HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR Gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar dengan katalis KOH merupakan satu fase yang mengandung banyak pengotor. Hasil analisis gliserol ditunjukkan dalam Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Gliserol Hasil Samping Biodiesel Jarak Pagar Jenis Analisis Hasil ph 10,20 Kadar KOH 2,39 % Kadar Sabun (dalam K-oleat) 7,82 % Kadar Gliserol 40,48 % Kadar Zat Menguap (105 0 C) 46,81 % Kadar Abu 5,16 % Uji ph menunjukkan bahwa gliserol hasil samping biodiesel jarak pagar mempunyai ph sebesar 10,20. Tingkat derajat keasaman (ph) gliserol menunjukkan sifatnya yang basa. Hal ini disebabkan kandungan KOH dan sabun kalium. Ionisasi KOH dan sabun kalium dalam air akan menghasilkan ion hidroksil (OH ) sebagaimana ditunjukkan Gambar 3. Sabun kalium merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dengan basa kalium. Ionisasi sabun kalium dalam air menghasilkan ion hidroksil dan bersifat basa karena ion H + hasil ionisasi molekul air berikatan dengan ion R COO - menghasilkan R COOH sebagaimana ditunjukkan Gambar 3. KOH (aq) K + (aq) + OH - (aq) R COOK (aq) K + (aq) + R COO - (aq) R COO - (aq) + H 2 O (l) R COOH (aq) + OH - (aq) Gambar 3. Ionisasi Basa Kuat dan Garam Basa dalam Air (Chang, 2005) Kandungan KOH dalam gliserol berasal dari katalis basa kalium yang digunakan dalam transesterikasi. Sebagai katalis, basa kalium tidak ikut bereaksi menjadi produk, hanya mempercepat terjadinya jalannya reaksi transesterifikasi. Katalis tersisa bersama hasil samping lainnya yaitu gliserol. 17

2 Kandungan sabun kalium berasal dari reaksi penyabunan asam lemak bebas dan KOH (Gambar 4), dan penyabunan trigliserida dan KOH dengan adanya air (Gambar 5). Karena itu, keberadaan air dalam bahan mentah maupun yang terbentuk akibat reaksi penyabunan asam lemak bebas menghambat transesterifikasi trigliserida dan metanol menghasilkan metil ester. Kadar sabun dinyatakan dalam bentuk kalium oleat dengan bobot molekul 320,56 g/mol. Hal ini diambil karena asam oleat merupakan bagian terbanyak di antara asam lemak-asam lemak yang dikandung minyak jarak pagar sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 4. R COOH KOH + R COOK + H 2 O Asam Lemak Kalium Hidroksida Sabun Gambar 4. Reaksi Penyabunan Asam Lemak Bebas H 2O R 1 COOK + 3 KOH R 2 COOK + R 3 COOK Trigliserida Kalium Hidroksida Sabun Gambar 5. Reaksi Penyabunan Trigliserida Gliserol Tabel 4. Asam Lemak Penyusun Minyak Jarak Pagar Asam Lemak Rumus Molekul Struktur Nzikou et al. (2009) % Bobot Akbar et al. (2009) Gübitz et al. (1999)* Miristat C 14 H 28 O 2 14:0 0,1 0 0,1 Palmitat C 16 H 32 O 2 16:0 15,63 14,2 14,1 15,3 Palmitoleat C 16 H 30 O 2 16:1 1,01 0,7 0 1,3 Margarat C 17 H 34 O 2 17:0 0,1 Stearat C 18 H 36 O 2 18:0 5,78 7,0 3,7 9,8 Oleat C 18 H 34 O 2 18:1 40,10 44,7 34,3 45,8 Linoleat C 18 H 32 O 2 18:2 37,51 32,8 29,0 44,2 Linolenat C 18 H 30 O 2 18:3 0,2 0 0,3 Arakidat C 20 H 40 O 2 20:0 0,2 0 0,3 Behenat C 22 H 44 O 2 22:0 0 0,2 *Diacu dalam Syam et al. (2009) 18

3 Hasil analisis gliserol hasil samping biodiesel jarak pagar menunjukkan kadar zat menguap pada C yang sangat tinggi (46,81%). Hal ini disebabkan gliserol masih banyak mengandung metanol yang tidak bereaksi. Kadar zat menguap (105 0 C) menunjukkan kandungan metanol dan air. Metanol berlebih ditambahkan dalam transesterifikasi untuk menggeser reaksi ke kanan menghasilkan lebih banyak metil ester. Sebagian besar metanol yang tidak bereaksi larut dalam gliserol karena kelarutan metanol dalam gliserol dan air lebih tinggi daripada kelarutan metanol dalam metil ester. Perbandingan kadar metanol dalam metil ester dengan gliserol sekitar 4:6 (Gerpen et al., 2004b). Karena itu, Gerpen et al. (2004b) menyarankan distilasi metanol dilakukan sebelum pemisahan antara metil ester dan gliserol kemudian mengumpankan kembali metanol dalam esterifikasitransesterifikasi. Kadar abu gliserol hasil samping biodiesel jarak pagar sebesar 5,16%. Kadar abu menyatakan kandungan zat mineral atau anorganik. Kandungan abu dalam gliserol berasal dari kandungan kalium berupa basa dan sabun dalam gliserol. Kadar abu menjadi salah satu parameter penting untuk menilai kualitas gliserol. Hal ini disebabkan gliserol merupakan bahan organik yang terdiri atas atom C, H, dan O (dengan rumus kimia C 3 H 8 O 3 ) yang menjadi gas CO 2 dan uap H 2 O ketika bahan organik diabukan. Salah satu tujuan pemurnian gliserol adalah menurunkan kadar abu gliserol. B. NETRALISASI KOH DAN PEMECAHAN SABUN K Kalium (berupa sabun dan basa) larut dalam gliserol, metanol, dan air. Untuk memisahkannya, kalium direaksikan dengan asam mineral membentuk garam kalium, asam lemak bebas, dan air. Reaksi netralisasi KOH dan pemecahan sabun K ditunjukkan oleh Gambar 6 dan Gambar 7. Asam sulfat merupakan asam kuat diprotik (mempunyai dua atom hidrogen yang dapat terionisasi). Kecilnya (negatif) nilai pka asam sulfat menunjukkan bahwa ionisasi menjadi ion H + 2- dan SO 4 berlangsung dengan baik. Garam hasil reaksi dengan basa K adalah K 2 SO 4 (KHSO 4 diabaikan). Asam nitrat termasuk asam kuat monoprotik. Ionisasi asam sulfat dan asam 19

