II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Limbah Biodiesel Purifikasi Gliserol (Limbah Biodiesel)

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

I. PENDAHULUAN. Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

I. PENDAHULUAN. palm oil). Dari 1 kilogram bahan baku CPO bisa menghasilkan sedikitnya 1 liter

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

Oleh : Herlina Damayanti Isni Zulfita Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST., MT

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

LAMPIRAN 1 HASIL ANALISA

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB IV STOIKIOMETRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

II. DESKRIPSI PROSES NC-(CH 2 ) 4 -CN + 4 H 2 O. Reaksi menggunakan katalisator dari komponen fosfor, boron, atau silica gel.

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB II DESKRIPSI PROSES

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Inokulum adalah bahan padat/cair yang mengandung mikrobia/spora/enzim yang ditambahkan kedalam substrat/media fermentasi

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

Sulistyani M.Si

NME D3 Sperisa Distantina BAB III NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

Prarancangan Pabrik Maleic Anhydride dari Butana Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWAB. UjianTeori. Bidang Kimia. Waktu 210 menit

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

Bab III Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA

KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses

Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan.

4. Hasil dan Pembahasan

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

TEKNIK FERMENTASI (FER)

ION EXCHANGE DASAR TEORI

II. DESKRIPSI PROSES

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

LOGO. Oleh : Nurlaili Humaidah ( ) Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Tri Widjaja M.Eng Dr.Ir. Tontowi Ismail, MS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. DESKRIPSI PROSES

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. JENIS JENIS PROSES Ada 2 jenis 1,3-propandiol (PDO) menurut proses produksinya yaitu chemical PDO dan bio-pdo, dimana chemical PDO disintesis secara kimia dari bahan baku yaitu etylen oxide dan acrolein, sedangkan bio-pdo disintesis secara fermentasi dari bahan baku gliserol. Menurut literatur [Biebl et al., 1999], bio-pdo (1,3-propandiol) merupakan salah satu produk fermentasi yang telah lama dikenal. Produk dari hasil fermentasi ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1881 oleh August Freund. Percobaan yang dilakukan saat itu adalah percobaan yang menggunakan glycerol-fermenting mixed culture dengan mikroorganisme Clostridium pasteurianium. Selain mikroorganisme tersebut, jenis mikroorganisme lain yang dapat digunakan untuk fermentasi gliserol menjadi PDO adalah Klebsiella (K. pneumoniae), Enterobacter (E. agglomerans), Citrobacter (C. freundii), Clostridium butyricum, dan Lactobacilli (L. brevis dan L. buchneri) [Biebl et al. 1999]. 1,3-propandiol (PDO) atau trimetilen glikol (trymethylene glycol) merupakan senyawa kimia antara yang berharga dan sekaligus mahal. Senyawa ini dapat digunakan sebagai aditif terhadap bahan tertentu untuk meningkatkan unjuk kerja

7 maupun sifat fisik bahan tersebut. Selain itu, PDO juga merupakan monomer untuk pembuatan berbagai macam polimer berharga di dunia. Beberapa proses yang dapat digunakan untuk menghasilkan 1,3-propandiol (PDO) adalah sebagai berikut: 1). 1,3 Propandiol (PDO) dari ethylene oxide Reaksi: Gambar 2.1 Proses Produksi PDO secara kimiawi oleh Perusahaan Degussa dan Shell [von Ralf Bock, 2004] Proses pertama menggunakan etilen oksida (ethylene oxide) sebagai bahan mentah untuk kemudian diubah menjadi PDO melalui penggunaan katalis dengan tambahan phosphine, air, karbon monoksida, hidrogen, dan asam. Kondisi operasi pada suhu 25-250 o C tekanan 200-600 Psig. Jumlah hidrogen yang dikontakan dengan 1,3-propandiol sekitar 0.05-100 cm 3 /gram 1.3-propandiol. Konversi mencapai 50-70%. Katalis yang digunakan adalah golongan VIII A pada sistem periodik dengan komposisi 2-20% katalis. (US. Patent 7,084,311 B2)

