PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

PENINGKATAN MENGHITUNG OPERASI BILANGAN BULAT DENGAN METODE EKSPOSITORY BERBANTUAN MEDIA GARIS BILANGAN. Sri Eti Ermawati

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN PIKIRAN POKOK TEKS BACAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK. Sih Yuwono

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS SEGITIGA MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BENDA RIIL

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING PERSEGI PANJANG MELALUI METODE DEMONSTRASI. Ghonimah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERISTIWA ROTASI BUMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Sarotun

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PADA HUKUM BACAAN MAD LAZIM MELALUI METODE DRILL. Siti Sofiyah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

PROSES PEMBELAJARAN SHOLAT MELALUI METODE NHT. Siti Musta anah

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KONSEP MOL MENGGUNAKAN PAPAN PERMAINAN MONOPOLI SEBAGAI PEMBELAJARAN PAIKEM

Oleh: Ika Ratih Sulistiani. Abstrak

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN BK DENGAN METODE ORIENTASI FORMAT KLASIKAL. Herna Mikawati SMP 4 Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW. Sunandar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri 181 Pekanbaru tahun ajaran. 2013/2014 yang terdiri dari 46 orang siswa.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA DEKAK

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 85 Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru tahun ajaran dengan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Action Research Literate ISSN : Vol. 1, No 1 Desember 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 06

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang siswa. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. 1 Suhito, (strategi Pembelajaran Matematika Madrasah Ibtidaiyah(MI)), Modul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Prambon kabupaten Sidoarjo pada semester genap tahun pelajaran 2014 / 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VD Sekolah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB III METODE PENELITIAN

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Rantiyan SMP 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. (PTK). Karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 20 orang. Permasalahan dalam penelitian in adalah kurangnya

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Way Kandis, Jalan Bunga Sedap Malam Raya Kecamatan Tanjung. Senang Kota Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I Sekolah Dasar

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menyangkut suatu proses pengumpulan sampai penulisan laporan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. metode penelitian tindakan kelas atau yang lebih sering disebut dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

BAB III. Metode dan Rencana Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh: Nur Adha Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi. awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG LUAS BANGUN DATAR MELALUI KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI SDN PATEMON 01 TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG BENDA-BENDA LANGIT. Sri Utami Ningtiyanti

BAB III METODE PENELITIAN. terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 058 BALAI MAKAM DURI

Transkripsi:

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE SD Negeri Kedungpatangewu, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan aktivitas belajar pada siswa kelas I SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui metode demonstrasi. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengumpulan data tes, observasi, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan prestasi belajar, pada pra siklus memperoleh nilai rata-rata 56,6 dengan ketuntasan belajar 31,0 %, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 62,8 dengan ketuntasan belajar 55,3 %, dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 76,6 dengan ketuntasan belajar 100% (28 siswa). 2016 Didaktikum Kata Kunci: Demonstrasi; Menghitung; Penjumlahan; PENDAHULUAN Matematika merupakan suatu ilmu yang memiliki obyek abstrak, untuk keperluan penyampaian obyek-obyek matematika yang abstrak kepada peserta didik diperlukan suatu sistem penyampaian materi/obyek matematika. Sistem penyampaian ini, harus mempertimbangkan kesiapan/kematangan, kemampuan serta tingkat pengembangan intelektual peserta didik (Suhito: 2007). Keberhasilan suatu pembelajaran selain menguasai materi, juga harus menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat yang diharapkan dapat membentuk siswa dalam pengembangan pengetahuan secara efektif. Metode pengajaran merupakan suatu bagian dari proses pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu alat yang harus dikuasai oleh setiap guru. Guru tidak hanya bisa merumuskan tujuan pembelajaran, mengelola kelas ataupun melaksanakan pembelajaran akan tetapi juga dituntut untuk menguasai metode dan model pembelajaran. Namun masih ada guru yang belum mengoptimalkan manfaat dari suatu metode dengan tepat dengan kata lain kurang efektif, sehingga seringkali siswa sebagai penerima materi pelajaran hanya tahu menerima tanpa ada kesan yang mendalam. Hal ini juga terjadi pada pengajaran matematika, sehingga banyak yang beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang kurang menyenangkan dan tidak sedikit siswa yang kurang memahami materi pelajaran matematika. 31

Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. Dalam pra riset yang dilakukan peneliti, pada tahun pelajaran 2014/2015 sebagian siswa kelas 1 di SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Pekalongan untuk pelajaran matematika masih belum mendapatkan tempat di hati para peserta didik. Pada umumnya matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dimengerti sehingga peserta didik takut terhadap mata pelajaran matematika. Terlihat dari kurang semangatnya peserta didik ketika menerima mata pelajaran matematika, akibatnya hasil belajar mata pelajaran matematika sering rendah. Termasuk yang menjadi kesulitan peserta didik dalam mempelajari matematika adalah menghitung penjumlahan. Kesulitan peserta didik terlihat dari hasil nilai ulangan peserta didik kelas 1 tahun pelajaran 2014/2015, pada materi menghitung penjumlahan menunjukkan hasil belajar matematika peserta didik masih rendah berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 65 yang ditetapkan oleh pihak Sekolah, ketuntasan yang tidak tercapai lebih dari 60% dari jumlah siswa yang ada di kelas 1 tersebut. Sementara proses belajar mengajar selama ini masih menggunakan metode ekspositori. Metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada peserta didik di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab (Willa Adrian Soekotjo Loedji: 2007). Metode seperti ini menyebabkan peserta didik kurang aktif, tergambar ketika dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung. Saat peserta didik diberi kesempatan bertanya, sedikit sekali dari peserta didik yang bertanya, akibatnya peserta didik yang belum jelas tidak dapat terdeteksi oleh guru. Selain itu, jika disuruh mengerjakan soal di depan kelas hanya peserta didik tertentu yang mau maju dengan inisiatif sendiri, Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik dan dapat memotivasi peserta didik untuk belajar, yaitu metode demonstrasi, metode ini dapat membantu peserta didik untuk memahami dengan jelas jalannya suatu konsep pembelajaran dan mengkonkretkan materi yang abstrak. Pemilihan metode dan media pembelajaran dirasakan mempunyai peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada materi bangun ruang, karena penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran ( E. Mulyasa: 2008). Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Kemampuan Menghitung Penjumlahan Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas I SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Pekalongan Tahun Pelajaran 2015/2016. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan? (2) Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika pokok bahasan menghitung penjumlahan?. 32 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri SDN Kedungpatangewu, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Subjek penelitian adalah siswa kelas I semester I tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes (pretest dan postest) untuk mengukur ranah kognitif dan kreativitas hasil belajar siswa, observasi untuk mengukur kreativitas siswa dan dokumentasi untuk mencari data yang berkaitan dengan aktivitas dan hasil belajar siswa dari masingmasing individu sebelum maupun sesudah dilaksanakan tindakan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, tes dan dokumentasi. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui instrumen observasi dilakukan teknik analisis data untuk menguji hipotesis tindakan adalah teknik deskriptif kuantitatif dengan membandingkan ketuntasan belajar antara waktu sebelum dilakukan tindakan, tindakan siklus I, tindakan siklus II, dan tindakan siklus III. Langkah langkah analisis data sebagai berikut (Trianto: 2009): P = x 100 % Keterangan: P = Persentase anak yang mendapat prestasi tertentu F N F N = Jumlah anak yang mendapat prestasi tertentu = Jumlah anak keseluruhan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal Dari hasil penilaian pada pra siklus, siswa yang mencapai tuntas belajar hanya 9 atau 9/28 x 100 % = 34,5 %. Siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 19 siswa yaitu 19/28 x 100 % = 65,5 %. Dengan nilai rata-rata kelas 56,6, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran dikategorikan kurang. Diperoleh nilai 13 dengan rata-rata 1,30. Siklus I Penelitian pada siklus pertama selama dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus I yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan Siklus pertama diawali dengan kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan perencanaan, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan perencanaan ditandai dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan pedoman dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran, membuat alat evaluasi siklus I berupa soal tes, menyiapkan lembar observasi, menyiapkan kotak pertanyaan. 33

