ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA STEROID FRAKSI KLOROFORM DARI FRAKSINASI EKSTRAK METANOL DAUN KEREHAU (Callicarpa longifolia Lam.

dokumen-dokumen yang mirip
UJI TOKSISITAS (Brine Shrimp Lethality Test) EKSTRAK DAN ISOLAT FRAKSI KLOROFORM DARI DAUN KEREHAU (Callicarpa longifolia Lamk.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN Nerium oleander

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DARI DAUN TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODE PENELITIAN

TOKSISITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK ETANOL DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora Linn.) SEBAGAI SKRINING AWAL ANTIKANKER SKRIPSI

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Ekstrak Daun Kelakai (Stenochlaena palustris)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ALAMI DAUN TUMBUHAN KELAKAI (Stenochlaena palustris) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Bab III Metodologi Penelitian

UJI FITOKIMIA DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL TANAMAN KESEMBUKAN (Paederia foetida Linn.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN SRIKAYA (Annona squamosa Linn)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA TOKSIK DARI DAGING BUAH PARE (Momordica charantia L.) I G. A. Gede Bawa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

3 Percobaan dan Hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

ISOLASI SENYAWA GOLONGAN TRITERPENOID DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK N-HEKSANA BATANG PRANAJIWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA STEROID PADA FRAKSI N-HEKSANA DARI DAUN KUKANG. (Lepisanthes amoena (HASSK.) LEENH.) LEAVES

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS SENYAWA FLAVONOID FRAKSI KLOROFORM DARI DAUN TERAP (ARTOCARPUS ODORATISSIMUS BLANCO)

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

Musyarrifah, Asriani Ilyas, dan Maswati Baharuddin Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

ISOLASI DAN UJI TOKSISITAS SENYAWA METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK METANOL DARI DAGING BIJI TUMBUHAN Pangium edule REINW (FLACOURTIACEAE)

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

III. BAHAN DAN METODA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK DARI FRAKSI ETIL ASETAT PADA KULIT BATANG TUMBUHAN CERIA (Baccaurea hookeri)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS SERTA ANTIOKSIDAN EKSTRAK PROPOLIS PEMBUNGKUS MADU LEBAH Trigona Incisa DENGAN METODE 2,2-diphenyl-1- picrylhidrazyl (DPPH)

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI FRAKSI ETIL ASETAT PADA DAUN BERWARNA MERAH PUCUK MERAH (SYZYGIUM MYRTIFILIUM WALP.

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI PUTRI N E NAIBORHU

Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Kloroform Kulit Batang Sukun (Artocarpus altilis)

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Transkripsi:

