BAB V POLA KOMUNIKASI DALAM JAMAAH PRODUKSI SPPQT. 5.1 Jamaah Produksi dan Wacana Pertanian Modern
|
|
- Ari Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V POLA KOMUNIKASI DALAM JAMAAH PRODUKSI SPPQT 5.1 Jamaah Produksi dan Wacana Pertanian Modern Bachrudin paham betul bagaimana saat ini dunia menjadi semacam sebuah desa di mana era tekhnologi informasi yang begitu mudah diakses menjadikan masyarakat saat ini semakin melek terhadap media. Atas dasar hal ini lah kemudian Bachrudin beserta sejumlah kader mencoba untuk menggagas bagaiaman membangun jamaah produksi dengan memperkenalkan komunikasi modern kepada para petani tradisional. Dalam beberapakali kesempatan, Bahrudin di depan para petani di wilayah Desa Kalibening Salatiga, mengupayakan untuk para petani di wilayah tersebut sadar akan pentingnya komunikasi dan menggunakan media komunikasi untuk berserikat dan berkumpul. Maka kemudian dimulailah membuat semacam pertemuan-pertemuan yang melibatkan para penyuluh pertanian dengan para petani itu sendiri. Bachrudin mulai memperkenalkan konsep focus group discussion (FGD) yang merupakan salah satu dasar untuk memulai menyamakan persepsi antara petani dengan kader SPPQT. Dalam konteks komunikasi, FGD merupakan sebuah metode yang bisa dikategorikan sebagai penerapan komunikasi kelompok.fgd, bagi Bahchrudin, dianggap sebagai media yang efektif untuk mengetahui bagaimana para petani menjalani kehidupan berbasis pertanian selama ini. Di dalam FGD juga nantinya akan bisa terlihat bagaimana antusiasme para petani
2 dalam menyambut satu wacana baru yang diperkenalkan yaitu konsep-konsep pertanian modern. Pada awal 2006, Bachrudin mencoba memulai pergerakan jamaah produksi di Kota Salatiga. Beberapa desa diantaranya, Kalibening, Bugel, Tingkir Tengah dan Tingkir Lor. Melalui gerakan ini, Bachrudin kemudian mengumpulkan para kader pertanian dari setiap desa tersebut untuk terlebih dahulu mengikuti FGD terbatas. Adapun masing-masing desa terdiri dari empat orang kader yang dikumpulkan di Kantor SPPQT Kalibening. Dari pertemuan tersebut kemudian muncul wacana Jamaah Produksi. Menurut Bachrudin, Kata Jamaah diambil sebagai implementasi sebuah perkumpulan berserikat dengan satu tujuan. Sementara produksi merupakan sebuah konsep yang dimaknai sebagai pemrakasa, pembuat, pengolah dan sebagainya. Sejumlah kegiatan kemudian mulai dirancang oleh jamaah produksi untuk melakukan pendekatan kepada para petani binaan di empat desa tersebut. Secara efektif, jamaah produksi baru bisa bergerak mulai Agustus 2015 lalu ditandai dengan adanya pelantikan para kder jamaah produksi yang bertempat di Gedung DPRD Salatiga. Hal inilah kemudian yang menjadi awal gerakan jamaah produksi SPPQT untuk melakukan pembinaan kepada para petani dengan kosnep-konsep komunikatif berbasis pergerakan. Dalam konteks inilah kemudian muncul sebuah kesadaran komunikatif yang terbangun diantara para anggota SPPQ.Tidak bisa dipungkiri, bahwa
3 hadirnya SPPQT menjadikan nuansa gerakan masyarakat petani kian menemukan arah tujuan. Dalam konteks wacana pertanian modern, SPPQT sadar berul bahwa komunikasi dan peggunaan media komunkiasi itu sendiri sangatlah penting.sejak berdirinya serikat hingga saat ini, telah banyak media komunikasi yang digunakan oleh serikat untuk mentransformasikan ide-ide gerakan petani kepada kelompok basis. Media komunikasi ini dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu media cetak, elektronik dan alternatif. Media cetak yang saat ini digunakan adalah buletin Caping yang dikelola oleh pemuda tani Lumbung Sumber Daya Pemuda (LSDP). Media elektronik yang digunakan adalah situs serikat situs buletin Caping dan Facebook. Penggunaan media alternatif menjadi penting untuk serikat karena dinilai lebih efektif dalam menjangkau basis seperti media interpersonal dan pertemuan kelompok. Kedua mediaini lebih dekat dengan petani, karena keduanya sudah ada dan berkembang di masyarakat petani seperti keberadaan forum musyawarah, pengajian dan rembug. Penggunaan media ini lebih dapat diterima ketimbang media cetak apalagi media internet dengan alasan akses petani yang rendah dan terbentur oleh sarana prasarana yang tidak mendukung. Sedangkan penggunaan media demonstrasi, seminar dan diskusi umum digunakan oleh serikat tidak hanya untuk kalangan internal tetapi juga untuk kalangan publik di di luar organisasi tani. Sasaran utama adalah penyadaran kepada publik terhadap isu-isu pertanian dan pedesaan yang tengah berkembang saat ini.
