diarahkan dalam usahanya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan tuntutan pekerjaan, memberikan inisiatif, dan energi untuk mencapai tujuan hotel X di kota Bandung. Dalam membentuk employee engagement, terdapat empat prinsip yang mempengaruhi karyawan housekeeping, yaitu capacity to engage, motivation to engage, freedom to engage, dan focus of strategic engagement. Capacity to engage merupakan kondisi dimana karyawan housekeeping memiliki kapasitas energi yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dan memiliki resiliensi untuk mempertahankan energi tersebut saat menghadapi hambatan. Pihak hotel X berkontribusi dan memfasilitasi energi tersebut dengan cara menyediakan informasi dan sumber daya yang dibutuhkan saat bekerja. Ketika terjadi

11 kekurangan orang saat jumlah tamu sedang ramai, pihak hotel X akan mencari pekerja harian yang dapat membantu dalam mempersiapkan kamar bagi tamu. Motivation to engage berkaitan dengan alasan yang dimiliki oleh karyawan ketika memberikan energi saat melakukan pekerjaan. Apabila suatu pekerjaan tersebut dirasa menantang dan bermakna, pekerjaan itu akan terasa lebih menarik. Selain itu, motivation to engage dapat terbentuk dari perlakuan yang diberikan pihak hotel X kepada karyawan housekeeping. Pihak hotel X memberikan reward secara individu ataupun tim, sebagai bentuk penghargaan apabila karyawan housekeeping menunjukkan performa kerja yang baik dan memperlakukan karyawan housekeeping dengan hormat. Freedom to engage merupakan kondisi dimana karyawan memiliki kebebasan dan dipercaya untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa memperoleh sanksi selama tidak menyalahi aturan yang ada. Dalam hal ini, karyawan housekeeping diberikan wewenang untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan seperti permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kamar atau beberapa area hotel selama masih dalam batasan yang sesuai. Karyawan housekeeping juga diberikan kesempatan untuk memberikan kritik dan saran kepada pihak manajemen hotel X. Focus of strategic engagement merupakan kondisi dimana karyawan dapat melihat secara langsung hubungan antara apa yang harus dilakukan dan keuntungan yang akan didapat hotel X. Dengan bekerja secara maksimal, seperti menjaga area hotel agar tetap bersih dan nyaman, mempersiapkan kamar sebelum para tamu hadir sehingga tamu tidak menunggu lama, menyediakan dan

12 melengkapi fasilitas kamar yang disediakan bagi para tamu serta menjaga penampilan agar terlihat rapi dan bersih tentunya akan memberikan kepuasan kepada tamu yang menginap dan hal itu meningkatkan pendapatan bagi hotel X sendiri. Prinsip-prinsip tersebut merupakan hal-hal dasar yang apabila dihayati secara positif oleh karyawan housekeeping, maka karyawan tersebut berpotensi untuk memiliki feeling of engagement terhadap pekerjaannya. Feeling of engagement terdiri dari feeling of urgency, feeling of being focused, feeling of intensity, dan feeling of anthusiasm. Feeling of urgency merupakan energi dan penentu yang dikerahkan karyawan untuk mencapai tujuan. Feeling of urgency diartikan sebagai resiliensi dan kegigihan karyawan saat menghadapi masalah di pekerjaan. Dengan adanya feeling of urgency, karyawan housekeeping akan merasa percaya diri pada kemampuannya menghadapi masalah yang berkaitan dengan keluhan dari tamu dan mempersiapkan kamar tepat waktu ketika tamu yang menginap sedang ramai. Feeling of being focused merupakan kondisi dimana karyawan memusatkan perhatian dan kapasitas kognitifnya untuk melakukan pekerjaan. Karyawan housekeeping dapat memusatkan perhatiannya saat bekerja dan tidak mudah terganggu dengan hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, seperti tidak menghabiskan waktu dengan mengobrol atau bergosip di saat jam kerja. Feeling of intensity berhubungan dengan kedalaman konsentrasi yang dimiliki oleh karyawan. Karyawan housekeeping memanfaatkan semua sumber daya (kemampuan, pengetahuan) dan energi yang dimiliki saat bekerja. Karyawan

