BAB IV ANALISIS DINAMIK MODEL SUBTHALAMIK NUKLEUS. Pada model matematika yang dibangun di Bab III, diperoleh 5 persamaan diferensial,

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL MATEMATIKA PENJALARAN IMPULS SARAF PADA SUBTHALAMIK NUKLEUS

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain

BAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau

BIFURKASI SADDLE-NODE PADA SISTEM INTERAKSI NONLINEAR SEPASANG OSILATOR TANPA PERTURBASI

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan sistem dinamik kontinu dan sistem dinamik yang. menggunakan waktu diskrit disebut dengan sistem dinamik diskrit.

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

BIFURKASI HOPF PADA MODEL SILKUS BISNIS KALDOR-KALECKI TANPA WAKTU TUNDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf

1.2 Tujuan Penelitian 1.3 Perumusan Masalah 1.4 Hipotesis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saraf Neurofisiologi

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

ANALISIS DINAMIK SISTEM PREDATOR-PREY MODEL LESLIE-GOWER DENGAN PEMANENAN SECARA KONSTAN TERHADAP PREDATOR

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1.3 Perumusan Masalah. 1.4 Hipotesis. 1.5 Keluaran. 2.2 Fisiologi Sel Saraf. 2.1 Morfologi Sel Saraf

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR...

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya

BIFURKASI HOPF PADA MODIFIKASI MODEL PREDATOR-PREY LESLIE GOWER DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis bifurkasi pada model predator-prey dengan dua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BIFURKASI HOPF DALAM MODEL EPIDEMI DENGAN WAKTU TUNDAAN DISKRET

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

BIFURKASI DARI HASIL MODIFIKASI SISTEM PERSAMAAN LORENZ

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM DINAMIKA PROPAGASI POTENSIAL AKSI TERSTIMULASI ARUS EKSTERNAL SERTA SINKRONISASI CHAOTIK JARINGAN SYARAF MADA SANJAYA WS

IV PEMBAHASAN. ,, dan, dengan menggunakan bantuan software Mathematica ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

ANALISIS KESTABILAN MODEL PERSAMAAN GERAK KINCIR AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS NUMERIK SISTEM DINAMIK DAN SINKRONISASI PROPAGASI TIPE 1 DAN 2 MODEL SARAF TERKOPEL MORRIS-LECAR ADAM SUKMA PUTRA

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI

BIFURKASI PITCHFORK PADA SISTEM DINAMIK DIMENSI-n SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit virus Ebola merupakan salah satu penyakit menular dan mematikan

BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS Paul S. Poli/Biofisika/2006 1

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

Bab III Model Awal Kecanduan Terhadap Rokok

BIFURKASI TRANSKRITIKAL PADA SISTEM DINAMIK SKRIPSI

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

LAMPIRAN. Studi Pustaka. Pembuatan Program Model Neuron Fitzhugh-Nagumo. Berhasil. Variasi Variabel b

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

SKEMA NUMERIK PERSAMAAN LESLIE GOWER DENGAN PEMANENAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MODEL DENYUT JANTUNG DENGAN MENGGUNAKAN TEORI BIFURKASI

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL PERTUMBUHAN DUA MIKROORGANISME DI MEDIUM KEMOSTAT

DESKRIPSI PENGARUH PARAMETER TERHADAP KESTABILAN PERILAKU SISTEM BANDUL GANDA SEDERHANA

BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

Teori Bifurkasi (3 SKS)

Harjanto, E. 1 dan Tuwankotta, J. M. 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERAN PENTING LAJU PERUBAHAN KALOR PADA MODEL DINAMIK UNSUR UNSUR UTAMA IKLIM

PENYELESAIAN NUMERIK DAN ANALISA KESTABILAN PADA MODEL EPIDEMIK SEIR DENGAN PENULARAN PADA PERIODE LATEN

STABILITAS GLOBAL MODEL HOLLING-TANNER TIPE II LAZUARDI RAMADHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR. Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5.