4 5.2. Pola Komunikasi Kader Dan Anggota Jamah Produksi SPPQT Memahami pola komunikasi yang terjalin dalam serikat paguyuban Qaryah Thayibah, tentu saja memerlukan sebuah pengamatan yang mendalam dengan mengedepankan metode wawancara kualitatif. Beberapa hal yang dilakukan penulis adalah dengan mengikuti sejumlah kegiatan yang melibatkan peran para anggota Qaryah Thayibah seperti misalnya focus group discuss (FGD) dan sebagainya. Gambar 5.21 Pola komunikasi Kader dan kader lainnya K 1 K K K K K1 = Kader yang dituakan penyimpul keputusan K = kader kader lainnya bebas mengemukakan pendapat Dari gambar diatas para kader berinterakasi satu sama lain tanpa batasan memberikan pendapat untuk mewujudkan program program yang akan dilakukan oleh jamaah produksi. Keputusan diambil setelah semua sepakat dengan apa yang telah dirapatkan oleh para kader dan akhir keputusan diputuskan oleh Bachrudin ( kader yang dituakan ).
5 1.2.2 Gambar Pola = Petani / anggota Jamaah Produksi Para petani binaan saling memberikan pendepat satu sama lain. Dalam komunikasinya tidak ada yang memimpin atau salah seorang yang mempunyai kuasa dalam mengambil keputusan. Keputusan diambil bersama bersama.
6 5.23 Gambar Pola komunikasi Kader dan Kolompok tani binaan / Jamaaah produksi Pola Komunikasi Kader jamaah produksi SPPQT Kelompok petani binaan 1. Peyadaran kritis 2. Keterbukaan informasi Petani Mandiri Dari gambar di atas menunjukkan bahwa kader jamaah produksi memiliki peran dalam penyadaran kritis serta memberikan peluang akses informasi yang seluas-luasnya bagi para kelompok petani binaan. Dalam prosesnya kemudian muncul strategi dan pola komunikasi yang menurut temuan di dalam penelitian ini merujuk kepada pola komunikasi berbasis komunitas atau informal. Setelah berproses secara internal melalui sejumlah strategi yang diterapkan oleh kelompok jamaah produksi, diharapkan para petani mampu tampil sebagai petani yang terbuka dan mandiri. Dalam konsep yang diusung oleh jamaah produksi, petani diarahkan untuk menjadi petani mandiri yang dapat mendukung munculnya desa berdikari.
7 Selama ini sudah banyak diketahui, bahkan diyakini, bahwa kelompok - kelompok masyarakat dapat menjadi wahana belajar dan kemajuan yang bergerak secara mandiri. Ini terbukti dengan telah begitu banyaknya kelompok - kelompok yang muncul ataupun dibentuk di masyarakat, termasuk kelompok tani. Namun menurut pengamatan, kelihatannya kelompok-kelompok itu sebagian dibentuk dari atas dan hanya dimanfaatkan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan - pesan pembangunan pemerintah. Hal itu tidak salah, tetapi sebenarnya kelompok mempunyai potensi yang jauh lebih besar dari hanya sebagai media komunikasi. Mereka dapat menjadi sistem sosial yang dinanamis, yang dengan kekuatannya sendiri dapat berusaha mencapai apa yang mereka inginkan yaitu kemajuan dan perkembangan dan kemajuan diri dan kehidupan mereka. Kondisi semacam ini tidak dengan sendirinya akan muncul, tetapi dalam banyak hal harus dengan sengaja ditumbuhkan agar kelompok tani dapat tumbuh menjadi kelompok yang dinamis, yang dengan kekuatan dan kemampuannya sendiri meraih kemajuan-kemajuan yang diinginkan. Dengan lain kata mereka perlu secara sistematis ditumbuhkan dan dibina kearah kemandirian, agar dengan kekuatan dan memampuannya sendiri dapat berupaya bekerjasama mencapai segala apa yang dibutuhkan dan diinginkan, termasuk mencari informasi-informasi dan merencanakan kerjasama dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program pembangunan.