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 12 Nomor 1 November 2014 ISSN 1693-5616 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA STEROID FRAKSI KLOROFORM DARI FRAKSINASI EKSTRAK METANOL DAUN KEREHAU (Callicarpa longifolia Lam.) Arie Novadiana, Erwin, Subur P. Pasaribu Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mulawarman Jalan Barong Tongkok No. 4 Kampus Gunung Kelua Samarinda, 75123 Email: anovadiana@ymail.com ABSTRACT Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) is one of the biodiversity used as traditional medicine by one of the indigenous tribes of Borneo, called Dayak Tunjung. The purpose of this study was to determine about toxicity level of the Kerehau leaves (Callicarpa longifolia Lam.) to larvae shrimps (Artemia Salina Leach) and to determine the content of the active compounds contained in the Kerehau leaves (Callicarpa longifolia Lam.). The research was conducted by extracting samples with methanol and then concentrated by rotary evaporator. Total extract fractionated with n-hexane and chloroform, and then column chromatography applicated to chloroform fraction. Phytochemicals and BSLT have been test to Isolates chromatography results, total extract and chloroform extracts to determine the level of toxicity, FTIR analysis was also performed to isolate the results of Chromatography. Based on the results test of phytochemical compounds secondary metabolites of Kerehau leaves (Callicarpa longifolia Lam.) indicated that the methanol extract containing steroid compounds, phenolics, and flavonoids. Chloroform fractions containing flavonoids and steroid compounds. Isolates Chloroform fraction containing Steroids compounds. On Brine Shrimp Lethality Test, death of larvae shrimps (Artemia Salina Leach) were recorded and processed using SAS Probit analysis to determine the value of Lethal Concentration (LC50) to the value of each is, in chloroform isolates with LC50 values of 96.4096 ppm, chloroform extract had LC50 values of 104.1878 ppm and methanol extract had LC50 values of 485.1681 ppm. In Chloroform fraction separation and purification using column chromatography and recrystallization techniques to produce pure compound that is found in fractions A.f. The compounds were characterized by FTIR spectrometer spectroscopy. Based on FTIR analysis of the isolates showed chloroform fraction compound characterization using IR spectrophotometer is IR λmaks cm -1 : 3248.12; 2862.36; 2939.52; 2607.76; 2345.44; 1458.18; 1496.76; 1597.06; 1172.72; 1226.73; 1288.45; 1658.78; 1095.57; 1002.98, and 941.26. Based on the results obtained isolates suspected compound is a steroid class of sterols. Keywords : Kerehau, Callicarpa longifolia Lam., toxicity test, Phytochemical test, chloroform, and Steroid A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat berpotensi dalam keanekaragaman hayatinya, salah satunya adalah hutan. Keanekaragaman sumber daya alam hayati Indonesia ini merupakan sumber senyawa kimia, baik berupa senyawa metabolit sekunder maupun senyawa metabolit primer (Darwis, 2000; Sutisna, 2000). Hampir setiap daerah di Indonesia mengenal ramuan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan tertentu secara tradisional. Penggunaan tumbuh tumbuhan tertentu sebagai obat merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita sejak dahulu hingga sekarang ini untuk penyakit tertentu. Bahan obat yang digunakan dapat berasal dari daun, batang, akar, bunga dan biji-bijian (Siregar, P, 2005). Salah satu keanekaragaman hayati yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh salah satu suku asli Kalimantan yaitu suku Dayak Tunjung adalah Kerehau. Penelitian lebih lanjut oleh Setyowati, F.M 2010 melaporkan bahwa tumbuhan Kerehau (Callicarpa Longifolia Lam.) dimanfaatkan oleh suku Dayak Tunjung sebagai obat masuk angin dan bengkak pada bagian akar sedangkan pada bagian daun digunakan sebagai bedak basah. Tumbuhan dari genus Callicarpa telah banyak digunakan sebagai obat-obatan. Kurang lebih 14 spesies dari genus ini telah dilaporkan aktivitas biologisnya sebagai anti bakteri, anti jamur dan anti serangga (Jones, 2008). Seperti Callicarpa macrophylla Vahl. dilaporkan memiliki aktivitas yang baik sebagai anti inflamasi (Virendra dkk, 2011) dan Callicarpa japonica Thumb. dilaporkan memiliki aktivitas anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus Circus (Yong-suk Kim dkk, 2004). Di Cina, Callicarpa macrophylla Vahl. dan 2 spesies lainnya telah digunakan untuk menghentikan pendarahan internal dan eksternal serta mengobati luka bakar (Jones. 2008). Adanya efek farmakologi pada suatu tumbuhan dipengaruhi oleh adanya senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada tumbuhan tersebut. Senyawa golongan diterpen, flavonoid, fenilpropanoid, fitosterol, seskuiterpen dan triterpen dilaporkan telah diisolasi dari tumbuhan genus Callicarpa (Jones. 2008). Pada daun tumbuhan kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) terdapat senyawa metabolit sekunder golongan Steroid, Fenolik dan Flavonoid dari 8

