PEMODELAN REGRESI MULTILEVEL ORDINAL PADA DATA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PEMILIHAN MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL TERBAIK (Choice the Best Linear Regression Multilevel Models)

PENDEKATAN ANALISIS MULTILEVEL RESPON BINER DALAM MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMUNISASI LENGKAP ABSTRAK

Pelanggaran Asumsi Normalitas Model Multilevel Pada Galat Level yang Lebih Tinggi. Bertho Tantular 1)

PROSEDUR PENAKSIRAN PARAMETER MODEL MULTILEVEL MENGGUNAKAN TWO STAGE LEAST SQUARE DAN ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE

Pendekatan Model Multilevel pada Analisis Regresi Poisson untuk Data Longitudinal

PENDEKATAN MODEL MULTILEVEL UNTUK DATA REPEATED MEASURES

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

Generalized Ordinal Logistic Regression Model pada Pemodelan Data Nilai Pesantren Mahasiswa Baru FMIPA Universitas Islam Bandung Tahun 2017

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL MULTILEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA FMIPA IPB IIN MAENA

PEMODELAN REGRESI TIGA LEVEL PADA DATA PENGAMATAN BERULANG. Indahwati, Yenni Angraeni, Tri Wuri Sastuti

Pemodelan Regresi 2-Level Dengan Metode Iterative Generalized Least Square (IGLS) (Studi Kasus: Tingkat Pendidikan Anak di Kabupaten Semarang)

Penaksiran Parameter Regresi Linier Logistik dengan Metode Maksimum Likelihood Lokal pada Resiko Kanker Payudara di Makassar

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

APLIKASI REGRESI DUA LEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA. Indahwati, Dian Kusumaningrum, Wiwid Widiyani

PENERAPAN HIERARCHICAL LINEAR MODELING UNTUK MENGANALISIS DATA MULTILEVEL

Kelas 2. Kelas 1 Mahasiswa. Mahasiswa. Gambar 1 Struktur data kelompok dalam pengukuran berulang pada data Metode Statistika

Forum Statistika dan Komputasi, Oktober 2010 p : ISSN :

Informasi Fisher pada Algoritme Fisher Scoring untuk Estimasi Parameter Model Regresi Logistik Ordinal Terboboti Geografis (RLOTG)

(R.3) PENERAPAN MODEL MULTILEVEL LOGISTIK UNTUK DATA STATUS SETENGAH PENGANGGUR

BAB 2 LANDASAN TEORI

Rata-rata Nilai. 2 saudara 25%

MODEL REGRESI POISSON YANG DIPERUMUM UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

OLEH: SINDY FEBRI A DOSEN PEMBINGBING: Ir. ARIE KISMANTO, M.Si. Monday, July 18, 2011 Seminar Tugas Akhir Jurusan Statistika ITS 1

(M.9) PEMODELAN MELEK HURUF DAN RATA-RATA LAMA STUDI DENGAN PENDEKATAN MODEL BINER BIVARIAT

Regresi Logistik Nominal dengan Fungsi Hubung CLOGLOG

Sarimah. ABSTRACT

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LOGISTIK ORDINAL TERBOBOTI GEOGRAFIS (RLOTG) DENGAN METODE FISHER SCORING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

MASALAH NILAI AWAL ITERASI NEWTON RAPHSON UNTUK ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LOGISTIK ORDINAL TERBOBOTI GEOGRAFIS (RLOTG)

BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

Peranan dari Pemilihan Level sebagai Referensi pada Variabel Bebas Bertipe Kategori terhadap Derajat Multikolinieritas dalam Model Regresi Linier

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (2), Mei 2015, pp ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN BOOSTSTRAP AGGREGATTING REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

REGRESI LOGISTIK UNTUK PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PULAU KALIMANTAN

PENGARUH MIXED DISTRIBUTION PADA PENDEKATAN QUASI-LIKELIHOOD DALAM MODEL LINEAR 1)

Kata Kunci: Model Regresi Logistik Biner, metode Maximum Likelihood, Demam Berdarah Dengue

ANALISIS PENDUDUK BEKERJA BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DAN JAM KERJA MENGGUNAKAN REGRESI PROBIT BIVARIAT DI PROVINSI ACEH

