1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian yang sempat menjadi isu utama pembangunan bangsa di Era Orde Baru kini menjadi sedikit terpinggirkan sebagai dampak perkembangan teknologi industri. Lahan-lahan pertanian pun kini telah tergusur oleh perluasan lahan-lahan industri modern yang semakin mengurangi kearifan masyarakat tani karena kehilangan lahan. Saat ini pemerintah kembali menggalangkan program pertanian melalui berbagai kebijakan yang diambil, namun hal tersebut dirasa masih belum secara maksimal menyentuh para petani di aras bawah. Para petani Indonesia saat ini berada pada posisi yang termarginalkan karena hadirnya terpaan industri modern yang sedikit demi sedikit menghilangkan peran petani sebagai kelompok yang produktif dan berpenghasilan. Jika melihat kondisi masyarakat petani di Indonesia, sebagian besar dari mereka masih menerapkan pola tradisional dalam melakukan kegiatan bertani. Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa pemerataan pengembangan sektor pertanian masih belum maksimal diupayakan oleh pemerintah. Banyak kelompokkelompok tani di berbagai daerah yang justru berkembang melalui kegiatankegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) melalui program penyuluhan dan pendampingan. Di Salatiga, isu pertanian tidak begitu dinamis dikarenakan minimnya lahan serta kurangnya sentuhan pemerintah terhadap pemberdayaan petani. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kota Salatiga tahun 2014, Salatiga memiliki luas wilayah 5.678,110 hektar atau 56,781 km 2, terdiri atas 4.680,195 hektar atau 82,43% lahan kering, dan 798,932 hektar atau 14,07% lahan sawah dan 198,983 hektar atau 3,50% lahan lainnya. Dengan luas lahan yang termasuk kecil dibandingkan kota atau kabupaten lain di provinsi Jawa Tengah, membuat bidang pertanian bukan merupakan sektor utama yang menjadi penyangga kehidupan masyarakat dan kotanya (Anonim, 2014a). Salah satu kendala yang dihadapi oleh para petani di Salatiga adalah kurangnya pengetahuan mengenai konsep pertanian modern dalam peningkatan hasil produksi. Petani di Salatiga masih bergantung pada cara-cara bertani tradisional. Kegiatan bertani kemudian hanya sebatas mengolah lahan, bercocok 1
2 tanam, pemberian pupuk dan pembersihan hama, panen dan menjual hasil tani. Hal ini tentu saja bisa dimaklumi karena para petani masih belum memiliki kesadaran penuh untuk pengembangan ilmu pertanian modern, sehingga hasil yang didapatkan menjadi kurang maksimal dari segi ekonomi. Pengembangan pengetahuan pertanian menjadi penting untuk diperkenalkan bagi para petani di desa-desa di Salatiga. Salah satu upayanya adalah dengan melakukan program pemberdayaan masyarakat petani. Usman (2004) menjelaskan bahwa salah satu hal penting dalam pembangunan adalah adanya pemberdayaan pada masyarakat. Pemberdayaan pada masyarakat merupakan salah satu kekuatan yang sangat vital dalam pembangunan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik, material, aspek ekonomi dan pendapatan, aspek kelembagaan (tumbuhnya kekuatan individu dalam bentuk wadah atau kelompok), kekuatan kerjasama, kekuatan intelektual dan kekuatan komitmen bersama untuk mematuhi dan menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan jika setiap elemen masyarakat tersebut bekerjasama. Dalam konteks penelitian ini, elemen-elemen yang dimaksud adalah para pemangku kepentingan di dalam kegiatan pertanian di Salatiga. Mereka antara lain adalah para petani, pemerintah serta lembaga swadaya masyarakat (LSM). Salah satu LSM yang menaruh perhatian dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan masyarakat petani di Salatiga adalah Yayasan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT). Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat yang didirikan oleh Bahrudin di Kelurahan Kalibening, Salatiga sejak 10 Agustus 1999 lalu. Berbagai konsep alternatif terhadap pendidikan para petani baik petani sawah, kebun ataupun petani ternak dibuat dan dijalankan oleh para kadernya. Bahkan SPPQT yang semula tidak ada gaungnya, kini semakin mendunia karena hadirnya konsep sekolah alternatif bagi anak-anak SD hingga SLTA. Sejak 2011 Bahrudin bersama beberapa anggota SPPQT memperkenalkan program pertanian yang dinamakan dengan jamaah produksi. Bahrudin menjelaskan bahwa jamaah jroduksi merupakan sekumpulan kelompok tani yang 2
