PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat

PELAYANAN KESEHATAN DASAR

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA SEMARANG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 2

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2014

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

TABEL PROFIL KESEHATAN PROVINSI NTB TAHUN 2014

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

Ruteng, April Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai. dr. Yulianus Weng, M.Kes Pembina Tkt. I NIP

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

DINAS KESEHATAN KAB. MAMUJU TENGAH TAHUN 2017

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

RESUME PROFIL KESEHATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

DINAS KESEHATAN KOTA SAMARINDA

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN DESA KELURAHAN DESA+KEL.

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan telah. tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah tahun 2016.

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN TRIWULAN I

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2014

Petunjuk Teknis. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN

TIM PENYUSUN. Pengarah Dr. Media Yulizar, MPH Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP

Transkripsi:

PROFIL KESEHATAN

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,akhirnya buku Profil Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2014 telah dapat diterbitkan dengan baik dari rangkaian penyajian data dan informasi yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan yaitu Semua Bidang Pada Dinas Kesehatan, Puskesmas dan instansi terkait lainya.profil Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2014 diterbitkan secara berkala dan setiap tahun dengan harapan dapat digunakan sebagai bahan dan salah satu sumber informasi dari pelaksanaan program kesehatan, yang sekaligus juga dapat digunakan sebagai bahan untuk merencanakan program-progran kesehatan kedepan. Profil kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2014 ini di disajikan dan dihimpun berdasarkan data 2014 yang diambil dari laporan 18 Puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen. Akhirnya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaga serta telah berpatisipasi dalam penyusunan buku profil Kesehatan kabupaten Bireuen tahun 2014 kami ucapkan terima kasih. i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN UMUM... 3 KONDISI GEOGRAFIS... 3 1. Kependudukan... 3 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN... 5 A. MORTALITAS... 5 1. Angka Kematian Bayi... 6 2.Kematian Ibu Maternal.... 6 B. MORBIDITAS... 6 1. Penyakit Menular... 6 2. Penyakit Potensi KLB/ Wabah... 9 C. STATUS GIZI... 12 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN... 15 1.Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi... 16 2. Perbaikan Gizi Masyarakat... 19 3. Pelayanan Immunisasi... 20 4. Perilaku Masyarakat... 20 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN... 25 A.Sarana dan prasarana kesehatan... 24 1. Puskesmas dan Jaringannya... 24 2. Rumah Sakit... 25 3. Sarana Kesehatan lainnya... 25 4. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat... 25 BAB VI PENUTUP... 27 RESUME PROFIL KESEHATAN TABEL PROFIL KESEHATAN ii

iii

BAB I PENDAHULUAN a. LATAR BELAKANG Pada saat ini masyarakat semakin peduli dengan situasi dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah terutama terhadap permasalahan kesehatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu produk informasi yang dikemas dengan sederhana dan informatif agar dapat dibaca masyarakat. Profil kesehatan merupakan salah satu produk Informasi Kesehatan yang berisi tentang gambaran kesehatan di Kabupaten Bireuen yang memuat tentang berbagai data dan situasi hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun dan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Data dan informasi yang tersajikan meliputi gambaran umum, derajat kesehatan, upaya kesehatan, sarana kesehatan dan data-data pendukung lainnya yang berhubungan dengan kesehatan. Selain untuk penyajian informasi kesehatan, profil juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pengambilan keputusan bagi pimpinan bidang kesehatan di berbagai jenjang administrasi serta merupakan salah satu sarana untuk memantau dan mengevaluasi keberhasilan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat. Metodelogi penyusunan profil Kesehatan Bireuen dilakukan dengan proses pengumpulan data ditingkat Kecamatan, kemudian dilakukan validasi, Analisis Korelasi antar table dan Chek and balance sehingga dapat menimalisir angka-angka yang tidak inkonsisten satu sama lain. 1

Profil Kesehatan Kabupaten Bireuen Tahun 2014 terdiri dari 5 ( lima ) Bab terdiri dari : Bab I = Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang diterbitkannya profil kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2014 didalamnya terdapat sistematika penyajian profil. Bab II = Situasi umum dan perilaku penduduk. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum yaitu meliputi : Topografi, Kependudukan, perekonomian, pendidikan dan lingkungan fisik serta perilaku yang terkait dengan kesehatan. Bab III = Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan dimana mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi masyarakat. Bab IV = Situasi Upaya kesehatan. Bab ini menyajikan tentang upaya upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh masing masing bidang kesehatan sampai tahun 2014. Untuk melihat Gambaran tentang tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Bab V = Situasi Sumber daya Kesehatan. Bab ini menyajikan tentang sumber daya pembangunan kesehatan dimana mencakup tentang keadaan tenaga, sarana kesehatan dan pembiayaan kesehatan. 2