Model Regresi Zero Inflated Poisson Pada Data Overdispersion

(R.9) PEMBUATAN KEPUTUSAN MIGRASI DENGAN PENDEKATAN REGRESI HIRARKI DI INDONESIA

Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc

PENAKSIRAN PARAMETER MODEL REGRESI POISSON DENGAN METODE EXACT GENERALIZED ESTIMATING EQUATIONS (EGEE) UNTUK MULTIPLE-RANDOM EFFECTS

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat

Regresi Cox pada Survei Kompleks (Studi Kasus: Lama Pemberian ASI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL

MODEL REGRESI PROBIT BIVARIAT

Model Probit Untuk Ordinal Response

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER DENGAN METODE PENALIZED MAXIMUM LIKELIHOOD. Edi Susilo, Anna Islamiyati, Muh. Saleh AF. ABSTRAK

PEMODELAN REGRESI 3-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Lamanya pendidikan Anak di Kabupaten Semarang)

(S.3) METODE MULTILEVEL STRUCTURAL EQUATION MODELING DENGAN WEIGHTED LEAST SQUARE ESTIMATION UNTUK ANALISIS PELAYANAN KESEHATAN IBU

Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Pada Pendugaan Area Kecil

(R.2) KAJIAN PREDIKSI KLASIFIKASI OBYEK PADA VARIABEL RESPON BINER

METODE PREDICTION CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS (PCFA) UNTUK MENENTUKAN KARAKTERISTIK USER DAN NON USER MOTOR X DI JAWA BARAT ABSTRAK

KAJIAN FUNGSI nls( ) DAN fsrr( ) TERHADAP MODEL MICHEALIS-MENTEN PADA REGRESI NONLINIER. Sudarno 1. Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012: Yuli Andriani, Uxti Mezulianti, dan Herlina Hanum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD PADA LAJU TAMAT MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ANDALAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAKSIRAN PARAMETER REGRESI LINIER DENGAN METODE BOOTSTRAP MENGGUNAKAN DATA BERDISTRIBUSI NORMAL DAN UNIFORM

Pemodelan Data Cacahan (Count Data) dalam GLM. Dr. Kusman Sadik, M.Si Sekolah Pascasarjana Departemen Statistika IPB Semester Genap 2017/2018

E-Jurnal Matematika Vol. 3 (3), Agustus 2014, pp ISSN:

KAJIAN TELBS PADA REGRESI LINIER DENGAN KASUS PENCILAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

Kegiatan Anak Usia Tahun di Jawa Timur Menggunakan Regresi Logistik Multinomial: Suatu Peranan Urutan Kelahiran

MODEL REGRESI DATA TAHAN HIDUP TERSENSOR TIPE III BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL. Jln. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang.

MODEL PARTISIPASI PEMILIH MASYARAKAT KABUPATEN DHAMASRAYA PADA PEMILU 2014 DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK BAYESIAN

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR)

(R.6) REGRESI MULTILEVEL ZERO INFLATED POISSON UNTUK PEMODELAN DATA RESPON COUNT (Studi Kasus: Kejadian Kematian Bayi)

PREDICTION-CFA PADA CFA REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat

ESTIMASI EROR STANDAR PARAMETER REGRESI LOGISTIK MENGGUNAKAN METODE BOOTSTRAP

(DS.4) MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES UNTUK ANALISIS DATA KEMISKINAN

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI

Analisis Regresi Multilevel dalam Menentukan Variabel Determinan Nilai Ujian Akhir Nasional Siswa

PEMAKAIAN VARIABEL INDIKATOR DALAM PEMODELAN. Mike Susmikanti *

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel

Model Cox Extended dengan untuk Mengatasi Nonproportional Hazard pada Kejadian Bersama

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK BINER MULTILEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA TAHUN 2008/2009 (Studi Kasus : Fakultas MIPA IPB) ISNA HUSNIYATI

E-Jurnal Matematika Vol. 5 (4), November 2016, pp ISSN:

MAKALAH PENDAMPING BIDANG MATEMATIKA

KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN SIX SIGMA. Victoria Dwi Murti 1, Sudarno 2, Suparti 3

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik

BAB 1 PENDAHULUAN. ii Bagaimana rata-rata atau nilai tengah dibuat oleh Stimulan eksternal.

