IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2014

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (INDONESIAN NUTRITION ASSOCIATION) PROVINSI SULAWESI SELATAN

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM

Kesenjangan Sektor Riil dan Keuangan di Sulsel

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Analisis Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Lampiran 1. Nilai Indeks Williamson PDRB per. (fi/ fi)/(yi- ỳ)^2. Kabupaten/K ota PDRB (000) (fi/ fi) (yi-ỳ) (yi-ỳ)^2.

Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Selatan Agustus 2017

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

Indikator Sosial Ekonomi Makro Kabupaten Pinrang 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

2014/2015 STATISTIK KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI SULAWESI SELATAN. BADAN PUSAT STATISTIK

BAB IV GAMBARAN UMUM

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI SELATAN 2014

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

STRATEGI DAN KESIAPAN SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN SULAWESI SELATAN MENGHADAPI AEC 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

Daftar Tabel. Halaman

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

ANALISIS RASIO TREND KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH OTONOM PROPINSI SULAWESI SELATAN TAHUN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga

FORUM PEMBANGUNAN DAERAH MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI SELATAN YANG LEBIH INKLUSIF

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

Transkripsi:

41 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1.Profil Umum Provinsi Sulawesi Selatan 4.1.1 Keadaan Fisik Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar terletak antara 0 0 12 8 0 Lintang Selatan dan 116 0 48-122 0 36 Bujur Timur, yang berbatasan dengan provinsi Sulawesi Barat di sebelah Utara dan Teluk Bone serta Sulawesi Tenggara di sebelah Timur. Batas sebelah Barat dan selatan masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut Flores. Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan 46.717,48 km 2 secara administrasi pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terbagi menjadi 20 Kabupaten dan 3 kota hingga tahun 2008, sedangkan untuk 2009 terdiri dari 21 Kabupaten dan 3 kota dengan Kabupaten Toraja Utara yang terjadi pemekaran di tahun 2010 yang terdiri dari 303 kecamatan dan 2677 desa/kelurahan. Dengan Kabupaten Luwu Utara merupakan Kabupaten terluas dengan luas 7.502,68 km 2. Luas Kabupaten tersebut merupakan 16,46 persen dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan (BPS, 2009). Pada umumnya daerah di Indonesia dan khususnya di Sulawesi Selatan mempunyai dua musim yang terjadi pada bulan Juni sampai September dan musim penghujan yang terjadi pada bulan Desember sampai Maret. Berdasarkan pengamatan di stasiun klimatologi tahun 2009 rata-rata suhu udara 27,3 C di Kota Makassar dan daerah di sekitarnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Suhu udara maksimum berkisar 33,1 C dan suhu minimum 23,2 C. Dengan kelembaban udara rata-rata 80 C sampai dengan 87 C. Dengan curah hujan 2.772 mm 3 hingga 3.255 mm 3. 4.1.2 Perkembangan Kependudukan dan Sosial-Ekonomi 4.1.2.1 Kependudukan Penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan data BPS, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

42 Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008 berjumlah 7.771.646 jiwa yang tersebar di 23 Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar berada di Makassar dengan jumlah 1.282.418 jiwa. Kepadatan penduduk daerah perkotaan merupakan konsekuensi logis dari tingginya aktivitas perekonomian di sana. Oleh karena itu, meskipun luas wilayah perkotaan relatif jauh lebih sempit dibandingkan wilayah Kabupaten, namun jumlah penduduknya relatif lebih banyak, sehingga kepadatan penduduk pun semakin tinggi (Tabel 2). Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan, 2008 No Kabupaten/Kota Luas Wilayah 2008 Jumlah Penduduk 2008 Kepadatan 1 Selayar 903.35 118463 131.14 2 Bulukumba 1,154.67 385974 334.27 3 Bantaeng 395.83 171586 433.48 4 Jeneponto 749.79 327500 436.79 5 Takalar 566.51 252309 445.37 6 Gowa 1,883.32 602335 319.83 7 Sinjai 819.96 223937 273.11 8 Maros 1,619.12 300119 185.36 9 Pangkep 898.29 291523 324.53 10 Barru 1,174.72 160479 136.61 11 Bone 4,559.00 697918 153.09 12 Soppeng 1,359.44 227171 167.11 13 Wajo 2,056.19 375112 182.43 14 Sidrap 1,883.25 248662 132.04 15 Pinrang 1,961.77 343741 175.22 16 Enrekang 1,786.01 185482 103.85 17 Luwu 3,098.97 319289 103.03 18 Tana Toraja 1,990.00 455758 229.02 19 Luwu Utara 7,502.58 309256 41.22 20 Luwu Timur 6,944.98 228720 32.93 21 Kota Makassar 128.18 1282418 10004.82 22 Kota Pare-Pare 99.33 119833 1206.41 23 Kota Palopo 155.19 144061 928.29 Sumber : Sulawesi Dalam Angka 2008, BPS. Wilayah Kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk yang tertinggi adalah Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawesi selatan, diikuti dengan Kota Pare-Pare dan Kota Palopo. Ketiga daerah ini merupakan kota yang

43 berkembang disetiap wilayahnya masing-masing dan merupakan daerah pelayanan bagi daerah yang ada di sekitarnya. Seperti daerah Gowa dan daerah Takalar termasuk daerah yang juga relative padat dikarenakan terkena efek perluasan dari Kota Makassar, tingginya aktivitas perekonomian kota makassar mampu menjadi faktor penarik bagi para pekerja. Namun karena pertumbuhan penduduk di kota Makassar sudah semakin jenuh serta tingginya kebutuhan hidup, maka banyak para pendatang pada umumnya memilih untuk berdomisili di wilayah sekitar kota Makassar, karena juga diuntungkan karena memiliki akses yang sangat dekat dengan kota Makassar seperti terlihat pada Gambar 8. Gambar 7. Pola Penyebaran Kepadatan Penduduk Tahun 2008 Adapun kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat di Luwu Timur, daerah pemekaran baru, meskipun Kabupaten Luwu Timur memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak tetapi Kabupaten Luwu Timur memiliki luas