4 nitrat ditunjukkan oleh Gambar 8. Reaksi dengan basa K menghasilkan garam KNO 3. 2KOH + H 2 SO 4 K 2 SO 4 + 2H 2 O KOH + HNO 3 KNO 3 + H 2 O KOH + H 3 PO 4 KH 2 PO 4 + H 2 O 2KOH + H 3 PO 4 K 2 HPO 4 + H 2 O 3KOH + H 3 PO 4 K 3 PO 4 + 3H 2 O Gambar 6. Reaksi Netralisasi Basa Kalium 2R-COOK + H 2 SO 4 K 2 SO 4 + 2R-COOH R-COOK + HNO 3 KNO 3 + R-COOH R-COOK + H 3 PO 4 KH 2 PO 4 + R-COOH 2R-COOK + H 3 PO 4 K 2 HPO 4 + 2R-COOH 3R-COOK + H 3 PO 4 K 3 PO 4 + 3R-COOH Gambar 7. Reaksi Pemecahan Sabun HNO 3(aq) H + (aq) + NO 3 - (aq) pka = -1,3 H 2 SO 4 (aq) H + (aq) + HSO 4 - (aq) pka 1 = -3 HSO 4 - (aq) H + (aq) + SO 4-2 (aq) pka 2 = 1,987 Gambar 8. Ionisasi Asam Nitrat dan Asam Sulfat (Goldberg et al., 2002; Kolthoff, 1959) H 3 PO 4 (aq) H + (aq) + H 2 PO 4 - (aq) pka 1 = 2,148 H 2 PO 4 - (aq) H + (aq) + HPO 4 - (aq) pka 2 = 7,198 HPO 4 - (aq) H + (aq) + HPO 4 - (aq) pka 3 = 12,35 Gambar 9. Ionisasi Asam Fosfat (Goldberg et al., 2002) Asam fosfat merupakan asam lemah poliprotik (mempunyai tiga atom hidrogen yang dapat terionisasi). Ionisasi atom hidrogen pada asam fosfat ditunjukkan oleh Gambar 9. Garam dari asam fosfat dan basa K dapat terbentuk dengan mengganti satu, dua, atau tiga ion H + dengan satu, dua, atau tiga ion K + menghasilkan garam KH 2 PO 4, K 2 HPO 4, atau K 3 PO 4 (Gambar 7). Dalam netralisasi basa dan pemecahan sabun K, garam kalium terbentuk dari 20

5 reaksi netralisasi basa dan sabun K dengan asam mineral sebagaimana ditunjukkan Gambar 6 dan Gambar 7. Netralisasi basa dan pemecahan sabun menghasilkan garam, air, dan asam lemak bebas. Kelarutan garam dalam gliserol dan metanol sangat rendah. Garam banyak mengendap dalam lapisan gliserol. Air dan sisa metanol lebih mudah larut dalam lapisan gliserol. Asam lemak bebas tidak larut dalam gliserol dan membentuk lapisan terpisah di atas lapisan gliserol. Sabun dapat menyebabkan terjadinya emulsi antara gliserol dan asam lemak bebas sehingga sulit dipisahkan. Pemisahan antara lapisan gliserol dan asam lemak bebas berlangsung sempurna setelah semua sabun dipecah menjadi garam dan asam lemak bebas. Hal ini menyebabkan gliserol harus bersifat asam atau mempunyai ph < 7. C. DERAJAT KEASAMAN (ph) GLISEROL Data hasil pengamatan ph terlampir pada Lampiran 5. Kurva hubungan jenis dan jumlah mmol asam mineral terhadap ph gliserol ditunjukkan pada Gambar 10. Reaksi asam mineral dalam gliserol menurunkan ph. Hal ini terjadi karena ion kalium dari basa dan sabun berikatan dengan ion nitrat, sulfat, dan fosfat membentuk garam. Ion OH - yang menyebabkan tingginya ph berikatan dengan H + dari asam mineral menghasilkan air. Gambar 10 menunjukkan bahwa perlakuan jenis asam mineral yang menghasilkan ph dari rendah ke tinggi secara berturut-turut adalah asam sulfat, asam nitrat, dan asam fosfat. Hal ini menunjukkan kekuatan asam dari ketiga jenis asam tersebut secara berturut-turut dari asam kuat ke asam lemah sesuai dengan nilai pka dari kecil ke besar (Gambar 8 dan 9). Gambar 11 dan Gambar 12 menunjukkan bahwa sebaran data hasil pengamatan nilai ph gliserol dapat dianggap mengikuti sebaran normal. Gambar 11 menunjukkan kecenderungan diagram bantang membentuk puncak di pusat sebaran. Gambar 12 menunjukkan plot residual terhadap peluang persentase sebaran normal yang mengikuti kecenderungan garis lurus dan sebagian besar residual yang lebih banyak terkumpul di sekitar nilai pusat 21