8 Selama ini kelihatannya pembentukan dan pembinaan kelompok tani belum secara sengaja dan sistematis diarahkan ketujuan semacam itu. Banyak kelompok tani yang umurnya telah panjang tidak menunjukkan kemandirian, tetapi justru menunjukkan ketergantungannya yang sangat kuat pada kekuatan - kekuatan dari luar. Ketergantungan ini termasuk ketergantungan kepada para Penyuluh Pertanian, tidak hanya dalam hal mendapatkan informasi, tetapi juga dalam membuat keputusan-keputusan. Padahal mereka memiliki potensi dan perlu untuk mandiri dan menjadi kelompok yang dinamis. Akhir-akhir ini program Sekolah Lapangan yang telah diterapkan, merupakan contoh pembentukan dan pembinaan kelompok mandiri. Hendaknya program semacam itu tidak hanya syarat dengan pembinaan teknik pertanian, tetapi ditambah dengan kadar pembinaan keorganisasiannya ( dinamika kelompok ), agar dalam waktu yang relatif singkat dapat menjadi kelompok yang mandiri dan dinamis. Bila kondisi ini tercapai, maka yang perlu dilakukan dalam penyuluhan adalah pelayanan informasi ekstensif dan intensif. Pembinaan kelompok tani semacam itu perlu dirancang dan direncanakan programnya secara khusus, dan tidak hanya sebagai pelengkap dan pendukung dari sesuatu program pertanian tertentu. Lebih - lebih di wilayah yang petaninya telah maju, pembinaan kelompok tani semacam itu benar-benar telah merupakan kebutuhan. Hal inilah yang kemudian terjadi pada Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayibah. Pembinaan kelompok tani melalui konsep jamaah produksi dijalankan
9 dengan mekanisme pertanian modern dengan mengedepankan pola komunikasi interaktif antara para petani dengan kader jamaah produksi yang berperan sebagai para penyuluh pertanian. Dalam keterangan melalui wawancara dengan Bahrudin, konsep komunikasi antar anggota Jamaah Produksi mengedepankan komunikasi berbasis komunitas dengan pola komunikasi informal. Komunikasi informal, seperti dijelaskan pada bab seelumnya, merupakan sebuah pola komunikasi organisasi yang menganggap seluruh peserta komunikasi berada pada kelas yang sama (sejajar). Adapun setiap keputusan mengenai gerakan petani binaan, kader jamaah produksi memposisikan diri sebagai fasilitator sedangkan segala keputusan yang berkaitan dengan para petani, diambil melalui jalan permusyawaratan dan tidak ada konsep keterwakilan serta intervensi dari pihak luar. Dalam berbagai kasus pembicaraan mengenai keputusan gerakan terjadi ketidaksepahaman antar anggota petani, hal ini tidak serta merta menghilangkan adanya prisnsip permusyawaratan sehingga mengambil keputusan dengan cara suara terbanyak. Diskusi yang komunikatif dan terbuka, terbukti mampu memberikan penekanan terhadap pentingnya permusyawaratan kelompok di dalam pengambilan keputusan. Hal ini diperkuat dengan adanya sejumlah kegiatan berupa diskusi antara anggota serikat petani di markas SPPQT, Kalibening. Dalam
10 pertemuan yang dilakukan tersebut, para petani sebagai anggota bebas mengemukakan pendapat dan berhak mendengarkan penyuluhan dari para kader Jamaah Produksi. Diskusi antara kader jamaah prroduksi dengan para petani SPPQT/doc SPPQT Seperti yang terlihat pada gambar di atas, diskusi mengenai sejumlah isu pertanian menjadi pembelajaran bagi para petani untuk memperkaya ilmu mereka terkait dengan pertanian modern. Komunikasi menjadi kunci utama bagi masuknya kajian-kajian pertanian modern seperti misalnya kemandirian petani berbasis internet.dengan ini, para petani bisa mengembangkan kemampuan diri mereka dalam dunia pertanian. Di dalam kegiatannya kelompok tani ini menerapkan pola komunikasi formal dan non formal. Menurut Feldman dan Arnold (1993) jaringan komunikasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jaringan komunikasi formal ( menyerupai struktur organisasi ) dan jaringan komunikasi informal yang disebut juga sebagai grapevine atau benalu komunikasi. Sedangkan Sajogyo (1996) mengistilahkan