44 wilayah kedua terbesar setelah Luwu Utara. Daerah yang kepedatan penduduknya rendah juga terdapat di Kabupaten Luwu Utara. Setelah dicermati maka daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk rendah ini berlokasi jauh dari wilayah perkotaan, sehingga dari faktor aksesibilitas terhadap pusat pemerintahan provinsi merupakan salah satu kendala. Tabel 3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertambahan Penduduk pada Masing-masing Kabupaten/Kota di seluruh Provinsi Sulawesi Selatan 2004 hingga 2008 Rata-rata Jumlah Penduduk laju Kabupaten/Kota Pertumbuhan Penduduk 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun 2004-2008 Selayar 111,458 111,220 116,415 116,540 118,463 1.55 Bulukumba 374,247 379,371 383,730 385,165 385,974 0.78 Bantaeng 167,284 169,102 170,548 170,847 171,586 0.64 Jeneponto 327,489 331,848 329,028 330,301 327,500 0.01 Takalar 244,582 248,162 250,480 251,338 252,309 0.78 Gowa 565,252 575,295 586,398 593,716 602,335 1.60 Sinjai 217,374 220,141 221,915 222,174 223,937 0.75 Maros 290,173 296,336 297,639 298,162 300,119 0.85 Pangkep 277,223 279,801 289,302 289,403 291,523 1.27 Barru 157,680 158,500 158,958 159,082 160,479 0.44 Bone 686,986 694,320 696,698 698,551 697,918 0.40 Soppeng 225,183 229,292 227,190 227,821 227,171 0.23 Wajo 363,508 364,290 373,989 374,702 375,112 0.79 Sidrap 247,723 246,993 246,880 246,915 248,662 0.10 Pinrang 334,090 335,554 340,188 342,800 343,741 0.72 Enrekang 178,658 182,174 183,861 183,904 185,482 0.94 Luwu 309,588 315,294 317,814 319,066 319,289 0.78 Tana Toraja 420,733 427,286 446,782 451,070 455,758 2.03 Luwu Utara 475,092 287,295 298,863 303,433 309,256 2.49 Luwu Timur * 206,180 219,492 224,445 228,720 3.54 Makassar 1,164,380 1,193,451 1,223,530 1,235,118 1,282,418 2.45 Pare-pare 114,933 115,221 115,076 114,804 119,833 1.07 Palopo 125,734 127,575 134,362 136,536 144,061 3.48 Provinsi Sulawesi Selatan 7,379,370 7,494,701 7,629,138 7,675,893 7,771,646 1.30 Sumber : BPS Sulawesi Selatan, data diolah Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, meski demikian rata-rata laju pertumbuhan penduduk dari 2004-2008 yang terbesar adalah Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara dan Kota Makassar. Luwu Timur yang merupakan daerah pemekaran baru memiliki tingkat pertumbuhan yang paling tinggi sebesar 3.54 persen, dikarenakan pada tahun 2004 belum memiliki data

45 tersendiri karena masih bergabung dengan Luwu Utara diikuti masing-masing 3.48 persen, Kabupaten Luwu Utara dengan pertumbuhan 2.49 persen dan Kota Makassar dengan pertumbuhan 2.45 persen. Tingginya pertumbuhan penduduk di daerah Luwu yang dimekarkan menjadi 3 Kabupaten dan 1 kota mendorong peningkatan jumlah penduduk yang hidup didaerah tersebut. Selain itu daerah Gowa yang merupakan daerah yang berbatasan dengan Makassar sebagai ibukota provinsi mengalami laju pertumbuhan penduduk yang cukup besar yaitu 1.6 persen. Selain itu daerah yang terkategori kota juga memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cukup besar dibanding daerah lainnya. Secara rinci juga terlihat dari Gambar 8. Gambar 8. Rata-Rata Laju Pertambahan Penduduk Tahun 2004 hingga 2008 Ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisinya akan selalu mengalami perubahan sesuai dengan proses demografi yang terjadi. Penduduk usia kerja di daerah Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008 berjumlah 5.559.748 jiwa. Dari seluruh penduduk usia kerja ini yang masuk menjadi angkatan kerja berjumlah 3.447.879 jiwa. Ini dapat dikatakan bahwa lebih dari 50 persen dari seluruh penduduk usia kerja tercatat sebanyak 311.768 orang dalam status mencari pekerjaan. Tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi

46 Selatan 2008 sebesar 9,04 persen yang merupakan rasio antara pencari kerja dan jumlah angkatan kerja. Dilihat dari sektor lapangan usaha, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian yang berjumlah 1.613.949 orang atau 51,46 persen dari penduduk yang bekerja. Sektor lain yang juga besar adalah sektor perdagangan dan jasa-jasa. Tabel 4. Jumlah Angkatan Kerja Penduduk Berumur 15 tahun keatas Selama seminggu yang lalu di Sulawesi Selatan Angkatan Kerja Economically Active Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Bekerja Unemployment Jumlah (Total) Working Pernah Bekerja Tidak Pernah Bekerja Ever Worked Never Worked -1-2 -3-4 -5 Selayar 46.103 520 5.460 52.083 Bulukumba 187.729 4.146 10.923 202.798 Bantaeng 77.519 2.373 5.590 85.482 Jeneponto 146.372 3.199 6.662 156.233 Takalar 97.395 2.495 8.035 107.925 Gowa 219.351 4.750 18.920 243.021 Sinjai 92.013 1.056 3.974 97.043 Maros 116.663 1.707 10.353 128.723 Pangkep 106.862 1.280 12.729 120.871 Barru 55.801 808 5.409 62.018 Bone 296.830 2.364 24.389 323.583 Soppeng 96.273 1.303 6.795 104.371 Wajo 177.193 4.249 7.311 188.753 Sidrap 93.310 1.401 10.101 104.812 Pinrang 133.152 4.825 11.434 149.411 Enrekang 82.620 1.483 4.172 88.275 Luwu 119.957 1.431 7.286 128.674 Tana Toraja 183.847 437 10.030 197.314 Luwu Utara 121.697 589 6.085 128.371 Luwu Timur 86.464 1.977 10.262 98.703 Makassar 498.653 20.902 45.544 565.099 Pare-pare 44.755 2.549 5.174 52.478 Palopo 55.552 2.379 6.907 64.838 Jumlah/Total 2008 3.136.111 68.223 243.545 3.447.879 2007 2.939.463 73.249 299.465 3.312.177 Sumber : BPS Sulawesi Selatan 2009, data diolah

47 4.1.2.2 Sosial Budaya a. Pendidikan dan IPM Salah satu komponen penting dalam pembangunan manusia adalah pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan dalam meningkatkan kualitas hidup. Umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, maka semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan salah satu modal untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Salah satu indikator yang dilihat untuk melihat keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah tersedianya cukup sumberdaya manusia yang berkualitas. Rata-rata angka buta huruf selama periode 2005 hingga 2009 adalah sebesar 13.98 persen. Pada Tahun 2009 Kabupaten/kota yang memiliki angka buta huruf tinggi adalah Kabupaten Jeneponto, Bantaeng dan Gowa. Sedangkan Kabupaten/kota yang memiliki angka relative rendah jika dibandingkan dengan Kabupaten/kota lain di Provinsi Sulawesi Selatan antara lain Kota Makassar, Pare-Pare dan Palopo. Penduduk berumur 7-12 memiliki angka buta huruf yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok usia sekolah lainnya. Hal tersebut diperkuat oleh data tahun 2009, yakni sebesar 8,66 persen penduduk Provinsi Sulawesi Selatan tidak bisa membaca dan menulis huruf latin maupun huruf lainnya. Sedangkan kelompok 13-15, penduduk yang menderita buta huruf sebesar 1,07 persen. Pada kelompok umur 16-18 tingkat butu huruf masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 1,46 persen. Pembangunan manusia dalam konteks ini diartikan sebagai sumberdaya untuk mencapai tujuan pembangunan yang orientasi akhirnya adalah pada peningkatan kesejahteraan manusia. Angka Indeks