Model Matematika Jumlah Perokok dengan Nonlinear Incidence Rate dan Penerapan Denda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al.,

IV PEMBAHASAN. jika λ 1 < 0 dan λ 2 > 0, maka titik bersifat sadel. Nilai ( ) mengakibatkan. 4.1 Model SIR

Bab II Teori Pendukung

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MODEL SIKLUS BISNIS IS-LM DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL TUNDAAN

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

ANALISIS DINAMIK SKEMA EULER UNTUK MODEL PREDATOR-PREY DENGAN EFEK ALLEE KUADRATIK

BENTUK NORMAL BIFURKASI HOPF PADA SISTEM UMUM DUA DIMENSI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR SKRIPSI

ANALISIS PERILAKU DINAMIK PADA SEL T CD4 + DAN SEL T CD8 + TERHADAP INFEKSI MIKOBAKTERIUM TUBERKULOSIS

DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL

( t) TINJAUAN PUSTAKA. x dengan nilai fungsi dari: x

LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF TAHUN ANGGARAN 2017

T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic

BAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

Model Matematika Penyebaran Internal Demam Berdarah Dengue dalam Tubuh Manusia

IDENTIFIKASI TITIK TITIK BIFURKASI DARI MODEL TRANSMISI PENYAKIT MENULAR

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DINAMIK MODEL SUBTHALAMIK NUKLEUS Pada model matematika yang dibangun di Bab III, diperoleh 5 persamaan diferensial, yang dapat disederhanakan sebagai berikut : d ( v ) = f 1( vnhrcai,,,, ; input ) dt d ( n ) = f 2( v, n ; I input ) dt d ( h ) = f 3( v, h ; I input ) (4.1) dt d () r = f 4(,; v r I input ) dt d ( Ca ) = f 5( v, r, Ca ; I input ) dt dengan f1, f2, f3, f4, f 5 merujuk pada persamaan (3.1), (3.3.1), (3.3.2), (3.3.3), (3.6.). 4.1 Titik-titik stasioner Titik-titik stasioner dari sistem persamaan (4.1) diperoleh dari selesaian f =, f =, f =, f =, f =. (4.2) 1 2 3 4 5 Secara analitik, titik-titik stasioner ini tidak mudah diperoleh. Pada seksi berikut akan dikaji analisis numerik dan dinamik di sekitar titik-titik stasioner dengan memvariasikan input I. 19

4.2 Simulasi Numerik Model satu sel pada subthalamik nukleus (4.1) disimulasikan dengan menggunakan MATCONT pada MATLAB. Pada simulasi ini, parameter yang diambil adalah besarnya arus yang masuk untuk mengetahui pengaruh pemberian I input terhadap dinamika membran potensial sel. Kurva ekuilibrium terhadap parameter I input di 5 diperoleh dari penyelesaian (4.2) yang dibatasi pada interval v [ 1, ] dan I [ 1, 2]. input 2 15 H A 1 Neutral Saddle Hopf Bifurcation 5 B1 I input (pa) H B2-5 -1-15 C A : Daerah di atas titik Hopf. I input > 15.75248 pa, v > -32.499354 mv. B : Daerah antara titik Hopf dan Neutral Saddle. -27.156597 pa < I input < 15.75248 pa, -56.44972 mv < v < -32.499354 mv. C : Daerah di bawah Neutral Saddle. I input < -5.2665336 pa, v < -56.44972 mv. -2-1 -8-6 -4-2 2 4 6 8 1 v (mv) 2

Gambar 4.1 Kurva ekuilibrium Hopf Neutral Saddle n.484424.4519648 h.193946.99636863 r 3.2231461 e -8.4979135 Ca 1.8391372.45375454 v -32.499354-56.44972 I input 15.75248-5.2665336 λ1 -.17231 -.245168 λ2 -.347826 -.347797 λ3 -.9582 -.28336 λ4 2.76173i.28336 λ5 2.76173i.4242 Tabel 4.1 Nilai variabel, parameter dan nilai eigen 4.3 Bifurkasi Hopf Pada gambar di atas ditemukan adanya bifurkasi Hopf. Bifurkasi Hopf terjadi saat ditemukan sepasang nilai eigen yang imajiner murni pada suatu nilai parameter tertentu. Bifurkasi Hopf menjamin adanya solusi periodik di sekitar titik bifurkasi. Gambar 4.2 Bifurkasi Hopf (Kuznetsov, Yuri A., Scholarpedia, 1(1):1858, 26). 21

