PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PADA HUKUM BACAAN MAD LAZIM MELALUI METODE DRILL. Siti Sofiyah

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK. Sih Yuwono

Bambang Supriyanto 36

Persada, 1996), hlm.10. Rosdakarya, 2009), hlm. 13. hlm Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Raja Grafindo

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN PIKIRAN POKOK TEKS BACAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

PROSIDING ISBN :

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERISTIWA ROTASI BUMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Sarotun

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

PROSES PEMBELAJARAN SHOLAT MELALUI METODE NHT. Siti Musta anah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS SEGITIGA MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BENDA RIIL

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 85 Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru tahun ajaran dengan

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA DEKAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 20 Toli-Toli Pada Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN 1 Tatura Melalui Penerapan Media Gambar dan Metode Eksperimen

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQH DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DI MADRASAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 018

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

Theresyam Kabanga Program Studi PGSD UKI Toraja ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING PERSEGI PANJANG MELALUI METODE DEMONSTRASI. Ghonimah

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN MENGHITUNG OPERASI BILANGAN BULAT DENGAN METODE EKSPOSITORY BERBANTUAN MEDIA GARIS BILANGAN. Sri Eti Ermawati

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 058 BALAI MAKAM DURI

Jurnal Biologi & Pembelajarannya, Vol.4, No.2, Oktober 2017, pp e-issn:

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KONSEP MOL MENGGUNAKAN PAPAN PERMAINAN MONOPOLI SEBAGAI PEMBELAJARAN PAIKEM

BAB III METODE PENELITIAN. yang berlangsung selama beberapa siklus. Rancangan masing-masing siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 6 31 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Yolanda Dian Nur Megawati & Annisa Ratna Sari Halaman

Mufarizuddin,M.Pd. 1 ABSTRAK. Keyword : Hasil belajar Matematika, Strategi Mathematical Investigation

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Mimbala Pada Pokok Bahasan Proses Pencernaan Melalui Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah satu penelitian

BAHASAN KEUTUHAN NKRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI PADA SISWA KELAS V-A SDN TANGGUL WETAN 04 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB III METODE PENELITIAN. 176 Pekanbaru Kecamatan Tampan tahun pelajaran dengan. materi Kenampakan alam, sosial, dan budaya (Variabel Y).

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT. model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan minat belajar IPS

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

MELALUI METODE DISKUSI. Pujiyono

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Rantiyan SMP 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 2 Nomor 2, Juni 2017

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11. Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 5, Oktober 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI SD Negeri Kedungpatangewu, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung keliling dan luas segitiga dan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015/2016 melalui model pembelajaran Peer Teaching. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan prestasi belajar, pada pra siklus memperoleh nilai rata-rata 58,1 dengan ketuntasan belajar 34,8 %, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 67,8 dengan ketuntasan belajar 56,5 %, dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 77,4 dengan ketuntasan belajar 100% (23 siswa), sedangkan aktivitas belajar pada pra siklus diperoleh skor rata-rata 1,30 dengan kriteria kurang, pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,80 dalam kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,80 dalam kriteria sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,5 pada pra siklus ke siklus I, dan 1,0 pada siklus I ke siklus II. 2016 Didaktikum Kata Kunci: Keliling; Luas Segitiga; Peer Teaching; PENDAHULUAN Dalam kegiatan pembelajaran selalu dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai peserta didik dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar mata pelajaran tertentu, misalnya menghitung keliling dan luas segitiga. Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai ulangan formatif mata pelajaran Matematika materi menghitung keliling dan luas segitiga pada siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Pekalongan Tahun Pelajaran 2014/2015, Data yang diperoleh dari sekolah ini, kelas IV berjumlah 23 siswa yang tuntas 8 anak atau 34,8%, yang tidak tuntas 65,2% ketuntasan harus mencapai 85%, dengan KKM sekolah 65, sehingga memerlukan beberapa kali remidi. Guru adalah orang yang sangat berperan dalam mengatur alur skenario pembelajaran yang akan berlangsung di dalam kelas dengan berbagai kepribadian dan kemampuan peserta didik yang beraneka ragam, E. Mulyasa (2008) menjelaskan bahwa tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas 89

pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik dengan optimal. Seorang guru yang baik dapat menciptakan iklim belajar dan mengajar yang sehat dan menyenangkan kelasnya sehingga bisa memberikan dorongan kepada para peserta didik agar mempunyai motivasi yang tinggi, dan memberikan dorongan yang positif. Karenanya guru harus mengetahui model - model pembelajaran sebagai bagian dalam perencanaan mengajarnya, agar siswa dapat memahami yang berikan oleh gurunya secara seksama. Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Memang, model pembelajaran konvensional ini tidak serta merta kita tinggal, dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidaktidaknya pada awal proses pembelajaran di lakukan. Atau awal pertama kita memberikan kepada peserta didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan kita gunakan. Menurut Djamarah metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan mampu mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional adalah dengan menggunakan model pembelajaran peer teaching dalam kelompok kecil. Pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran diharapkan dapat membantu peserta didik di dalam memahami materi pelajaran. Penyampaian materi dalam model pembelajaran peer teaching ini dilakukan oleh peserta didik dengan menggunakan bahasanya sendiri, sehingga peserta didik akan lebih mudah untuk menerima pelajaran dan juga tidak merasa takut untuk bertanya hal-hal yang kurang dimengerti. Pembelajaran peer teaching dalam kelompok kecil merupakan model pembelajaran dimana peserta didik yang bertindak sebagai guru, tetapi sebelumnya peserta didik sudah berdiskusi tentang materi yang akan disampaikan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: (1) Apakah model pembelajaran Peer Teaching dapat meningkatkan kemampuan menghitung keliling dan luas segitiga pada siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015/2016? (2) Apakah implementasi model pembelajaran Peer Teaching pada materi menghitung keliling dan luas segitiga dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015/2016? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: (1) Mengetahui peningkatan kemampuan menghitung keliling dan luas segitiga siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan (2) Mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2015/2016 melalui implementasi model pembelajaran Peer Teaching. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. 90 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 5, Oktober (2016)

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016, Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 23 siswa, dengan kolaborator adalah Ibu Mubarokah, guru kelas I SDN Kedungpatangewu. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, tes dan dokumentasi. Hasil pengumpulan data melalui instrumen observasi dilakukan teknik analisis data untuk menguji hipotesis tindakan adalah teknik deskriptif kuantitatif dengan membandingkan ketuntasan belajar antara waktu sebelum dilakukan tindakan, tindakan siklus I, tindakan siklus II, dan tindakan siklus III. Langkah langkah analisis data sebagai berikut (Trianto, 2009): P = N F x 100 % Keterangan: P F N = Persentase anak yang mendapat prestasi tertentu = Jumlah anak yang mendapat prestasi tertentu = Jumlah anak keseluruhan HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan yaitu: a. Peneliti dan guru merencanakan penerapan metode tutor sebaya (peer teaching) pada materi menghitung keliling dan luas segitiga b. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan dilaksanakan pada siklus 1 c. Mengembangkan skenario pembelajaran seperti halnya menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching), seperti: kertas yang berisi pertanyaan yang akan menjadi bahan diskusi dan siswa memilih tugas yang tercantum dalam kertas tersebut d. Menyiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya pada siklus 1 e. Mengambangkan format observasi selama proses penelitian berlangsung 2. Pelaksanaan Peneliti melaksanakan dari rencana yang telah disusun, yaitu guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya (peer teaching) dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru memberikan apersepsi, motivasi kepada siswa untuk mengarahkan siswa memasuki pelajaran/ materi yang akan disampaikan b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai c. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa aktivitas yang dilaksanakan adalah kerja kelompok atau tim, dan salah satu sebagai tutor d. Guru membagi siswa dalam tim yang terdiri dari 5-6, salah satunya sebagai tutor dalam kelompok e. Tutor dalam kelompok mengambil undian soal yang akan didiskusikan dengan kelompok. f. Tutor mengkondisikan proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis 91