48 Perkembangan Manusia (IPM) Sulawesi Selatan 2005 2008 menunjukkan kenaikan. Secara umum, kenaikan angka IPM ini diharapkan mampu mewakili peningkatan pembangunan manusia (SDM) yang produktif, yaitu tenaga manusia yang sehat, berpendidikan dan terampil. Tabel 5. Indeks Perkembangan Manusia Tertinggi dan Terendah di Sulawesi Selatan 2005-2008 No Tahu IPM Sulawesi Angka Tertinggi Angka Terendah n Selatan Kabupaten/Kot Kabupaten/Kot IPM a IPM a 1 2005 68.41 76.6 Kota Makassar 60.9 Jeneponto 2 2006 68.81 76.87 Kota Makassar 63.17 Jeneponto 3 2007 69.62 77.33 Kota Makassar 63.42 Jeneponto 4 2008 70.22 77.92 Kota Makassar 64.04 Jeneponto Sumber data : BPS Pusat, data diolah Apabila diamati tabel di atas, kota/kabupaten dengan IPM tertinggi dan kota/kabupaten tidak ada perbedaan dari tahun 2005 hingga tahun 2008. IPM tertinggi berada di Kota Makassar dan yang terendah berada di Kabupaten Jeneponto. Hal ini mencerminkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan belum memprioritaskan dengan baik program pembangunan pendidikan terlihat dari kondisi IPM yang hanya terkait dua daerah dan tidak ada perubahan sama sekali dari tahun ke tahun. Tabel 6 menyajikan urutan Kabupaten/kota dengan tingkat Indeks Pendidikan setiap Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan.

49 Tabel 6. Tingkat Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2008 Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten/Kota IPM 2008 Kategori Kota Makassar 77.92 Tinggi Kota Parepare 76.97 Tinggi Kota Palopo 75.80 Tinggi Kabupaten Enrekang 73.76 Tinggi Kabupaten Luwu Utara 73.15 Tinggi Kabupaten Luwu 72.96 Tinggi Kabupaten Pinrang 71.91 Tinggi Kabupaten Sidrap 71.74 Tinggi Kabupaten Luwu Timur 71.73 Tinggi Kabupaten Tana Toraja 70.81 Tinggi Kabupaten Soppeng 70.76 Tinggi Kabupaten Bulukumba 69.87 Rendah Kabupaten Maros 69.85 Rendah Kabupaten Barru 69.54 Rendah Kabupaten Gowa 69.37 Rendah Kabupaten Bone 68.96 Rendah Kabupaten Bantaeng 68.87 Rendah Kabupaten Sinjai 68.74 Rendah Kabupaten Wajo 68.72 Rendah Kabupaten Pangkep 68.30 Rendah KabupatenSelayar 68.23 Rendah Kabupaten Takalar 67.49 Rendah Kabupaten Jeneponto 64.04 Rendah Sulawesi Selatan 70.22 Sumber : BPS Sulawesi Selatan, data diolah Apabila dibandingkan dengan rata-rata IPM Sulawesi Selatan, maka terdapat 11 Kabupaten/Kota yang berada pada golongan IPM yang tinggi karena berada diatas nilai rata-rata IPM Sulawesi Selatan, yaitu Kota Makassar,Kota Pare-Pare, Kota Palopo dengan IPM diatas 70,22. Ke-11 terdiri dari 3 kota dan 8 Kabupaten Ketiga kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan ini menempati 3 urutan IPM tertinggi, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 9.

50 Gambar 9. IPM Kabupaten/Kota Prov. Sulawesi Selatan 2008 Jika dilihat di peta maka wilayah yang termasuk di dalamnya adalah sebagian besar Kabupaten yang berada di daerah utara Provinsi Sulawesi Selatan, yang umumnya berada pada daerah dengan ras bugis dan toraja, sedangkan daerah yang masuk dalam tingkat IPM rendah adalah sebagian besar daerah yang berada selatan provinsi Sulawesi Selatan. Hal yang menarik terjadi di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros yang merupakan daerah yang berbatasan dengan Kota Makassar sebagai Ibukota Provinsi adalah daerah-daerah yang tergolong tingkat IPM yang rendah, kedua daerah ini memperoleh imbas dari perkembangan Kota Makassar dan tidak dapat ikut berkembang seperti layaknya kota-kota yang hadir di sekitar kota besar seperti Makassar, seperti terlihat pada Gambar 10.

51 Gambar 10. Peta Penyebaran IPM Penduduk Tahun 2008 Sedangkan kota dengan IPM rendah yang memiliki nilai IPM dibawah 70,22 yang umumnya berada pada daerah dengan ras suku Makassar, ini terdiri dari 12 Kabupaten yang berada di sebelah selatan provinsi Sulawesi Selatan seperti yang terlihat pada peta diatas (Gambar 10). Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan sumber daya manusia di Provinsi Sulawesi Selatan masih terkonsentrasi di bagian utara, dimana pembangunan manusia di bagian selatan belum optimal. Pembangunan sumberdaya manusia diharapkan dapat meningkatkan produktivitas angkatan kerja, yang secara langsung berpengaruh positif terhadap tingkat kesejahteraan penduduk, melalui membaiknya tingkat pendapatan. Dengan demikian, perbaikan produktivitas angkatan kerja dan tingkat pendapatan akan dapat mengurangi tingkat kemiskinan yang terjadi di suatu wilayah.