6 daripada di sekitar nilai ekstrim sebaran. Analisis sidik ragam dengan taraf nyata (α) 5% pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa perlakuan jenis asam, jumlah mmol asam, dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap ph gliserol yang dihasilkan (F hitung > F tabel ) Linear Nilai ph Gliserol H3PO4 H2SO4 HNO Jumlah mmol Asam / 200 g Bahan Gambar 10. Kurva Hubungan Jumlah mmol dan Jenis Asam dengan ph Gliserol Frekuensi Residual Gambar 11. Diagram Batang Residual Data Pengamatan ph 22

7 1.10 Peluang % Normal Plot Residual Gambar 12. Plot Residual Data Pengamatan ph Penambahan asam sulfat menghasilkan kurva perubahan ph lebih cepat pada titik ekuivalen dibandingkan dengan kurva ph penambahan asam nitrat dan asam fosfat. Asam sulfat merupakan asam kuat, bereaksi dengan basa kalium yang juga merupakan basa kuat. Ini sesuai dengan kurva titrasi asam kuat terhadap basa kuat sebagaimana ditunjukkan Gambar 13. Asam nitrat dan asam fosfat termasuk asam yang lebih lemah dibandingkan dengan asam sulfat. Kurva penurunan ph yang dibentuk oleh penambahan asam nitrat dan asam fosfat sesuai dengan kurva titrasi basa kuat dengan asam lemah sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 14. Gambar 13. Kurva Titrasi Asam Kuat terhadap Basa Kuat (Sumber: 23

8 Gambar 14. Kurva Titrasi Asam Lemah terhadap Basa Kuat (Sumber: Gambar 15. Kurva Pengaruh Konsentrasi dalam Netralisasi Asam Basa Kuat (Sumber: Pengamatan terhadap pemisahan fase (Lampiran 11 13) menunjukkan pemisahan terjadi dengan baik pada ph < 7. Namun, masih terdapat sedikit busa ketika penyaringan. Nilai ph perlu diatur <5 untuk mencegah terbentuknya busa selama pemisahan (Yong et al., 2001b). Kocsisová dan Cvengroś (2006) menyatakan bahwa diperlukan ph 4,00 4,50 yang menghasilkan pemisahan yang baik antara lapisan gliserol dengan asam lemak. 24

9 Netralisasi basa dan pemecahan sabun menghasilkan garam, asam lemak bebas, dan air. Reaksi yang tidak sempurna akan menyisakan sabun yang membentuk emulsi antara gliserol, air, dan asam lemak bebas. Hal ini mempersulit pemisahan antara gliserol dengan asam lemak bebas. Selain itu, sabun menyebabkan terjadinya banyak busa selama penyaringan. Gambar 10 menunjukkan bahwa ph 4,50 terdapat pada kurva linear, baik pada penambahan asam sulfat, asam nitrat, maupun asam fosfat. Dengan interpolasi linear pada kurva-kurva tersebut (Lampiran 8), diperoleh bahwa diperlukan penambahan 75,36 mmol asam sulfat; 142,41 mmol asam nitrat; atau 144,11 mmol asam fosfat ke dalam 200 gram bahan gliserol untuk menghasilkan ph 4,50. Gambar 10 juga menunjukkan bahwa penurunan ph pada titik ekuivalen pada ketiga jenis asam terjadi terlalu curam dari ph 8 menjadi ph 1 (perlakuan asam sulfat) dan dari ph 6 menjadi ph 2. Titik ekuivalen adalah titik ketika OH - terlarut tepat dinetralkan oleh H + yang ditambahkan sehingga yang tersisa adalah kesetimbangan ionisasi pelarut. Dalam pelarut air, titik ekuivalen terjadi pada ph 7. Gambar 10 menunjukkan bahwa titik ekuivalen <7. Hal ini dapat disebabkan keberadaan gliserol dan metanol yang dominan dalam larutan. Alkohol bersifat lebih asam daripada air. Agar perubahan ph pada titik ekuivalen tidak terlalu cepat, hal ini dapat diatasi dengan penggunaan asam yang lebih lemah atau lebih encer sebagaimana ditunjukkan kurva netralisasi pada Gambar 15. D. KADAR GLISEROL Perlakuan netralisasi basa dan pemecahan sabun dengan asam mineral berhasil meningkatkan kadar gliserol. Data hasil pengamatan kadar gliserol terlampir pada Lampiran 5. Kurva hubungan jenis dan jumlah mmol asam terhadap kadar gliserol ditunjukkan pada Gambar 16. Gliserol biodiesel jarak pagar mempunyai kadar gliserol sebesar 40,48%. Kadar gliserol berhasil ditingkatkan sampai lebih dari 70%, bahkan mendekati 80% sebagaimana ditunjukkan Gambar