Arie Novadiana dkk Isolasi Identifikasi hasil uji skrining fitokimia yang telah dilakukan sebagai uji pendahuluan. Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengisolasi senyawa Steroid yang terdapat pada daun tumbuhan Kerehau (Callicarpa Longifolia Lam.) asal Kalimantan dengan metode ekstraksi menggunakan Metanol lalu dilakukan proses fraksinasi menggunakan n- heksana. Kemudian metanol hasil fraksinasi dengan n- heksan di fraksinasi kembali dengan kloroform. Selanjutnya B. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama 16 bulan dimulai dari bulan Mei 2012 hingga September 2013 di Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2.1. Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan pada penelitian ini adalah botol kaca gelap 2500 ml, corong, neraca analitik, batang pengaduk, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, corong pisah, statif, klem, kolom kromatografi, botol vial, plat kromatografi lapis tipis (KLT), chamber KLT, lampu UV, rotary evaporator dan spektroskopi FTIR.' Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Sampel (daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.), Metanol, Aquadest, n Heksan, etil asetat, H2SO4, kloroform amoniak, KI, Bi(NO3)2.5H2O, HNO3, CH3COOH glasial, serbuk Mg, HCl (p), FeCl3, kertas saring whatman no.42, aluminium foil, kapas, silika gel 60 (70 230 mesh) dan silika gel GF254. 2.2. Pengambilan Sampel Callicarpa longifolia Lamk. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan mengambil bagian daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lamk.). Sampel yang telah terkumpul kemudian dikeringanginkan dan dihaluskan. 2.3. Uji Flavonoid Ekstrak kasar metanol daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lamk.) dan fraksi fraksinya ditambahkan 2 mg serbuk Mg dan 3 tetes HCl pekat. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga (Harborne, 1987). 2.4. Ekstraksi dan Fraksinasi Serbuk kering daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) dimaserasi dengan menggunakan pelarut metanol dan disimpan di tempat terlindung dari cahaya matahari sambil sesekali dikocok. Maserasi dilakukan berkali kali hingga diperoleh filtrat jernih. Hasil maserasi disaring dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Selanjutnya dilakukan proses fraksinasi terhadap ekstrak kasar metanol tersebut. Fraksinasi untuk masing masing fraksi dilakukan berulang kali hingga warna pelarut pada fraksi yang diinginkan bening. Fraksinasi dilakukan dengan corong pisah, dilakukan menggunakan pelarut n Heksan terlebih dahulu, Kloroform, kemudian Etil Asetat (Lopes et al, 2004). Hasil fraksinasi dari fraksi fraksi yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator, kemudian dilakukan uji fitokimia pada masing masing fraksi. Dalam penelitian ini terhadap fraksi kloroform dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa metabolit sekunder daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.). hasil fraksinasi Kloroform dianalisis kromatografi lapis tipis (KLT) lalu dilanjutkan dengan kromatografi kolom vakum dan kromatografi kolom tekan. Senyawa hasil isolasi dikarakterisasi secara Spektrofotometri Infra Merah (IR) dan diuji toksisitasnya dengan menggunakan uji BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) serta dilakukan juga uji BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) terhadap Ekstrak Metanol dan Ekstrak fraksi Kloroform. dan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. 2.5. Uji Fitokimia Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui jenis metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak metanol daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) serta fraksi Kloroform dan Isolat Fraksi Kloroform. Masing masing dilarutkan sesuai dengan pelarutnya. 2.5.1.Uji Steroid (Uji Lieberman Buchard) Ekstrak kasar metanol daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) dan fraksi fraksinya ditambahkan 3 tetes pereaksi Lieberman Burchard (asam asetat glasial + H2SO4 pekat). Uji positif triterpenoid memberikan warna merah atau ungu dan uji positif steroid memberikan warna hijau atau biru (Harborne, 1987). 2.5.2Uji Fenolik Ekstrak kasar metanol daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lamk.) dan fraksi fraksinya ditambahkan larutan besi(iii) klorida (FeCl3) 10% beberapa tetes, ekstrak positif mengandung fenolik apabila menghasilkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam (Harborne, 1987). 2.6. Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Metabolit Sekunder Pada fraksi kloroform dilakukan uji Kromatograsi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan penyinaran dari lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 365 nm untuk mengetahui komposisi eluen yang akan digunakan sebagai kontrol hasil dari kromatografi kolom vakum dengan melihat hasil pemisahan spot / noda yang ada. Pemisahan pertama dilakukan dengan kromatografi kolom vakum (KVC) menggunakan silika gel GF 254 sebagai fasa diamnya dengan metode elusi gradien. Eluen yang digunakan dimulai dari n-heksana 100% sampai dengan Etil Asetat 100% seperti tabel di bawah ini : Tabel 1. Komposisi perbandingan pelarut untuk KVC NO. Perbandingan 9