52 b. Sosial Budaya Tahun 2008 di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 74 Rumah Sakit, yang terdiri dari 1 Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP), 28 Rumah Sakit Pemerintah, 15 Rumah Sakit Swasta, dan 7 Rumah Sakit ABRI, serta 23 Rumah Sakit Khusus. Jumlah puskesmas pada tahun 2008 adalah 2076 unit yang dapat dikategorikan menjadi 393 puskesmas, 1284 puskesmas pembantu, dan 393 puskesmas keliling. c. Agama Pada umumnya terdapat lima (5) agama yang dianut penduduk Provinsi Sulawesi Selatan, yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu dan Budha. Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dengan besarnya sarana peribadatan masing-masing agama masjid, langgar dan mushollah tahun 2008 yang berasal dari data potensi desa 2008 adalah sebesar 11043 untuk masjid, surau sebanyak 2265 yang merupakan tempat peribadatan umat islam. Tempat peribadatan untuk umat kristiani, hindu dan budha masing-masing memiliki 439 gereja katolik, 2302 gereja protestan, 87 pura dan 33 vihara. Banyaknya rumah ibadah per Kabupaten/kota untuk tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa daerah dengan jumlah fasilitas peribadatan tertinggi terdapat di daerah Tana Toraja dengan total fasilitas 1773, Bone 1409 fasilitas, Gowa 1269 fasilitas, luwu sebanyak 1051 fasilitas, Kabupaten Luwu Utara sebanyak1038 fasilitas, dan Makassar sebanyak 996 fasilitas. Dimana untuk daerah Tana Toraja yang dominan adalah gereja karena sebagian besar penduduk merupakan penganut agama Kristen. Sedangkan untuk daerah lain didominasi oleh masjid karena sebagian besar penganut agama pada daerah tersebut adalah muslim. Makassar meskipun hadir dengan ibukota provinsi memiliki jumlah fasilitas terbanyak ke lima setelah daerah lainnya.

53 Tabel 7. Jumlah Tempat Peribadatan Seluruh Kabupaten/Kota yang Ada di Provinsi Sulawesi Selatan, 2008 No Kabupaten/Kota Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah tempat tempat tempat tempat tempat tempat Tempat ibadah: ibadah: ibadah: ibadah: ibadah: ibadah: Peribad Surau/Lan Gereja Gereja Masjid Pura Vihara/Kl atan ggar Kristen Katholik (Unit) (Unit) enteng (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) 1 SELAYAR 327 27 4 0 0 0 358 2 BULUKUMBA 722 175 1 0 0 0 898 3 BANTAENG 325 146 1 1 0 1 474 4 JENEPONTO 531 236 0 0 0 0 767 5 TAKALAR 400 67 0 0 0 1 468 6 GOWA 1046 204 15 4 0 0 1269 7 SINJAI 513 63 0 0 0 0 576 8 MAROS 541 33 12 4 0 0 590 9 PANGKAJENE & KEP 411 66 5 0 0 0 482 10 BARRU 250 62 2 1 0 0 315 11 BONE 1117 280 8 2 0 2 1409 12 SOPPENG 366 27 4 2 0 0 399 13 WAJO 570 66 6 0 0 0 642 14 SIDENRENG RAPPANG 348 58 1 0 1 1 409 15 PINRANG 410 79 20 19 0 0 528 16 ENREKANG 473 124 10 2 0 0 609 17 LUWU 687 85 242 36 0 1 1051 18 TANA TORAJA 136 16 1337 283 1 0 1773 19 LUWU UTARA 508 192 260 31 47 0 1038 20 LUWU TIMUR 303 145 217 35 35 0 735 21 MAKASSAR 825 46 91 11 2 21 996 22 PARE-PARE 92 33 12 3 0 4 144 23 PALOPO 142 35 54 5 1 2 239 Jumlah Fasilitas Ibadah 11043 2265 2302 439 87 33 16169 Sumber : Data diolah, 2010 4.1.3 Ekonomi Wilayah Perkembangan ekonomi wilayah dapat ditunjukkan oleh beberapa indikator pembangunan sebagai berikut: a. PDRB Produk Domestik Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan

54 sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di wilayah tersebut. PDRB Sulawesi Selatan atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 sekitar 85.143, 19 Milayar rupiah. Sektor pertaninan mempunyai nilai tambah paling besar di bandingkan sektor lainnya yaitu mencapai 25.071,81 milyar rupiah. Selanjutnya disusul oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel terbesar kedua dengan nilai tambah mencapai 13.913,80 milyar rupiah. Sektor industri pengolahan Sulawesi Selatan yang diharapkan mampu menunjang sektor pertanian dengan berorientasi pada agroindustri ternyata nilai tambahnya terbesar ketiga, yaitu mencapai 11.060,44 milyar rupiah. PDRB Sulawesi Selatan atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2008 sebesar 44.549,82 milyar rupiah atau meningkat sekitar 7,78 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007. Bila melihat nilai PDRB Kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, terlihat bahwa kota Makassar mempunyai nilai PDRB yang paling besar mencapai 26.068,22 milyar rupiah. Terbesar kedua selanjutnya adalah Luwu Timur dengan nilai PDRB mencapai 6.559,79 milyar rupiah. Sedangkan Kabupaten Bone terbesar ketiga yang nilainnya mencapai 5.348,74 milyar rupiah. b. Struktur Ekonomi Sulawesi Selatan yang merupakan barometer perekonomian kawasan timur Indonesia. Sulawesi Selatan yang terdiri dari 23 Kabupaten/kota. Dari ke-23 Kabupaten/kota yang ada memiliki karakteristik alam, sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda-beda.

55 Tabel 8. PDRB Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan Tahun 2008 NO Kabupaten/Kota PDRB 2008 Terhadap Sul- Sel 1 Kota Makasar 26,068,221.49 31.86 2 Kabupaten Luwu Timur 6,959,793.51 8.51 3 Kabupaten Bone 5,348,744.99 6.54 4 Kabupaten Wajo 3,925,639.14 4.80 5 Kabupaten Pangkep 3,826,203.74 4.68 6 Kabupaten Pinrang 3,737,021.08 4.57 7 Kabupaten Gowa 3,473,358.11 4.25 8 Kabupaten Bulukumba 2,711,096.80 3.31 9 Kabupaten Luwu 2,696,359.14 3.30 10 Kabupaten Sidrap 2,405,539.59 2.94 11 Kabupaten Luwu Utara 2,328,502.48 2.85 12 Kabupaten Sinjai 1,978,005.94 2.42 13 Kabupaten Soppeng 1,947,832.77 2.38 14 Kabupaten Maros 1,786,709.35 2.18 15 Kabupaten Jeneponto 1,559,951.69 1.91 16 Kabupaten Takalar 1,550,676.30 1.90 17 Kota Palopo 1,394,930.34 1.70 18 Kabupaten Enrekang 1,347,211.53 1.65 19 Kota Parepare 1,298,778.61 1.59 20 Kabupaten Bantaeng 1,245,480.65 1.52 21 Kabupaten Barru 1,225,699.23 1.50 22 Kabupaten Toraja Utara 1,119,092.86 1.37 23 Kabupaten Tana Toraja 1,116,036.45 1.36 24 Kabupaten Selayar 771,304.98 0.94 Prop Sulsel 81,822,190.77 100.00 Sumber: BPS Sulawesi Selatan, data diolah. Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa Kota Makassar memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan nilai tambah bruto (PDRB) di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2008 peran Kota Makassar dalam menyumbangkan PDRB adalah sebesar 31,86 persen. Daerah lain yang mempunyai peran yang cukup besar di dalam menciptakan PDRB Sulawesi Selatan selain Kota Makassar adalah Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Bone, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Gowa.