10 Netralisasi basa dan pemecahan sabun (dengan penambahan asam mineral terhadap gliserol hasil samping produksi biodiesel) termasuk langkah awal dalam meningkatkan kemurnian gliserol kasar. Reaksi ini memisahkan gliserol dari basa dan sabun terlarut. Basa dinetralkan menjadi garam dan air. Sabun dipecah menjadi garam dan asam lemak bebas. Garam mengendap dalam gliserol karena kelarutannya rendah. Asam lemak bebas tidak larut dalam gliserol dan membentuk lapisan terpisah di atas lapisan gliserol. Terpisahnya asam lemak bebas dan garam kalium meningkatkan kadar gliserol secara drastis Kadar Gliserol (%) H2SO4 HNO3 H3PO Gambar 16. Kurva Hubungan Jumlah mmol dan Jenis Asam dengan Kadar Gliserol Gambar 17 dan Gambar 18 menunjukkan bahwa sebaran data hasil pengamatan kadar gliserol dapat dianggap mengikuti sebaran normal. Gambar 17 menunjukkan kecenderungan diagram batang membentuk puncak di pusat sebaran. Gambar 18 menunjukkan plot residual terhadap peluang persentase sebaran normal yang mengikuti kecenderungan garis lurus dan sebagian besar residual yang lebih banyak terkumpul di sekitar nilai pusat daripada di sekitar nilai ekstrim sebaran. Jumlah mmol Asam / 200 g Bahan 26

11 2.5 2 Frekuensi Residual Gambar 17. Diagram Batang Residual Data Pengamatan Kadar Gliserol Peluang % Normal Residual Gambar 18. Plot Residual Data Pengamatan Kadar Gliserol Analisis sidik ragam dengan taraf nyata (α) 5% pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa perlakuan jenis, jumlah mmol asam, dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap kadar gliserol (F hitung > F tabel ). Kadar gliserol tertinggi dihasilkan pada perlakuan penambahan 126 mmol asam sulfat (kadar gliserol 77,98%; ph 1,40) atau 126 mmol asam fosfat (kadar gliserol 78,77%; ph 6,63). Hasil uji lanjut Duncan s (Lampiran 7) menunjukkan bahwa kadar gliserol kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan lain, dan tidak berbeda nyata antarkeduanya (kelompok Duncan F). Adapun di antara perlakuan asam nitrat, kadar gliserol tertinggi (kadar gliserol 70,97%; ph 6,74) diperoleh pada penambahan asam sejumlah 126 mmol. Kadar gliserol terbaik yang diperoleh masih di bawah kadar gliserol sesuai SNI tentang Gliserol Kasar, yaitu minimum 80%. Untuk meningkatkan kadar gliserol, perlu dilakukan penguapan metanol (sekaligus 27

12 untuk mengambil kembali kelebihan metanol). Penguapan metanol pada suhu di atas 65 0 C mampu menghasilkan gliserol dengan kemurnian mencapai 85% (Diwani et al., 2009; Gerpen, 2005). Selain penguapan metanol, keasaman gliserol perlu diatur agar tepat pada ph 4,50 untuk memastikan bahwa semua sabun telah dipecah menjadi asam lemak bebas dan garam (Kocsisová dan Cvengroś, 2006) dan mencegah pembusaan (Ooi et al., 2001). Untuk memperoleh ph optimum tersebut, jumlah asam perlu diatur berdasarkan interpolasi pada kurva linear yang ditunjukkan Gambar 10. Asam sulfat perlu diatur antara 54 mmol (ph 8,63) sampai dengan 126 mmol (ph 1,40). Jumlah asam nitrat perlu diatur antara 126 mmol (ph 6,74) sampai dengan 162 mmol (ph 1,82). Jumlah asam fosfat perlu diatur antara 126 mmol (ph 6,63) sampai dengan 162 mmol (ph 2,39). Perbandingan Gambar 10 dan Gambar 16 menunjukkan bahwa penambahan asam berlebih dan asam kuat, selain menurunkan ph, dapat menurunkan kadar gliserol. Penurunan kadar gliserol dapat terjadi karena kerusakan terhadap gliserol akibat reaksi dehidrasi atau oksidasi. Gliserol dapat mengalami dehidrasi pada ph rendah menghasilkan akrolein atau propenal (Adkins dan Hartung, 1941; Hedtke, 1996) dengan reaksi yang ditunjukkan Gambar 19. Asam pekat, kalium sulfat, dan kalium bisulfit merupakan beberapa bahan yang dapat menyebabkan gliserol mengalami reaksi dehidrasi. KHSO 4, H 2 SO 4 K 2 SO 4 Gliserol Akrolein (Propenal) Gambar 19. Reaksi Dehidrasi Gliserol (Adkins dan Hartung, 1941) Kadar gliserol yang lebih rendah juga disebabkan oleh meningkatnya kelarutan garam dalam gliserol karena meningkatnya kadar air hasil reaksi dehidrasi. Garam kalium nitrat memiliki kelarutan dalam gliserol yang lebih 28