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 12 Nomor 1 November 2014 ISSN 1693-5616 n-heksan Etil Asetat 1 100 % - 2 9 1 3 8 2 4 7 3 5 6 4 6 5 5 7 4 6 8 3 7 9 2 8 10 1 9 11-100% Sebelum dilakukan kromatografi kolom dilakukan impregnasi terhadap silika gel 50-100 mesh. Kemudian silika gel GF254 dimasukkan ke dalam corong vakum sebanyak 1/4 dari ukuran corong vakum, dialirkan pelarut n-heksana 100% sambil pompa vakum dijalankan hingga silika menjadi kering, kemudian diberi kertas saring sebagai pembatas antara silika GF254 dengan silika impregnan lalu silika yang telah di impregnan dimasukkan ke dalam corong vakum dan di atas silika diberi kertas saring kembali, vakum dijalankan dan dimasukkan eluen perbandingan yang telah ditentukan hingga selesai. Hasil dari kromatografi kolom vakum yang didapatkan kemudian ditampung didalam botol masing-masing berisi 100 ml, kemudian berbagai hasil dari kromatografi kolom vakum yang telah didapatkan selanjutnya dimonitoring kembali dengan uji KLT menggunakan perbandingan eluen berdasarkan dari uji KLT awal sebelum dilakukan kromatografi kolom, kemudian KLT yang telah ditotolkan dengan hasil dari kromatografi kolom diamati di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 365 nm untuk melihat spot/noda yang dapat terlihat di bawah penyinaran lampu UV tersebut. Hasil yang memberikan nilai Rf yang sama kemudian digabung, proses ini disebut sebagai fraksi gabungan. Fraksi A yang positif mengandung senyawa metabolit sekunder kemudian di uji KLT kembali dengan berbagai perbandingan pelarut untuk mencari perbandingan pelarut yang terbaik untuk digunakan pada kromatografi kolom tekan. Pemisahan kedua dilakukan kromatografi kolom tekan dengan menggunakan silika gel 60 (70-230 mesh) sebagai fasa diamnya. Silika gel disuspensikan terlebih dahulu dengan eluen perbandingan pelarut terbaik yang diperoleh dari uji KLT setelah didapat fraksi gabungan, kemudian dimasukkan ke dalam kolom tekan yang dasarnya telah disumbat kapas. Lalu dilakukan penekanan secara manual dari atas kolom dengan menggunakan pompa dan diatur tetesan yang keluar dari kolom tersebut. Fraksi A yang positif mengandung senyawa metabolit sekunder dimasukan ke dalam kolom dan dielusi. Kemudian dilakukan pemisahan dengan menggunakan perbandingan pelarut seperti tabel di bawah ini: Tabel 2. Pemisahan dengan perbandingan pelarut NO. Perbandingan n-heksan Kloroform Etil Asetat 1 4 6 2 3 7 3 2 8 4 1 9 5-100% 6 9 1 7 8 2 8 7 3 9 6 4 10 5 5 11 4 6 12 3 7 13 2 8 14 1 9 15-100% Hasil dari kromatografi kolom tekan yang didapatkan kemudian ditampung tiap 5 ml di dalam botol vial, selanjutnya dimonitoring dengan uji KLT menggunakan eluen yang sama seperti eluen yang ada pada kolom tekan dan diamati di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 365 nm untuk melihat hasil pemisahan spot/noda yang dapat terlihat di bawah penyinaran lampu UV tersebut. Hasil yang memberikan nilai Rf sama digabung. Fraksi gabungan didiamkan selama beberapa hari sampai pekat agar terdeteksi saat dilakukan uji KLT. Fraksi yang positif mengandung senyawa metabolit sekunder ditunjukkan dengan noda tunggal yang dapat dilihat saat uji KLT, kemudian dimurnikan dengan rekristalisasi. Hasil rekristalisasi diamati kembali dengan uji KLT menggunakan berbagai eluen, yaitu n-heksana, kloroform dan etil asetat. 2.7. Identifikasi Senyawa Steroid Senyawa steroid hasil isolasi yang diperoleh dikarakterisasi dengan spektrofotometer IR untuk mengetahui bilangan gelombang yang dapat menunjukkan gugus fungsi yang dimiliki senyawa steroid hasil isolasi. 2.8. Uji Mortalitas Larva Udang (Brine Shrimp Lethality Test) Disiapkan dua plat mikro standar masing-masing untuk plat uji dan plat kontrol. Kedalam baris I dan II masingmasing tiga kolom dimasukkan 100 µl sampel pada plat uji dan 100 µl larutan kontrol pada plat kontrol. Larutan baris II diencerkan dengan 100 µl air laut dan diaduk. Kemudian dipipet kembali 100 µl dimasukkan kedalam baris III, larutan baris III diencerkan kembali dengan 100 µl air laut sambil diaduk dan dimasukkan kedalam baris IV dan dilakukan dengan cara yang sama sampai baris terakhir. Sehingga konsentrasi larutan untuk masing-masing baris sebagai berikut, baris I = 500 ppm, baris II = 250 ppm, baris III = 125 ppm, baris IV = 62.5 ppm, baris V = 31. 25 ppm, baris VI = 15.625 ppm, baris VII = 7.8 ppm, dan baris VIII = 3.9 ppm. Selanjutnya ke dalam larutan sampel pada plat uji dan larutan kontrol pada plat kontrol ditambahkan 100 µl air laut yang mengandung 10 larva udang, kemudian dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu dihitung jumlah rata-rata larva 10