g. Tutor menyampaikan permasalahan kepada guru, apabila ada materi pelajaran yang belum dikuasai h. Tutor melaksanakan diskusi bersama anggota kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi i. Tutor melaporkan perkembangan anggota kelompoknya kepada guru pada setiap materi yang dipelajari j. Ketika semua tim/ kelompok sedang bekerja, sebaiknya guru berkeliling kelas, bergantian mendatangi kelompok dan memfasilitasi setiap kelompok. Guru dapat membantu apabila terjadi salah pemahaman, tetapi tidak mencoba mengambil alih kepemimpinan dalam kelompok. k. Setelah diskusi selesai, setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber utama l. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan sub materi, guru memberikan kesimpulan dan klasifikasi, seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan m. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami n. Guru melaksanakan evaluasi dengan membagikan soal kepada setiap siswa untuk dikerjakan o. Guru memberikan kuis kepada siswa secara acak, guna mereview pelajaran yang telah dipelajari pada siklus I 3. Observasi Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, mulai dari kegiatan awal/ pembukaan, kegiatan inti sampai dengan kegiatan penutup. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dari jumlah 23 siswa ternyata tidak semua terpusat pada materi pelajaran, ada sebagian siswa yang perhatiannya terbagi-bagi dikarenakan membaca buku cerita yang dipinjam dari ruang perpustakaan. Saat diberi kesempatan untuk bertanya, ternyata hanya sebagian siswa saja yang menggunakan pertanyaan. Hal ini ia sangat dilematis, bertanya barangkali dapat dikategorikan bodoh dan sebaliknya tidak bertanya dianggap sudah pandai. Diantara dua pilihan yang ada maka siswa lebih banyak diam bila diberi kesempatan untuk bertanya. Keaktifan siswa didominasi oleh siswa yang tergolong pandai, ia cepat dalam menyelesaikan tugas yang ia terima. Yang lain karena belum jelas lebih banyak diam tidak mengerjakan. Ia menunggu mencontek ke teman yang sama-sama tidak tahu. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,80 dengan kriteria baik. Pada siklus ini, banyak siswa yang masih mengalami kesulitan untuk memahami materi pelajaran. Tetapi, hal tersebut dapat diatasi setelah beberapa metode yang mulai dijalankan, yakni metode belajar yang menuntut siswa untuk menemukan, bertanya dan menjawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembahasan. Akhirnya siswa cukup antusias dalam mengikuti pelajaran, meskipun masih terdapat beberapa siswa yang masih ramai, akan tetapi sebagian besar siswa sudah dapat dikondisikan dan mau memperhatikan serta mengikuti apa yang diperintahkan oleh Guru. 4. Refleksi 92 Tahap refleksi yaitu menganalisis hasil tes dan hasil pengamatan, serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 5, Oktober (2016)

Siklus II 1. Perencanaan Tahap pertama dalam siklus II adalah perencanaan. Peneliti menyusun rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II, yaitu: a. Peneliti meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan untuk siklus II dengan melakukan revisi sesuai refleksi siklus I b. Peneliti dan guru merencanakan penerapan metode tutor sebaya (peer teaching) pada materi menghitung keliling dan luas segitiga. c. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan dilaksanakan pada siklus II d. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran di kelas e. Mengembangkan skenario pembelajaran seperti halnya menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching), pembagian tugas diskusi yang ditulis dalam kertas yang dilipat dan siswa memilih tugas yang tercantum dalam kertas tersebut f. Menyiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya pada siklus II g. Menyiapkan format observasi selama proses penelitian berlangsung 2. Pelaksanaan Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun, yaitu guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya (peer teaching) dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru memberikan apersepsi, motivasi kepada siswa untuk mengarahkan siswa memasuki pelajaran/ materi yang akan disampaikan b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai c. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa aktivitas yang dilaksanakan adalah kerja kelompok atau tim, dan salah satu sebagai tutor d. Siswa menyesuaikan diri dengan kelompok yang sudah terbentuk pada siklus I e. Tutor mengambil undian soal yang akan didiskusikan dengan kelompok. f. Tutor mengkondisikan proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis g. Tutor menyampaikan permasalahan kepada guru, apabila ada materi pelajaran yang belum dikuasai h. Tutor melaksanakan diskusi bersama anggota kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi i. Tutor melaporkan perkembangan anggota kelompoknya kepada guru pada setiap materi yang dipelajari j. Ketika semua tim/ kelompok sedang bekerja, sebaiknya guru berkeliling kelas, bergantian mendatangi kelompok dan memfasilitasi setiap kelompok. Guru dapat membantu apabila terjadi salah pemahaman, tetapi tidak mencoba mengambil alih kepemimpinan dalam kelompok. k. Setelah diskusi selesai, setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber utama l. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan sub materi, guru memberikan kesimpulan dan klasifikasi, seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan m. Guru mereview materi yang diajarkan dan tindak lanjut n. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami 93