Pada tabel 4.1, terlihat bahwa saat terjadi bifurkasi Hopf nilai eigennya 3 bernilai negatif dan 2 lainnya memiliki komponen real yang sangat kecil, mendekati sehingga dapat dianggap, disertai 2 komponen imajinernya. Secara numerik, karena sulit untuk memperoleh nilai eigen dengan komponen real tepat maka nilai eigen yang sangat kecil mendekati dianggap bernilai. 4.4 Analisis dinamik di sekitar kurva ekuilibrium Plot ekuilibrium akan dianalisis dengan membaginya menjadi 3 daerah berdasarkan bifurkasi yang ditemukan. Karakteristik masing-masing daerah akan dijabarkan, termasuk rentang I input dan membran potensial (v), perubahan nilai eigen, serta kestabilan titiktitik stasionernya. 4.4.1 Daerah A Daerah A merupakan daerah yang terletak di atas bifurkasi Hopf pada plot ekuilibrium dengan I inputnya lebih dari 15.75248 pa dan v lebih dari -32.499354 mv. Pada daerah ini, didapatkan semua nilai eigennya selalu bernilai negatif, yang artinya titik-titik tetap di daerah A bersifat stabil. Hal ini menunjukkan bahwa saat diberikan I input lebih dari 15.75248 pa, maka gambaran v yang diperoleh akan menuju ke satu titik, yaitu titik tetapnya. Karakteristik ini dapat dilihat pada gambar 4.4 dan 4.5 di bawah ini. 22

5-5 -1 5 1 t (ms) 15 2 25 Gambar 4.3 Saat diberikan I input 151 pa selama 5ms pada milidetik ke 5. Di atas bifurkasi Hopf, sebenarnnya terdapat solusi periodik, namun karena titik-titik stasioner di daerah A bersifat stabil, maka solusi periodiknya bersifat tidak stabil. Akibatnya gambaran yang terlihat bukan berupa solusi periodik melainkan berupa garis lurus. 2 18 16 14 NS 12 IGS 1 8 6 4 2-1 -8-6 -4-2 2 4 6 8 1 v Gambar 4.4 Plot kumpulan solusi periodik di sekitar bifurkasi Hopf. 4.4.2 Daerah B 23

Daerah B dibagi dua pada nilai I input menjadi B1 dan B2. Daerah B1 terletak di antara bifurkasi Hopf dengan Neutral saddle dengan rentang I inputnya antara 15.75248 pa dan -5.2665336 pa. Pada daerah ini, 3 nilai eigennya bernilai negatif dan 2 lainnya bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa titik-titik tetap pada daerah ini bersifat tidak stabil. Berdasarkan teorema bifurkasi Hopf, karena daerah terletak di sekitar bifurkasinya dan titik-titik stasionernya tidak stabil, maka solusi periodiknya akan menjadi stabil. 1 5-5 -1-15 I input = 15 pa -2 5 1 15 2 25 3 t (ms) Gambar 4.5 Saat diberikan I input 15 pa selama 5ms pada milidetik ke 5. Pemberian I input sedikit lebih kecil dari batas bawah I input bifurkasi Hopf mengakibatkan adanya solusi periodik dengan periode yang sangat kecil. Bila dibandingkan dengan Gambar 4.3 di atasnya yang hanya terpaut 1 pa namun berada di atas bifurkasi Hopf, maka terlihat jelas perbedaan gambarannya yang berupa garis lurus. Ketika I input dalam rentang B1 yang diberikan lebih diperkecil, akan tetap terlihat adanya solusi periodik dengan periode yang semakin besar berbanding terbalik dengan besar I input tersebut. 24

5-5 I input (pa) -1 5 1 t (ms) 15 2 25 A 5 I input (pa) -5 1-1 5 1 t (ms) 15 2 25 B 15 1 I input (pa) 5 2 4 6 8 Period 1 12 14 16 18 2 C Gambar 4.6 A.Saat diberikan I input sebesar 4 pa selama 5ms pada milidetik ke 5. B. Saat diberikan I input sebesar 1 pa selama 5ms pada milidetik ke 5. C. Kurva I input terhadap perioda. 25

Gambar 4.5 memperlihatkan solusi periodik berbanding terbalik dengan I inputnya. Semakin besar I input artinya periodenya semakin kecil. Daerah B2 dibatasi oleh I input antara -27.156597 pa dan -5.2665336 pa. Nilai eigennya terdiri dari 2 positif dan 3 negatif, maka titik-titik stasionernya tidak stabil. Karena pada rentang ini terdapat titik-titik stasioner lain yang bersifat stabil, maka daerah ini tidak akan memberikan gambaran periodik. 4.4.2.1 Saat pemberian I input =, Spontaneous Spiking Behaviour Pada simulasi selanjutnya, I input yang dipilih adalah, dengan tujuan untuk menggambarkan kemampuan spontaneous spiking behaviour. Setiap sel di subthalamik nukleus mampu menghasilkan spike tanpa adanya pengaruh dari komponen lain (I input =). Secara biologis, hal ini dapat terjadi karena membran potensial istirahat sel saraf lebih negatif daripada sel-sel lain, yang artinya sel saraf lebih mudah dirangsang. Hanya dengan perubahan membran potensial akibat perpindahan ion-ion tanpa melibatkan I input. Secara matematis, di daerah ini masih berlaku solusi periodik dari pengaruh bifurkasi hopf yang terlihat pada Gambar 4.6. 26

