II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

Transkripsi

1 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah pengembangan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan (Adi, 2000). Pemberdayaan bisa diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari yang tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi (Diana, 1997). Adi (2000) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya. Kartasasmita (1996) menegaskan bahwa memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat, dalam arti yang luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, serta pengorganisasian masyarakat. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pemberdayaan adalah sebuah gerakan penguatan sosial agar masyarakat yang tadinya lemah, baik dalam bidang sosial, ekonomi serta politik, diberdayakan 6

2 7 sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat tersebut dan meningkatkan potensi yang mereka miliki guna membangun serta menentukan tindakan berdasarkan keinginan mereka secara mandiri melalui strategi dan pendekatan tertentu yang dapat menjamin keberhasilan dalam bentuk kemandirian. Fahrudin (nd) mengemukakan bahwa ada delapan prinsip yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat. Delapan prinsip yang digunakan adalah: 1. Dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. 2. Pemberian tanggung jawab kepada kelompok tersebut. 3. Kepemimpinan kelompok dilakukan oleh anggota kelompok. 4. Pendidik berperan sebagai fasilitator. 5. Proses pembelajaran dilakukan secara demokratis. 6. Kesatuan pemahaman antara kelompok dan pendidik tentang upaya mencapai tujuan. 7. Peningkatan status sosial ekonomi dan kemampuan politik mereka dalam masyarakat. 8. Dampak bagi kemajuan diri dan masyarakat yang mencakup pembelajaran orang lain, dan partisipasinya dalam pembangunan masyarakatnya Jamaah Produksi Konsep jamaah produksi diadopsi dari kata jama ah dalam bahasa arab yang berarti kelompok orang yang beribadah. Jama ah kemudian menjadi kata serapan dalam bahasa Indonesia yang juga diartikan sebagai sekumpulan orang yang beribadah. Bahrudin menggunakan istilah jamaah untuk menunjukkan bahwa jamaah produksi yang diartikan sebagai sekelompok orang produktif melakukan kegiatan yang pada dasarnya merupakan sebuah ibadah. Jamaah produksi (JP) adalah kelompok usaha bersama produksi yang bersifat kolektif yang berbasis masyarakat pedesaan. Jamaah produksi ini beranggotakan minimal 20 orang dan maksimal 30 orang. Angka 20 dimaksudkan untuk mempermudah kalau jamaah produksi ini nanti mau di-badan hukumkan koperasi sebagaimana diatur dalam UU no 17 tahun 2012 tentang Koperasi. Sementara Angka 30 dimaksudkan untuk mempermudah (mengefektifkan) ketika seluruh anggota jamaah produksi ini nanti mengadakan pertemuan permusyawaratan. Termasuk salah satu persyaratan 7

3 8 adalah, jamaah produksi ini nanti harus mengagendakan pertemuan rutin bulanan atau mingguan yang diharapkan sekaligus menjadi media pendidikan kritis. Kritis pada ketidakadilan (baik ketidakadilan sosial termasuk relasi gender maupun ketidakadilan lingkungan), juga kritis pada kesewenang-wenangan kekuasaan, penyimpangan kekuasaan. Jamaah produksi juga harus berpihak pada rakyat miskin (Pro poor). Minimal 60 % dari total anggotanya harus dari kalangan petani penggarap atau buruh atau nelayan miskin. Maksimal 40 % sebaiknya diikuti oleh para pegiat yang peduli pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh petani penggarap atau buruh atau nelayan miskin. Potensi yang dimiliki oleh para pegiat sosial terutama terkait dengan manajemen produksi seharusnya disumbangsihkan pada gerakan pemberkuasaan ini. Mengingat keadilan relasi laki-laki dan perempuan di Republik Indonesia ini masih menyisakan banyak persoalan maka prinsip-prinsip keberpihakan pada perempuan masih dirasakan sangat penting dalam gerakan penguatan ekonomi rakyat ini. Untuk itu minimal 50% dari total anggota jamaah produksi harus perempuan. Lebih-lebih kelompok ini bergerak di bidang ekonomi yang menuntut ketelitian dan kecermatan yang kenyataannya lebih banyak ada di kalangan perempuan, kebijakan anggota jamaah produksi yang 50% perempuan ini justru akan mendukung kebijakan affirmative action dari negara ini karena nantinya akan tersedia banyak stok pegiat perempuan. Adapun jamaah produksi adalah kelompok usaha produksi, yang dapat berbadan hukum koperasi yang berbasis di RT (RukunTetangga), yang harus melibatkan semua keluarga miskin, dan yang mewakili keluarga, diprioritaskan pemuda dan perempuan di RT setempat (satu RT satu jamaah produksi) (komunikasi pribadi, 2015a) Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thyyibah merupakan organisasi massa rakyat yang non partisan, independen, terbuka dan non profit yang berbasis komunitas masyarakat pedesaan. Didirikan dan dikendalikan oleh petani dan 1 Maksum, Komunikasi Pribadi, jamaah produksi, 27 Agustus