8 2). 1,3 Propandiol (PDO) dari acrolein Proses kedua terdiri atas reaksi hidrolisis dan hidrogenasi katalitik acrolein. Penyiapan bahan baku dilakukan dengan hidrasi dalam fasa larutan kemudian menggunakan katalis asam untuk membentuk HPA (3-hydroxypropanal). Setelah menyingkirkan acrolein yang tidak bereaksi, kemudian campuran reaksi dihidrogenasikan untuk membentuk 1,3-propandiol (PDO). Kemudian PDO direcovery dengan distilasi untuk memperoleh PDO murni. Katalis yang digunakan yaitu Al 2 O 3, SiO 2 atau TiO 2. Suhu operasi 30-80 o C, dan konversi mencapai 50%. (US. Patent No. 334,778) 3). 1,3 Propandiol dari gliserol Reaksi metabolisme produksi 1,3-propandiol (PDO): 68C 3 H 8 O 3(l) + 3NH 4 OH (l) 49C 3 H 8 O 2 (l) + 3C 4 H 7 O 2 N (s) + 15CO 2 (g) + 15C 2 H 4 O 2(l) + 43H 2 O (l) Proses pembentukan 1,3-propandiol dengan menggunakan proses biologis menggunakan mikroorganisme secara langsung maupun enzim yang dihasilkan oleh sumber sumber biologis. Mikroorganisme yang sudah digunakan secara komersil adalah Klebsiella pneumoniae. Fermentasi berlangsung pada suhu 25 30 o C serta ph dijaga pada nilai 6,0 7,0. Proses fermentasi berlangsung dalam kondisi anaerobik dengan mengalirkan gas N 2 kedalam fermentor. Konversi yang diperoleh yaitu 69%. (US. Patent No. 7,572,376 B2)

9 B. PEMILIHAN PROSES 1. Perbandingan Proses Berdasarkan ketiga proses tersebut, maka perbandingan proses pembuatan 1,3-propandiol (PDO) dapat dilihat seperti pada tabel berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Proses Pembuatan 1,3-Propandiol (PDO). PROSES No SIFAT 1,3-Propandiol dari ethylene oxide 1,3-Propandiol dari acrolein 1,3-Propandiol dari gliserol 1 Bahan Baku ethylene oxide Acrolein gliserol 2 Katalis GOLONGAN VIII A Al 2 O 3, SiO 2 atau TiO 2. biokatalis 3 Temperatur 100 250 o C 100 o C 25 30 o C 4 Tekanan 200 600 psig 400 Psig 14,7 Psig 5 Konversi 50 70% 70% 69 % 2. Potensial Ekonomi Tabel 2.2 harga bahan baku dan produk No Bahan Kimia BM ( g/mol) Harga (US$ / kg) 1 Gliserol 92 0,2 2 Acrolein 56 2,795 3 Ethylene Oxide 44 1,606 4 1,3-propandiol 98 2,1 5 Air 18 0,53 x 10-3

10 1. 1,3-propandiol dari acrolein Yield = 70 % Basis 1 kg produk (1,3-propandiol) Yield = 0,7 = Massa reaktan = 1,428 kg acrolein Cost = 1,428 kg $ 2,795/kg = $ 3,395 2. 1,3-propandiol dari ethylene oxide Yield = 80 % Basis 1 kg produk (1,3-propandiol) Yield = 0.8 = Massa reaktan = 1,25 kg ethylene oxide Cost = 1,25 kg $ 1,606/kg = $ 2,0075 3. 1,3-propandiol dari gliserol Yield = 60 % Basis 1 kg produk (1,3-propandiol) Yield =

11 0.6 = Massa reaktan = 1,667 kg gliserol Cost = 1,667 kg $ 0,2/kg = $ 0,33 Dari Tabel 2.1 di atas dapat disimpulkan bahwa proses yang dipilih dalam menyintesis 1,3-propandiol yaitu dengan bahan baku gliserol dengan proses fermentasi. Hal ini dikarenakan proses kimia dengan bahan baku ethylene oxide dan acrolein membutuhkan tekanan yang tinggi, temperatur yang tinggi dan katalis sehingga akan mengakibatkan mahalnya biaya produksi, sedangkan proses fermentasi tidak memerlukan tekanan dan temperatur yang tinggi, dan juga tidak menghasilkan by-product yang bersifat toxic, disamping itu gliserol yang digunakan merupakan sumber bahan baku terbarukan (renewable source). Selain berdasarkan kondisi operasi, juga ditinjau berdasarkan potensial ekonomi 1,3-propandiol dari gliserol lebih besar dibandingkan dengan potensial ekonomi 1,3-propandiol dengan bahan baku acrolein dan dari ethylene oxide yang menghasilkan keuntungan yang kecil, karena mahalnya bahan baku dan katalis yang digunakan. Sehingga dipilih proses pembuatan 1,3-propandiol dari gliserol yang menghasilkan potensial ekonomi yang lebih besar.

