BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

dokumen-dokumen yang mirip
1 atm selama 15 menit

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Peremajaan Bakteri Pseusomonas pseudomallei dan Klebsiella ozaenae

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

MATERI DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan data dianalisis secara kuantitatif

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan, perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut: Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4 : P.pseudomallei (Pp) : K.ozaenae (Ko) : P.pseudomallei + K.ozaenae (Km) : kontrol (tanpa pemberian enzim kitinase kasar) 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Mikrobiologi, Genetika, dan Optik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah mikroskop, Laminar Air Flow (LAF), autoklaf, oven, inkubator, timbangan analitik, hot plate, shaker, sentrifugasi, ph meter, spektrofotometer UV-Vis, cuvet, tabung reaksi, mikropipet, tube, stirer, cawan petri, beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, 39

40 pengaduk kaca, jarum ose, bunsen, korek api, penggaris, pipet tetes, objek glass, deck glass, aluminium foil, plastik tahan panas, kapas, plastik wrap, kertas saring whatman no.1, glass-wool, kain kasa, dan alat tulis menulis. 3.3.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah biakan jamur Fusarium oxysporum, biakan bakteri Pseudomonas pseudomallei dan Klebseilla ozaenae, media Nutrient Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA), Potato Dextrose Broth (PDB), bubuk kitin, HCl pekat, NaOH 12 N, KH 2 PO 4, MgSO 4.7H 2 O, peptone, reagen DNS (3,5 asam dinitrosalisilat), kentang, dextrosa, aquades, alkohol 70 % dan spirtus. 3.4 Variabel Penelitian Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas : enzim kitinase kasar dari bakteri P.pseudomallei, K.ozaenae, dan kombinasi keduanya. Variabel terikat : pertumbuhan, morfologi, dan kadar N-asetilglukosamin Fusarium oxysporum. 3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pembuatan Media Biakan (Media Padat) Media padat digunakan untuk peremajaan biakan murni bakteri kitinolitik dan jamur patogen. Bakteri kitinolitik diremajakan pada media NA, sedangkan jamur patogen diremajakan pada media PDA. Pembuatan media NA

41 dilakukan dengan cara melarutkan NA dalam aquades sesuai dengan volume yang dibutuhkan (komposisi NA dalam 1000 ml adalah 20 gram). Sedangkan pembuatan media PDA dilakukan dengan cara melarutkan PDA dalam aquades sesuai dengan volume yang dibutuhkan (komposisi PDA dalam 1000 ml adalah 39 gram). Kemudian masing-masing media tersebut dipanaskan hingga homogen, lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit. 3.5.2 Pembuatan Koloidal Kitin Koloidal kitin dibuat berdasarkan metode yang digunakan oleh Arnold dan Solomon (1986) dengan cara melarutkan 10 gram bubuk kitin dalam 200 ml HCl pekat, distirer selama 2 jam, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 4 0 C dalam keadaan tertutup. Selanjutnya disaring menggunakan glass-wool, filtrat hasil penyaringan ditambahkan 100 ml aquades dan dinetralkan dengan menambahkan NaOH 12 N. Lalu disentrifugasi dengan kecepatan 8000 rpm selama 20 menit pada suhu 4 0 C. Supernatan dibuang, sedangkan pellet ditambah aquades dan diaduk untuk menghilangkan sisa garam. Kemudian disentrifugasi kembali dengan kecepatan 8000 rpm selama 20 menit pada suhu 4 0 C. Supernatan dibuang, dan pelet merupakan koloidal kitin yang siap digunakan untuk pembuatan media cair kitin (Nasran dkk., 2003). 3.5.3 Pembuatan Media Cair Kitin Media cair kitin digunakan untuk pembuatan larutan inokulum dan produksi enzim. Pembuatan media dilakukan berdasarkan metode yang digunakan

