Bab III Metodologi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

DAFTAR PUSTAKA. Amos, M.D., Basic Atomic Absorption Spectroscopy, Varian Techtron Pty Ltd, Springvale, Australia,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

3 Metodologi Penelitian

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan November

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

Metodologi Penelitian

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Pupuk super fosfat tunggal

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

3 Metodologi Penelitian

METODE ANALISIS. ph H 2 O (1:5) Kemampuan Memegang Air (Water Holding Capacity)

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

Bab III Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. Metodologi Penelitian

LAMPIRAN. I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Transkripsi:

Bab III Metodologi Penelitian III.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan januari hingga maret 2008 percobaan skala 500 mililiter di laboratorium kimia analitik Institut Teknologi Bandung. III.2 Alat dan Bahan III.2.1 Alat Alat yang akan dipergunakan dalam penelitian ini antara lain alat spektrofotometer Hewlett Packard 8452 A Diode Array Spectrophotometer, Spekrofotometer Serapan atom Perkin Elmer 3110, Neraca analitis Mettler AE 200, ph-meter Orion 420 A, desikator, seperangkat alat gelas dari pyrex ( gelas ukur, labu ukur, gelas kimia, batang pengaduk, pipet ukur, pipet tetes), filler, cawan petri, botol semprot, Mesh, spatula, blender, jar test. III.2.2 Bahan Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 1 gram Garam Mhor ((NH 4 ) 2 SO 4 FeSO 4.6H 2 O), 7,5 gram Mangan Nitrat (Mn(NO 3 ) 2 4H 2 O), 10 gram Hirazin Sulfat (( CH 3 ) 2 HSO 4 ), 15,38 gram Mangan Sulfat ( Mn SO 4.H 2 O ), 25 gram Besi Sulfat ( FeSO 4 ), 50 mililiter Amonium Hidroksida (NH 4 OH), 50 mililiter Asam klorida (HCl), 120 gram Heksametiltetraamin ((CH 3 ) 6 N 4 ), 100 liter aqua dm. III.3 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam beberapa tahap meliputi uji pendahuluan dan uji lanjut. Uji pendahuluan dilakukan untuk mencari ph optimum dan konsentrasi optimum biokoagulan (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan, kadar ion besi dan kadar ion mangan dalam masing-masing sampel buatan. Pada uji pendahuluan mencari konsentrasi optimum biokoagulan kelor (Moringa oleifera) digunakan konsentrasi kelor (Moringa oleifera) dengan kisaran konsentrasi lebar, setelah diketahui kisaran konsentrasi optimum aktifitas biokoagulan secara kasar kemudian dipersempit rentang konsentrasinya.

III.4 III.4.1 Cara Kerja Persiapan Koagulan Biji Moringa oleifera yang digunakan adalah buah yang telah tua, berwarna coklat tua dan kering. Bijinya dikeluarkan dan dipilih yang tidak kisut, dikumpulkan dan disimpan di tempat yang kering. Biji yang digunakan sebagai bioflokulan dikupas dan dihaluskan dengan blender kemudian diayak supaya diperoleh ukuran serbuk yang sama. Ukuran lubang ayakan digunakan 25 mesh kemudian ditimbang sesuai konsentrasi yang diperlukan. III.4.2 Pembuatan Larutan Induk (sampel) Kekeruhan A. Di buat larutan I-Larutan 1 gr Hidrazin sulfat (NH 2 ) 2 HSO 4 dalam aquades, kemudian diencerkan hingga volumenya mencapai 100 ml didalam labu ukur. B. Di buat larutan II larutkan 10 gr heksametilentetramin (CH 2 ) 6 H 4 dalam aquades kemudian diencerkan hingga volumenya mencapai 100 ml didalam labu ukur. C. Dicampurkan 5 ml larutan I dengan 5 ml larutan II biarkan selama 24 jam pada suhu kamar supaya bercampur rata. Larutan ini memiliki kekeruhan dengan konsentrasi 4000 NTU, Dari larutan standar 4000 NTU diencerkan dengan aqua dm hingga 1 liter dengan volume larutan standar tergantung konsentrasi yang diinginkan. III.4.3 Pembuatan Larutan Induk (sample) Fe Ditimbang dengan teliti 24,89 mg FeSO 4. 7H 2 O kemudian dilarutkan dengan Aqua dm hingga 500 ml, larutan mempunyai konsentrasi Fe 10 ppm. III.4.4 Pembuatan larutan Induk (sample) Mn Ditimbang dengan teliti 15,38 mg MnSO 4. H 2 O lalu dilarutkan dengan Aqua dm hingga 500 ml, larutan mempunyai konsentrasi Mn 10 ppm. III.4.5 Penentuan Pengaruh ph Terhadap Kekeruhan. Ke dalam 13 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar kekeruhan 300 NTU sebanyak 500 ml ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan Variasi ph 1 sampai 14 20

dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm menggunakan alat jar test, dan didiamkan selama 1 jam. Pipet larutan kira-kira 100 ml dan di analisis kadar kekeruhan yang tersisa dengan spektrofotometer. III.4.6 Penentuan ph Optimum Penurunan Kekeruhan dengan Biji Kelor Ke dalam 6 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar kekeruhan 300 NTU sebanyak 500 ml ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan Variasi ph (3,4,5,6,7,8) Kemudian ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkann 2 gram biji kelor dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm menggunakan ml dan di analisis kadar kekeruhan yang tersisa dengan spektrofotometer. III.4.7 Penentuan Jumlah Koagulan untuk Menurunkan Kekeruhan dengan Biji Kelor Ke dalam 9 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar kekeruhan 300 NTU sebanyak 500 ml. Ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum pada pemeriksaan sebelumnya, Kemudian ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkann biji kelor hingga didapatkan variasi jumlah biji kelor (1,050; 1,100; 1,150; 1,200; 1,250; 1,300; 1,350; 1,400; 1,450 ) gram kemudian dilakukan pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 100 rpm lalu dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm mengunakan alat jar test, dan didiamkan selama 1 jam. Pipet bagian atas larutan kira-kira 100 ml dan di analisis kadar kekeruhan yang tersisa dengan spektrofotometer. 21

III.4.8 Penentuan Kapasitas Koagulan untuk Menurunkan Kekeruhan dengan Biji Kelor Ke dalam 10 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar kekeruhan bervariasi (200, 210, 220, 230, 240, 250, 260, 270, 280, 290,300) NTU sebanyak 500 ml ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum, Kemudian ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkann biji kelor dengan jumlah optimum kemudian dilakukan pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 100 rpm lalu dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm mengunakan alat jar test, dan didiamkan selama 1 jam. Pipet bagian atas larutan kira-kira 100 ml dan di analisis kadar kekeruhan yang tersisa dengan spektrofotometer. III.4.9 Penentuan Pengaruh ph Terhadap Penurunan ion besi. Ke dalam 13 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar ion besi 10 ppm sebanyak 500 ml ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan Variasi ph 1 sampai 13 dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm mengunakan ml dan di analisis kadar besi yang tersisa dengan AAS. III.4.10 Penentuan ph Optimum Adsorpsi Ion Besi dengan Biji Kelor Ke dalam 5 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar ion besi 10 ppm sebanyak 500 ml ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan Variasi ph (1,2,3,4,5) Kemudian kedalam masing-masing gelas piala ditambahkann 1 gram biji kelor dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm mengunakan ml dan di analisis kadar besi yang tersisa dengan AAS. 22

III.4.11 Penentuan Jumlah Koagulan untuk Adsorpsi Ion Besi dengan Biji Kelor Ke dalam 11 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar besi 10 ppm sebanyak 500 ml. Ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum pada pemeriksaan sebelumnya, Kemudian kedalam masing-masing gelas piala ditambahkann biji kelor hingga didapatkan variasi jumlah biji kelor (1,000; 1,050; 1,100; 1,150; 1,200; 1,250; 1,300; 1,350; 1,400; 1,450 ) gram kemudian dilakukan pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 100 rpm lalu dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm mengunakan alat jar test, dan didiamkan selama 1 jam. Pipet bagian atas larutan kira-kira 100 ml dan di analisis kadar besi yang tersisa dengan AAS. III.4.12 Penentuan Kapasitas Koagulan untuk Adsorpsi Ion Besi dengan Biji Kelor Ke dalam 10 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar besi bervariasi (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10) ppm sebanyak 500 ml ke dalam masingmasing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum Kemudian kedalam masing-masing gelas piala ditambahkann biji kelor dengan jumlah optimum kemudian dilakukan pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 100 rpm lalu dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm mengunakan alat jar test, dan didiamkan selama 1 jam. Pipet bagian atas larutan kira-kira 100 ml dan di analisis kadar besi yang tersisa dengan AAS. III.4.13 Penentuan Pengaruh ph Terhadap Penurunan ion mangan. Ke dalam 13 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar logam mangan 10 ppm sebanyak 500 ml ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan Variasi ph 1 sampai 13 dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm mengunakan ml dan di analisis kadar mangan yang tersisa dengan AAS. 23