BAB III MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWLRS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA TIMSS 2007

BAB IV PENUTUP. berkorelasi secara contemporaneous. Korelasi galat contemporaneous terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE DAN REGRESI NONPARAMETRIK KERNEL PADA PERTUMBUHAN BALITA DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL REGRESI ROBUST DENGAN ESTIMASI LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS)

BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL. Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA PADANG TAHUN 2013 DAN 2014 DENGAN PENDEKATAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF

BAB VI Pembahasan Perbandingan metode pendugaan langsung dan tak langsung untuk pendugaan area kecil melalui pendekatan Bayes

PROSIDING ISBN :

Transkripsi:

PEMODELAN REGRESI MULTILEVEL ORDINAL PADA DATA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT Bertho Tantular Departemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran bertho@unpad.ac.id ABSTRAK. Dalam generalized linear models, respon ordinal dianalisis menggunakan proportional oddsmodels. Penggunaan proportional oddsmodels akan menghasilkan sebanyak kategori di kurang satu (C-1) model logit yang mana peluang yang digunakan adalah peluang kumulatif. Penaksiran parameter untuk model proportional odds menggunakan metode maximum likelihood dengan menggunakan algoritma Fisher s scoring pada proses iterasinya. Data mengenai tingkat pendidikan seseorang dipengaruhi oleh faktor individu dan faktor lingkungan, sehingga datanya merupakan data hierarki. Data hierarki dengan respon ordinal tidak dapat dimodelkan dengan model regresi ordinal biasa karena efek dari lingkungan tidak dapat diperoleh. Selain itu juga akan menghasilkan penaksir yang tidak efisien. Pemodelan respon ordinal pada data hierarki disebut dengan multilevel proportional odds models. Dalam model ini, baik level individu maupun lingkungan diakomodasi dalam pembentukan modelnya. Model multilevel proporstional odds tidak dapat ditaksir menggunakan metode maximum likelihood biasa tetapi harus menggunakan pendekatan penalized quasi likelihood. Penaksir ini dapat menghasilkan taksiran bagi level individu maupun level lingkungan. Kata Kunci: multilevel proportional odd models; penalized quasi likelihood; data pendidikan 1. PENDAHULUAN Penelitian mengenai tingkat pendidikan seseorang seringkali terkonsentrasi pada masalah bagaimana menelusuri hubungan antara individu dengan lingkungannya misalnya: sekolah, kecamatan atau kabupaten. Konsep umum suatu individu berkorelasi dengan lingkungannya adalah bahwa suatu individu dipengaruhi lingkungan sosial (sekolah atau kecamatan) tempat mereka berada, dan sifat-sifat dari lingkungan sosial tersebut terbentuk oleh individu-individu yang membuat lingkungan tersebut. Secara umum individu dan lingkungan sosial merupakan suatu sistem hierarki atau dapat dikatakan sebagai suatu struktur tersarang (nested). Penelitian data yang berstruktur hierarki peubah-peubah dapat didefinisikan pada tingkat individu dan pada tingkat lingkungan. (Hox [8]) Beberapa peneliti telah membuat beberapa pendekatan untuk menganalisis data berstruktur hierarki. Ringdal [13] menyebutkan bahwa pada awalnya analisis digunakan tanpa memperhatikan informasi mengenai keanggotaan individu dalam lingkungan meskipun data yang diperoleh berisi informasi tersebut. Hal ini mengakibatkan ketidakpuasan pada hasil analisisnya karena tidak bisa didapatkan simpulan yang lebih khusus untuk masing-masing lingkungan. Selain itu secara teori, mengabaikan informasi ini dapat menimbulkan masalah dalam inferensinya. Jones dan Steenbergen [9] menyebutkan bahwa masalah yang muncul akibat mengabaikan informasi lingkungan adalah munculnya heteroskedastisitas dalam galat. Pendekatan lain untuk menganalisis data berstruktur hierarki adalah dengan cara Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 1 Prosiding