5 r -5-1 5 1 t (ms) 15 2 25 A n 1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 5 1 t (ms) 15 2 25 B h 1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 5 1 t (ms) 15 2 25 C.1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 5 1 t (ms) 15 2 25 D 27

.2.18.16.14 Ca (mol/liter).12.1.8.6.4.2 5 1 t (ms) 15 2 25 E Gambar 4.7. A. Gambaran spontaneous spiking behaviour pada sel STN. B. Peluang terbukanya saluran lambat natrium terhadap waktu. C. Peluang terbukanya saluran kalium terhadap waktu. D. Peluang terbukanya saluran kalsium low threshold terhadap waktu. E. Kadar kalsium dalam sel terhadap waktu. Gambar 4.7 dapat dijelaskan sesuai dengan kondisi nyata, baik gambaran spike, teraktivasinya saluran natrium, kalium, maupun kalsium low threshold.. 4.4.3 Daerah C Daerah C terletak di bawah Neutral Saddle dengan I input lebih kecil dari -5.2665366 pa. Pada daerah ini, semua nilai eigennya bernilai negatif, sehingga bersifat stabil. Berdasarkan model, I input akan negatif saat arus yang masuk dari globus palidus eksterna memiliki sifat inhibisi lebih besar daripada arus input yang bersifat eksitasi. Membran potensial menjadi lebih negatif sehingga membutuhkan potensial aksi yang lebih besar untuk merangsangnya. 28

Namun pada sel subthalamik nukleus ini, saat diberikan sejumlah arus tertentu yang bersifat menginhibisi, potensial membran sel kemudian menurun di bawah potensial membran istirahat tapi setelah arus inhibisi ini ditiadakan, akan terjadi bursts. Kejadian ini disebabkan adanya peningkatan potensial membran yang berlangsung secara tiba-tiba saat arus inhibisi tersebut dilepaskan, sehingga menimbulkan potensial aksi. Secara biologis, kejadian ini dapat dijelaskan oleh peran ion kalsium low threshold yang akan aktif ketika nilai membran potensial lebih negatif dari membran potensial istirahatnya. 29

r.9 1.8.7.6 n.5.4.3.2.1 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 t 1.9.8.7.6 h.5.4.3.2.1 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 t.5.45.4.35.3.25.2.15.1.5 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 t.5.45.4.35.3 Ca.25.2.15.1.5 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 t Gambar 4.8 A. Peluang terbukanya saluran natrium saat terjadi inhibisi. B. Peluang terbukanya saluran kalium saat terjadi inhibisi. C. Peluang terbukanya saluran kalsium low threshold saat terjadi inhibisi. D. Konsentrasi kalsium saat terjadi inhibisi. 3

5 v (m V) -5 I input (pa) 3 ms -1 5 1 15 2 25 t( S) A -25 5-5 I input (pa) 45 ms -25-1 5 1 t (ms) 15 2 25 B 5-5 I input (pa) 6 ms -25-1 5 1 t (ms) 15 2 25 C Gambar 4.9 A.Saat I input = -25 pa selama 3 ms. B. Saat I input = -25 pa selama 45 ms. C. Saat I input = -25 pa selama 6 ms. 31

Gambar 4.8 memperlihatkan pengaruh lama waktu pemberian input yang bersifat menginhibisi dengan bursts yang terjadi. Dapat disimpulkan bahwa lama pemberian burst berbanding lurus dengan lama terjadinya bursts. 5-5 I input (pa) 3 ms -3-1 5 1 t (ms) 15 2 25 A 5-5 I input (pa) 3 ms -4-1 5 1 t (ms) 15 2 25 B Gambar 4.1 A. Saat diberi I input = -2 pa selama 3 ms. B. Saat diberi I input = -3 pa selama 3 ms. C. Saat diberi I input = -4 pa selama 3 ms. Dari Gambar 4.9 yang memvariasikan besar I input, terlihat pengaruhnya terhadap bursts yang terjadi. Semakin besar input yang diberikan, bursts yang terjadi akan semakin lama. 32