11 jaringan komunikasi informal sebagai jaringan komunikasi tradisional. Jaringan komunikasi tradisional merupakan saluran komunikasi yang paling penting untuk mobilisasi desa. Komunikasi memegang peranan yang sangat penting mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua bagian dan aktivitas di dalam organisasi. Aliran komunikasi dalam organisasi merupakan pedoman kemana seseorang dapat berkomunikasi dalam organisasi. Komunikasi yang efektif tergantung pada kualitas dari proses komunikasi yang baik pada tingkat individu maupun pada tingkat organisasi. Memperbaiki komunikasi dalam organisasi berkaitan dengan melakukan proses yang akurat mulai dari proses penyandian, penyampaian pesan, penguraian dan umpan balik pada tingkat komunikasi antar pribadi, dan pada tingkat organisasi menciptakan dan memonitor saluran komunikasi yang tepat.
Lampiran wawancara dengan Bahrudin ( Pendiri Yayasan SPPQT)
Lampiran wawancara dengan Bahrudin ( Pendiri Yayasan SPPQT) 1. Apa dan Sejak kapan SPPQT dibentuk? -SPPQT adalah organisasi massa petani. Lahir di Salatiga 10 Agustus 1999. Waktu itu anggotanya adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian yang sempat menjadi isu utama pembangunan bangsa di Era Orde Baru kini menjadi sedikit terpinggirkan sebagai dampak perkembangan teknologi industri. Lahan-lahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah pengembangan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai Minggu pertama bulan Januari 2015 dan direncanakan berakhir pada akhir bulan Februari 2015. Tempat yang peneliti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu
Lebih terperinci6 RANCANGAN PROGRAM PENATAAN PKL
69 6 RANCANGAN PROGRAM PENATAAN PKL Rancangan Program Berdasarkan alternatif strategi yang didapat dari proses analisis AHP, maka diperlukan penjabaran dari strategi berupa program yang dapat menjadi bagian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Strategi Kajian Batas-batas kajian atau penelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005) terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni
Lebih terperinciBadan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN 604 BNSP 2012
Nomor : 326/BNSP/VI/ 2012 Tanggal : 11 Juni 2012 BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PEDOMAN 604 BNSP 2012 =================================== PEDOMAN ADVOKASI / BIMBINGAN TEKNIS LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga
Lebih terperincinegeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Simpulan Dari pembahasan bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan berikut 1. Karakeristik manajemen kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelibening Salatiga.
Lebih terperinciPENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian
PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan,
Lebih terperinciPROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE
PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH. Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang
BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang mereka miliki merupakan salah satu cara untuk merubah pola pikir mereka. Upaya-upaya
Lebih terperinciMENGENAL KPMM SUMATERA BARAT
MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan secara lisan yang disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut bahasa tulis.