membuat model-model yang terpisah untuk setiap taraf pada tingkat lingkungan. Pendekatan ini menimbulkan masalah yaitu banyak informasi mengenai lingkungan menjadi tidak tercakup. Masalah lain yang muncul dari pendekatan ini adalah bahwa interaksi antar faktor dari tingkat yang berbeda tidak bisa didapatkan. Pendekatan lain yang lebih baik adalah dengan menggunakan model regresi peubah boneka. Model regresi dengan peubah boneka dapat digunakan untuk mengatasi masalah heterogenitas. Akan tetapi model regresi dengan peubah boneka tetap tidak dapat mengatasi apabila ada hubungan antara peubah pada tingkat yang berbeda. Model multilevel mulai diperkenalkan oleh Goldstein [5]. Model ini disebutkan dapat mengatasi semua masalah yang muncul dari data dengan struktur hierarki. Dalam model multilevel, struktur hierarki didefinisikan sebagai level. Tingkat yang paling rendah yaitu individu disebut level 1 dan tingkat yang lebih tinggi yaitu lingkungan disebut level 2. Model multilevel selain dapat menentukan keragaman antar lingkungan juga dapat menunjukkan korelasi antar dua individu yang pada model lain diasumsikan tidak ada. Selain itu model multilevel juga dapat mengukur interaksi yang mungkin terjadi antara peubah pada tingkat yang berbeda. Dalam model regresi apabila responnya bersifat kategori maka biasanya digunakan model regresi logistik yang dalam pemodelannya harus menggunakan fungsi penghubung (link function). Apabila responnya berdistribusi binomial dengan parameter proporsi (π ij ) maka fungsi penghubung yang digunakan adalah logit (log{π/(1- π)}) sehingga modelnya disebut dengan model logistik. Penaksiran parameter dari model logistik menggunakan metode maksimum likelihood, tidak dapat diperoleh penaksir yang eksplisit sehingga harus melalui proses iterasi. Metode iterasi yang digunakan biasanya metode Newton- Rhapson atau metode Scoring. Pada data mengenai tingkat pendidikan, respon yang digunakan memiliki skala ukur ordinal sehingga untuk memodelkan data tersebut harus menggunakan model logistik ordinal yang dikenal dengan cumulative logit model atau proportional odds models. (Agresti [1]). Oleh karena data mengenai tingkat pendidikan merupakan data berstruktur hierarki maka model yang digunakan adalah cumulative logit mixed model atau multilevel proportional odds models. 2. METODE PENELITIAN Secara umum rumusan matematis untuk model logistik multilevel dengan fungsi penghubung logit dapat dituliskan dalam bentuk matriks sebagai berikut Logit(π) = Xβ + u (1) Dengan X adalah matriks variabel bebas fixed dari level pertama, β adalah vektor koefisien regresi dan u adalah vektor galat untuk level 2. Persamaan 1 dapat ditulis juga sebagai Logit(π ij ) = x j β + u j (2) y ij ~ Bernouli(π ij ) Dengan x j adalah vektor variabel bebas, β adalah vektor koefisien regresi dan u j adalah vektor galat untuk level 2. dalam hal ini u j berdistribusi normal dengan rata-rata nol dan varians σ 2 2.(Sneijder adn Bosker [14]) Secara umum dari Model (1) dapat ditentukan bahwa galat total untuk model tersebut adalah ξ ij = ε ij + u j. Sehingga secara umum varians untuk ξ ij dengan fungsi penghubung logit adalah: Dan korelasi intaclass untuk galat total adalah (3) Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 2 Prosiding