13 baik daripada garam kalium sulfat dan kalium fosfat. Selain itu, garam (dalam keadaan asam) dan asam nitrat merupakan oksidator kuat terhadap molekul organik (Riswiyanto, 2009). Akibatnya, kadar gliserol pada perlakuan penambahan asam nitrat cenderung lebih rendah (setelah mencapai titik maksimum) daripada perlakuan asam yang lain. E. KADAR ABU Perlakuan terhadap gliserol hasil samping biodiesel jarak pagar berhasil menurunkan kadar abu dalam gliserol. Data hasil pengamatan kadar abu gliserol terlampir pada Lampiran 5. Kurva hubungan jenis dan jumlah mmol asam dengan kadar abu gliserol ditunjukkan pada Gambar 20. Gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar mempunyai kadar abu 5,16%; berasal dari kalium (berupa basa dan sabun) yang larut dalam gliserol. Perlakuan netralisasi basa dan pemecahan sabun (menghasilkan endapan garam) telah menurunkan kadar abu gliserol sebagaimana ditunjukkan Gambar Kadar Abu Gliserol (%) H2SO4 HNO3 H3P O Jumlah mmol Asam / 200 g Bahan Gambar 20. Kurva Hubungan Jumlah mmol dan Jenis Asam dengan Kadar Abu 29

14 Gambar 21 dan Gambar 22 menunjukkan bahwa sebaran data hasil pengamatan kadar abu gliserol dapat dianggap mengikuti sebaran normal. Gambar 21 menunjukkan kecenderungan diagram bantang membentuk puncak di pusat sebaran. Gambar 22 menunjukkan plot residual terhadap peluang persentase sebaran normal yang mengikuti kecenderungan garis lurus dan sebagian besar residual yang lebih banyak terkumpul di sekitar nilai pusat daripada di sekitar nilai ekstrim sebaran. Frekuensi Residual Gambar 21. Diagram Batang Residual Data Pengamatan Kadar Abu 1.30 Peluang % Normal Residual Gambar 22. Plot Residual Data Pengamatan Kadar Abu Gliserol Analisis sidik ragam dengan taraf nyata (α) 5% pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa perlakuan jenis, jumlah mmol asam, dan interaksinya 30

15 berpengaruh nyata terhadap kadar abu gliserol kasar yang dihasilkan (F hitung > F tabel ). Kadar abu terendah dihasilkan pada perlakuan penambahan 126 mmol asam fosfat. Uji lanjut Duncan s (Lampiran 7) menunjukkan bahwa kadar abu pada perlakuan ini menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan lain (kelompok Duncan A). Hasil ini berbeda dengan penelitian Kocsisová dan Cvengroś (2006) yang menunjukkan bahwa kadar abu terendah diperoleh dengan dengan penambahan asam sulfat 40%. Perbedaan ini terutama disebabkan perbedaan rancangan percobaan, konsentrasi asam sulfat, dan ph gliserol yang diperoleh. Kocsisová dan Cvengroś (2006) merancang percobaan dengan faktor jenis asam dan ph sebagai variabel bebas yang diteliti. Dengan rancangan tersebut diperoleh ph optimum bagi pemisahan gliserol, asam lemak bebas, dan garamnya yaitu pada ph 4,50. Adapun pada penelitian ini, variabel bebasnya adalah jenis dan jumlah mmol asam. Selain itu, asam sulfat yang digunakan adalah asam sulfat pekat 18,01M (96%) dan perlakuan terbaik menghasilkan ph 6,63. Gambar 20 menunjukkan bahwa kadar abu cenderung meningkat setelah melampaui titik minimum. Peningkatan kadar abu menunjukkan bahwa kelarutan garam meningkat. Peningkatan kelarutan garam ini dapat disebabkan oleh meningkatnya kandungan air akibat reaksi dehidrasi gliserol menghasilkan akrolein dan air (Adkins dan Hartung, 1941; Hedtke, 1996). F. GARAM KALIUM Pemurnian gliserol (hasil samping transesterifikasi minyak jarak pagar dengan katalis KOH) menggunakaan asam mineral memberikan hasil samping berupa garam kalium. Garam dihasilkan oleh netralisasi basa kalium dan reaksi pemecahan sabun kalium menggunakan asam mineral. Garam kalium dipisahkan dari gliserol dengan cara filtrasi. Analisis dilakukan terhadap garam kalium hasil perlakuan terbaik, yaitu perlakuan 126 mmol asam fosfat dalam 200 g gliserol. Analisis terdiri atas: kadar kalium, fosfat, klorida, zat menguap (130 0 C), dan asam bebas. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 5. 31