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciBAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET
BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET A. Kegunaan Teoritis Selama melakukan pendampingan di lapangan, banyak sekali pengalaman dan tantangan yang di dapat selama pendampingan agrowisata. Selama kegiatan
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan suatu sistem yang mengatur pemerintahan berlandaskan pada semboyan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan sistem demokrasi
Lebih terperinciSTRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE
77 STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE Alat yang digunakan untuk menganalisis permasalahan adalah analisis Pemberdayaan Longwe dengan menggunakan kelima
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025
BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Di era otonomi daerah, salah satu prasyarat penting yang harus dimiliki dan disiapkan setiap daerah adalah perencanaan pembangunan. Per definisi, perencanaan sesungguhnya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya sekarang ini. Melalui komunikasi sejumlah individu mengadakan interaksi antara satu dengan
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Jaringan Media Komunitas
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU
BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 57 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciBAB I. komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass. communication (media komunikasi massa).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terdapat banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli. Komunikasi massa adalah komunikasi yang terdiri dari media cetak dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB V MEMBONGKAR YANG MEMBELENGGU. A. Pembentukan Kelembagaan Perempuan Buruh Tani
94 BAB V MEMBONGKAR YANG MEMBELENGGU A. Pembentukan Kelembagaan Perempuan Buruh Tani Gagasan demi gagasan dihimpun sesuai dengan kesepakatan yang diambil melalui Focus Group Discussion yang dilakukan berulang-ulang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah merupakan sebuah konsep teoritik yang membahas mengenai beberapa metode yang digunakan dalam penelitian. Beberapa hal yang berhubungan dengan metodologi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang memadai dan efektif pada setiap tahapan manajemen public relations
105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kegiatan CSR yang baik dan sukses dilapangan dimulai dari manajemen CSR yang baik dapat tercermin melalui manajemen relasi yang memadai dan efektif pada setiap
Lebih terperinciKURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015
KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta
Lebih terperinciPERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR
PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2017 2023 DESA KALIJAGA TIMUR KECAMATAN AIKMEL KAB. LOMBOK TIMUR KEPALA DESA KALIJAGA TIMUR KABUPATEN
Lebih terperinciBAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga
BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA 5. 1. Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga Kebebasan Pers secara subtansif tidak saja dijadikan indikator
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciprinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar Berpusat pada siswa Belajar dengan melakukan Mengembangkan kemampuan sosial Mengembangkan keingintahuan,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di bab sebelumnya tentang hasil temuan serta analisa penelitian tentang pelaksanaan program pelatihan TIK di Broadband Learning Center (BLC) pada
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 157, 2017 KEMENDAGRI. Pelayanan Informasi dan Dokumentasi. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. a. Forum Informal; b. Studi Banding; c. Focus Group Discussion (FGD); d.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dalam perencanaan strategis Solo Science Center sebagai pusat peraga iptek Kota Surakarta dilakukan dengan 9 tahapan oleh Bappeda Kota Surakarta, yaitu : a. Forum Informal;
Lebih terperinciPOLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO)
POLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO) IKATAN HIMPUNAN MAHASISWA BIOLOGI INDONESIA (IKAHIMBI) PERIODE 2011-2013 POLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO) BADAN PENGURUS PUSAT IKATAN HIMPUNAN MAHASISWA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan
Lebih terperinciTENTANG BUPATI MUSI RAWAS,
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR :115 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR :115 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembangunan Masyarakat Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang disengaja dan direncanakan. Lebih lengkap lagi, pembangunan diartikan sebagai perubahan
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN MAGANG. A. Deskripsi Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Media (KKM) selama 2 bulan dalam menjalankan Kuliah Kerja Media, yaitu:
BAB IV PELAKSANAAN MAGANG A. Deskripsi Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Media (KKM) Pada saat pelaksanaan Kuliah Kerja Media di Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Surakarta, ada beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial dan wahana komunikasi dalam melakukan kegiatan jurnalistik dengan mencari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pers pada dasarnya adalah lembaga sosial (social institution) atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di negara dimana ia beropreasi,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini akan diungkap simpulan hasil penelitian yang terdiri dari
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan diungkap simpulan hasil penelitian yang terdiri dari kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. Simpulan umum terkait dengan pengembangan model pembelajaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Humas dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Sekolah di Madrasah Aliayah Mu allimin Mu allimat Rembang 1. Pelaksanaan manajemen humas di Madrasah