13 housekeeping menggunakan kemampuan dan pengetahuannya dan berkonsentrasi saat mempersiapkan kamar dengan mengatur setiap detail dengan baik dan rapi, seperti bentuk seprei, posisi bantal, dan lipatan selimut sehingga mencegah melakukan kesalahan. Feeling of anthusiasm meliputi rasa bahagia dan merupakan kondisi emosional yang dapat diartikan sebagai afeksi positif. Karyawan housekeeping merasa bersemangat dan antusias dalam bekerja. Karyawan housekeeping bekerja dengan cepat ketika mempersiapkan kamar untuk para tamu dan membersihkan area hotel dengan semangat walaupun area tersebut jarang dilewati para tamu. Apabila feeling of engagement telah terbentuk dalam diri karyawan housekeeping, maka hal tersebut akan dimunculkan dalam bentuk engaged behavior. Engaged behavior berhubungan dengan apa yang karyawan housekeeping lakukan ketika bekerja. Engaged behavior terdiri dari persistence, proactivity, role expansion, dan adaptability. Persistence berarti bahwa karyawan memberikan energi di setiap waktu. Hal ini terlihat saat karyawan housekeeping dapat menemukan jalan alternatif untuk mencapai tujuan mereka saat ada hambatan. Persistence juga terlihat dalam bentuk meningkatnya ketekunan saat menghadapi perbedaan dan meningkatnya resiliensi saat menghadapi permasalahan. Misalnya, saat mempersiapkan kamar dalam jumlah yang banyak dan waktu yang terbatas, sementara staff yang incharge pada saat itu sedikit, maka karyawan housekeeping berupaya untuk membagi pekerjaan mereka bersama-sama dan saling berkoordinasi agar kamar bisa selesai tepat pada waktunya.

14 Proactivity merupakan kondisi dimana karyawan memiliki kewaspadaan dalam mengantisipasi kesempatan yang ada untuk mengambil tindakan saat dibutuhkan bahkan sebelum atasan mereka memberi perintah. Dengan kata lain, karyawan housekeeping yang engaged memiliki kepekaan dan kewaspadaan dalam melihat kekurangan yang ada saat membersihkan area hotel, mempersiapkan kamar, menyesuaikan setiap detail yang ada dalam kamar dan area hotel. Role expansion merupakan perilaku dimana karyawan akan melihat peran mereka secara lebih luas dan mencakup banyak hal. Karyawan housekeeping tidak membatasi diri hanya pada mempelajari pekerjaan pribadi, tetapi juga mempelajari pekerjaan yang dimiliki rekan kerja untuk memperluas wawasannya. Adaptability merupakan kondisi dimana karyawan mampu untuk mengikuti perubahan yang terjadi di hotel X dan mampu mengembangkan kemampuan baru. Karyawan housekeeping berusaha untuk belajar mengenai sistem-sistem yang baru, mempelajari cara menggunakan peralatan yang baru, dan cara-cara untuk mengatur atau melipat seprei agar terlihat menarik dan nyaman. Karyawan bagian housekeeping Hotel X di kota Bandung yang engaged ingin mengetahui harapan yang diinginkan orang lain terhadap perannya dan berusaha untuk mencapai harapan tersebut. Karyawan housekeeping secara alamiah memiliki keingintahuan mengenai tempat mereka bekerja. Karyawan housekeeping bekerja secara konsisten pada level yang tinggi. Karyawan housekeeping ingin menggunakan kemampuan dan tenaga mereka setiap hari saat

15 bekerja. Karyawan housekeeping bekerja dengan hasrat untuk memajukan hotel X (Macey, et al, 2009) Karyawan bagian housekeeping Hotel X di kota Bandung yang not engaged lebih berfokus pada tugas daripada pencapaian tujuan dan hasil yang diharapkan untuk diselesaikan. Karyawan housekeeping selalu ingin diberitahu mengenai apa yang harus dilakukan sehingga dapat berkata bahwa mereka dapat melakukannya dan telah menyelesaikannya. Karyawan housekeeping fokus pada penyelesaian tugas dibandingkan pencapaian hasil, selalu merasa bahwa mereka bekerja terlalu banyak, dan potensi yang dimiliki terhambat (Macey, et al, 2009). Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menuangkan gambaran penjelasan yang ada ke dalam bagan kerangka pikir berikut.

16 1. Feeling of urgency 2. Feeling of being focused 3. Feeling of intensity 4. Feeling of enthusiasm Karyawan Bagian Housekeeping Hotel X di Kota Bandung The feel of engagement Engaged Behavior Engaged Not Engaged Prinsip -prinsip 1. Capacity to engage 2. Motivation to engage 3. Freedom to engage 1. Persistence 2. Proactivity 3. Role expansion 4. Adaptability 4. Focus of strategic engagement Bagan 1.1 Kerangka Pikir

17 1.6 Asumsi Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikembangkan di atas, maka asumsi yang dapat ditarik sebagai berikut : 1. Setiap karyawan bagian housekeeping Hotel X di kota Bandung dipengaruhi oleh beberapa faktor yang akan mempengaruhi munculnya employee engagement, yaitu capacity to engage, motivation to engage, freedom to engage, dan focus of strategic engagement. 2. Employee engagement yang dimiliki karyawan bagian housekeeping Hotel X di kota Bandung memiliki dua komponen, yaitu the feel of engagement dan engaged behavior. 3. The feel of engagement memiliki empat anteseden yang akan mempengaruhi munculnya engaged behavior, yaitu feeling of urgency, feeling of being focused, feeling of intensity, dan feeling of anthusiasm. 4. Engaged behavior memiliki empat anteseden, yaitu persistence, proactivity, role expansion, dan adaptability. 5. Karyawan bagian housekeeping Hotel X di kota Bandung ada yang engaged dan not engaged.