16 Analisis filtrat garam dilakukan terhadap garam filtrat dari perlakuan pemurnian terbaik karena garam merupakan salah satu bahan yang dipisahkan dari gliserol untuk meningkatkan kemurnian gliserol. Kadar zat menguap pada garam dilakukan sesuai dengan metode analisis kadar air pada garam kalium (Horwitz, 2000). Kadar zat menguap (130 0 C) sebesar 33,93 %. Tingginya zat menguap disebabkan kandungan gliserol, metanol, asam lemak bebas, dan air yang tersisa bersama garam setelah filtrasi. Tabel 5. Hasil Analisis Garam Filtrat Perlakuan Pemurnian Terbaik Jenis Analisis Hasil (% b / b ) Kadar Zat Menguap (130 0 C) 33,93 % Kadar Total Asam Bebas (berupa H 3 PO 4 )* 26,18 % Kadar Kalium (berupa K 2 O)* 13,17 % Kadar Fosfor (berupa P 2 O 5 )* 20,14 % Kadar Klorida* 2,67 % * Berdasarkan basis kering Kadar total asam bebas diukur dengan prosedur uji kadar asam bebas pada Lampiran 4. Hasilnya menunjukkan kadar asam bebas sebesar 26,18 %. Kadar ini sangat tinggi karena garam yang dianalisis adalah garam hasil filtrasi tanpa pencucian. Selain itu, kadar asam bebas dihitung berdasarkan basis kering sesuai dengan syarat mutu pupuk anorganik dalam SNI. Adapun kadar asam bebas berdasarkan basis basah adalah 17,29 % (faktor koreksi kadar air = 1,5114). Asam bebas berasal dari kelebihan asam fosfat yang ditambahkan dalam perlakuan pemurnian gliserol. Kadar asam bebas dalam pupuk menjadi salah satu syarat pupuk komersial. Produksi pupuk anorganik banyak melibatkan reaksi dengan asam anorganik seperti asam nitrat, asam sulfat, dan asam fosfat. Asam yang tidak bereaksi ikut tersisa bersama garam anorganik hasil reaksi. Kadar kalium, fosfor, dan klorida dianalisis di Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian menggunakan metode nyala secara langsung dengan campuran udara-asetilena sesuai prosedur analisis APHA (American Public Health Association). Kadar kalium dan fosfor (Tabel 5) menunjukkan bahwa garam hasil filtrasi pemurnian gliserol ini belum 32

17 memenuhi standar pupuk kalium fosfat (Tabel 6). Hal ini terjadi karena kandungan gliserol, metanol, asam lemak bebas, dan air. Kadar klorida dimungkinkan masih terdapat pada garam hasil industri. Di alam, sebagian besar garam yang diperoleh berupa NaCl dan KCl. Dalam industri kimia, KCl digunakan sebagai bahan dalam produksi garam kalium lain maupun produksi KOH. Kadar klorida menjadi salah satu parameter syarat mutu pupuk karena kekepekaan beberapa jenis tanaman terhadap klorida. Di lain pihak, penggunaan pupuk kalium selain KCL sebagai sumber unsur hara makro K adalah untuk mengatasi masalah tersebut. Tabel 6. Standar Kadar K (K 2 O) dan P (P 2 O 5 ) Pupuk Anorganik Nama Pupuk Sumber Rujukan Kadar K 2 O Min. (%) Kadar P 2 O 5 Min. (%) Kadar Cl Maks. (%) Kadar Asam Bebas Maks. (%) Kalium nitrat SNI ,0 0,5 Kalium dihidrofosfat Roy (2007) 35,0 52,0 Kalium monohidrofosfat Roy (2007) 40,0 54,0 Kalium sulfat SNI ,0 2,5 2,5 Kalium klorida SNI ,0 Diamonium fosfat SNI ,0 Monoamonium fosfat SNI ,0 SP-36 SNI ,0 6,0 TSP SNI ,0 6,0 Normal superfosfat Slack, ,2 18,0 0,3 Pemurnian perlu dilakukan untuk memisahkan garam dari pengotor seperti gliserol, metanol, asam lemak bebas, dan air. Pemurnian garam dapat dilakukan dengan beberapa metode. Aral et al. (2007) melakukan beberapa metode pemurnian garam sebagai berikut. 1. Pencucian dengan air, filtrasi, evaporasi, dan kristalisasi pendinginan. 2. Pengabuan (>300 0 C), pencucian dengan air, filtrasi, evaporasi, dan kristalisasi garam pada suhu kamar. 3. Pengendapan garam dengan penambahan pelarut organik (etanol), filtrasi, dan pengeringan pada suhu kamar. Umumnya, garam organik sukar larut dalam pelarut organik seperti etanol sebagaimana ditunjukkan Tabel 7. Aral et al. (2007) menyatakan bahwa metode pengendapan garam dengan penambahan pelarut organik (etanol) merupakan metode yang paling mudah karena energi yang diperlukan jauh lebih kecil daripada metode lain 33

18 yang dilakukannya. Selain itu, etanol dapat diambil kembali dengan distilasi. Kelemahannya adalah jumlah garam yang dapat diambil dari limbah cair (industri susu) dengan metode ini jauh lebih rendah. Selain itu, garam yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan Aral et al. (2007) masih heterogen. Tabel 7. Kelarutan Garam Kalium Garam Kelarutan dalam Air (g/100 ml air) a Kelarutan dalam Gliserol b Kelarutan dalam Etanol b KNO 3 38,3 (25 0 C) Larut Sedikit Larut KHSO 4 50,56 (25 0 C) K 2 SO 4 12,09 (25 0 C) Sedikit Larut Tidak Larut KH 2 PO 4 25 (25 0 C) Sedikit Larut K 2 HPO (25 0 C) Larut K 3 PO (25 0 C) Tidak Larut a b Hammond (2006) Potnaik (2003) Hal ini berbeda dengan garam hasil pemurnian gliserol biodiesel jarak pagar dengan katalis basa homogen. Jenis garam relatif homogen sesuai dengan katalis basa dan asam mineral yang digunakan. Endapan garam yang perlu dimurnikan berupa pasta, sebagian besar berupa campuran garam, gliserol, dan metanol. Kelarutan garam dalam gliserol dan metanol sangat rendah sebagaimana dijelaskan Tabel 7. Pencucian garam sebaiknya dilakukan dengan metanol, karena metanol dapat melarutkan gliserol dan asam lemak yang tersisa dalam garam. Metanol dapat diambil kembali dengan distilasi. Selain itu, metanol sudah terdapat dalam garam hasil esterifikasi-transesterifikasi minyak jarak pagar. Hal ini bertujuan menjaga kemurnian metanol ketika diambil kembali dengan distilasi. 34