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan
56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan
Lebih terperinciMETODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu
METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
95 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis dan deskripsi data hasil penelitian pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Peta potensi Learning Organization di BPSDM Hukum dan HAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih
Lebih terperinciOleh, FANDY NUGROHO
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM JAMAAH PRODUKSI OLEH SERIKAT PAGUYUBAN PETANI QARYAH THAYYIBAH COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH JAMAAH PRODUKSI PROGRAM BY SERIKAT PAGUYUBAN PETANI QARYAH THAYYIBAH
Lebih terperinciKEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017
KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDesa) DESA RARANG SELATAN TAHUN
Lebih terperinciTENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO
TENTANG TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian model pemberdayaan peternak rakyat dalam usaha penggemukan sapi potong ini dilaksanakan pada 13 Desember 2015 hingga 30 Januari 2016 dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (survey). Pendekatan kualitatif menekankan pada proses-proses
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : bahwa
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memiliki peranan penting terhadap kemajuan di bidang pendidikan. IPTEK termasuk pada salah satu landasan pendidikan. Ini disebabkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa pembangunan yang dilaksanakan dengan pendekatan top-down dan sentralistis, belum berhasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial
Lebih terperinciMEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2
MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2 Tulisan ini bermaksud memahami pentingnya institusi masyarakat pedesaan terutama kelompok dan organisasi masyarakat sebagai
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER
BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER Saat ini penggunaan ICT untuk kegiatan belajar dan mengajar menjadi salah satu ciri perkembangan masyarakat modern. ICT dapat dimaknakan sebagai
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. masih pada tahap pengembangan format yang utuh menuju suatu collaborative
BAB VII PENUTUP VII.A. Kesimpulan Praktek collaborative govenrance yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar, PT Unilever Indonesia, Media Fajar, Yayasan Peduli Negeri dan juga Forum Kampung Bersih
Lebih terperinci2015, No Nomor 87 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5238); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2013 tentang Susu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1325, 2015 KEMENPORA. Fasilitasi. Kewirausahaan Pemuda. Pemberian. Pencabutan PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0944 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang
Penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagikeberhasilan individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Penguasaan Bahasa Jepang dapat diperoleh
Lebih terperinciKEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciANALISIS MODEL DAN MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Kamaruddin Hasan 2
ANALISIS MODEL DAN MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1 Kamaruddin Hasan 2 Poin-poin penting yang disampaikan dalam panel forum dengan Optimalisasi Komunikasi Pembangunan Partisipatif menuju Aceh yang lebih
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENSTRA KECAMATAN KARANG TENGAH KOTA TANGERANG PERIODE 2014-2018 Penyusunan Rencana Strategis Kecamatan Karang Tengah Tahun 2014-2018 dimaksudkan untuk menjadi pedoman dan acuan kecamatan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola
BAB I PENDAHULUAN To effectively communicate, we must realize that we are all different in the way we perceive the world and use this understanding as a guide to our communication with others. (Anthony
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF
1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk
Lebih terperinciBAB VI MENGEMBANGKAN ASET MENUMBUHKAN PERUBAHAN. A. Aksi Pendampingan Masyarakat Petani Tambak
BAB VI MENGEMBANGKAN ASET MENUMBUHKAN PERUBAHAN A. Aksi Pendampingan Masyarakat Petani Tambak Menemukan kembali kekuatan yang ada dalam masyarakat yang selama ini tersimpan dan tidak disadari, yakni membagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari interaksi sosial. Interaksi dapat berlangsung baik antara individu dengan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
30 METODOLOGI PENELITIAN Metode Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pilihan strategi studi kasus. Menurut Moleong (2005), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai pengelolaan kampanye antinarkoba di lingkungan pelajar dan mahasiswa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bersosial manusia tidak terlepas dari komunikasi. Sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa asing mengatakan, Manusia adalah zoon politicon yang artinya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
262 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Penerapan metode inkuiri sosial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS terhadap isu kesenjangan sosial-ekonomi di kelas VII
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA SERTA PELAKSANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB V REKOMENDASI. Proses transformasi nilai sedang digaungkan di seluruh elemen Pertamina. Untuk
BAB V REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Proses transformasi nilai sedang digaungkan di seluruh elemen Pertamina. Untuk dapat diterima dan diterapkan oleh seluruh karyawan Pertamina di setiap cabang maka diperlukan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan penelitian Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikategorikan untuk pelayanan pelanggan loyal yang sangat mengesankan para
Lebih terperinci