2. Pelaksanaan Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, pembelajaran siklus I pertemuan pertama pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: a) Tahap Awal Guru mengadakan apersepsi, guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran, guru menjelaskan teknik atau metode yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa agar mereka aktif pada saat kegiatan pembelajaran. b) Tahap Inti Guru menyajikan materi pokok bahasan tentang konsep bunyi. Guru mengawali kegiatan dengan pertanyaan bimbingan, yakni pertanyaan awal untuk mengarahkan pikiran dan pandangan siswa tentang materi penjumlahan. Kemudian guru melakukan pembagian kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-6 c) Tahap Akhir Pada akhir kegiatan siswa dan guru mengevaluasi kegiatan yang baru saja diselesaikan. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa. 3. Observasi Observasi dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Observasi yang dilakukan yaitu observasi kepada siswa dan observasi kepada guru. Rata-rata aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus I sebesar 2,90 termasuk dalam kategori baik, meningkat dari kondisi awal yang hanya sebesar 1,30 atau dalam kategori kurang. Walaupun aktivitas belajar siklus I termasuk dalam kategori baik tetapi hal itu masih belum mencapai indikator yang telah ditetapkan sehingga pelaksanaan tindakan dilanjutkan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. 4. Refleksi Tahap refleksi yaitu menganalisis hasil tes dan hasil pengamatan, serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diperoleh informasi dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat adalah sebagai berikut: ketika peneliti membagi kelompok, siswa gaduh, siswa tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru sedang menjelaskan materi, masih banyak siswa yang tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan. Siklus II Penelitian pada siklus kedua hanya dilakukan dalam satu pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus II yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I maka peneliti menyusun rencana pembelajaran 2. Pada siklus II ini guru harus lebih mengoptimalkan pembelajaran agar siswa lebih antusias dalam kegiatan belajar mengajar. Guru juga harus mengetahui bahwa kemampuan tiap siswa berbeda-beda dan memberikan latihan secara bertahap dari yang mudah hingga sukar. Tahap perencanaan tersebut meliputi: menyusun rencana pembelajaran siklus II, mempersiapkan materi yang akan diajarkan, 34 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)

mempersiapkan media dengan menambahkan inovasi baru untuk memberikan peningkatan terhadap minat belajar siswa serta menyiapkan lembar tes akhir untuk siswa. 2. Pelaksanaan Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti yang sebelumnya telah dikonsultasikan dengan guru kelas. Berikut deskripsi pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran demonstrasi dalam siklus kedua: Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilaksanakan di kelas I SDN Kedungpatangewu yaitu: a) Tahap Awal Guru mengadakan apersepsi, guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran, guru menjelaskan teknik atau metode yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan motivasi kepada siswa agar mereka aktif pada saat kegiatan pembelajaran. b) Tahap Inti Guru menyajikan materi pokok bahasan tentang konsep bunyi. Guru mengawali kegiatan dengan pertanyaan bimbingan, yakni pertanyaan awal untuk mengarahkan pikiran dan pandangan siswa tentang materi penjumlahan. Kemudian guru melakukan pembagian kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-6 c) Tahap Akhir Pada akhir kegiatan siswa dan guru mengevaluasi kegiatan yang baru saja diselesaikan. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan doa. 3. Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II untuk mengetahui akibat dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I apakah ada peningkatan atau tidak. Hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada siklus II, diperoleh rata-rata sebesar 3,80 dengan kategori sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,6 pada pra siklus ke siklus I, dan 0,9 pada siklus I ke siklus II. Peningkatan terjadi karena siswa sudah memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh, sudah dapat menyampaikan pendapat dan dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 4. Refleksi Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui pembelajaran siklus II, aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran Matematika dengan penerapan metode demonstrasi dapat dikatakan lebih baik daripada siklus I. Siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, dilihat dari keaktifan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, kemampuan siswa dalam memahami konsep bunyi berdasarkan karakteristik teks juga meningkat, dilihat dari hasil tes evaluasi yang dilaksanakan di akhir siklus II sudah memenuhi indikator ketercapaian. Oleh karena itu, Penelitian Tindakan Kelas berakhir pada siklus II. Peningkatan kemampuan siswa dalam menghitung penjumlahan melalui penerapan metode demonstrasi dapat disajikan pada tabel 1: 35