o. Guru melaksanakan evaluasi dengan membagikan soal kepada setiap siswa untuk dikerjakan p. Guru memberikan kuis kepada siswa secara acak, guna mereview pelajaran yang telah dipelajari pada siklus II 3. Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II untuk mengetahui akibat dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I apakah ada peningkatan atau tidak. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II dari 23 siswa ternyata semua siswa memusatkan perhatiannya pada materi pelajaran, ada sebagian kecil siswa yang perhatiannya terbagi-bagi dikarenakan bergurau dengan teman sebangku merebutkan sesuatu, tetapi dapat diatasi. Saat diberi kesempatan untuk bertanya, ternyata semua siswa antusias mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa semangat dan motivasi belajar mereka meningkat. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 3,80 dengan kriteria sangat baik. Pada pelaksanaan siklus II ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih baik, hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh sudah mencapai 100%. Dari 23 siswa semuanya mendapat nilai di atas 65. Maka pada siklus inilah sesuai dengan nilai yang diperoleh mencapai rata-rata 77,4 sudah menunjukkan adanya ketuntasan yang diharapkan. Untuk itu tidak diperlukan lagi adanya perbaikan pada siklus berikutnya. 4. Refleksi Refleksi dilaksanakan setiap akhir siklus, dimaksudkan untuk mengetahui berbagai masalah yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus II. Kekurangan pada siklus I telah diperbaiki pada pembelajaran siklus II dan hasilnya siswa lebih aktif dan dapat bekerja sama dengan baik dan diikuti pula dengan nilai hasil belajar siswa yang meningkat. Dengan dilakukannya perbaikan pembelajaran maka hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menghitung Luas Keliling Segitiga No Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II 1 Nilai Tertinggi 40 60 40 2 Nilai Terendah 90 90 100 3 Rata-rata 58,1 67,8 77,4 4 Ketuntasan klasikal (%) 34,8 56,5 100 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. 94 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 5, Oktober (2016)

100 90 80 70 60 50 40 30 nilai terendah nilai tertinggi nilai rata2 ketuntasan 20 10 0 Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Gambar 1. Grafik Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menghitung Luas Keliling Segitiga Dari tabel dan gambar di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar pada pra siklus memperoleh nilai rata-rata 58,1 dengan ketuntasan belajar 34,8 %, pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 67,8 dengan ketuntasan belajar 56,5 %, dan pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 77,4 dengan ketuntasan belajar 100% (23 siswa), sehingga pada pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan 9,7 untuk nilai rata-rata dan 21,7 % (5 siswa) untuk ketuntasan belajar dan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 9,6 untuk nilai rata-rata dan 43,5% (10 siswa) untuk ketuntasan belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran peer teaching dapat meningkatkan kemampuan menghitung keliling dan luas segitiga pada siswa kelas IV SDN Kedungpatangewu Kadungwuni Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2015/2016. Untuk peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 2: Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus Skor rata-rata Kriteria Kondisi Awal I II 1,30 2,80 3,80 Kurang Baik Sangat Baik 95

Gambar 2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa melalui model pembelajaran peer teaching, pada pra siklus diperoleh skor rata-rata 1,30 dengan kriteria kurang, pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,80 dalam kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,80 dalam kriteria sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,5 pada pra siklus ke siklus I, dan 1,0 pada siklus I ke siklus II. Peningkatan terjadi karena siswa sudah memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh, sudah dapat menyampaikan pendapat dan dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. SIMPULAN Penerapan pembelajaran model pembelajaran peer teaching dapat meningkatkan kemampuan menghitung keliling dan luas segitiga yang ditunjukkan dari hasil tes evaluasi pada siklus II. Penerapan model pembelajaran peer teaching membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, hal ini berdasarkan hasil penelitian bahwa aktivitas siswa melalui model pembelajaran peer teaching, pada pra siklus diperoleh skor rata-rata 1,30 dengan kriteria kurang, pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,80 dalam kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,80 dalam kriteria sangat baik sehingga mengalami peningkatan sebesar 1,5 pada pra siklus ke siklus I, dan 1,0 pada siklus I ke siklus II. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih, peneliti tujukan kepada Ibu Kepala, Guru, Observer dan Siswa Kelas IV SDN Kedungpatangewu Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994 96 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 5, Oktober (2016)

E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Isjoni. Pembelajaran Konvensional. Online at: http://xpresiriau.com/teroka/ artikeltulisanpendidikan/pembelajaran-konvensional/ [didonload pada tanggal 3 Juli 2016] Jessica. 2009. Pengertian Hasil Belajar. Online at: http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertianhasil belajar/ [didownload pada tanggal 3 Juli 2016] Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta : Prenada Media Group Sardiman AM. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grafindo Persada Sudjana, Nana. Penilaian hasil belajar mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 1992 Suharsimi Arikunto. 2009. penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 97