56 Tabel 9. Kontribusi Sektoral Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan 2008 Kabupaten/Kota Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan/ Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Perusahaan dan Jasa Perusahaan Kabupaten Bantaeng 57.26 0.64 3.45 0.57 5.69 10.82 3.03 6.12 12.43 Kabupaten Barru 45.90 1.14 3.78 0.64 8.22 11.76 4.10 5.92 18.54 Kabupaten Bone 52.65 0.54 8.87 0.73 6.32 8.48 5.55 5.10 11.76 Kabupaten 54.87 0.39 6.69 0.39 2.96 13.00 2.15 4.54 15.01 Bulukumba Kabupaten Enrekang 51.45 0.54 4.43 0.59 5.24 10.10 2.68 4.41 20.57 Kabupaten Gowa 47.92 0.57 3.92 0.98 3.08 13.69 6.15 7.15 16.52 Kabupaten Jeneponto 53.02 1.47 2.34 0.57 5.13 7.43 3.54 6.97 19.54 Kabupaten Luwu 57.00 1.04 10.64 0.22 6.55 9.15 1.77 2.26 11.37 Kabupaten Luwu 66.88 0.55 2.74 0.51 4.88 8.42 2.31 5.27 8.44 Utara Kabupaten Maros 40.04 1.52 22.33 0.88 1.56 8.11 5.58 5.96 14.02 Kabupaten Pangkep 17.58 5.34 56.30 0.37 3.01 4.50 3.11 2.60 7.18 Kabupaten Pinrang 62.45 0.86 4.60 0.69 4.08 10.99 3.95 4.14 8.25 Kabupaten Selayar 39.34 0.60 5.75 0.40 8.69 14.62 12.04 3.29 15.26 Kabupaten Sidrap 50.59 0.48 7.12 1.01 6.11 12.18 2.86 5.03 14.63 Kabupaten Sinjai 57.62 0.57 1.93 0.28 4.43 10.51 3.41 5.39 15.86 Kabupaten Soppeng 47.76 0.56 7.23 0.82 7.17 9.60 5.38 5.63 15.85 Kabupaten Takalar 47.36 0.67 8.35 1.15 5.21 11.03 4.68 6.06 15.50 Kabupaten Tana 44.88 0.48 4.30 0.51 4.58 14.92 4.13 6.03 20.17 Toraja Kabupaten Wajo 42.19 4.62 8.34 0.57 3.12 21.17 5.22 4.28 10.50 Kota Parepare 7.93 0.32 2.98 1.48 8.61 28.40 23.94 13.12 13.22 Kota Makasar 0.73 0.01 21.76 1.99 8.34 29.29 16.14 10.55 11.19 Kota Palopo 31.27 0.18 4.46 1.43 9.04 19.53 9.74 11.20 13.16 Kabupaten Luwu 12.78 80.51 1.85 0.15 0.35 1.35 0.65 1.05 1.31 Timur Kabupaten Toraja Utara 46.93 0.41 5.76 0.58 5.15 16.02 4.21 5.63 15.30 PDRB 29.70 8.86 13.28 1.02 5.52 16.08 7.83 6.44 11.27 Sumber :BPS Sulawesi Selatan, data diolah Dari tabel di atas bahwa sebagian besar daerah di Provinsi Sulawesi Selatan masih bertopang pada sektor pertanian, disusul kemudian oleh Kabupaten/kota yang berbasis pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan industri pengolahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi basis perekonomian di Provinsi Sulawesi Selatan dimana belum diikuti oleh bidang-bidang lainnya. Jasa-Jasa

57 Gambar 11. Peta Kontribusi PDRB Sektoral 2008 Kondisi ini semakin menjelaskan bahwa sektor pertanian memegang peranan yang penting dalam perekonomian Sulawesi Selatan. Terdapat banyak Kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan yang pendapatan domestik terbesarnya berasal dari sektor pertanian. Ada beberapa daerah pula yang pendapatan sektor pertanian dan sektor lainnya hampir mendekati sektor pertanian seperti Kota Palopo dan Kabupaten Selayar. Sementara untuk daerah dengan pendapatan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang dominan hampir seimbang dengan sektor lainnya seperti di Kota Pare-pare dan Kota Makassar. c. Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat melalui data penerimaan daerah yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

58 yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana Perimbangan dan Lain- Lain Penerimaan yang sah. Data Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah ini merupakan angka-angka cerminan atas kemampuan keuangan pemerintah daerah yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan dalam memanfaatkan potensi daerahnya. Pendapatan daerah masing-masing Kabupaten/Kota sangatlah beragam, daerah-daerah yang memiliki laju pertumbuhan pendapatan daerah yang tinggi ditunjukkan oleh Kabupaten Luwu Timur dan Kota Palopo. Meski laju pertumbuhan kedua daerah ini tinggi sumbangan terbesar pada total pendapatan kedua daerah ini berasal dari Dana Perimbangan, untuk Luwu Timur sebesar 77,34persen di tahun 2004, 70,36persen di tahun 2005, menjadi 94,19persen di tahun 2006, dan 80,96 di tahun 2008. Begitupula halnya dengan Kota Palopo kontribusi Dana Perimbangan menjadi dominan, 85,76persen di tahun 2004, 86,36persen di tahun 2005, 93,06persen di tahun 2006, 89,02persen di tahun 2007, dan 80,48persen di tahun 2008. Secara umum kontribusi PAD di seluruh Kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar berkisar di bawah 10 persen dari total pendapatan daerah tersebut. Kecuali untuk daerah-daerah tertentu seperti Kota Makassar, rata-rata kontribusi PAD dalam 5 tahun waktu sebesar 18,59 persen dan Kabupaten Pangkep sebesar 13,72 persen dan Kota Pare-Pare sebesar 11,45 persen. Masih rendahnya Pendapatan Asli Daerah mengindikasikan tingginya ketergantungan pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan terhadap Pemerintah Pusat.