(4) Hesketh [7] Secara umum rumusan matematis dalam bentuk matriks untuk model randomcoefficient dua level dengan fungsi penghubung logit dapat dituliskan dalam bentuk matriks sebagai berikut Logit(π) = Xβ + Zu (5) Dengan X adalah matriks variabel bebas fixed dari level pertama, β adalah vektor koefisien regresi dan u adalah vektor galat untuk level 2 dan Z adalah matriks randomeffect pada level 2. Untuk menaksir parameter-parameter yang terlibat dalam model multilevel untuk respon biner bisa digunakan Marginal Quasi-Likelihood (MQL) yang diusulkan oleh Goldstein [5]. Menurut Goldstein [5] penaksiran koefisien dengan menggunakan MQL akan menyebabkan underestimate terutama untuk sampel kecil. Begitu pula menurut Rodriguez dan Goldman [13] penaksiran yang diturunkan menggunakan MQL untuk respon biner akan menyebabkan bias pada saat kuantitas klasternya cukup besar. Selain menggunakan MQL parameter-parameter tersebut juga bisa ditaksir dengan menggunakan Penalized Quasi-Likelihood (PQL) yang diusulkan oleh Hedeker [6]. Model multilevel non linier atau lebih khusus lagi model dengan respon biner adalah model regresi yang tidak bisa dijelaskan sebagai kombinasi linier dari koefisiennya sehingga dengan demikian vektor y tidak lagi berdistribusi normal. Secara umum fungsi densitas peluang dari y dapat dituliskan sebagai berikut: (6) untuk β i berdistribusi kontinyu. Secara umum persamaan 6 tidak bisa diselesaikan kecuali melalui prosedur iterasi. Untuk menyelesaikan persamaan fungsi kemungkinan harus menggunakan teknik integrasi numerik. Dalam model multilevel prosedur yang digunakan adalah prosedur Gaussian Quadrature untuk menghitung integral secara numerik. Metode Kemungkinan Maksimum memerlukan nilai awal yang baik untuk parameter-parameternya. Parameter untuk model non linier ditaksir dengan menggunakan Kuadrat Terkecil Biasa yang kemudian dijadikan sebagai nilai awal. Selanjutnya prosedur mencocokkan model yang digunakan adalah Maximum Aposterior untuk parameter yang tidak diketahui sehingga dapat dibentuk fungsi densitas peluang untuk parameter sebagai berikut (7) sehingga fungsi kemungkinannya adalah (8) Dengan nilai awal tadi (sebut saja β 0i untuk i = 1, 2,, k) fungsi kemungkinan persamaan (6) dapat diturunkan dan disamakan dengan nol ^ ( ^ ) untuk i = 0, 1,, k (9) sehingga bisa diperoleh penaksir β i. Penaksir β i ini digunakan kembali untuk memperoleh penaksir β i yang baru. Proses diulang sehingga didapatkan hasil yang konvergen. Rodriguez dan Goldman [13] dalam tulisannya menyatakan bahwa pendekatan prosedur penaksiran termotivasi dengan mempertimbangkan model multilevel logit yang dianggap linier. Persamaan 2 dapat diubah menjadi, dengan (10) Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 3 Prosiding

dengan Y adalah vektor respon, f adalah transformasi invers logit (atau anti logit), dan ε adalah galat heteroskedastik dengan rata-rata 0 dan varians adalah matriks diagonal dengan elemen π(1- π). Marginal Quasi-Likelihood (MQL) order pertama untuk π menggunakan pendekatan order pertama deret Taylor dari f(xβ+u) dengan β=β 0 dan u=0, dan β 0 adalah penaksir dari efek tetap. Pendekatan ini memiliki struktur model linier multilevel yang dapat dicocokkan dengan menggunakan algoritma standar (Goldstein [5]), yang diarahkan untuk memperbaiki penaksir beta, yang kemudian digunakan sebagai nilai awal yang baru. Prosedurnya diiterasi hingga didapat nilai yang konvergen. Menurut Rodriguez dan Goldman [13] penggunaan MQL akan memberikan hasil yang baik apabila efek acaknya kecil dalam arti variansnya mendekati nol. Tetapi hasilnya kurang baik apabila efek acaknya sedang atau besar. Prosedur alternatif yang akan memberikan hasil yang lebih baik adalah dengan menggunakan nilai awal yang tidak nol untuk efek acak dalam deret Taylor. Caranya adalah dengan memperluas f(xβ+u) dengan u = u 0 yaitu penaksir Bayes empiris atau prediktor dari efek acak, yang didefinisikan sebagai rata-rata dari f(u y) yang ditaksir pada nilai parameter yang ditentukan. Untuk sebuah nilai u 0 tertentu penyelesaiannya juga dengan mendekati model linier multilevel yang dapat ditaksir dengan menggunakan algoritma standar. Penaksir-penaksir yang telah diperbaiki baik untuk efek tetap maupun acak kemudian digunakan untuk mendapatkan model linier pendekatan yang baru, dan prosedur diiterasi hingga didapat hasil yang konvergen. Secara umum untuk respon dengan kategori ordinal dapat dianalisis menggunakan model logistik multilevel dengan mengubah logit pada Persamaan 1 dengan cumulative logit. Misalkan respon memiliki C kategori dan peluang masing-masing kategori secara berurutan adalah p 1, p 2,, p C maka fungsi penghubung logit untuk respon ordinal adalah sebagai berikut. ( ) ( )...(11) dengan ( ) Sehingga akan terbentuk sebanyak C-1 persamaan model. Model-model yang terbentuk akan memilki nilai intersep yang berbeda-beda dengan slope yang sama. Untuk menaksir model logistik ordinal multilevel seperti pada persamaan 11 juga menggunakan PQL seperti telah dijelaskan sebelumnya. (Hedeker [6]). 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dipublikasikan oleh RAND Labor and Population tahun 2004 yaitu data survei rumah tangga dan komunitas gelombang ketiga (IFLS3) dan data hasil PODES Jawa Barat Tahun 2006. Data IFLS diukur pada tingkat rumah tangga sedangkan data PODES 2006 merupakan hasil sensus yang diukur pada tingkat desa yang kemudian disesuaikan pada tingkat kecamatan. Peubah-peubah yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Peubah respon ( Y) adalah Tingkat Pendidikan Anak sedangkan peubah penjelas pada level 1 adalah Jenis Kelamin Anak (X 1 ), Pendidikan Ibu (X 2 ) dan Pendidikan Ayah (X 3 ). Untuk peubah penjelas pada level 2 adalahstatus daerah (Z 1 ),banyak SMA di kecamatan (Z 2 ), danpersentase petani di kecamatan (Z 3 ). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model intersep acak yaitu model dengan nilai intersep merupakan komponen acak tetapi slope tetap.pada model ini peubah Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 4 Prosiding