4 9 dijadikan sebagai wahana perjuangan rakyat petani yang mempunyai maksud dan tujuan untuk memperkuat kemandirian sesama rakyat marjinal dan membongkar segala pembatas yang diakibatkan dari keserakahan manusia demi terwujudnya situasi yang berkeadilan dan berkeadaban. Didirikan pada 10 Agustus 1999, SPPQT ini merupakan buah dari gagasan Bapak Bahrudin. Bapak Bahrudin menggagas SPPQT dengan harapan untuk meningkatkan perekonomian petani dengan lebih memberdayakan sumber daya petani yang ada. Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) mempunyai program untuk berfokus pada pemberdayaan masyarakat petani yang kemudian diberi nama jamaah produksi. Lembaga ini secara khusus menggalang gerakan pemberdayaan masyarakat desa. Hal ini tercermin dari visinya yaitu: Mewujudkan masyarakat tani yang tangguh, yang mampu mengelola dan mengontrol segala sumberdaya yang tersedia beserta seluruh potensinya, sesuai dengan prinsipprinsip keadilan, kelestarian lingkungan dan kelestarian laki-laki dan perempuan. Kaitannya terhadap pemberdayaan dalam keyakinan Qaryah Thayyibah, desa yang berdaya adalah gambaran desa ideal. Desa yang berdaya memiliki indikator sebagai berikut: 1. Terpenuhi hak hak politik warganya. Mereka senantiasa dapat merembuk seluruh persoalan yang dihadapi dan mengambil keputusan secara bersamasama secara terbuka, melibatkan seluruh warga tanpa membeda-bedakan latar belakangnya untuk pemecahannya. 2. Semua warga desa telah bergotong-royong berproduksi bersama mengelola sumberdaya yang tersedia, sehingga tercukupi kebutuhan hidup seluruh warga desa. 3. Terus berkembang gagasan-gagasan kreatif-inovatif tidak sebatas nguri-uri (merawat) warisan budaya benda (tangible cultural heritage) berupa kearifankearifan lokal tetapi juga terus produktif dengan karya-karya aslinya. 4. Ada keadilan yang menyeluruh, tidak ada lagi diskriminasi berdasarkan gender. Serta keadilan lingkungan yang ditandai dengan terjaganya kelestarian bahkan menguatnya daya dukung sumberdaya alam karena upayaupaya konservasi dan penyeimbang pada sumberdaya yang tersedia. 9

5 10 5. Aparat desa menjalankan fungsinya sebagai pemerintahan desa berorientasi melayani warga yang dijalankan dengan prinsip-prinsip: daulat rakyat, integritas, keadilan dan kesejahteraan warga. Guna mewujudkan itu semua, SPPQT melalui program jamaah produksi memberikan pelatihan kepada masyarakat desa anggota kelompok jamaah produksi. Jamaah produksi hingga 2015 sudah tersebar di 17 kota atau kabupaten di Jawa Tengah dengan anggota lebih dari anggota. Di Salatiga sendiri jamaah produksi yang berdiri sudah mencapai 26 kelompok jamah produksi dengan anggota mencapai 500 anggota (komunikasi pribadi, 2015b) Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian yaitu mengenai Pemberdayaan Masyarakat. Erniyati (2010) menyajikan penelitian mengenai Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Di Kelurahan Semper Barat Jakarta Utara. Dalam penelitian ini alat analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kegiatan analisis data meliputi reduksi data hingga display data. Peneliti melihat strategi pemberdayaan masyarakat menggunakan strategi Aras Mezzo dimana pelatihan (komputer) dan dana bergulir. Masyarakat diberikan pelatihan dan bimbingan yang berupa teori dan praktek. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan memberikan pinjaman modal kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya atau memulai usaha baru. Manfaat yang dirasakan dari pemberdayaan masyarakat adalah diperolehnya keahlian baru (bidang komputer) dan dapat mengembangkan keahlian tersebut dengan membuka usaha sendiri. Suhendar (2012) dalam penelitiannya mengenai Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Desa Karyasari Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Pandeglang. Alat analisis yang 2 Rut Mutiasih, Komunikasi Pribadi, Profil Lembaga Swadaya Pemuda Qaryah Thayyibah LSDPQT, 31 Agustus

6 11 dipakai menggunakan model miles dan huberman yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang erlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Peneliti memaparkan, kurang adanya partisipatif masyarakat dalam perencanaan program dikarenakan minimnya sosialisasi dari aparatur desa, serta adanya diskriminasi dan tidak tepatnya sasaran bantuan modal kepada penerima. Dampak lain yang dirasakan melalui PNPM adalah pembangunan infrastruktur jalan sehingga mempermudah masyarakat desa khususnya petani dan Koperasi Usaha Kecil Menengah guna meningkatkan nilai jual. 2.3 Kerangka Pikir Penelitian Dalam penelitian ini dikembangkan suatu kerangka berpikir dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Melalui kerangka pikir ini, maka tujuan dilakukannya penelitian semakin jelas dan terkonsep terlebih dahulu. Penelitian ini terfokus pada kelompok jamaah produksi yang merupakan program dari Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT). Jamaah produksi merupakan suatu bentuk program pemberdayaan masyarakat guna membentuk penguatan ekonomi buruh tani dan petani penggarap melalui pengembangan kelompok usaha bersama yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan buruh tani dan petani penggarap termasuk perempuan melalui pengembangan kelompok usaha bersama. Dalam melakukan proses pemberdayaan akan ditemukan berbagai hal yang mungkin dapat menghambat pemberdayaan yang sedang dilakukan baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Dari uraian diatas maka dibentuklah kerangka berpikir sebagai berikut: 11

7 12 Program Pemberdayaan Masyarakat SPPQT Jamaah Produksi (JP) di empat Kelurahan di Salatiga (Kalibening, Tingkir Lor, Tingkir Tengah dan Bugel) Proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat Dampak program pemberdayaan pada kelompok jamaah produksi Permasalahan pemberdayaan masyarakat Pada kelompok jamaah produksi Delapan prinsip prinsip pemberdayaan menurut Fahrudin (nd) Efektifitas pemberdayaan (tujuan jamaah produksi vs hasil pemberdayaan) Terpenuhi/ tidak Tidak Solusi untuk perbaikan program pemberdayaan jamaah produksi Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian 12