III.4.14 Penentuan ph Optimum Adsorpsi Ion Mangan dengan Biji Kelor Ke dalam 8 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar logam mangan 10 ppm sebanyak 500 ml ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan Variasi ph (1,2,3,4,5,6,7,8) Kemudian kedalam masing-masing gelas piala ditambahkann 2 gram biji kelor dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm mengunakan ml dan di analisis kadar mangan yang tersisa dengan AAS. III.4.15 Penentuan Jumlah Koagulan untuk Adsorpsi Ion Mangan dengan Biji Kelor Ke dalam 11 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar Mangan 10 ppm sebanyak 500 ml. Ke dalam masing-masing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum pada pemeriksaan sebelumnya, Kemudian kedalam masing-masing gelas piala ditambahkann biji kelor hingga didapatkan variasi jumlah biji kelor (1,000; 1,050; 1,100; 1,150; 1,200; 1,250; 1,300; 1,350; 1,400; 1,450 ) gram kemudian dilakukan pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 100 rpm lalu dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm mengunakan alat jar test, dan didiamkan selama 1 jam. Pipet bagian atas larutan kira-kira 100 ml dan di analisis kadar Mangan yang tersisa dengan AAS. III.4.16 Penentuan Kapasitas Koagulan untuk Adsorpsi Ion Mangan dengan Biji Kelor Ke dalam 10 gelas piala dimasukan masing-masing larutan sample dengan kadar Mangan bervariasi (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10) ppm sebanyak 500 ml ke dalam masingmasing gelas piala ditambahkan NH 4 OH atau HCl hingga didapatkan ph optimum, Kemudian kedalam masing-masing gelas piala ditambahkann biji kelor dengan jumlah optimum (1,100 gram) kemudian dilakukan pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 100 rpm lalu dilakukan pengadukan selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm mengunakan alat jar test, dan didiamkan selama 1 jam. 24

Pipet bagian atas larutan kira-kira 100 ml dan di analisis kadar mangan yang tersisa dengan AAS. III.4.17 Pembuatan Larutan Induk Standar Kekeruhan Larutan standar kekeruhan ini digunakan satuan Nephelometric Turbidity Unit (NTU) yang dibuat dengan tahap-tahap : 1. Di buat larutan I-Larutan 1 gr Hidrazin sulfat (NH 2 ) 2 HSO 4 dalam aquades, kemudian diencerkan hingga volumenya mencapai 100 ml didalam labu ukur. 2. Dibuat larutan II larutkan 10 gr heksametilentetramin (CH 2 ) 6 H 4 dalam aquades kemudian diencerkan hingga volumenya mencapai 100 ml didalam labu ukur. 3. Dicampurkan 5 ml larutan I dengan 5 ml larutan II biarkan selama 24 jam pada suhu kamar supaya bercampur rata. Larutan ini memiliki kekeruhan dengan konsentrasi 4000 NTU. III.4.18 Pembuatan Larutan Induk Standar Fe 2+ 100 ppm Ditimbang dengan teliti 702,184 gram garam mohr dilarutkan dengan aqua dm didalam gelas kimia 250 ml dan diaduk untuk mempercepat pelarutan kemudian dimasukan kedalam labu takar 1 liter disertai penambahan 5 ml HNO 3 5M dan selanjutnya diencerkan dengan aqua dm sampai tanda batas. III.4.19 Larutan Induk Standar Mn 2+ 100 ppm Ditimbang dengan teliti 2,2840 Mn(NO 3 ) 2 4H 2 O dilarutkan dengan aqua dm didalam gelas kimia 250 ml dan diaduk untuk mempercepat pelarutan kemudian dimasukan kedalam labu takar 1 liter disertai penambahan 5 ml HNO 3 5M dan selanjutnya diencerkan dengan aqua dm sampai tanda batas. III.4.20 Pengukuran Kekeruhan Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 450 nm. Prosedur pengukurannya mengikuti petunjuk standar method mengenai Turbidity and Nephelometric Method (Jason J.Evans, 2000). 25

III.4.21 Analisis Besi dalam Air Kadar besi dalam air dianalisis dengan menggunakan AAS pada panjang Gelombang 249 nm. III.4.22 Analisis Mangan dalam Air Kadar mangan dalam air dianalisis dengan menggunakan AAS pada panjang gelombang 279 nm. III.4.23 Perhitungan Konsentrasi Logam Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan menentukan persamaan garis regresi yang melalui titik nol dari larutan standar. Untuk menghitung konsentrasi ion logam digunakan hasil regresi dari larutan standar. 26