KONDISI GEOGRAFIS BAB II GAMBARAN UMUM Kabupaten Bireuen merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota yang ada dalam wilayah kerja Pemerintah Aceh. Kabupaten Bireuen memiliki luas wilayah 1.901,21 km 2 ( 1.901,2 Ha ) yang terdiri dari 17 Kecamatan, 18 Puskesmas, 75 Pemukiman, dan 609 Gampong. ( Sumber Bappeda Bireuen 2014) Secara Giografis Kabupaten Bireuen terletak dibagian pantai timur Sumatera dengan letak koordinat pada garis 4º - 54º-5º.21 menit Lintang Utara dan 96º. 20º - 97º. 21º Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Bireuen berbatasan dengan 4 ( empat ) Kabupaten Tetangga dengan batas-batas wilayah : - Sebelah Utara dengan Selat Malaka - Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bener Meriah/ Aceh Tengah - Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Utara - Sebelah Barat dengan Kabupaten Pidie Jaya Topografi Kabupaten Bireuen terdiri dari pantai/ dataran rendah di sebelah utara dan daerah pegunungan di sebelah selatan. KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk di Kabupaten Bireuen tahun 2014 berdasarkan hasil proyeksi BPS Kabupaten Bireuen sebanyak : 423.397 jiwa dengan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak : 207.664 jiwa dan Perempuan sebanyak : 215.733 jiwa. Berikut ini adalah jumlah penduduk 3

Kabupaten Bireuen menurut jenis kelamin dan kelompok umur pada Tahun 2014. Tabel 2.I Piramida Penduduk Kabupaten Bireuen menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2014 (3,884) 16 2,194 (3,194) 15 2,253 (4,674) 14 3,443 (6,131) 5,487 (8,390) 12 7,373 (9,878) 11 8,748 (11,775) 10 10,507 (13,668) 9 12,922 (15,576) 8 14,245 (17,525) 7 15,953 (18,642) 6 18,105 (20,522) 5 20,502 (20,791) 4 21,103 (19,172) 3 20,510 (20,493) 2 21,714 (21,418) 1 22,605 PEREMPUAN LAKI-LAKI Kepadatan dan penyebaran penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Bireuen sekitar 1.901,21 km2, yang dihuni oleh 423.397 jiwa penduduk, Berdasarkan hasil proyeksi Badan Pusat Statistik Bireuen Pada Tahun 2014 Kecamatan Peusangan merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling besar yaitu 51.312 jiwa. sedangkan untuk Kecamatan yang paling padat penduduk adalah Kota juang dengan jumlah penduduk : 47.125 jiwa. 4

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-undang no. 36 tahun 2009. Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian, Umur Harapan Hidup, angka kesakitan serta status gizi. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility based) dan data yang dikumpulkan dari masyarakat (community based). A. MORTALITAS (Angka Kematian) Kejadian kematian dalam masyarakat seringkali digunakan sebagai indikator dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. 1. Angka kematian bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infan Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, sehingga program-program kesehatan banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan AKB, dimana AKB merujuk pada jumlah bayi yang meninggal antara fase kelahiran hingga bayi umur < 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen pada tahun 2014 tercatat 94 5

kelahiran lahir mati dari 9.099 kelahiran atau sebesar 10,3 % jumlah Lahir mati, jumlah kematian neonatal sebanyak 113 jiwa, jumlah kematian bayi sebanyak 155 jiwa, jumlah kematian anak balita sebanyak 11 jiwa dan kematian Balita sebaesar 166 jiwa. Masih tingginya jumlah kematian di Kabupaten Bireuen merupakan tugas yang sangat berat dan ini perlu perhatian semua pihak dalam menekan jumlah kematian di Kabupaten Bireuen. 2. Kematian Ibu Maternal Kematian ibu maternal adalah kematian ibu karena kehamilan, melahirkan atau selama nifas. Menurut laporan dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dasar, pada tahun 2014 terjadi 7 jiwa kematian ibu di Kabupaten Bireuen dan Untuk jumlah kematian ibu pada tahun 2014 cendrung menurun ini merupakan hasil kerja yang baik dari semua pihak dalam menurunkan kasus kematian ibu di Kabupaten Bireuen. B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN) Angka kesakitan pada penduduk di peroleh dari data yang berasal dari masyarakat (community Base data) melalui pengamatan (surveilans) dan data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasilitas Base data) melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. 1. Penyakit Menular : a. Penyakit TB Paru Penyakit Tuberculosis atau TBC disebabkan oleh bakteri mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui percikan dahak penderitanya. Penyakit ini seringkali menjadi penyebab kematian di masyarakat, sehingga Millenium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB Paru sebagai salah satu 6

penyakit yang menjadi target untuk diturunkan. 8 Strategi penanganan TB paru yang digunakan sampai saat ini adalah Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) yaitu pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung menelan obat setiap hari oleh seorang pengawas minum obat (PMO) yang mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995. Berdasarkan laporan dari Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen, pada tahun 2014 jumlah penderita TB BTA + diobati sebanyak 309 orang dan yang sudah dikatakan sembuh sebanyak 284 orang atau sebesar 91,9 %. Dimana cakupan kesembuhan juga hampir mendekati target Standar pelayanan minimal tahun 2010. b. Penyakit HIV/AIDS dan IMS AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh karena diserang virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus). Keberadaan penderita HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es, dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan penduduk yang terinfeksi. Kondisi tersebut tak dapat dipungkiri bertalian erat dengan mobilitas penduduk yang meningkat pesat disertai peningkatan perilaku seksual yang tidak aman serta penggunaan NAPZA suntik yang semakin meluas. Pada tahun 2014 jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Bireuen sebanyak 7 Kasus dimana 5 kasus HIV dan 2 Kasus AIDS. Untuk Kasus terbanyak terjadi pada rentan umur 30 s/d 39 tahun. Berbagai Upaya pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan melalui penyuluhan ke masyarakat, pembentukan klinik IMS dan VCT di Puskesmas.pengobatan dan pemeriksaan berkala penyakit menular seksual (IMS), pengamanan darah donor dan kegiatan lain yang menunjang 7