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai 1 Agustus 2009 sampai dengan 18 Januari 2010 di Laboratorium SBRC (Surfactant and Bioenergy Research Center) LPPM IPB dan Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Katalis. Gambar 1. Persamaan Reaksi Transesterifikasi

TINJAUAN PUSTAKA. Katalis. Gambar 1. Persamaan Reaksi Transesterifikasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. PRODUKSI BIODIESEL Biodiesel merupakan senyawa alkil ester hasil transesterifikasi trigliserida dan alkohol sederhana seperti metanol dengan bantuan katalis (Gerpen, 2005) sebagaimana

Lebih terperinci

KAJIAN PEMURNIAN GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR MENGGUNAKAN ASAM NITRAT, SULFAT, DAN FOSFAT. Oleh FANANI F

KAJIAN PEMURNIAN GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR MENGGUNAKAN ASAM NITRAT, SULFAT, DAN FOSFAT. Oleh FANANI F KAJIAN PEMURNIAN GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR MENGGUNAKAN ASAM NITRAT, SULFAT, DAN FOSFAT Oleh FANANI F34102005 2010 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN TABEL DATA HASIL PENELITIAN Tabel 1. Perbandingan Persentase Perolehan Rendemen Lipid dari Proses Ekstraksi Metode Soxhlet dan Maserasi Metode Ekstraksi Rendemen Minyak (%) Soxhletasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml) LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi Berat Mikroalga Kering (gr) Volume Pelarut n-heksana Berat minyak (gr) Rendemen (%) 1. 7821 3912 2. 8029 4023 20 120 3. 8431

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas transesterifikasi in situ pada ampas kelapa. Penelitian dilakukan 2 tahap terdiri dari penelitian pendahuluan dan

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi. PETA KONSEP Larutan Penyangga mempertahankan berupa ph Larutan Penyangga Asam mengandung Larutan Penyangga Basa mengandung Asam lemah Basa konjugasi Asam konjugasi Basa lemah contoh contoh contoh contoh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Merujuk pada hal yang telah dibahas dalam bab I, penelitian ini berbasis pada pembuatan metil ester, yakni reaksi transesterifikasi metanol. Dalam skala laboratorium,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar Kimia XI SMA 179 BAB 6 Larutan Penyangga Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga dan komponen penyusunnya. 2. Merumuskan persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Lingkup Penelitian Penyiapan Gliserol dari Minyak Jarak Pagar (Modifikasi Gerpen 2005 dan Syam et al.

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Lingkup Penelitian Penyiapan Gliserol dari Minyak Jarak Pagar (Modifikasi Gerpen 2005 dan Syam et al. 13 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jarak pagar dari Indramayu, klinker Plan 4 dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cibinong, dan gipsum sintetis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT LARUTAN ELEKTROLIT 1. Pengertian Larutan Elektrolit Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan

Lebih terperinci

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013 Kurikulum 2006/2013 KIMIa K e l a s XI ASAM-BASA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kesetimbangan air. 2. Memahami pengaruh asam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI ) LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI 01-3555-1998) Cawan aluminium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, kemudian

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jarak pagar varietas Lampung IP3 yang diperoleh dari kebun induk jarak pagar BALITRI Pakuwon, Sukabumi.

Lebih terperinci

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga Bab 7 Soal-Soal Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Larutan Penyangga 1. Berikut ini yang merupakan pasangan asam basa terkonjugasi (A) H 3 O + dan OH

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIKO-KIMIA BIJI DAN MINYAK JARAK PAGAR Biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia di daerah

Lebih terperinci

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB 7. ASAM DAN BASA BAB 7. ASAM DAN BASA 7. 1 TEORI ASAM BASA 7. 2 TETAPAN KESETIMBANGAN PENGIONAN ASAM DAN BASA 7. 3 KONSENTRASI ION H + DAN ph 7. 4 INDIKATOR ASAM-BASA (INDIKATOR ph) 7. 5 CAMPURAN PENAHAN 7. 6 APLIKASI

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

LOGO TEORI ASAM BASA

LOGO TEORI ASAM BASA LOGO TEORI ASAM BASA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP 2012 Beberapa ilmuan telah memberikan definisi tentang konsep asam basa Meskipun beberapa definisi terlihat kurang jelas dan berbeda satu sama lain, tetapi

Lebih terperinci

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan penyangga disebut juga larutan penahan atau larutan dapar atau buffer.

