BAB VI PENUTUP. kemarau.kebutuhan ini baik untuk mengairi ladang atau untuk mencukupi
|
|
- Utami Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Penelitian mengenai Analisa Dampak Sosial Pembangunan Embung di Dusun Temuwuh Lor dapat diambil sebuah benang merah, yaitu sebagai berikut : Aspek Demografi Terbentuknya embung guna menanggapi keluhan masyarakat Dusun Temuwuh Lor mengenai kekurangan air untuk kebutuhan pada musim kemarau.kebutuhan ini baik untuk mengairi ladang atau untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Dusun Temuwuh Lor yang susunan kependudukannya memiliki profesi sebagian besar sebagai petani, memiliki area ladang di sekitar embung.meskipun sejauh ini embung tersebut terfokus pada irigasi namun problematika kembali muncul terkait dengan kekeringan pada musim kemarau yang menyebabkan debit air dan intensitas jumlah air dalam waduk tersebut berkurang. Dengan demikian, waduk tersebut seakan-akan hanya sebatas tempat tadah hujan belum secara optimal mampu mengairi lahan perladangan masyarakat sekitar. Namun dibalik itu semua, bagi masyarakat yang bermukim di sekitar embung dengan radius 1km manfaat embung tersebut dapat dirasakan yaitu dengan ketersediaan air tanah yang merupakan salah satu fungsi dari embung sebagai reservoir (tempat cadangan atau resapan air tanah). Dilihat dari keadaan masyarakat Dusun Temuwuh Lor mengenai struktur penduduk adalah basic pertanian yang kuat dari masyarakat sekitar membuat 1
2 pertanian dapat bertahan hingga saat ini dan dapat dijadikan sumber penghasilan. Di samping itu, masyarakat juga menjaga lahan pertanian mereka yang merupakan warisan nenek moyang dengan tidak memperjual-belikan kepada pihak lain selain keluarga. Dengan keberadaan embung yang ada pada saat ini, sejatinya memiliki tujuan yang dapat di eksplorasi secara maksimal. Tujuan tersebut yaitu untuk pengembangan profesi masyarakat ke arah perikanan dan parawisata. Tetapi hal tersebut sampai sekarang belum dapat terealisasi, dikarenakan beberapa hal yang menghambat. Masyarakat dusun Temuwuh Lor yang berprofesi sebagai petani dalam kurun waktu yang cukup lama, tidak dapat serta merta diubah atau dialihkan ke perikanan dan pariwisata dalam sekejap mata. Karena masyarakat tidak memiliki sedikitpun pengalaman tentang bagaimana cara yang baik dan benar dalam perikanan. Begitu juga dalam hal pariwisata, masyarakat tidak mengetahui bagaimana cara menarik masyarakat luas agar tertarik untuk mengunjungi embung sebagai tempat wisata. Dengan kata lain adanya keterbatasan sumber daya manusia dari masyarakat dusun Temuwuh Lor. Walaupun ada beberapa warga yang mencoba membangun kolam ikan di sekitar area rumah sebelum menerapkan di embung. Tetapi penghasilan yang didapat dari panen kolam ikan yang ada di sekitar rumah tidak seberapa jika dibandingkan dengan modal dan tenaga yang dikeluarkan. Dan dalam segi pariwisata, ide atau gagasan untuk membuat area embung sebagai tempat wisata pernah terlintas oleh beberapa pihak tetapi kesan tidak ada 2
3 evaluasi mengenai tahap selanjutnya dalam hal perikanan dan pariwisata setelah pembangunan embung yang telah berjalan selama lima tahun membuat ini semua sia-sia. Tidak adanya pendekatan yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat untuk membimbing dan memulai usaha baru dalam perikanan dan pariwisata belum tercipta, membuat masyarakat tetap bertumpu pada sektor pertanian dan sampingannya yaitu berternak Aspek Ekonomi Perekonomian masyarakat Dusun Temuwuh Lor sebagian besar berasal dari hasil pertanian dan ladang, hasil ini dianggap belum mencukupi untuk kebutuhan sehari dengan penghasilan rata-rata perbulan Rp Rp Maka untuk menambah pendapatan, masyarakat juga beternak sapi dan kambing. Menurut pengakuan dari beberapa anggota ternak sapi dan kambing, hasil yang didapat cukup baik untuk menunjang perekonomian. Sedangkan para petani berharap besar pada embung dalam hal pengairan bagi area ladang mereka. Jika pengairan tidak lancar maka hasil pane yang didapat pun tidak dapat maksimal. Sedangkan para petani berniat jika pengairan lancar mereka akan membuka lahan pertanian baru di sekitar embung. Apabila lahan pertanian semakin besar, maka penghasilan yang didapat pun ikut meningkat. Tujuan pembangunan embung selain untuk pengairan adalah mengajak masyarakat sekitar untuk mendapatkan lahan pekerjaan baru dengan orientasi perikanan dan pariwisata. Untuk mendukung adanya perikanan bagi masyarakat, Pemerintah Daerah telah menyediakan bibit dan tambak secara cuma-cuma bagi 3