3 berusaha untuk belajar mengenai perkembangan pertanian hingga kemudian para petani mampu mengolah hasil tani di lingkungan mereka sehingga meminimalkan peran tengkulak yang terkadang menjadi hambatan bagi para petani untuk memaksimalkan penghasilan mereka. Program Jamaah Produksi adalah program untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan produktivitas melalui pengolahan dan pengelolaan potensi yang bisa dikembangkan di lingkungan sekitarnya. Program ini mensyaratkan keterlibatan aktif seluruh anggota yang bergabung dalam kelompok jamaah produksi tersebut, sehingga diharapkan potensi yang ada dilingkungan bisa diolah dan dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Jamaah produksi merupakan kelompok binaan SPPQT yang tersebar di 22 kelurahan di Salatiga. Sebagai proyek percontohan, SPPQT mulai menerapkan program tersebut di Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir. Pada bulan Oktober 1999 melalui para pendamping yang sebelumnya telah mendapat pelatihan mengenai pertanian, para petani Kalibening diajak untuk mulai mengenal potensi pertanian di wilayah mereka untuk kemudian dijadikan sebuah sarana garapan untuk meningkatkan kesejahteraan. Keberadaan program jamaah produksi ini nantinya akan berusaha mewujudkan konsep desa berdikari, yang menurut Bahrudin merupakan sebuah konsep yang mencita-citakan sebuah desa dengan para petani yang mandiri dalam melakukan kegiatan pertanian mulai dari perencanaan pra produksi hingga pasca produksi. Strategi yang diusung jamaah produksi ini mengutamakan keterlibatan atau partisipasi aktif para petani binaan, sehingga diharapkan mampu menjadi sarana pemberdayaan masyarakat petani yang dapat menghasilkan sebuah pemahaman bagi para petani untuk meningkatkan kreativitas serta daya saing dengan para petani lainnya (Anonim, 2014b). Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai pemberdayaan masyarakat petani melalui program jamaah produksi oleh Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah. Penelitian ini menjadi penting dilakukan karena program jamaah produksi diharapkan mampu memberdayakan masyarakat golongan bawah. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang ditawarkan oleh jamaah produksi yang berorientasi 3
4 pada keterlibatan petani membuat topik ini menarik dikaji dalam konteks kajian pemberdayaan masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini adalah rumusan masalah dalam penelitian yang akan penulis lakukan : 1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh SPPQT terhadap para petani binaan melalui program jamaah produksi? 2. Apa dampak yang diterima masyarakat melalui program jamaah produksi? 3. Apa permasalahan yang terjadi pada pemberdayaan masyarakat di kelompok jamaah produksi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menggambarkan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh SPPQT terhadap para anggota jamaah produksi. 2. Menganalisis dampak dari program jamaah produksi mengenai pemberdayaan masyarakat pada kelompok binaan SPPQT. 3. Menganalisis permasalahan yang terjadi dalam rangka pemberdayaan masyarakat pada. 1.4 Signifikansi Penelitian 1. Bagi kelompok binaan atau masyarakat, diharapkan dapat mengetahui manfaat dari program jamaah produksi dari SPPQT. 2. Bagi SPPQT, diharapkan dapat berguna sebagai bahan evaluasi terhadap program jamaah produksi yang sudah berjalan terutama di wilayah Salatiga, dan sebagai acuan untuk menjalankan program-program kedepannya. 3. Bagi akademisi, semoga penelitian ini dapat menjadi inspirasi lanjutan untuk mengembangkan pengetahuan tentang pemberdayaan masyarakat. 4
5 1.5 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang, rumusan masalah dan tujuan yang telah dipaparkan di atas, mengingat terbatasnya waktu, tenaga dan biaya yang penulis miliki berkaitan dengan skripsi ini maka, penulis perlu melakukan pembatasan masalah secara jelas dan terfokus sebagai berikut: 1. Penelitian ini berlokasi di empat kelurahan yang menjadi binaan SPPQT dalam program jamaah produksi yaitu Kelurahan Kalibening, Kelurahan Tingkir Lor, Kelurahan Tingkir Tengah dan Kelurahan Bugel. 2. Penelitian ini diarahkan pada program-program yang dijalankan oleh SPPQT yang ada di empat kelurahan tersebut. Program yang dimaksud yaitu pemberdayaan masyarakat melalui jamaah produksi atau sekumpulan kelompok tani yang akan berusaha meningkatkan peran aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan produktivitas melalui pengolahan dan pengelolaan potensi yang bisa dikembangkan di lingkungan sekitarnya. 3. Penelitian ini mengulas mengenai pemberdayaan masyarakat melalui program jamaah produksi. 4. Sumber informasi hanya diambil dari pihak-pihak yang terlibat dalam program. Pihak-pihak disini seperti kader jamaah produksi, petani sebagai penerima program dan pihak pemerintah. 5. Periode evaluasi dari Agustus 2015 sampai September 2015 6. Pembahasan pemberdayaan mengacu kepada delapan prinsip pemberdayaan menurut Fahrudin (nd) 7. Efektifitas pemberdayaan dinilai dengan membandingkan tujuan jamaah produksi dengan hasil yang sudah dicapai kelompok jamaah produksi. 5