pemberantasan penyakit HIV/AIDS. sementara dari pemeriksaan pada kelompok resiko tinggi diketahui jumlah pengidap penyakit infeksi menular seksual di Kabupaten Bireuen. b. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) ISPA seringkali menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan balita, dimana pneumonia diduga sebagai faktor utama penyebabnya. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan berobat pasien di Puskesmas dan di Rumah Sakit. c. Penyakit Kusta Penyakit Kusta atau sering disebut penyakit Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya., namun sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sementara itu di Kabupaten Bireuen penyakit kusta masih tinggi terdapat diwilayah Kecamatan Peusangan, Kota Juang dan Juli. Penyakit kusta menurut jenis penyakitnya dibedakan menjadi 2 yaitu kusta PB (Pausi Basiler) dan kusta MB (Multi Basiler) dan pengobatannya disesuaikan dengan klasifikasi jenisnya. Kondisi ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya kesadaran masyarakat mengenali gejala dini penyakit kusta sehingga penderita kusta yang ditemukan sudah dalam keadaan cacat. Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan penyuluhan kepada masyarakat melalui media massa agar penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan tidak sampai menimbulkan kecacatan, pengobatan penderita kusta untuk mencegah infeksi sekunder. 8

2. Penyakit potensi KLB (Kejadian Luar Biasa) / Wabah a. Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga sering menimbulkan kepanikan di masyarakat karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup digenangan air bersih di sekitar rumah. Umumnya kasus ini mulai meningkat saat musim hujan. Jumlah kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2014 jumlah kasus DBD di Kabupaten Bireuen dengan jumlah kasus sebanyak 271 Kasus atau dengan angka insiden Rate sebesar 64 per 100.000 penduduk. Hal ini antara lain karena adanya kesadaran masyarakat dan petugas kesehatan untuk berperan lebih aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3M PLUS (menguras mengubur - menutup tempat penampungan air) dan upaya lain yaitu melakukan pemantauan rumah/bangunan bebas jentik serta melakukan pengenalan dini gejala DBD dan penanganannya di rumah. b. Diare Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB serta perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit tersebut. Kasus diare dapat menyebabkan kematian terutama pada saat Kejadian Luar Biasa (KLB). Kasus diare dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene sanitasi dan perilaku 9

hidup bersih dan sehat, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut. Upaya penanggulangan diare dapat dilakukan dengan pemberian oralit dan penggunaan infus pada penderita, penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan peran serta kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang tepat dan cepat ditingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian. c. Filariasis (penyakit kaki gajah) Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi menahun (kronis) yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang dapat menimbulkan cacat menetap (seumur hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin sehingga dapat menimbulkan stigma sosial. Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan memutus rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah infeksi sekunder. 3. Penyakit Menular yg dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, namun diantara penyakit-penyakit tersebut ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau biasa disingkat dengan PD3I (Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) antara lain yaitu : a. Difteri Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae, yang ditandai dengan gejala panas tinggi disertai pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorok yang tak mudah lepas dan 10

mudah berdarah. Penyakit ini sering kali menjadi penyebab kematian pada anak - anak, namun penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3. Menurut Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Pada tahun 2013 dan tahun 2014 Tidak ada yang laporan mengenai kasus difteri di Kabupaten Bireuen. b. Tetanus dan Tetanus Neonatorum Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani, terdiri dari Tetanus Neonatorum yaitu tetanus pada bayi dan tetanus dengan riwayat luka. Berdasarkan laporan dari Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Kabupaten Bireuen, pada tahun 2013 dan tahun 2014 tidak terdapat kasus tetanus dan kasus tetanus neonatorum. Kejadian kasus tetanus Neonatorum sebenarnya dapat dicegah dengan upaya pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. c. Campak Penyakit Campak merupakan penyakit akut yang disebabkan virus measles yang disebarkan melalui bersin/batuk dengan gejala awal yaitu demam, bercak kemerahan, batuk-pilek lalu timbul ruam di seluruh tubuh. Penyakit Campak sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB), dimana kematian akibat campak pada umumnya disebabkan komplikasi dengan penyakit lain seperti meningitis. Pada tahun 2014 ada 202 kasus campak yang dilaporkan oleh 18 Puskesmas dan kasus terbanyak di Kecamatan Kuala sebanyak 43 kasus dan Puskesmas Juli sebanyak 39 Kasus. terjadi Peningkatan kasus campak dan ini merupakan tanggung jawab kita bersama. 11

d. Hepatitis B Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit tersebut bisa melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala dan kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada perut, lemah dan urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis hepatis(kanker hati) dan dapat menimbulkan kematian. Di Kabupaten Bireuen Tidak ada laporan mengenai kasus hepatitis B pada tahun 2012 dan tahun 2014 berdasarkan Laporan dari Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan. e. Pertusis Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella pertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun dan disertai tarikan nafas hup yang khas serta disertai muntah. Lama batuk bisa sampai 1-3 bulan sehingga sering disebut batuk 100 hari. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. STATUS GIZI 1. Status Gizi bayi Masalah status gizi ibu hamil akan berpengaruh terhadap kesehatan janin yang dikandungnya dan akan berdampak pada berat badan bayi yang dilahirkan serta juga akan berpengaruh pada perkembangan otak dan pertumbuhan fisik bayi. a. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram, merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian 12

perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori : BBLR karena premature (usia kandungan < 37 minggu) dan BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang dimana BBLR karena IUGR umumnya disebabkan karena status gizi ibu hamil yang buruk atau menderita sakit yang memperberat kehamilan. Berdasarkan laporan Bidang Pelayanan Kesehatan dasar pada tahun 2014 dimana jumlah bayi lahir hidup sebanyak 9.005 bayi dimana jumlah bayi lahir rendah ( BBLR ) sebanyak 198 bayi atau 2,2 % bayi. Jumlah bayi BBLR tersebut dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau adanya penyakit pada ibu yang memperberat kehamilannya. Namun seluruh BBLR yang dilaporkan telah memperoleh penanganan sesuai prosedur. Untuk menekan angka BBLR dibutuhkan penanganan terpadu dengan lintas program dan lintas sektor karena timbulnya masalah penyakit dan status gizi berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. 2. Status gizi balita Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antropometri yang menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan dikategorikan dalam gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Berdasarkan laporan Bidang Pelayanan Kesehatan Dasar, Pada tahun 2014 di Kabupaten Bireuen terdapat 18.044 jumlah Baduta dimana yang ditimbang sebanyak : 13.961 baduta dan yang BGM sebanyak 132 baduta atau sebesar 0,9 % baduta. Sedangkan jumlah anak Balita sebanyak 35.918 balita, ditimbang 27.363 jiwa, Mendapat pelayanan Kesehatan minimal 8 kali sebanyak : 22.801 atau 62,3 %, Balita yang BGM sebanyak 265 orang atau 1,0 % Balita sedangkan untuk balita Gizi Buruk sebanyak 19 balita dan telah 13

mendapat perawatan sebanyak 19 balita juga atau 100 % dan semua balita gizi buruk yang dilaporkan telah ditangani sesuai prosedur. 14

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan yang telah dilakukan di Kabupaten Bireuen Pada tahun 2014. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dan jaringannya adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan bayi Seorang ibu mempunyai peran besar didalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi/anaknya. Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di sarana kesehatan mulai Posyandu sampai rumah sakit. 15

a. Pelayanan Antenatal (K 1 dan K 4) Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman.kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakan masyarakat. Cakupan K1 di Kabupaten Bireuen tahun 2014 Cakupan KI sebesar 92,2 % dan cakupan K4 sebanyak 86,2 %. Ini adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. b. Pertolongan Persalinan Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan (profesionalisme). Dari laporan Bidang Pelayanan 16

Kesehatan Dasar pada tahun 2014 jumlah ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan sebanyak : 8.650 ibu atau 87,8 %. c. Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/komplikasi yang ditangani Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan Puskesmas, sekitar 20% diantara ibu hamil yang ditemui dan diperiksa tergolong dalam kasus resiko tinggi/komplikasi yang membutuhkan rujukan. Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb< 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole >140 mmhg, diastole >90 mmhg), oedema nyata, eklampsia, ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis dan persalinan prematur. c. Pelayanan Nifas Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca persalinan.dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas. d. Kunjungan Neonatus (KN2) Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal tiga kali yaitu dua kali pada umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN2). Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan kesehatan 17

neonatal dasar yang meliputi tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi, pemberian vitamin K, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan konseling untuk ibunya tentang perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA. e. Neonatal Resiko tinggi (risti) /komplikasi Pada saat memberi pelayanan kesehatan pada neonatus, sekitar 15% diantara neonatus yang diperiksa dan ditemui tergolong dalam kasus resiko tinggi yang butuh pelayanan rujukan. Neonatal risti/ komplikasi yaitu bayi usia 0-28 hari dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian seperti asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. 2. Perbaikan gizi masyarakat Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui distribusi tablet besi (Fe) pada ibu hamil dan distribusi Vitamin A pada balita. a. Pemberian Tablet Besi (Fe) pada ibu hamil Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat kekurangan Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan 18

terjadinya abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-1 (30 tablet). b. Pemberian Kapsul Vitamin A pada balita Vitamin A adalah salah satu zat gizi yang diperlukan tubuh dan berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan mata. Bila seorang anak yang menderita kekurangan vitamin A terserang campak, diare atau penyakit infeksi lainnya maka penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian, karena infeksi tersebut menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis simpanan vitamin A dalam tubuh. Selain itu kekurangan vitamin A dalam waktu lama dapat mengakibatkan gangguan pada mata bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. Sasaran pemberian kapsul Vitamin A adalah bayi usia 6-11 bulan dan balita (1-4 tahun) sebanyak 2 kali dalam setahun (Februari dan Agustus) serta ibu nifas satu kali. Cakupan balita yang mendapat vitamin A. 3. Pelayanan Imunisasi Imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Kegiatan imunisasi dibedakan rutin dan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin meliputi imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak sekolah SD ( kelas 1: DT, kelas 2-3: TT). Sementara kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar penemuan masalah seperti desa non UCI, potensial KLB, dugaan adanya virus polio liar/ kegiatan lain berdasarkan kebijakan teknis. Indikator yang 19

digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi secara nasional adalah angka UCI (Universal Child Immunization) pada wilayah desa/kelurahan. Pada awalnya indicator perhitungan UCI adalah tercapainya cakupan imunisasi lengkap pada bayi minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, polio dan campak, namun sejak tahun 2003 indikator perhitungan UCI menjadi cakupan imunisasi lengkap pada bayi >80% untuk semua jenis antigen. Sehingga bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu maka dapat menggambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi terhadap penularan PD3I di wilayah tersebut. Pencapaian UCI desa tahun 2014 sebesar 73,4 % dan terjadi peningkatan dari tahun sebelumya dan belum dapat memenuhi target Indonesia Sehat 2010 sebesar 90%, sehingga perlu diwaspadai munculnya kasuskasus PD3I karena masih banyak desa yang belum mencapai UCI. 4. Perilaku Masyarakat Banyaknya penyakit yang ada saat ini tidak bisa dilepaskan dari perilaku yang tidak sehat. Dimana untuk mengubah perilaku masyarakat merupakan sesuatu yang tidak mudah namun mutlak diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga diperlukan upaya penyuluhan kesehatan yang terus menerus guna mendorong masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat. Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. 1. Rumah tangga sehat (ber-phbs) Rumah tangga sehat/berphbs adalah rumah tangga yang seluruh anggota keluarganya telah berperilaku hidup bersih dan sehat yang meliputi 10 indikator. Dari laporan Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, pada 20

tahun 2014 jumlah rumah tangga yang dipantau sebanyak : 35.373 unit dan Rumah Tangga yang ber PHBS sebanyak 21.374 atau 60,4 %. Cakupan ini masih di bawah dari target Indonesia Sehat 2010 sebesar 65%, oleh karena itu perlu adanya intervensi dari berbagai komponen baik lintas program, lintas sektor, LSM, swasta dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. 2. ASI Ekslusif Air susu ibu (ASI) Ekslusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dalam rangka mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur gizi yg dibutuhkan bayi guna pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal. Oleh sebab itu ASI diberikan secara ekslusif hingga 6 bulan, dapat diteruskan sampai usia 2 tahun. Dari laporan Bidang Pelayanan Kesehatan diketahui cakupan ASI ekslusif di Kabupaten Bireuen tahun 2014 jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif terjadi peningkatan dimana jumlah bayi 9.854 orang dan yang mendapat ASI Esklusif sebanyak 5.705 atau sekitar 57,9 % dari jumlah bayi. Namun cakupan tersebut masih belum mencapai target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80%. Berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan ASI ekslusif antara lain faktor ibu bekerja (saat ini semakin banyak ibu yang bekerja dalam rangka membantu perekonomian keluarga), faktor budaya (masih ada masyarakat yang memberikan pisang, madu, air selain ASI kepada bayinya) dan faktor lainnya yang tidak mendukung pemberian ASI Ekslusif. Karena itu dibutuhkan penyuluhan yang lebih intensif baik kepada 21

perorangan maupun institusi pemberi pelayanan kesehatan tentang keunggulan ASI Ekslusif. C. KEADAAN LINGKUNGAN Kegiatan upaya penyehatan lingkungan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan melalui kegiatan yang bersifat promotif dan preventif. Adapun pelaksanaannya bersama masyarakat diharapkan mampu memberikan kontribusi bermakna terhadap kesehatan masyarakat karena kondisi lingkungan yang sehat merupakan salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia sehat 2010. Untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kondisi lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan antara lain : 1. Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Rumah dikategorikan sehat jika memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. hal ini tentunya harus ditindaklanjuti dengan upaya pembinaan yang lebih intensif kepada masyarakat agar memperhatikan kesehatan rumahnya karena rumah yang sehat dan nyaman akan berdampak bagi penghuninya. 2. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Sehat Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan sarana yang dikunjungi banyak orang sehingga dikhawatirkan berpotensi menjadi 22

tempat penyebaran penyakit. Yang termasuk TUPM antara lain hotel, restoran/rumah makan, pasar dan lain-lain. Adapun TUPM yang dikategorikan sehat adalah TUPM yang memenuhi akses sanitasi dasar (air bersih, jamban, limbah dan sampah), ventilasi dan pencahayaan sesuai kriteria dan luas ruangan sesuai dengan banyaknya pengunjung. 3. Sarana Sanitasi Dasar Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif apabila diikuti oleh upaya perbaikan sanitasi yang meliputi kepemilikan jamban, pembuangan air limbah dan sampah di lingkungan sekitar kita, karena pembuangan kotoran baik sampah, air limbah maupun tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air serta dapat menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Saluran Pembuangan air limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dan yang lainnya dan bukan dari jamban, dimana SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan antara lain : tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air yang dapat digunakan untuk sarang nyamuk, tidak menimbulkan bau dan tidak menimbulkan becek. 23

BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana dan prasarana Kesehatan Pesatnya pembangunan bidang kesehatan, salah satunya ditandai oleh makin meningkatnya peran pemerintah dan swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini akan diuraikan mengenai sarana dan prasarana kesehatan, diantaranya Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit, Sarana kesehatan lain, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) serta tenaga kesehatan 1. Puskesmas dan jaringannya Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas kesehatan Kabupaten yang berada di wilayah kecamatan yg melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan. Pada tahun 2014 jumlah Puskesmas di Kabupaten Bireuen sebanyak 18 Puskesmas yang terdiri dari 13 puskesmas perawatan (puskesmas dengan tempat tidur) dan 5 puskemas non perawatan. Untuk memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas ke masyarakat, setiap Puskesmas telah dibantu oleh Puskesmas Pembantu (Pustu) yang pada saat ini telah berjumlah 46 buah. Puskesmas juga dibantu oleh sarana puskesmas keliling roda 4 (Pusling) yang berguna untuk membantu pelayanan kesehatan di luar gedung sehingga dapat menjangkau seluruh daerah di wilayah Kabupaten Bireuen. Tahun 2014 jumlah Puskesmas masih 18 unit Puskesmas, ( Pkm Rawat Inap Poned sebanyak 8 unit, Rawat inap 5 unit dan Rawat jalan 5 unit ) Pustu 46 unit, Poskesdes/Polindes sebanyak 264 unit dan Puskesmas Keliling sebanyak 24 unit. 24