4 masyarakat yang hendak memulai usaha dalam sektor perikanan di embung. Hal ini dipengaruhi oleh tidak adanya penyuluhan dan bimbingan yang diberikan oleh pemerintah mengenai berternak ikan, dikarenakan masyarakat tidak memiliki pengetahuan yang fasih mengenai perikanan. Kepengurusan dari kelompok ikan yang berasal dari dua dusun yaitu Temuwuh Lor dan Temuwuh Kidul juga belum memiliki andil yang cukup maksimal untuk menunjang adanya sektor perikanan. Karena terdapat perselisihan paham dan ego dari masing-masing desa yang menghambat laju dari terciptanya sektor perikanan itu sendiri. Rasa ego yang mengkalim bahwa embung tersebut milik dari masing-masing dusun dan tidak adanya pertemuan setelah pembentukan panitia untuk menyatukan pendapat dan mengelola embung secara bersamaan untuk kepentingan bersama. Dengan demikian pembangunan embung ini pun belum dapat dikelola sebagaimana tujuannya yaitu untuk dijadikan kesempatan usaha baru bagi masyarakat sekitar dalam sektor pertanian yang pada akhirnya tidak dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Aspek Sosial dan Budaya Nilai-nilai sosial yang ada pada masyarakat Dusun Temuwuh Lor cukup tinggi, dapat dilihat dari cara bermasyarakat dan dari cara pandangan hidup mereka sehari-hari. Masyarakat masih mempercayai hal-hal yang berbau spritual karena adat kejawen masih melekat dan merupakan adat istiadat masyarakat sekitar yang merupakan warisan dari leluhur. Hal ini lah yang ada pada masyarakat juga dalam hal pengelolaan embung tersebut, masyarakat tidak berani 4
5 berbuat hal-hal yang aneh dikarenakan di sekitar embung terdapat pohon yang dikeramatkan. Pohon yang ada sejak bertahun-tahun yang lalu dianggap masyarakat yang merupakan warisan untuk dijaga keberadaannya. Pohon ini juga dianggap merupakan cikal bakal adanya embung,sehingga masyarakat secara tak langsung menjaga keberadaan embung dengan cara mereka sendiri. Tetapi permasalahan ego dari dua belah pihak, yaitu Dusun Temuwuh Lor dan Dusun Temuwuh Kidul mengakibatkan adanya sebuah konflik sosial. Konflik yang diakibatkan tidak adanya rasa saling berbagi untuk mengelola embung secara bersama-sama, karena masing-masing dusun memiliki rasa kepemilikan atas embung. Tidak adanya penengah yang dapat menyelesaikan permasalahan ini juga turut mengakibatkan apa yang ditujukan dari pengembangan embung kearah perikanan tidak dapat terwujud hingga saat ini Rekomendasi Berdasarkan problematika yang muncul dalam pengelolaan embung di Dusun Temuwuh Lor maka dapat dipaparkan sebuah saran dan rekomendasi kebijakan, yaitu sebagai berikut : 1. Dalam pengelolaan embung perlu adanya sebuah hubungan yang sinergis antara tiga elemen yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat agar permasalahan terkait dengan pemanfaatan serta kepemilikan hak atas embung secara aturan dapat lebih jelas. Adanya perselisihan ego dari masing-masing dusun yang merasa memiliki hak penuh atas pengelolaan embung yaitu Dusun Temuwuh Lor dan Dusun Temuwuh Kidul secara 5
6 langsung berdampak pada lambatnya pergerakan kelompok perikanan untuk segera memanfaatkan embung untuk dijadikan area tambak. Ego yang mengakibatkan tidak adanya pertemuan lanjut mengenai pengelolaan embung setelah pembentukan kelompok ikan hanya semakin memperlama pemanfaatan embung bagi masyarakat. di samping itu masyarakat berinisiatif untuk menyampaikan permasalahan ini kepada pemerintah desa, agar Pemerintah Desa beserta tokoh-tokoh masyarakat dapat berunding dan memberikan kebijakan mengenai hak milik dan pengelolaan embung secara jelas agar permasalahan tersebut dapat segera diselesaikan. Karena hakikatnya pembangunan embung ini ditujukan untuk kebaikan masyarakat sekitar. 