12 C. URAIAN PROSES 1. Persiapan bahan baku Pada sub bab berikut ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap dalam penyiapan umpan. Tahap-tahap tersebut terdiri dari penyiapan bahan baku utama berupa gliserol, penyiapan inokulum (Klebseilla pneumoniae), penyiapan nutrisi (garam-garam mineral dan amonia), dan penyiapan nitrogen. a) Gliserol yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam produksi PDO ini adalah crude glycerol yang dihasilkan sebagai limbah pada industri biodiesel. Agar dapat digunakan sebagai bahan baku, gliserol harus melalui proses sterilisasi terlebih dahulu. Gliserol yang digunakan memilki spesifikasi 80% gliserol, 6.5% air, K 3 PO 4 7.5% serta sabun dan air sebesar 6%. Kondisi optimum untuk proses fermentasi adalah konsentrasi awal gliserol sebesar 700 mmol/l dengan konversi sebesar 69%. Sehingga perlu dilakukan pengenceran dengan menggunakan air agar konsentrasi gliserol dapat mencapai kondisi optimum. Proses sterilisasi perlu untuk dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan mikroorganisme-mikroorganisme lain yang mungkin ada (kontaminan). Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan uap jenuh bertekanan rendah (low pressure steam) namun penggunaan steam dalam sterilisasi dapat

13 mengakibatkan terjadinya pelarutan bahan baku walaupun dalam jumlah sedikit. Selain dengan steam, sterilisasi dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan panas dari unit penukar panas (heat exchanger). Pada pabrik ini proses sterilisasi menggunakan heat exchanger pada suhu 120 o C. Kemudian dilakukan pendinginan hingga suhu fermentasi yaitu 37 o C. b) Penyiapan inokulum Tahap penyiapan inokulum dilakukan dengan tujuan memperbanyak jumlah sel bakteri (Klebseilla pneumoniae) serta untuk mempersingkat waktu fermentasi di fermentor utama. Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk menyiapkan inokulum meliputi pemindahan biakan bakteri dari agar miring ke labu erlenmeyer dan pemindahan dari labu erlenmeyer ke fermentor berskala laboratorium. Komposisi pada medium agar dan medium pembiakan sama dengan komposisi medium yang akan digunakan untuk proses fermentasi pada fermentor utama. Bakteri Klebseilla pneumoniae yang berada di dalam labu erlenmeyer dibiakkan selama 1 hari. Setelah pembiakan selesai, kultur kemudian dipindahkan secara aseptis ke fermentor berukuran kecil (skala laboratorium) dan dibiakkan selama 12 jam [Zeng, 1993].

14 Setelah itu, proses inokulasi dilakukan ke dalam seed fermenter dimana inokulasi ke dalam seed fermenter dilakukan 1 kali sehingga akan diperoleh seed bakteri Klebseilla pneumoniae dalam jumlah yang cukup untuk proses fermentasi di fermentor utama. c) Penyiapan nutrisi Selain menggunakan gliserol sebagai bahan baku utama, terdapat pula bahan baku lain berupa garam-garam yang dilarutkan (K 2 HPO 4, KH 2 PO 4, NaCl, MgSO 4.7H 2 O) serta larutan amonia sebagai sumber N. Seperti halnya gliserol, sebelum digunakan dalam proses fermentasi, garam-garam yang telah dilarutkan tersebut serta larutan amonia harus disterilisasi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam proses sterilisasi bahan-bahan baku untuk produksi PDO ini adalah proses sterilisasi bahan baku gliserol dan proses sterilisasi nutrisi dilakukan secara terpisah untuk mencegah terjadinya proses karamelisasi. Sterilisasi untuk nutrisi ini juga dilakukan secara kontinyu. setlah sterilisasi, larutan-larutan garam serta larutan amonia tersebut kemudian dipindahkan secara aseptis ke dalam fermentor yang tentunya telah disterilisasi pula.

15 d) Penyiapan Larutan Amoniak (NH 4 OH) NH 4 OH yang digunakan dalam reaksi berasal dari amoniak yang dilarutkan dengan air. Amoniak berasal dari produk petrokimia yang memilki spesifikasi NH 3 99.5% dan H 2 O sebesar 0.5%. Penambahan air hingga konsentrasi NH 3 75%. Kemudian disterilisasi melalui heat exchanger pada suhu 120 o C, kemudian didinginkan hingga 37 o C. e) Penyiapan Nitrogen Nitrogen merupakan senyawa substansial dalam produksi PDO pada pabrik ini. Hal ini dikarenakan proses produksi PDO dengan memanfaatkan bakteri Klebseilla pneumoniae merupakan salah satu proses yang memanfaatkan reaksi anaerobik (tanpa oksigen). Oleh karena itu, untuk memastikan tidak adanya oksigen dalam fermentor utama, maka dialirkan gas nitrogen ke dalam fermentor secara kontinu. 3. Fermentasi Proses fermentasi dalam teknologi bioproses merupakan tahap yang paling penting serta merupakan tahap utama. Temperatur, ph, konsentrasi substrat, ketiadaan oksigen merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan agar produksi PDO (oleh bakteri Klebseilla pneumoniae) optimum. Fermentasi dilakukan secara batch. Pada pabrik ini, volume kerja