2. Rumah sakit : Jumlah rumah sakit di Kabupaten Bireuen tahun 2014 sebanyak 5 rumah sakit yang terdiri dari 1 rumah sakit umum pemerintah, 4 rumah sakit Swasta. 3. Sarana kesehatan lainnya : Selain Puskesmas dan rumah sakit keberadaan sarana kesehatan yang lain sangat membantu terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Bireuen. Sarana kesehatan lainnya yang ada di Kabupaten Bireuen meliputi : Rumah bersalin, Balai pengobatan/ Klinik, Praktek dokter perorangan, Praktek pengobatan tradisional, Apotik, Toko obat, Industri obat tradisional. 4. Upaya Kesehatan Bersumber masyarakat (UKBM) Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya telah dikembangkan termasuk dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat melalui posyandu, polindes, poskesdes maupun pembentukan desa siaga. a. Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Menurut stratanya Posyandu dibagi dalam 4 kelompok yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. 25

b. Desa siaga Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya serta kemauan dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Tujuan dibentuknya desa siaga adalah mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. 26

BAB VI PENUTUP Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu penyajian data dan informasi yang berkualitas sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat. Dibidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Namun sangat disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi dalam era desentralisasi pengumpulan data dan informasi dari Kecamatan menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kabupaten yang diterbitkan saat ini belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Bireuen dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Walaupun Profil Kesehatan Kabupaten sering kali belum mendapatkan apresiasi yang memadai, karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan, namun ini merupakan salah satu publikasi data dan informasi yang meliputi data capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Indikator Indonesia Sehat 2010. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Kabupaten, perlu dicari terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi kekosongan data sehingga kualitas data menjadi lebih baik. 27

28

RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 186,422 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 684 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 207,664 215,733 423,397 Jiwa Tabel 2 4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 4.3 Jiwa Tabel 1 5 Kepadatan Penduduk /Km 2 2.3 Jiwa/Km 2 Tabel 1 6 Rasio Beban Tanggungan 52.4 per 100 penduduk produktif Tabel 2 7 Rasio Jenis Kelamin 96.3 Tabel 2 8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3 9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi a. SMP/ MTs 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3 b. SMA/ SMK/ MA 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3 c. Sekolah menengah kejuruan 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3 d. Diploma I/Diploma II 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3 e. Akademi/Diploma III 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3 f. Universitas/Diploma IV 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3 g. S2/S3 (Master/Doktor) 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3 B. DERAJAT KESEHATAN B.1 Angka Kematian 10 Jumlah Lahir Hidup 4,711 4,294 9,005 Tabel 4 11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 11 10 10 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4 12 Jumlah Kematian Neonatal 69 44 113 neonatal Tabel 5 13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 15 10 13 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5 14 Jumlah Bayi Mati 101 54 155 bayi Tabel 5 15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 21 13 17 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5 16 Jumlah Balita Mati 106 60 166 Balita Tabel 5 17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 23 14 18 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5 18 Kematian Ibu Jumlah Kematian Ibu 7 Ibu Tabel 6 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 78 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran B.2 Angka Kesakitan 19 Tuberkulosis Jumlah kasus baru TB BTA+ 150 90 240 Kasus Tabel 7 Proporsi kasus baru TB BTA+ 62.50 37.50 % Tabel 7 CNR kasus baru BTA+ 72.23 41.72 56.68 per 100.000 penduduk Tabel 7 Jumlah seluruh kasus TB 188 103 291 Kasus Tabel 7 CNR seluruh kasus TB 90.53 47.74 68.73 per 100.000 penduduk Tabel 7 Kasus TB anak 0-14 tahun 0.00 % Tabel 7 Persentase BTA+ terhadap suspek 3.03 #DIV/0! 4.80 % Tabel 8 Angka kesembuhan BTA+ 91.84 92.04 91.91 % Tabel 9 Angka pengobatan lengkap BTA+ 3.57 1.77 2.91 % Tabel 9 Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 95.41 93.81 94.82 % Tabel 9 Angka kematian selama pengobatan 0.96 0.00 0.47 per 100.000 penduduk Tabel 9 20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 7.31 2.23 4.72 % Tabel 10 21 Jumlah Kasus HIV 5 0 5 Kasus Tabel 11 22 Jumlah Kasus AIDS 2 0 2 Kasus Tabel 11 23 Jumlah Kematian karena AIDS 2 0 2 Jiwa Tabel 11 24 Jumlah Kasus Syphilis 0 0 0 Kasus Tabel 11 25 Donor darah diskrining positif HIV #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 12 26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 0.00 0.00 0.00 % Tabel 13 27 Kusta Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 27 13 40 Kasus Tabel 14 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 13.00 6.03 9.45 per 100.000 penduduk Tabel 14 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 10.00 % Tabel 15 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 32.50 % Tabel 15 Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 3.07 per 100.000 penduduk Tabel 15 Angka Prevalensi Kusta 1.25 0.42 0.83 per 10.000 Penduduk Tabel 16 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 100.00 100.00 100.00 % Tabel 17 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 85.71 100.00 91.30 % Tabel 17 28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi AFP Rate (non polio) < 15 th 7.95 per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18 Jumlah Kasus Difteri 0 0 0 Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Difteri #DIV/0! % Tabel 19 Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 19 Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 0 Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) #DIV/0! % Tabel 19 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 0 0 0 Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum #DIV/0! % Tabel 19