2. Munculnya konflik-konflik sosial dari masyarakat terhadap pemanfaatan embung dapat diakomodasi dan difasilitasi oleh pemerintah desa selaku pembuat kebijakan yang nantinya kebijakan tersebut harus lebih mementingkan kepada masyarakat setempat selaku pemilik embung. Konflik sosial yang terjadi yaitu perselisihan paham mengenai hak kepemilikan dari embung antara dua dusun. Setelah hak kepemilikan menjadi jelas, maka kebijakan tersebut harus dapat memberikan keadilan pada kedua belah pihak dusun untuk meminimalisir munculnya konflikkonflik yang lain. Di samping itu juga, agar kedua belah pihak dusun dapat saling bahu membahu untuk mewujudkan tujuan dari embung yaitu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dari segi perikanan dan pariwisata. 6
7 3. Dari segi pemanfaatan dan pengelolaan sudah sepantasnya pemerintah desa menjadi fasilitator dengan memberikan pendampingan ataupun penyuluhan kepada masyarakat guna memenuhi fungsi dan manfaat dari embung yang lebih baik. Pemerintah Desa telah meberikan fasilitas berupa bibit ikan bagi kelompok ikan yang ingin mendirikan tambak di embung. Tetapi tidak hanya sebatas itu saja, dikarenakan masyarakat Dusun Temuwuh Lor berlatar belakang petani yang belum sepenuhnya mengerti dan paham mengenai tata cara mengenai bagaimana cara berternak ikan yang baik. Pemerintah Desa hendaknya memberikan penyuluhan dan bimbingan secara rutin bagi kelompok ikan. Sampai saat ini pun, penyuluhan dan bimbingan mengenai beternak ikan oleh pemerintah belum terlaksana. 4. Berdasarkan kehidupan masyarakat setempat yang memiliki modal sosial yang cukup kuat berupa pandangan hidup yang berbasis pada budaya jawa serta bersifat tradisional sejatinya hal tersebut menjadi nilai lebih dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang mandiri. Oleh karena itu peran pemerintah disini harus mampu menonjolkan sisi atau aspek-aspek tersebut dalam hal pembuatan kebijakan. Jangan sampai kehadiran program atau kebijakan pemerintah merusak tatanan kehidupan yang sudah dibangun atau sudah ada sejak dahulu sehingga dapat menimbulkan berbagai macam konflik kepentingan. 7
BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dari suatu masyarakat yang beraneka ragam, mulai dari keorganisasian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam bermasyarakat dapat kita amati adanya pola-pola hidup dari suatu masyarakat yang beraneka ragam, mulai dari keorganisasian masyarakat, upacara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terletak sekitar 30 km dari pusat Kabupaten Tuban. Dusun ini jauh dari keramaian karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dusun Sempol adalah salah satu dusun yang berada di Desa Mojomalang. Yang terletak sekitar 30 km dari pusat Kabupaten Tuban. Dusun ini jauh dari keramaian karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam memajukan sebuah Negara, pembangunan merupakan hal yang sudah biasa dilakukan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dari tahun ke tahun pembangunan yang ada
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. fasilitator yang membantu berjalannya proses perubaahan tersebut. Kemudian
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan. Pemberdayaan pada hakikatnya adalah proses merubah masyarakat dari suatu kondisi sosial ekonomi yang belum baik menuju kondisi yang lebih baik, dalam proses perubahan tersebut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan
252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sembunglor merupakan sebuah desa yang terletak dalam cakupan wilayah Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Desa Sembunglor itu desa yang amat kecil dan terpencil
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kecamatan Godean merupakan salah satu dari
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Sidomulyo 1. Topografi Desa Sidomulyo Desa Sidomulyo merupakan desa yang berada di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kecamatan Godean
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Tanggerang setiap tahunnya mengalami permasalahan bencana banjir, khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya penanganan telah dilakukan.