Lampiran Tabel cetak d analisis keuangan daerah 59

60 Pada Tahun 2006 terjadi peningkatan Pendapatan Daerah di seluruh Kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dengan kenaikan rata-rata sebesar 48,84 persen. Nilai PAD terdiri dari komponen hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, nilai ini merupakan cerminan dari kemampuan pemerintah daerah masing-masing Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Laju pertumbuhan rata-rata seluruh Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 17,57 persen adalah Kabupaten Luwu Timur dengan ratarata Laju pertumbuhan PAD terbesar yakni 58,34 persen, disusul dengan Kabupaten Selayar yakni sebesar 43,35 persen, Kabupaten Sidrap sebesar 31,82 persen. Kabupaten Bulukumba sebesar 25,85 persen, Sedangkan kota Makassar sendiri laju pertumbuhan PAD kota Makassar sebagai ibukota Provinsi adalah sebesar 13,09, jauh dibawah daerah-daerah lainnya. Rincian besaran kontribusi masing-masing sumber PAD dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Kontribusi Sumber-Sumber Pendapatan Daerah Kontribusi terbesar dalam PAD untuk seluruh Kabupaten/kota yang ada di Prov. Sulawesi Selatan adalah berasal dari retribusi daerah mencakup Kabupaten Bone, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Gowa, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Pinrang, Kabupaten

61 Sidenreng Rappang, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Takalar, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Wajo, Kota Pare-Pare, dan Kota Palopo. Ada sebanyak 14 kabupaten/kota yang sumber PAD-nya didominasi oleh retribusi daerah. Selanjutnya diikuti 6 kabupaten/kota yang di dominasi sumber pendapatan daerahnya dari sumber lain-lain pendapatan asli daerah seperti Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Barru, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Selayar, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Luwu Timur. Dan Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep dan Kota Makassar di dominasi oleh rata-rata kontribusi pos pajak daerah. Rincian dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Persentase Konstribusi Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah Rata-Rata Rata- Rata-Rata Kontribusi Hasil Rata Kabupaten/Kota Kontribusi Pos Perusahaan dan Retribusi Pajak Daerah Kekayaan Daerah Daerah yang dipisahkan Rata-Rata Kontribusi Sumber Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Prop. Sulawesi Selatan 84,83 6,95 5,20 3,03 Kabupaten Bantaeng 11,71 28,46 13,62 46,21 Kabupaten Barru 18,51 20,40 13,00 48,08 Kabupaten Bone 18,23 49,61 3,80 28,36 Kabupaten Bulukumba 23,43 48,06 1,56 26,95 Kabupaten Enrekang 12,12 27,03 14,38 42,44 Kabupaten Gowa 26,19 52,51 2,18 19,12 Kabupaten Jeneponto 17,04 38,59 14,97 29,40 Kabupaten Luwu 17,24 40,09 7,61 29,32 Kabupaten Luwu Utara 15,45 53,84 0,91 29,79 Kabupaten Maros 40,81 37,48 5,97 15,74 Kabupaten Pangkajene dan Kep 54,64 17,19 10,86 17,30 Kabupaten Pinrang 20,09 44,77 13,47 21,66 Kabupaten Selayar 11,64 23,83 13,04 51,49 Kabupaten Sidenreng Rappang 16,09 50,12 8,06 25,73 Kabupaten Sinjai 10,23 32,83 5,15 51,79 Kabupaten Soppeng 19,73 52,76 3,73 23,78 Kabupaten Takalar 13,15 39,09 20,77 26,98 Kabupaten Tana Toraja 18,24 54,01 1,68 26,07 Kabupaten Wajo 16,09 38,23 16,30 29,39 Kota Pare-Pare 14,14 63,29 3,11 19,46 Kota Makassar 64,33 29,19 2,14 4,35 Kota Palopo 19,02 72,85 1,54 6,59 Kabupaten Luwu Timur 13,62 30,84 2,51 53,03 Sumber : Data diolah, 2010

62 Dana Perimbangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004. dana perimbangan meliputi Dana Bagi Hasil Pajak, dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana bagi hasil, bersumber dari pajak dan sumber daya alam sementara, meliputi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan bagi hasil sumber daya alam (SDA) yang terdiri dari sektor kehutanan, pertambangan umum, minyak bumi dan gas alam, serta perikanan. Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan berdasarkan persentase tertentu dan pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN kepada daerah tertentu dalam rangka pendanaan, pelaksanaan desentralisasi untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan pemerintah atas prioritas nasional serta mendanai kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu. Kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan atas kebutuhan daerah (fiscal needs) dengan potensi daerah (fiscal capacity). Berdasarkan konsep ini, daerah yang memiliki kemampuan keuangan relative besar akan lebih kecil diberikan DAU dan juga berlaku sebaliknya. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus. Pengalokasian DAK ditentukan dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun 2004, yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah (i) kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya: kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi/prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer, dan saluran drainase primer; dan (ii) kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Rincian mengenai sumber-sumber Dana Perimbangan secara rinci diperlihatkan pada Tabel 12.

63 Tabel 12. Persentase Kontribusi Sumber-Sumber Dana Perimbangan Kabupaten/Kota Rata-Rata Kontribusi Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak Rata-Rata Kontribusi Pos Dana Alokasi Umum Rata-Rata Kontribusi Pos Dana Alokasi Lainnya Prop. Sulawesi Selatan 41,97 57,25 0,77 0 Kabupaten Bantaeng 25,48 65,18 9,33 0 Kabupaten Barru 24,80 66,42 8,78 0 Kabupaten Bone 29,36 65,15 5,49 0 Kabupaten Bulukumba 27,89 65,82 6,28 0 Kabupaten Enrekang 35,66 56,83 7,51 0 Kabupaten Gowa 23,36 69,47 7,17 0 Kabupaten Jeneponto 29,88 63,43 6,47 0,22 Kabupaten Luwu 32,92 58,39 8,69 0 Kabupaten Luwu Utara 31,73 61,13 7,14 0 Kabupaten Maros 29,19 63,84 6,96 0 Kabupaten Pangkep 23,18 68,71 8,12 0 Kabupaten Pinrang 28,53 64,26 7,21 0 Kabupaten Selayar 29,77 62,04 8,20 0 Kabupaten Sidrap 27,91 63,72 8,37 0 Kabupaten Sinjai 24,77 65,94 9,29 0 Kabupaten Soppeng 24,84 67,81 7,35 0 Kabupaten Takalar 29,11 62,80 8,08 0 Kabupaten Tana Toraja 27,74 66,35 5,91 0 Kabupaten Wajo 35,66 58,13 6,21 0 Kota Pare-Pare 23,79 68,60 7,62 0 Kota Makassar 35,65 60,42 3,92 0 Kota Palopo 25,23 66,23 8,54 0 Kabupaten Luwu Timur 42,58 48,23 9,19 0 Sumber : Data Diolah, Seluruh Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar dana perimbangannya didominasi oleh Pos Dana Alokasi Umum. Berkisar 48,23 persen hingga 69,47 persen. Kabupaten Luwu Timur yang merupakan daerah dengan potensi pertambangan yang ada di daerah tersebut, memiliki persentase rata-rata kontribusi dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak (42,58 persen) yang tidak jauh berbeda dengan Pos Dana Alokasi Umum (48,23 persen). Kecenderungan yang agak berbeda dengan daerah lain dikarenakan potensi daerah Luwu Timur yang memiliki Pertambangan di daerahnya menyebabkan pos Dana Bagi Hasil menjadi mendekati angka DAU yang masih lebih besar. Selain Kabupaten Luwu Timur, Kota Makassar memiliki proporsi Dana Bagi Hasil

64 mencapai 35,65 persen. Gambar berikut juga menjelaskan Persentase proporsi kontribusi setiap sumber-sumber Dana Perimbangan keuangan. Gambar 13. Persentase Proporsi Sumber-Sumber Dana Perimbangan Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Lain-lain Pendapatan Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Pendapatan dari hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat, sedangkan hibah kepada daerah yang bersumber dari luar negeri harus dilakukan melalui pemerintah. Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah dan pemberi hibah. Pemerintah mengalokasikan dana darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan sumber PAD. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh karena dengan menggunakan sumber PAD. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh presiden.