Arie Novadiana dkk Isolasi Identifikasi udang yang mati dan yang hidup untuk setiap baris pada plat uji. Dihitung nilai LC50 senyawa ditentukan dengan menggunakan program Analisis Probit. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Uji Fitokimia (+) = Mengandung senyawa metabolit sekunder (-) = Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder Pemisahan dan Pemurnian Tabel 3. Identifikasi jenis ekstrak Jenis Ekstrak Jenis Senyawa Ekstrak Kasar Metanol Fraksi Kloroform Ekstrak Kasar Metanol Alkaloid - - - Saponin - - - Steroid + + + Terpenoid - - - Flavonoid + + - Fenolik + - - Proses pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan metode kromatografi kolom. Sebelum pemisahan dan pemurnian dilakukan, terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), analisis ini bertujuan untuk menentukan pelarut yang akan digunakan pada saat pemisahan dengan kromatografi kolom. Pola kromatogram pada KLT menunjukkan pola pemisahan yang terjadi pada kromatografi kolom. Pemisahan pertama dilakukan dengan menggunakan KVC, pelarut yang digunakan merupakan pelarut organik yang ditingkatkan kepolarannya secara gradien, pada pemisahan ini digunakan pelarut n-heksan dan etil asetat. Fraksi n-heksan dengan eluen n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan yang dilakukan pada KVC yaitu 100% n-heksan sebanyak 2 kali; 9:1 sebanyak1 kali; 8:2 sebanyak 3 kali; 7:3 sebanyak 5 kali; 6:4 sebanyak 6 kali; 5:5 sebanyak 7 kali; 4:6 sebanyak 3 kali; 3:7 sebanyak 2 kali; 2:8 sebanyak 2 kali; 1:9 sebanyak 2 kali dan etil asetat 100% sebanyak 4 kali. Hasil KVC Fraksi Kloroform dengan menggunakan 10.07 gram ekstrak Fraksi Kloroform didapatkan 37 fraksi. Dari hasil KVC maka dilakukan uji KLT pada 37 fraksi untuk penentuan gabungan fraksi, berdasarkan dari hasil uji KLT maka fraksi yang memiliki pola kromatogram yang sama digabungkan sehingga didapatkan 9 fraksi gabungan. Penggabungan dari masing-masing fraksi tersebut adalah fraksi A (1-7), fraksi B (8-11), fraksi C (12-19), fraksi D (20-22), fraksi E (23), fraksi F (24-25), fraksi G (26-28), fraksi H (29-31), fraksi I (32-37). Kemudian dari 9 fraksi di atas di KLT kembali dengan menggunakan eluen n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 6:4. Dari hasil KLT dapat dilihat pola kromatogram seperti gambar di bawah : Gambar 1. Pola Kromatogram. Berdasarkan pola kromatogram di atas maka untuk fraksi D, E dan F dapat digabungkan menjadi satu fraksi menjadi fraksi D serta dilakukan penggabungan untuk fraksi G, H, dan I menjadi fraksi E. Kelima fraksi ini kemudian dianalisa kembali dengan menggunakan KLT sebagai bahan pertimbangan untuk fraksi yang akan, massa dari tiap fraksi yang didapat adalah Fraksi A sebesar 0.21 gram, fraksi B sebesar 0.48 gram, fraksi C sebesar 1.2 gram, fraksi D sebesar 0.71 gram dan fraksi E sebesar 1.65 gram. Massa dan pola kromtogram dijadikan pertimbangan untuk rekolom selanjutnya dari hasil analisa KLT tersebut maka digabungkan antara fraksi A dan Fraksi B menjadi satu fraksi yaitu Fraksi A sehingga didapat massa sebesar 0.69 gram dan kemudian terhadap fraksi A ini dilakukan pemurnian lebih lanjut dengan menggunakan Kolom flash. Sebelum dilakukan proses kolom kedua ini, dilakukan analisa KLT terlebih dahulu untuk menentukan penggunaan pelarut dan eluen yang tepat untuk digunakan pada kolom Flash. Berdasarkan pada analisa KLT yang telah dilakukan maka didapatkan hasil eluen untuk kolom flash ini yaitu n-heksan : kloroform dan kloroform : etil asetat dengan berbagai komposisi perbandingan yaitu dimulai dari n-heksan : kloroform dengan perbandingan 4 : 6 diteruskan sampai dengan pada 100% pelarut kloroform kemudian dilanjutkan dengan perbandingan eluen kloroform : etil asetat dari 100% kloroform sampai pada 100% etil asetat. Proses pengerjaan kolom ini dilakukan dengan menggunakan masing-masing 100 ml pada setiap perbandingan pelarut, perbandingan pelarut akan dilanjutkan dengan perbandingan berikutnya jika tidak terjadi perubahan pola pita pada sampel dalam kolom tersebut. Hasil kolom ditampung masing-masing ±10 ml dalam setiap botol vial. Fraksi A sebanyak 0.69 gram dipisahkan dengan metode Kolom Flash seperti di atas menghasilkan 171 botol vial, lalu setiap hasil dari kolom tersebut dianalisis kembali dengan uji KLT menggunakan eluen n-heksan : kloroform (2 : 8). Fraksi yang memiliki pola kromatogram yang sama digabungkan sehingga didapat 8 fraksi gabungan. Penggabungan dari masing-masing fraksi tersebut adalah fraksi A.a (1-20), fraksi A.b (21-40), fraksi A.c (41-62), 11