Lebih terperinciPEMANFAATAN KAWASAN UMBUL TLATAR KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI BERDASARKAN PENDAPAT MASYARAKAT TUGAS AKHIR
PEMANFAATAN KAWASAN UMBUL TLATAR KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI BERDASARKAN PENDAPAT MASYARAKAT TUGAS AKHIR Oleh : TEGAR PRAMUDYAN DEWANTORO L2D 004 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Surade 4.1.1 Kondisi Geografis, Topografi, dan Demografi Kelurahan Surade Secara Geografis Kelurahan Surade mempunyai luas 622,05 Ha,
Lebih terperincidan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen penting bagi proses kehidupan di bumi karena semua organisme hidup membutuhkan air dan merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem
Lebih terperinciMENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)
Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi penyebab bencana bagi petani. Indikatornya, di musim kemarau, ladang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam produksi pangan. Jika air tidak tersedia, maka produksi pangan akan terhenti. Ini berarti bahwa sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderit (stress)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Analisis situai dari pelaksanaan program KKN PPM periode 2016 di Desa Tunjuk Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan adalah sebagai berikut. 1.1.1 Letak Geografis Desa
Lebih terperinciBAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG
BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Letak Geografis 1. Letak Lokasi Desa Ragang merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Waru Kabupaten
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran
50 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran Dinamika pembangunan masyarakat Desa Negara Saka Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan kumpulan pohon pohon atau tumbuhan berkayu yang menempati suatu wilayah yang luas dan mampu menciptakan iklim yang berbeda dengan luarnya sehingga
Lebih terperinciBAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG
BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Geografis a. Letak Desa Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Memiliki luas 71,61 km 2 dan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo
BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Kedung Bondo merupakan salah satu desa yang terletak di daerah paling
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 23 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan
25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
165 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 1. Kesejahteraan masyarakat di tiga kabupaten pemekaran : a. Berdasarkan Klassen Typology yang dimodifikasi, Kabupaten Rokan Hilir adalah kabupaten pemekaran
Lebih terperinciBab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik
Lebih terperinciIRIGASI AIR TANAH DALAM / IRIGASI TEKANAN/POMPA
IRIGASI AIR TANAH DALAM / IRIGASI TEKANAN/POMPA IRIGASI AIR TANAH DALAM LATAR BELAKANG Kekeringan yang menyebabkan terjadinya kegagalan usaha pertanian, perkebunan, dan peternakan adalah penyebabnya. Menyadari
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Kebutuhan yang paling banyak memerlukan air yaitu lahan pertanian.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Air adalah sumberdaya yang sangat diperlukan bagi seluruh makhluk hidup. Manusia memanfaatkan sumberdaya air untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan seperti
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.
ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk
Lebih terperinciPROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI KECIL KUKUK SUMPUNG, KECAMATAN RUMPIN, BOGOR MELALUI PEMBUATAN SUMUR BOR SEBAGAI SUMBER AIR PERTANIAN PKM ARTIKEL ILMIAH Oleh : Harry Anggoman
Lebih terperinciTentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.
PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pariwisata berbasis pertanian atau sektor agrowisata di Indonesia dapat dikatakan pengembangan suatu sektor yang menjanjikan. Dewasa ini banyak sekali
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 143, 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi komoditas pertanian pangan di kawasan budiddaya di Kecamatan Pasirjambu, analisis evaluasi RTRW Kabupaten Bandung terhadap sebaran jenis pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor
Lebih terperinci3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari
BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kriteria desain arsitektur yang sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan Setelah mengkaji desa labang secara keseluruhan dan melihat teori -teori pengembangan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisata Gunung Api Purba yang menjadi obyek wisata utama, wisata embung, kebun buah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Nglanggeran merupakan desa wisata yang terletak di Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. Pada saat ini Nglanggeran memiliki empat destinasi wisata yaitu wisata
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Sumedang maka sebagai bab akhir penulisan skripsi ini,
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan Hasil penelitian mengenai Pengembangan budidaya Kambing Peranakan Etawa (PE) di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang maka sebagai bab
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Demikian besar manfaat air bagi kehidupan
Lebih terperinciV KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU
V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU 70 5.1 Kebergantungan Masyarakat terhadap Danau Rawa Pening Danau Rawa Pening memiliki peran penting dalam menciptakan keseimbangan
Lebih terperinciPARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D
PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh : GRETIANO WASIAN L2D 004 314 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis temuan penelitian rencana strategi BPBD Kota Bandar
93 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis temuan penelitian rencana strategi BPBD Kota Bandar Lampung dalam menanggulangi wilayah kekeringan Kecamatan Sukabumi ini, maka dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di alam ini. Selain itu, air juga merupakan barang milik umum, sehingga air dapat mengalami
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Koordinasi Antara Kelompok Tani dan BPD dalam Penyediaan Pupuk Distribusi pupuk didesa Fajar Baru ini masih kurang, dan sulit untuk didapat. Untuk mendapatkan pupuk petani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
Lebih terperinciMUKHA<BARAH DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN
50 BAB III PRAKTEK ZAKAT HASIL PERTANIAN DENGAN AKAD MUKHA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bagian ini akan memaparkan perkembangan KPT Jatinangor yang meliputi kebijaksanaan pembangunan KPT Jatinangor, sejarah perkembangan kampus, dan perkembangan kampus dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian yang sempat menjadi isu utama pembangunan bangsa di Era Orde Baru kini menjadi sedikit terpinggirkan sebagai dampak perkembangan teknologi industri. Lahan-lahan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejalan dengan hujan yang tidak merata sepanjang tahun menyebabkan persediaan air yang berlebihan dimusim penghujan dan kekurangan dimusim kemarau. Hal ini menimbulkan
Lebih terperinciBAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI
63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi
Lebih terperinciRESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat
Resona Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol. 1, No. 1 (2017) 20-25 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat http://journal.stiem.ac.id/index.php/resona/index
Lebih terperinciKID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa
KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa Masyarakat Desa Jenggik Utara sudah lama mendambakan bendung/embung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air baik untuk keperluan pertanian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a.
Lebih terperinciAgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII
Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah
Lebih terperinciDisajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)
Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai
Lebih terperinciTabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman
IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan
Lebih terperinciSeorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan
Rappler.com Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Ari Susanto Published 12:00 PM, August 23, 2015 Updated 4:48 AM, Aug 24, 2015 Selama 20 tahun, Sadiman mengeluarkan uangnya sendiri
Lebih terperinci2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi
Lebih terperinciBAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN
27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi
Lebih terperinciKONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh
KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON oleh DIANE ELIZABETH DE YONG 3208201830 Latar Belakang PENDAHULUAN Bangsa Portugis membangun benteng tahun 1588 dan diberi
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari. Manusia, binatang, dan tumbuhan memerlukan air untuk kehidupannya. Air baku adalah air yang sudah melalui
Lebih terperinciWALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI III.1 LETAK DAN KONDISI WADUK CIRATA Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk DAS Citarum. Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup. Melalui berbagai perubahan dan pembaharuan yang diharapkan dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Timur. Sebagian besar masyarakat Ponorogo menggantungkan mata pencaharian pada sektor
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DESA
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memuculkan sumber mata air untuk kehidupan bagi setiap makhluk. Sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), terutama dalam bidang pertanian. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki dua musim, yakni musim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN
5 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Geografis Dan Demografis Desa Lemang Desa lemang merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti, Desa
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Ciamis, secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 0 20 sampai dengan 108 0
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciKementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP-RI) melalui. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). Kabupaten Bengkulu Utara mulai
115 Pembantuan serta manfaat yang dirasakan masyarakat dalam implementasi Tugas Pembantuan ini dilakukan analisis hasil wawancara, dengan melalui beberapa tahapan yaitu reduksi data hasil wawancara, penyajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan air untuk pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, untuk tercapainya hasil panen yang di inginkan, yang merupakan salah satu program pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki
Lebih terperinci