65 Tabel 13 Persentase Proporsi Sumber-Sumber Lain-Lain Pendapatan yang sah Kabupaten/Kota Hibah Dana Darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Lainn ya Prop. Sulawesi Selatan 100,00 0 0 0 0 0 Kabupaten Bantaeng 30,92 0 48,28 3,13 17,67 0 Kabupaten Barru - 0 65,12 25,24 9,64 0 Kabupaten Bone 43,27 0 35,23 0,00 21,51 0 Kabupaten Bulukumba - 0 23,24 76,76 0,00 0 Kabupaten Enrekang - 0 7,00 90,79 2,21 0 Kabupaten Gowa 51,12 0 31,20 8,34 9,34 0 Kabupaten Jeneponto 1,84 0 80,96 0,00 17,20 0 Kabupaten Luwu - 0 74,61 0,00 9,29 16,09 Kabupaten Luwu Utara 14,68 0 85,32 0,00 0,00 0,00 Kabupaten Maros 33,56 0 33,13 11,48 21,83 0,00 Kabupaten Pangkep - 12,15 21,52 61,00 5,33 0,00 Kabupaten Pinrang - 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 Kabupaten Selayar - 0,00 10,17 89,55 0,28 0,00 Kabupaten Sidrap 12,69 0,00 26,88 56,79 3,64 0,00 Kabupaten Sinjai 5,92 0,00 12,03 80,98 1,08 0,00 Kabupaten Soppeng 12,70 0,00 54,99 26,33 5,98 0,00 Kabupaten Takalar 22,56 0,00 49,58 27,86 0,00 0,00 Kabupaten Tana Toraja 50,05 0,00 38,46 0,00 11,49 0,00 Kabupaten Wajo - 0,00 77,22 0,00 20,35 2,43 Kota Pare-Pare 17,17 1,48 69,76 9,31 2,28 0,00 Kota Makassar - 0,00 92,37 0,00 7,63 0,00 Kota Palopo 8,38 4,75 39,85 43,41 3,61 0,00 Kabupaten Luwu Timur - 0 99,15 0,00 0,85 0,00 Sumber : Keuangan (data diolah, 2010) Lain-Lain Pendapatan yang sah diterima oleh Kabupaten/kota yang ada di provinsi Sulawesi Selatan cenderung beragam meskipun nilai persentasenya kecil dibandingkan sumber-sumber pendapatan lainnya (lihat tabel proporsi sumbersumber APBD masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan), dimana sebagian besar bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak dari provinsi dan Pemda Lainnya. Seperti terlihat pada Gambar 14. Pendapatan Hibah secara umum cukup beragam, proporsi hibah terbesar terdapat pada daerah Kabupaten Gowa (51,12 persen dari total pendapatan lain-lain pendapatan yang sah), diikuti Kabupatenupten Tana Toraja (50,05 persen dari total pendapatan lain-lain pendapatan yang sah). Sedangkan ada beberapa daerah yang sama sekali tidak mempunyai pendapatan hibah. Sedangkan untuk dana darurat hanya diperoleh Kabupaten Pangkajene dan Kep, Kota Pare-Pare dan Kota Palopo.

66 Gambar 14. Proporsi Sumber-Sumber Lain Pendapatan yang Sah Prov. Sulawesi Selatan Pendapatan dana bagi hasil pajak ini yang cukup dominan pada sumber lainlain pendapatan yang sah paling besar dimiliki Kabupatenuaten Pinrang, Kabupaten Luwu Timur dan Kota Makassar. Sedangkan untuk dana penyesuaian terbesar dimiliki Kabupaten Enrekang, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Selayar, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sidrap. Pendapatan Bantuan Keuangan paling besar diterima Kabupaten Maros, Kabupaten Bone, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Tana Toraja. Sedangkan untuk pendapatan lainnya hanya dimiliki Kabupatenvupaten Luwu. Seperti terlihat pada gambar di atas. 4.1.4 Perkembangan Infrastruktur/fasilitas sosial dan ekonomi 4.1.4.1 Fasilitas Sosial Pembangunan fasilitas sosial, penting untuk dibangun dalam rangka memaksimalkan interaksi sosial, pelayanan publik dan memudahkan sistem aliran informasi dan sumber daya antar pusat atau antar Kabupaten/kota yang diharapkan berimbang (simetrik). Beberapa indikator pembangunan fasilitas sosial yang dimaksudkan antara lain, fasilitas pendidikan, kesehatan, air bersih, olahraga dan