penjelas pada level 2 disertakan kedalam model. Dalam proses pengolahan, perhitungan serta analisis data, digunakan paket "ordinal" dalam software R versi 3.0.1. (Bliese [3]) Hasil dari pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel dan akan dijelaskan pada uraian berikut ini. Hasil yang pertama adalah pengujian struktur hierarki dari data diperlihatkan pada tabel berikut ini Tabel 1 Pengujian Struktur Hierarki Model Jum Parameter AIC loglik LR.stat df p-value Tanpa struktur hierarki 4 2446.7-1219.4 Dengan struktur hierarki 5 2228.7-1109.4 220 1 < 2.2e-16 Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa hasil pengujiannya signifikan yang berarti bahwa terdapat struktur hierarki pada data. Oleh karena itu model multilevel akan digunakan untuk menganalisis data yang digunakan. Model multilevel yang digunakan adalah model intersep acak. Hasil pengujan kecocokan modelintersep acak untuk data pendidikan adalah sebagai berikut: Tabel 2 Pengujian Kecocokan Model Jum Model AIC loglik LR.stat df p-value Parameter Null Model 5 2228.7-1109.4 Full Model 17 1995.1-978.6 261.61 12 < 2.2e-16 Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa hasil pengujiannya signifikan yang berarti bahwa model yang diusulkan cocok dengan data. Dengan demikian model multilevel yang digunakan adalah model intersep acak. Selanjutnya penaksiran parameter dan pengujian hipotesis secara parsial dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3 Taksiran Parameter Slope dan Pengujian Parsial Variabel Penaksir Std.Error Z p-value JK (Perempuan) -0.327325 0.136488-2.398 0.016476 Pend.ibu (SD) 1.054753 0.184196 5.726 1.03e-08 Pend.ibu (SLTP) 1.235133 0.361812 3.414 0.000641 Pend.ibu (SLTA) 3.184304 0.489255 6.508 7.59e-11 Pend.ibu (PT) 0.744840 0.639589 1.165 0.244197 Pend.ayah (SD) 0.419018 0.190405 2.201 0.027759 Pend.ayah (SLTP) 1.567451 0.291900 5.370 7.88e-08 Pend.ayah (SLTA) 1.595201 0.322790 4.942 7.74e-07 Pend.ayah (PT) 0.722488 0.426850 1.693 0.090531 Status (Urban) 1.151834 0.358342 3.214 0.001307 Jml.SMA 0.068036 0.020289 3.353 0.000798 Persen.petani 0.005901 0.007122 0.829 0.407361 Berdasarkan Tabel 3 penaksir parameter Level 1 untuk variabel Pendidikan Ibu untuk kategori PT dan variabel Pendidikan Ayah untuk kategori PT tidak signifikan. Sedangkan penaksir parameter level 2 untuk variabel persentase petani tidak signifikan. Untuk penaksir parameter intersep dapat dilihat pada tabel berikut ini Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 5 Prosiding