42 oleh Soeka (2011), yaitu terdiri dari 1% koloidal kitin; 0,1% pepton; 0,1% KH 2 PO 4 ; 0,05% MgSO 4.7H 2 O dengan ph 7. Bahan-bahan tersebut dicampur kemudian dipanaskan serta dihomogenkan dengan magnetic stirer hingga larut dan homogen. Lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit. 3.5.4 Peremajaan Bakteri P.pseudomallei dan K.ozaenae serta Jamur F.oxysporum Bakteri kitinolitik yang akan digunakan sebagai perlakuan diremajakan terlebih dahulu pada media NA miring. Caranya adalah mengambil 1 ose biakan bakteri kemudian diinokulasikan atau digoreskan pada media NA miring. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang (Fatichah, 2011) dan siap digunakan untuk pembuatan larutan inokulum dan produksi enzim. Sedangkan jamur F.oxysporum diremajakan pada media PDA miring dengan cara mengambil 1 ose biakan kemudian digoreskan pada media PDA miring, diinkubasi selama 5-7 hari pada suhu ruang (Tristianti, 2013; Wijayanti, 2003). 3.5.5 Pembuatan Kurva Pertumbuhan Bakteri Metode ini dilakukan dengan cara mengambil 2 ose biakan murni bakteri kitinolitik umur 24 jam dan diinokulasikan dalam 200 ml media cair kitin (sebagai larutan inokulum), kemudian diinkubasi pada suhu 37 0 C dalam shaker dengan kecepatan 150 rpm selama 24 jam. Sebanyak 25 ml larutan inokulum tersebut ditambahkan ke dalam 250 ml media yang sama dan diinkubasi dalam shaker pada suhu 37 0 C dengan kecepatan 150 rpm, kemudian diambil sebanyak 1 ml tiap

43 4 jam sekali untuk diukur densitas optik (OD) bakteri sampai fase awal kematian. Pengukuran OD bakteri dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dan dibaca serapannya pada panjang gelombang 660 nm. Kurva pertumbuhan ditentukan dengan membuat plot antara waktu inkubasi dan densitas optiknya (Nasran, 2003; Apriani, 2008; Syam, 2008; Natsir, 2012; Saropah, 2012). 3.5.6 Produksi Enzim Kitinase Kasar dari P.pseudomallei dan K.ozaenae Bakteri kitinolitik umur 24 jam diambil sebanyak 2 ose dan diinokulasikan dalam 200 ml media cair kitin (sebagai larutan inokulum), kemudian diinkubasi pada suhu 37 0 C dalam shaker dengan kecepatan 150 rpm selama 24 jam. Sebanyak 25 ml larutan inokulum tersebut ditambahkan ke dalam 250 ml media yang sama dan diinkubasi dalam shaker pada suhu 37 0 C dengan kecepatan 150 rpm hingga fase eksponensial (Prosedur 3.5.5). Kemudian larutan kultur disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 10 menit pada suhu 4 0 C. Supernatan hasil sentrifugasi merupakan enzim kasar yang siap digunakan untuk pengujian antijamur enzim kitinase terhadap jamur F.oxysporum, morfologi miselium F.oxysporum, dan pengukuran kadar N-asetilglukosamin dinding sel F.oxysporum (Saropah, 2012; Manggadani, 2012). 3.5.7 Uji Kemampuan Antijamur Enzim Kitinase terhadap F.oxysporum Pengujian dilakukan dengan cara biakan jamur yang telah diremajakan pada media PDA diambil satu ose untuk ditumbuhkan di tengah cawan petri yang telah berisi media PDA. Pada tepi kanan dan kiri cawan petri dengan jarak 3,5 cm

44 diletakkan kertas cakram yang telah direndam ekstrak kasar enzim kitinase selama 30 menit. Kontrol digunakan kertas cakram yang telah direndam aquades steril. Selanjutnya diinkubasi selama 6 hari pada suhu 28-30 0 C (Suryanto dkk., 2011 dalam Malinda, 2011; Yurnaliza, 2011; Diniyah, 2010). Gambar 3.1. Metode pengukuran zona hambat enzim kitinase terhadap jamur F.oxysporum. (A) Koloni jamur F.oxysporum; (B) Zona hambat enzim kitinase terhadap jamur F.oxysporum; (C) Titik tengan jamur F.oxysporum diinokulasikan; (D) Kertas cakram yang telah direndam dengan enzim kitinase; (X) Diameter koloni jamur F.oxysporum yang terhambat pertumbuhannya; (Y) Diameter koloni jamur F.oxysporum yang normal. Hambatan yang terjadi pada jamur F.oxysporum diamati mulai hari ke-2, ke-4, dan ke-6 setelah inokulasi. Zona hambat yang terbentuk diukur menggunakan penggaris dengan cara mengukur batas akhir pertumbuhan jamur patogen pada sumbu X dan batas akhir pertumbuhan jamur patogen pada sumbu Y. Hasil pengukuran dihitung menggunakan rumus (Suryanto dkk., 2011 dalam Malinda, 2011): 3.5.8 Pengamatan Morfologi Miselium F.oxysporum Mula-mula jamur ditumbuhkan terlebih dahulu pada media PDB, 1 ose biakan jamur F.oxysporum dari media PDA baru, diinokulasikan ke dalam 50 ml