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran Jumlah Kasus Campak 88 114 202 Kasus Tabel 20 Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 20 Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 20 Jumlah Kasus Hepatitis B 0 0 0 Kasus Tabel 20 29 Incidence Rate DBD 67.42 60.72 64.01 per 100.000 penduduk Tabel 21 30 Case Fatality Rate DBD 0.00 0.76 0.37 % Tabel 21 31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22 32 Case Fatality Rate Malaria 0.00 #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 22 33 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 23 34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 24 35 Persentase obesitas 15.24 #DIV/0! 50.87 % Tabel 25 36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun #DIV/0! % Tabel 26 37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun #DIV/0! % Tabel 26 38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam 100.00 % Tabel 28 C. UPAYA KESEHATAN C.1 Pelayanan Kesehatan 39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 92 % Tabel 29 40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 86.20 % Tabel 29 41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 87.80 % Tabel 29 42 Pelayanan Ibu Nifas 88.07 % Tabel 29 43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 88.08 % Tabel 29 44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 77.94 % Tabel 30 45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 89.77 % Tabel 32 46 Penanganan komplikasi kebidanan 70.56 % Tabel 33 47 Penanganan komplikasi Neonatal 83.11 67.82 75.35 % Tabel 33 48 Peserta KB Baru 22.45 % Tabel 36 49 Peserta KB Aktif 82.11 % Tabel 36 50 Bayi baru lahir ditimbang 100 100 100 % Tabel 37 51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 2.12 2.28 2.20 % Tabel 37 52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 100.98 87.86 94.32 % Tabel 38 53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 95.83 83.81 89.73 % Tabel 38 54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 58.53 57.25 57.90 % Tabel 39 55 Pelayanan kesehatan bayi 70.81 64.78 67.75 % Tabel 40 56 Desa/Kelurahan UCI 73.40 % Tabel 41 57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 74.60 67.14 70.82 % Tabel 43 58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 72.68 65.65 69.11 % Tabel 43 59 Bayi Mendapat Vitamin A 101.45 94.94 98.14 % Tabel 44

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran 60 Anak Balita Mendapat Vitamin A 63.82 60.89 62.33 % Tabel 44 61 Baduta ditimbang 78.02 76.69 77.37 % Tabel 45 62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) 0.83 1.07 0.95 % Tabel 45 63 Pelayanan kesehatan anak balita 63.82 60.89 62.33 % Tabel 46 64 Balita ditimbang (D/S) 76.96 75.37 76.18 % Tabel 47 65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 0.84 1.11 0.97 % Tabel 47 66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100.00 100.00 100.00 % Tabel 48 67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 95.99 100.00 98.05 % Tabel 49 68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0.25 Tabel 50 69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal #DIV/0! sekolah Tabel 51 70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi #DIV/0! sekolah Tabel 51 71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 51 72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 51 73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan mulut #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 51 74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 44.75 43.70 44.17 % Tabel 52 C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Persentase 75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan - - - % Tabel 53 76 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 382.40 52.61 214.36 % Tabel 54 77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 15.80 10.15 12.92 % Tabel 54 78 Angka kematian kasar/gross Death Rate (GDR) di RS 1.18 0.82 1.01 per 100.000 pasien keluar Tabel 55 79 Angka kematian murni/nett Death Rate (NDR) di RS 0.40 0.36 0.38 per 100.000 pasien keluar Tabel 55 80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 32.88 % Tabel 56 81 Bed Turn Over (BTO) di RS 76.37 Kali Tabel 56 82 Turn of Interval (TOI) di RS 3.21 Hari Tabel 56 83 Average Length of Stay (ALOS) di RS - Hari Tabel 56 C.3 Perilaku Hidup Masyarakat 87 Rumah Tangga ber-phbs 60.42 % Tabel 57