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 12 Nomor 1 November 2014 ISSN 1693-5616 fraksi A.d (63-69), fraksi A.e (70-76), fraksi A.f (77-110), fraksi A.g (111-148) dan fraksi A.h (149-171). Kemudian dari 8 fraksi di atas di KLT kembali dengan menggunakan eluen n-heksan : Kloroform dengan perbandingan 2:8. Dari hasil penggabungan fraksi, pada fraksi A.e dan A.f terbentuk kristal amorf. Rekristalisasi dilakukan dengan melarutkan fraksi yang membentuk kristal dengan kloroform lalu diteteskan sedikit kloroform panas agar larut sempurna kemudian diteteskan sedikit demi sedikit n- heksan hingga berwarna keruh. Setelah diteteskan dengan n-heksan sampel yang telah direkristalisasi didinginkan dalam kulkas selama satu hari. Setelah didinginkan dalam kulkas dilihat endapan yang terbentuk lalu dipisahkan dengan menggunakan kertas saring, kemudian dilakukan kembali uji KLT untuk menetukan kemurnian kristal yang didapat, dilakukan rekristalisasi berulang hingga kristal yang didapat menunjukkan noda tunggal pada plat KLT. Hasil rekristalisasi fraksi A.f kemudian dianalisis karakterisasi senyawa dengan menggunakan FT-IR. Dari hasil kristal amorf yang telah direkristalisasi dan didapatkan noda tunggal, kemudian dilakukan pengukuran spektrum FT-IR yang dikirim ke Laboratorium Kimia Organik FMIPA-UGM Yogyakarta hingga didapatkan hasil seperti pada gambar di bawah ini : Gambar 2. Spektrum FT-IR kristal Berdasarkan hasil dari spektrum Infra Merah dapat dilihat terjadi serapan pada daerah bilangan gelombang ν3248.13 cm -1 yang merupakan rentangan (streching) dari gugus OH yaitu pada kisaran antara 3230-3550 cm -1, dugaan ini diperkuat dengan adanya rentangan serapan C- OH sekunder pada daerah bilangan ν1002.98 cm -1 dan ν941.26 cm -1 yang memiliki kisaran bilangan spektra pada 990-1060 cm -1 (Cole, 1963). Dari hasil analisa ini juga terdapat serapan C-H alifatik pada kisaran spektrum 2850-2950 cm -1 yang berada pada serapan bilangan gelombang ν2862.36 cm -1 dan ν2939.52 cm -1 yang merupakan rentangan C-H dari CH 2 dan CH3, dugaan ini dapat diperkuat dengan adanya serapan bilangan gelombang pada 1458.18 cm -1 yang D. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : menunjukkan adanya tekukkan C-H dari CH2 yang memiliki kisaran bilangan gelombang antara 1440-1480 cm -1 (Socrates, 1994). Pada pita serapan bilangan gelombang ν1658.78 cm -1 menunjukkan adanya rentangan C=C nonkonjugasi yang memiliki kisaran panjang gelombang antara 1620-1680 cm - 1, dugaan ini diperkuat dengan adanya serapan bilangan gelombang pada 941.26 cm -1 yang menunjukkan bahwa terdapat tekukkan =C-H yang memiliki kisaran bilangan gelombang antara 650-1000 cm-1 (Saleh, 2007). Serapan pada spektrum 1172.72, 1226.73 dan 1288.45 cm -1 menunjukkan adanya C-O yang memiliki kisaran bilangan gelombang antara 1300-1000 cm-1 (John Coates, 2000). Berdasarkan hasil dari interpretasi spektrum Infra Merah di atas, maka didapatkan bahwa senyawa isolat mengandung gugus hidroksil (OH), alkil, alkohol sekunder (C-OH) dan alkena (C=C) tak terkonjugasi. Diduga senyawa steroid yang diisolasi adalah senyawa steroid golongan sterol (steroid alkohol) hal ini disebabkan karena terdapat gugus OH (alkohol sekunder) yang menunjukkan bahwa isolat merupakan senyawa steroid yang mengandung gugus OH. 3.2. Uji BSLT Pada penelitian ini ekstrak kasar, ekstrak fraksi kloroform dan senyawa steroid dilakukan uji toksisitas dengan menggunakan metode BSLT yaitu dengan melihat kematian dari larva udang setelah diberi perlakuan penambahan ekstrak dengan variasi konsentrasi dalam media hidupnya selama 24 jam. Meyer, et al., (1982) menyatakan bahwa senyawa uji dikatakan toksik jika harga LC50 lebih kecil dari 1000 µg/ml. Penentuan potensi bioaktif dilakukan dengan membandingkan nilai LC50 masing-masing ekstrak dengan ketentuan : - LC50 30 ppm = Sangat Toksik - 31 ppm LC50 1.000 ppm = Toksik - LC50 > 1.000 ppm = Tidak Toksik Berdasarkan hasil uji toksisitas didapatkan nilai LC50 masing-masing ekstrak pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Hasil Uji Toksisitas Ekstrak LC50 Tingkat Toksisitas Metanol 485.1681 Toksik Fraksi Kloroform 104.1878 Toksik Senyawa Steroid 96.4096 Toksik Dari nilai LC50 dapat dilihat bahwa Ekstrak Metanol, ekstrak klorofom dan serbuk isolat kloroform bersifat Toksik karena memiliki nilai LC50 berada pada daerah 31 ppm LC50 1.000 ppm. 1. Hasil uji fitokimia dan hasil spektrum IR maka senyawa yang telah diisolasi dari daun tumbuhan kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) pada fraksi kloroform diduga senyawa yang terkandung merupakan senyawa steroid golongan sterol karena memiliki gugus hidroksil (OH). 12