45 media PDB, kemudian diinkubasi selama 5 hari pada suhu 30 0 C. Miselium jamur disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 1 lalu dicuci dengan aquades steril beberapa kali. Miselium dipotong menggunakan Waring Blander selama 15 detik pada kecepatan lambat. Setelah itu disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Pelet hasil sentrifugasi dicuci kembali dengan aquades, kemudian disuspensikan dalam bufer fosfat ph 7. Suspensi miselium tersebut siap digunakan untuk pengamatan morfologi dan juga digunakan sebagai substrat untuk pengujian kadar N-asetilglukosamin (Tristianti, 2013; Mulyani, 2009; Yurnaliza, 2011; Septariningrum, 2006). Pengamatan morfologi miselium F.oxysporum dilakukan dengan cara mencampur suspensi miselium dengan enzim kitinase kasar (Prosedur 3.5.6) dengan perbandingan 1:1. Kemudian campuran suspensi tersebut diinkubasi selama 2, 4, dan 6 jam pada suhu 37 0 C. Perlakuan kontrol merupakan miselium tanpa pemberian enzim. Masing-masing perlakuan pada waktu unkubasi tersebut diambil 1 tetes dan diletakkan di atas gelas objek, ditutup dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x (Yurnaliza, 2011). 3.5.9 Pengukuran Kadar N-asetilglukosamin F.oxysporum dengan Metode Miller (1959) 3.5.9.1 Penentuan Panjang Gelombang Optimum pada Glukosa Penentuan panjang gelombang optimum dalam penelitian ini menggunakan konsentrasi glukosa 1000 ppm. Sebanyak 1 ml glukosa konsentrasi 1000 ppm diambil dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah 2

46 ml reagen DNS, setelah terbentuk kompleks warna antara DNS dan gula pereduksi hasil hidrolisis, ditambah 1 ml K-Na-tartrat 4%, dihomogenkan. Setelah homogen mulut tabung ditutup dengan alumunium foil dan dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit. Lalu didinginkan pada air mengalir dan diencerkan dengan 20 ml aquades. Blangko diperlakukan sama seperti sampel, namun glukosa diganti dengan aquades. Larutan tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 520-550 nm (Rahmansyah, 2003). 3.5.9.2 Pembuatan Kurva Standar Glukosa Pembutan kurva standar glukosa dibuat dengan menggunakan larutan glukosa konsentrasi 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm (Lampiran 2). Dari masing-masing konsentrasi tersebut diambil 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah 2 ml reagen DNS, setelah terbentuk kompleks warna antara DNS dan gula pereduksi hasil hidrolisis, ditambah 1 ml K-Na-tartrat 4%, dihomogenkan. Setelah homogen mulut tabung ditutup dengan alumunium foil dan dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit. Lalu didinginkan pada air mengalir dan diencerkan dengan 20 ml aquades. Blanko diperlakukan sama seperti sampel, namun glukosa diganti dengan aquades. Kemudian larutan tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm (Rahmansyah, 2003).

47 3.5.9.3 Pengukuran Kadar N-asetilglukosamin F.oxysporum Pengukuran kadar N-asetilglukosamin dinding sel jamur F.oxysporum dilakukan dengan cara mencampur sebanyak 1 ml suspensi miselium 1% (Prosedur 3.5.8) dengan 2 ml ekstrak kasar enzim kitinase yang telah diperoleh sebelumnya (Prosedur 3.5.6), diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 30 menit. Sebanyak 1 ml larutan dari reaksi tersebut diambil kemudian ditambahkan 2 ml reagen DNS. Setelah terbentuk kompleks warna antara DNS dan gula pereduksi hasil hidrolisis, ditambahkan 1 ml K-Na-tartrat 4%. Kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit. Lalu didinginkan pada air mengalir dan diencerkan dengan 20 ml aquades. Larutan tersebut diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 540 nm. Kontrol diperlakukan sama seperti sampel, namun tanpa penambahan enzim. Jumlah gula reduksi dibaca dengan mengacu pada kurva standar glukosa (Rahmansyah, 2003; Manggadani, 2012). 3.6 Analisis Data Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan Analisis Varian (ANOVA) Oneway de g uji F (α=5%) untuk mengetahui ada dan tidaknya pengaruh pemberian ekstrak kasar enzim kitinase terhadap pertumbuhan dan kadar N-asetilglukosamin jamur F.oxysporum. Apabila ada pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji Duncan (α=5%) u uk e ge ui per ed y g y diantara perlakuan yang lain.