ANGKA/NILAI NO INDIKATOR No. Lampiran L P L + P Satuan C.4 Keadaan Lingkungan 88 Persentase rumah sehat 70.60 % Tabel 58 89 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak 67.42 % Tabel 59 90 Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan 100.00 % Tabel 60 91 Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) 87.92 % Tabel 61 92 Desa STBM - % Tabel 62 93 Tempat-tempat umum memenuhi syarat 70.28 % Tabel 63 TPM memenuhi syarat higiene sanitasi 45.63 % Tabel 64 TPM tidak memenuhi syarat dibina 45.97 % Tabel 65 TPM memenuhi syarat diuji petik 38.77 % Tabel 65 D. SUMBERDAYA KESEHATAN D.1 Sarana Kesehatan 94 Jumlah Rumah Sakit Umum 5.00 RS Tabel 67 95 Jumlah Rumah Sakit Khusus - RS Tabel 67 96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap - Tabel 67 97 Jumlah Puskesmas non-rawat Inap - Tabel 67 Jumlah Puskesmas Keliling - Tabel 67 Jumlah Puskesmas pembantu - Tabel 67 98 Jumlah Apotek 27.00 Tabel 67 99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 - % Tabel 68 100 Jumlah Posyandu 631.00 Posyandu Tabel 69 101 Posyandu Aktif 3.01 % Tabel 69 102 Rasio posyandu per 100 balita 1.43 per 100 balita Tabel 69 103 UKBM Poskesdes 264.00 Poskesdes Tabel 70 Polindes - Polindes Tabel 70 Posbindu 12.00 Posbindu Tabel 70 104 Jumlah Desa Siaga 354.00 Desa Tabel 71 105 Persentase Desa Siaga 58.13 % Tabel 71 D.2 Tenaga Kesehatan 106 Jumlah Dokter Spesialis 23.00 14.00 37.00 Orang Tabel 72 107 Jumlah Dokter Umum 29.00 75.00 104.00 Orang Tabel 72 108 Rasio Dokter (spesialis+umum) 33.30 per 100.000 penduduk Tabel 72 109 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis 2.00 20.00 22.00 Orang Tabel 72

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran 110 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 5.20 per 100.000 penduduk 111 Jumlah Bidan 1,161.00 Orang Tabel 73 112 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 538.17 per 100.000 penduduk Tabel 73 113 Jumlah Perawat 270.00 503.00 773.00 Orang Tabel 73 114 Rasio Perawat per 100.000 penduduk 182.57 per 100.000 penduduk Tabel 73 115 Jumlah Perawat Gigi 6.00 44.00 50.00 Orang Tabel 73 116 Jumlah Tenaga Kefarmasian 6.00 91.00 97.00 Orang Tabel 74 117 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan 33.00 106.00 139.00 Orang Tabel 75 118 Jumlah Tenaga Sanitasi 12.00 45.00 57.00 Orang Tabel 76 119 Jumlah Tenaga Gizi 3.00 29.00 32.00 Orang Tabel 77 D.3 Pembiayaan Kesehatan 120 Total Anggaran Kesehatan ######## Rp Tabel 81 121 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota 4.71 % Tabel 81 122 Anggaran Kesehatan Perkapita ######## Rp Tabel 81

TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO LUAS RATA-RATA KEPADATAN KECAMATAN WILAYAH DESA + RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK (km 2 DESA KEMUKIMAN PENDUDUK ) KEMUKIMAN TANGGA TANGGA per km 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 SAMALANGA 15,622 46 5 51 30,476 6,150 4.96 1.95 2 SIMPANG MAMPLAN 21,849 41 3 44 27,881 6,372 4.38 1.28 3 PANDRAH 8,933 19 3 22 7,974 2,300 3.47 0.89 4 JEUNIB 11,452 43 6 49 25,867 6,183 4.18 2.26 5 PEULIMBANG 6,415 22 3 25 11,225 2,675 4.20 1.75 6 PEUDADA 39,133 52 6 58 26,045 6,146 4.24 0.67 7 JULI 21,208 36 4 40 32,158 7,584 4.24 1.52 8 JEUMPA 6,942 42 5 47 36,086 7,558 4.77 5.20 9 KOTA JUANG 3,156 23 4 27 47,125 10,796 4.37 14.93 10 KUALA 2,372 20 4 24 17,411 3,921 4.44 7.34 11 JANGKA 8,118 46 5 51 26,639 6,267 4.25 3.28 12 PEUSANGAN 12,248 69 9 78 51,312 11,814 4.34 4.19 13 PEUSANGAN SELATAN 10,633 21 3 24 14,286 3,493 4.09 1.34 14 PEUSANGAN SIBLAH KRUENG 7,662 21 3 24 11,622 2,791 4.16 1.52 15 MAKMUR 6,653 27 4 31 14,676 3,531 4.16 2.21 16 GANDA PURA 3,615 40 4 44 21,420 5,279 4.06 5.93 17 KUTA BLANG 411 41 4 45 21,194 4,958 4.27 51.57 (KAB) 186,422.0 609 75 684 423,397 97,818 4.33 2 Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Bireuen : Bappeda Bireuen : Pemerintahan Gampoeng Setdakab Bireuen

TABEL 2 NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN 1 2 3 4 5 6 1 0-4 22,605 21,418 44,023 105.54 2 5-9 21,714 20,493 42,207 105.96 3 10-14 20,510 19,172 39,682 106.98 4 15-19 21,103 20,791 41,894 101.50 5 20-24 20,502 20,522 41,024 99.90 6 25-29 18,105 18,642 36,747 97.12 7 30-34 15,953 17,525 33,478 91.03 8 35-39 14,245 15,576 29,821 91.45 9 40-44 12,922 13,668 26,590 94.54 10 45-49 10,507 11,775 22,282 89.23 11 50-54 8,748 9,878 18,626 88.56 12 55-59 7,373 8,390 15,763 87.88 13 60-64 5,487 6,131 11,618 89.50 14 65-69 3,443 4,674 8,117 73.66 15 70-74 2,253 3,194 5,447 70.54 16 75+ 2,194 3,884 6,078 56.49 207,664 215,733 423,397 96.26 ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 52 Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota - Sumber lain... (sebutkan)