Tabel 4 Taksiran Parameter Intersep dan Pengujian Parsial Model Penaksir Std.Error z-value Tidak Tamat SD SD -1.3284 0.5059-2.626 SD SLTP 1.2223 0.5064 2.414 SLTP SLTA 2.7791 0.5160 5.386 SLTA PT 5.0837 0.5373 9.461 Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa efek intersep semakin tinggi tingkat pendidikan memberikan efek yang semakin besar. Hasil taksiran parameter acak untuk data tersebut adalah sebagai berikut Tabel 5 Taksiran Parameter dan Pengujian Parsial Groups Varians Simp Baku Kecamatan 0.2577 0.5077 Dari Tabel 5 terlihat bahwa efek acak dari data tersebut sebesar 0.2577 yang berarti variasi tingkat pendidikan seseorang di antara kecamatan yang ada di Jawa Barat sebesar 0.2577. 4. SIMPULAN Dari uraian pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa untuk data hierarki dengan respon kategori berskala ukur ordinal dapat dianalisis menggunakan model regresi logistik multilevel dengan fungsi penghubung cumulative logit. Model yang digunakan adalah multievel proportional odds model atau cumulative logit mixed model. Dari hasil pengujian data pendidikan dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan memiliki struktur hierarki sehingga analisis untuk data tersebut menggunakan cumulative logit mixed model. Simpulan dari hasil analisis adalah variabel level rumah tangga yaitu Pendidikan Ibu dan Pendidikan Ayah untuk kategori PT tidak signifikan sedangkan variabel level kecamatan yaitu persentase petani tidak signifikan. Efek itersep semakin tinggi seiring semakin tingginya tingkat pendidikan dengan variasi tingkat pendidikan seseorang di antara kecamatan yang ada di Jawa Barat sebesar 0.2577. DAFTAR PUSTAKA [1] Agresti, Alan. 2007. An Introduction to Categorical Data Analysis, 2 nd Edition. John Wiley & Sons, Inc. [2] Agresti, Alan.2002.Categorical Data Analysis. 2nd edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. [3] Bliese, P. 2006. Multilevel Models in R (2.2). R Development Core Team. [4] Dobson, Annette J. 2002. An Introduction to Generalized Linear Models 2 nd edition. London. Chapman & Hall. [5] Goldstein, Harvey. 1995. Multilevel Statistical Model2 nd ed., London, Arnold. Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 6 Prosiding

[6] Hedeker, Donald. 2007. Multilevel Models for Ordinal and Nominal Variables. Handbook of Multilevel Analysi: edited by Leeuw and Meijer. New York. Springer. [7] Hesketh, S.,Rabe. 2003. Multilevel modeling of ordered and unordered categorical Responses. London. Institute of Child Health. [8] Hox, J.J. 2002.Multilevel Analysis: Techniques and Applications. New Jersey. Lawrence Erlbaum Associates Publishers. [9] Jones, B.S. & Steenbergen, M.R. 1997. Modelling Multilevel Data Structures. Paper prepared in 14 th annual meeting of the political methodology society. Columbus. OH. [10] Kramer, M. 2005. R 2 Statistics for Mixed Models. Published Paper in Biometrical Consulting Service, ARS (Beltsville, MD), USDA. [11] McCullagh and Nelder. 1989. Generalized Linear Models. 2 nd edition., London. Chapman & Hall. [12] Ringdal, K. 1992. Methods for Multilevel Analysis. Acta Sosiologica 35:235-243. [13] Rodriguez, G., Goldman, N. 2001. Improved estimation procedures for multilevel models with binary response: a case-study, Journal Royal Statist.Soc A, 164, Part 2 pp 339-355 [14] Snijder, Tom A. B., Bosker, Roel J. 1999.Multilevel Analysis: An introduction to basic and advance multilevel modelling. London. SAGE Publications. Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 7 Prosiding