Tabel 1. Peningkatan Kemampuan Menghitung Penjumlahan Siklus No Pencapaian Kondisi Awal I II 1 2 Nilai terendah Nilai tertinggi 40 90 40 90 70 100 3 4 Nilai rata-rata Ketuntasan belajar (%) 56,6 31,0 62,8 55,3 76,6 100 Dari tabel dan gambar di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar pada pra siklus memperoleh nilai rata-rata 56,6 dengan ketuntasan belajar 31,0 %, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 62,8 dengan ketuntasan belajar 55,3 %, dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 76,6 dengan ketuntasan belajar 100% (28 siswa), sehingga pada pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan 6,2 untuk nilai rata-rata dan 24,3 % (6 siswa) untuk ketuntasan belajar dan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 13,8 untuk nilai rata-rata dan 44,7% (13 siswa) untuk ketuntasan belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan pada siswa kelas I SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2015/2016. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dari Pra Siklus ke siklus II mengalami peningkatan dan dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini : Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus Skor rata-rata Kriteria Kondisi Awal I II 1,30 2,90 3,80 Kurang Baik Sangat Baik Grafik 1. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa 36 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)

Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa melalui metode demonstrasi, pada pra siklus diperoleh skor rata-rata 1,30 dengan kriteria kurang, pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,90 dalam kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,80 dalam kriteria sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,6 pada pra siklus ke siklus I, dan 0,9 pada siklus I ke siklus II. Peningkatan terjadi karena siswa sudah memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh, sudah dapat menyampaikan pendapat dan dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. SIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh selama melaksanakan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini telah menciptakan perubahan kearah yang positif diantaranya: (1) Melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan siswa kelas 1 SDN Kedungpatangewu, hal ini berdasarkan hasil penelitian pada pra siklus memperoleh nilai ratarata 56,6 dengan ketuntasan belajar 31,0 %, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 62,8 dengan ketuntasan belajar 55,3 %, dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 76,6 dengan ketuntasan belajar 100% (28 siswa), sehingga pada pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan 6,2 untuk nilai rata-rata dan 24,3 % (6 siswa) untuk ketuntasan belajar dan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 13,8 untuk nilai rata-rata dan 44,7% (13 siswa) untuk ketuntasan belajar, (2) Metode ini membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, hal ini berdasarkan hasil penelitian pada pra siklus diperoleh skor rata-rata 1,30 dengan kriteria kurang, pada siklus I diperoleh skor ratarata 2,90 dalam kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,80 dalam kriteria sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,6 pada pra siklus ke siklus I, dan 0,9 pada siklus I ke siklus II. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih, peneliti tujukan kepada Ibu Kepala, Guru, Observer dan Siswa Kelas I SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. DAFTAR PUSTAKA E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suharsimi Arikunto. 2009. penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suhito.2007. Strategi Pembelajaran Matematika Madrasah Ibtidaiyah (MI). Semarang: MDC Jateng. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Willa Adrian Soekotjo Loedji. 2007. Matematika Bilingual Untuk SMA Kelas X Semester 1 dan 2. Bandung: Yrama Widya. 37