67 seni budaya, keagamaan, penerangan dan telekomunikasi serta fasilitas pelayanan publik dan swasta. 4.1.4.2 Infrastruktur Ekonomi Pembangunan infrastruktur ekonomi suatu wilayah amat penting, untuk mendorong aliran sumber daya (informasi, barang dan jasa) yang efisien, meningkatkan produktivitas dan interaksi spasial yang saling memperkuat. Pembangunan infrastruktur ekonomi yang dimaksudkan adalah fasilitas pasar, tokoh, perusahaan, jaringan perhubungan dan obyek wisata yang mendorong interaksi dan keterkaitan. Berikut adalah jumlah infrastruktur ekonomi setiap Kabupaten/kota yang dilihat. Tabel 14. Kondisi Infrastruktur Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan, 2008. No Kabupaten/Kota Kios sarana produksi pertanian (Milik KUD) Milik Non-KUD ( 19 pekerja) dan Kerajinan Rumah Tangga (1-4 pekerja) :a. Industri Industri dari kayu Industri dari logam/logam mulia Industri anyaman 1 SELAYAR 15 21 0 425 19 863 40 0 1508 399 7 0 18 126 1694 2 BULUKUMBA 8 52 0 738 17 221 50 1165 1914 717 20 16 27 153 3296 3 BANTAENG 5 26 10 157 9 43 0 1 67 453 0 0 8 190 1318 4 JENEPONTO 8 77 0 293 32 496 12 129 2232 690 12 2 7 280 5106 5 TAKALAR 6 78 0 389 34 3304 164 58 1174 676 5 3 10 320 2960 6 GOWA 15 205 1 386 72 918 1096 108 1452 248 8 46 18 59 791 8044 7 SINJAI 23 48 0 320 53 41 2 1 1734 454 9 3 7 378 4187 8 MAROS 9 74 2 114 5 121 9 61 547 234 14 20 64 563 4446 9 PANGKAJENE DAN KEP 6 90 5 214 40 587 124 32 833 358 8 8 70 461 3478 10 BARRU 4 23 10 210 30 14 54 22 1218 245 7 5 39 689 2987 11 BONE 11 215 11 1281 119 3148 265 1080 4767 102 6 45 34 59 836 9623 12 SOPPENG 8 65 0 442 126 31 30 17 1063 508 2 0 19 593 3616 13 WAJO 8 38 2 425 30 399 378 10589 750 763 29 13 28 378 7392 14 SIDENRENG RAPPANG 5 77 0 265 594 82 63 840 344 514 15 2 49 359 2982 15 PINRANG 10 116 0 415 99 107 33 242 1734 334 26 4 32 559 5604 16 ENREKANG 15 174 0 511 47 115 23 242 2108 16 11 3 24 433 2143 17 LUWU 20 132 4 374 0 938 104 17 1163 457 32 25 22 448 4061 18 TANA TORAJA 7 46 257 1023 329 2572 0 322 163 48 15 6 47 520 2181 19 LUWU UTARA 6 141 9 295 50 601 47 38 922 137 22 5 32 532 3963 20 LUWU TIMUR 5 76 0 271 10 88 16 6 243 55 6 5 11 6 293 2587 21 MAKASSAR 1 2 4 337 296 15 12 27 734 65 56 70 30 1022 1577 4 0 22 PARE-PARE 0 6 0 217 80 0 6 9 102 71 1 2 34 406 4940 23 PALOPO 0 16 0 94 16 121 13 0 158 58 2 7 31 371 1016 Prop. Sulawesi Selatan Sumber : Data Podes 2008, data diolah Industri gerabah/keramik Industri dari kain/tenun Industri makanan dan minuman 195 1798 315 9196 2107 14825 2541 15006 26930 Lainnya 107 66 Pasar tanpa bangunan 39 0 Mini market 25 1 Restoran/rumah makan 11 06 Warung/kedai makanan minuman 1125 6 Toko/warung kelontong 9784 4

68 a. Panjang Jalan dan Angkutan Bermotor Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Usaha pembangunan yang makin meningkat menurut adanya transportasi untuk menunjang mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang dari dan ke suatu daerah. Panjang jalan di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sepanjang 24.307, 13 km. Dilihat dari status kewenangannya, 1.556,13 km jalan di Sulawesi Selatan di bawah wewenang negara dan 1.209,40 km merupakan wewenang Pemda Provinsi Sulawesi Selatan. Jumlah kendaraan bermotor di Sulawesi Selatan tahun 2008 sebanyak 1.609.115 unit atau naik sebesar 22,35 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 1.315.195 unit. Kendaraan-kendaraan bermotor tersebut terdiri dari 123.105 unit mobil penumpang, 74.378 unit mobil beban, 32.630 unit bus dan yang merupakan jumlah terbesar adalah sepeda motor dengan jumlah 1.376.931 unit. Arus barang dan penumpang yang keluar masuk Sulawesi Selatan melalui pelabuhan udara meningkat. Pada tahun 2008 penumpang yang berangkat melalui pelabuhan udara Hasanuddin sebanyak 1.579.822 orang, atau menungkat sebesar 4,28 persen dibandingkan tahun 2007. Sedangkan penumpang yang masuk Sulawesi Selatan melalui pelabuhan udara Hasanuddin pada tahun 2007 sebanyak 1.646.318 jiwa dan meningkat menjadi 1.751.558 jiwa pada tahun 2008 atau naik sebesar 6,39 persen. Sedangkan arus barang yang dibongkar melalui pelabuhan Udara Hasanuddin tercatat 39.549 ton terdiri atas 20.685 ton bagasi, 17.934 ton barang/kargo dan 840 ton paket pos. Sedangkan barang yang dimuat melalui pelabuhan udara Hasanuddin tahun 2008 tercatat 32.432 ton yang terdiri dari 17.558 ton bagasi, 14.435 ton barang/cargo dan sisanya sebanyak 439 ton paket pos.

69 Tabel 15. Panjang Jalan menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan (Km), 2008 Kabupaten/ Kota Negara Provinsi Kabupaten Jumlah Regency/City State Province Regency Total Selayar - 91,11 689,49 780,6 Bulukumba 37,1 108,88 728,66 874,64 Bantaeng 36,34 19 514,83 570,17 Jeneponto 52,99 42 713,1 808,09 Takalar 29,66-754,61 784,27 Gowa 16,65 187,49 2.195,94 2.400,08 Sinjai 44,54 62,88 829,46 936,88 Maros 86,01-892,8 978,81 Pangkep 84-641,02 725,02 Barru 65,48 34,06 617,28 716,82 Bone 207,72 130,83 1.641,86 1.980,41 Soppeng - 119,28 752,73 872,01 Wajo 138,4 77,05 1.261,73 1.477,18 Sidrap 65,22 40,92 992,04 1.098,18 Pinrang 70,22 66,47 734,78 871,47 Enrekang 82,65 28 812,7 923,35 Luwu 117,78-1.478,35 1.596,13 Tana Toraja 90,07 54,93 1,943,60 2.088,60 Luwu Utara 111,12 146,5 1,663,32 1.920,94 Luwu Timur 146,17-511,2 697,37 Makassar 49,18-731,29 780,47 Pare Pare 18,05-273,1 291,15 Palopo 6,78-127,71 134,49 Jumlah/Total 1.556,13 1.209,40 21.501,60 24.307,13 Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka 2009, BPS. Pembangunan sarana pos dan telekomunikasi diarahkan untuk meningkatkan kelancaran arus informasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Kalancaraan informasi/data-data yanng diharapkan mampu memacu kegiatan perekonomian antara daerah. Jumlah fasilitas pelayanan pos yang dibangun pemerintah di daerah Sulawesi Selatan hingga tahun 2008 tercatat 91 kantor pos, yang terdiri dari 23 kantor pos dan giro yang tersebar di 23 Kabupaten/kota, 68 kantor pos dan giro pembantu. Jumlah surat yang dikirim di dalam negeri melalui kantor pos dan giro pembantu.