16 total untuk proses fermentasi utama adalah 104 m 3. Sedangkan untuk kondisi operasi, fermentasi dilakukan pada temperatur 37 o C serta nilai ph dijaga pada ph netral (ph = 7,0) dengan penambahan larutan KOH 30% [Menzel et al., 1997]. Menurut reaksi pembentukan produk PDO [Menzel et. al., 1997]: 68C 3 H 8 O 3(l) + 3NH 4 OH (l) 3C 4 H 7 O 2 N (s) + 49C 3 H 8 O 2 (l) + 15CO 2 (g) + 15C 2 H 4 O 2(l) + 43 H 2 O (l) jumlah kebutuhan amonia stoikiometris yang diperlukan untuk pembentukan satu mol PDO adalah 0,062 mol amonia atau 35,14 kg amonia terlarut (NH 4 OH 25%-w H 2 O) dalam satu m 3 volum kerja. Jumlah amonia harus dibuat berlebih agar pembentukan produk PDO dapat optimum. Suplai amonia ke dalam fermentor utama diberikan excess sebesar 30% dari kebutuhan amonia stoikiometri. Selain itu, hal lain yang sangat perlu untuk diperhatikan dalam proses fermentasi ini adalah untuk menjaga kondisi proses tetap dalam keadaan anaerobik sepenuhnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah pembentukan etanol sebagai hasil reaksi samping. Untuk produk yang dihasilkan selama fermentasi, dari reaksi 2.1 tersebut, dapat diketahui bahwa selain PDO dihasilkan pula asam asetat (produk samping), karbon dioksida (CO 2 ), serta biomassa.

17 4. Proses pemisahan dan pemurnian produk Setelah proses fermentasi selesai dilakukan, produk yang dihasilkan kemudian dialirkan ke tahap mikrofiltrasi. Pada tahap ini, seluruh biomassa (bakteri Klebseilla pneumoniae) dipisahkan dari air broth-nya dengan memanfaatkan driving force berupa beda tekan dan perbedaan ukuran partikel yang dapat melewati pori-pori membran. Selain berhasil memisahkan biomassa, tahap ini juga berhasil memisahkan ash dan soap (berasal dari crude glycerol) yang terdapat pada aliran produk. Aliran keluar dari alat mikrofiltrasi ini (permeat) mengandung 85% w/w dari aliran masuk. Setelah keluar dari membran mikrofiltrasi, aliran (permeat) kemudian memasuki tahap pemekatan menggunakan membran reverse osmosis. Pada tahap ini konsentrasi produk ditingkatkan dari 0,03 kg/l menjadi 0,2 kg/l dengan pemisahan sejumlah besar air. Larutan yang mengandung produk dialirkan ke unit ion exchange. Pada tahap ini, garam-garam, CO 2 yang terlarut serta asam asetat yang terkandung di dalam aliran akan dihilangkan dengan memanfaatkan resinresin penukar ion. Penukaran ion dilangsungkan dalam 4 tahap, pada 4 kolom penukar ion berisi jenis resin yang berbeda-beda. Tahap pertama adalah pertukaran ion menggunakan resin asam lemah untuk memisahkan kation berupa K +, Na +, Mg 2+ dan NH 4+. Selanjutnya, anion-anion asam lemah dipisahkan menggunakan resin basa lemah. Kolom ketiga berisi resin asam kuat untuk memisahkan anion-anion basa kuat seperti SO 2-4, PO 3-4 dan Cl -. Terakhir, resin basa kuat digunakan untuk memisahkan

18 kation yang masih tersisa. Hasil proses pertukaran ion ini dapat dianggap hanya terdiri dari PDO, gliserol dan H 2 O. Keluaran dari ion exchange kemudian diproses lebih lanjut pada tahap evaporasi vakum. Di evaporator, proses yang akan terjadi adalah proses penguapan air yang masih terdapat di dalam aliran produk dimana jumlah air yang berhasil diuapkan hampir 100% (penguapan air mencapai 99,5%- w). Setelah melalui evaporator, selanjutnya aliran yang masih mengandung produk PDO akan melalui tahap distilasi vakum. Pada proses distilasi ini dengan memanfatkan perbedaan titik didih senyawa-senyawa yang ada, maka akan dipisahkan antara produk PDO (top product) dengan gliserol (bottom product). Akhirnya setelah tahap-tahap pemisahan dan pemurnian tersebut maka didapatkan produk 1,3-propandiol dengan kemurnian 99,84%-w.