Arie Novadiana dkk Isolasi Identifikasi 2. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa karakteristik fisik dari isolat senyawa steroid berupa Kristal amorf. 3. Dari hasil uji toksisitas pada larva udang (brine shrimp lethality test) dari Ekstrak Metanol, Fraksi Kloroform dan senyawa steroid yang diisolasi diperoleh nilai LC50 masing-masing sampel, yaitu 485.1681 ppm, 104.1878 ppm dan 96.4096 ppm. Maka dapat disimpulkan bahwa pada ekstrak metanol, Ekstrak Fraksi Kloroform dan Ekstrak Isolat Fraksi Kloroform bersifat toksik. DAFTAR PUSTAKA 1. Coates, John. 2000. Interpretation of Infrared Spectra, A practical Approach. In encyclopedia of Analytical Chemistry. Pp 10815-10837. 2. Cole, A.R.H. 1963. Aplication of Infrared Spectroscopy dalam Elucidation of Structures by Physical and Chemical Method, (Bentley, K.W., ed.), Part 1. New York : Interscience Publisher 3. Darwis, D. 2000. Uji Kandungan Fitokimia Metabolit Sekunder: Metode Lapangan dan Laboratorium. Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati. DITJEN DIKTI DEPDIKNAS. 9-14 Oktober 2000, Padang. 4. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB. 5. Jones, William P dan Doughlas kinghorm. 2008. Biological Active Natural Products of the Genus Callicarpa. National Intituties of Health Volume : 4 6. Kim, Young-suk; Shin, Dong-Hwa; Lee, Na-Young dan Byun, Myung-Woo. 2004. Volatile Constituens from the Leaves of Callicarpa japonica Thunb. and their Anti Bacterial Aktivities. Journal of Agricultural and Food Chemistry Volume : 52 7. Lopes, M. N. Andre C, Maria C. M dan Vanderlan S.B. 2004. Flavonoids from Chiocca braquiata (Rubiaceae). Journal of Brazilian Chemical Society, 15 (4), 468 471. 8. Meyer, B.N., Ferrigni, Putnam, J.E. Jacobsen, L.B. Nichols dan McLaughlin. 1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Plant Constituents. Planta Medica 45: 31-34. 9. Siregar, Philipus, H. 2005. Isolasi senyawa alkaloid dari ekstrak methanol dai tumbuhan jambu keeling. Sci,2(9) : 82-84 10. Sutisna I. 2000. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Triterpenoid Lanostana dari Kulit Kayu Danglo (Macaranga javanica Muell. Arg). Skripsi Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Mulawarman Samarinda. 11. Setyowati, F. M. 2010. Etnofarmakologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung di Kalimantan Timur. Media Litbang Kesehatan Volume XX No.3 12. Socrates, G. 1994. Infrared Characteristic Group Frequencies Tables and Charts. Newyork: John Wiley and Sons 13. Saleh, C. 2007. Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa Steroid dari Akar Tumbuhan Cendana (Santalum album Linn). Desertasi. Medan : Universitas Sumatera Utara 14. Yadav, Virendra; Jayalakshmi, Soma; Singla, Rajeev K.; dan Patra, Arjun. 2011. Premilinary Assessment of Anti Inflammatory Activity of Callicarpa macrophylla vahl. Leaves Extracts. Journal of Pharmaceutical Sciences Volume :1 13