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI TRIGLISERIDA BAHAN BAKU MINYAK SAWIT MENTAH CPO HASIL ANALISA GC-MS Tabel L1.1 Komposisi Trigliserida CPO Komponen Penyusun Komposisi Berat Mol %Mol %Mol x (%)

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut

Lebih terperinci

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5 Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak mengalami hidrolisis adalah... A. NH 4 Cl C. K 2 SO 4 D. CH 3 COONa E. CH 3 COOK Yang tidak mengalami peristiwa hidrolisis adalah garam yang berasal

Lebih terperinci

KULIAH KE- 4(11) KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

KULIAH KE- 4(11) KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN KULIAH KE- 4(11) KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN FEED THE SOIL TO FEED THE PEOPLE WE FEED THE LAND THAT FEEDS THE WORLD PEMBUATAN SIFAT DAN CIRI SINTETIK PUPUK SINTETIK A.PUPUK TUNGGAL 1. PUPUK NITROGEN

Lebih terperinci

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA 1. Larutan Elektrolit 2. Persamaan Ionik 3. Reaksi Asam Basa 4. Perlakuan Larutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

TEORI ASAM BASA Secara Umum :

TEORI ASAM BASA Secara Umum : TEORI ASAM BASA Secara Umum : Asam Basa : : Cairan berasa asam dan dapat memerahkan kertas lakmus biru Cairan berasa pahit dan dapat membirukan kertas lakmus merah Garam : Cairan yang berasa asin TEORI

Lebih terperinci

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : 10.15 11.45 WIB Petunjuk Pengerjaan Soal Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan! Isikan identitas Anda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI LIMBAH MINYAK Sebelum ditambahkan demulsifier ke dalam larutan sampel bahan baku, terlebih dulu dibuat blanko dari sampel yang diujikan (oli bekas dan minyak

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Pembuatan Larutan Buffer Semua zat yang digunakan untuk membuat larutan buffer dapat larut dengan sempurna. Larutan yang diperoleh jernih, homogen, dan tidak berbau. Data

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Analisis Sifat Fisiko Kimia Tempurung Kelapa Sawit Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah biomassa yang berbentuk curah yang dihasilkan

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh:

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh: TUGAS KIMIA TITRASI ASAM BASA Disusun oleh: Nama : Kelas : SMA NEGERI 1 BAJAWA 2015 TITRASI ASAM BASA 1. Prinsip Dasar Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan

Lebih terperinci

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP Eka Kurniasih Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata Lhokseumawe Email: echakurniasih@yahoo.com

Lebih terperinci

Reaksi dalam larutan berair

Reaksi dalam larutan berair Reaksi dalam larutan berair Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@gadjahmada.edu Larutan - Suatu campuran homogen dua atau lebih senyawa. Pelarut (solven) - komponen dalam larutan yang membuat penuh larutan (ditandai

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS 6 LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS A. LARUTAN PENYANGGA B. HIDROLISIS Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang reaksi asam-basa dan titrasi. Jika asam direaksikan dengan basa akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

wanibesak.wordpress.com 1

wanibesak.wordpress.com 1 Ringkasan, contoh soal dan pembahasan mengenai asam, basa dan larutan penyangga atau larutan buffer Persamaan ionisasi air H 2O H + + OH Dari reaksi di atas sesuai hukum kesetimbangan, tetapan kesetimbangan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN Keterangan kriteria kebenaran konsep Benar (B) Salah (S) Indikator Pembelajaran : Jika penjelasan konsep subjek penelitian sesuai dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 11 BAB VIII LARUTAN ASAM DAN BASA Asam dan basa sudah dikenal sejak dahulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti

Lebih terperinci

SMA NEGERI 6 SURABAYA LARUTAN ASAM & BASA. K a = 2.M a. 2. H 2 SO 4 (asam kuat) α = 1 H 2 SO 4 2H + 2

SMA NEGERI 6 SURABAYA LARUTAN ASAM & BASA. K a = 2.M a. 2. H 2 SO 4 (asam kuat) α = 1 H 2 SO 4 2H + 2 SMA NEGERI 6 SURABAYA LARUTAN ASAM & BASA K I M I A 1). TEORI ARCHENIUS Asam adalah zat yang jika di dalam air melepaskan ion H +, dengan kata lain pembawa sifat asam adalah ion H +. jumlah ion H+ yang

Lebih terperinci

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan LARUTAN ELEKTROLIT DAN BUKAN ELEKTROLIT Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokan senyawa yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Jika suatu senyawa dilarutkan dalam air dapat menghantarkan

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari,Nani Wahyuni Dosen Tetap Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan sifat asam serta basa. 2. Memahami teori

Lebih terperinci

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll LOGO Bab 08 Asam Basa Apa yang terjadi? - Koma - Tulang keropos - Sesak napas - dll 1 Ikhtisar Teori Asam Basa Sifat Asam-Basa dari Air ph-suatu ukuran keasaman Kesetimbangan Asam-Basa Lemah dan Garam

Lebih terperinci

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi modif oleh Dr I Kartini Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng Curah Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan yang

Lebih terperinci

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No. 2, Mei 2011 79 Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Wara Dyah Pita Rengga & Wenny Istiani Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Teori Asam-Basa Arrhenius

Teori Asam-Basa Arrhenius Standar Kompetensi emahami terapannya. sifatsifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan Kompetensi Dasar enjelaskan teori asam basa menurut Arrhenius mengklasifikasi berbagai larutan asam, netral, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak bebas dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada sampel CPO {Crude Palm Oil) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia Stoikiometri Larutan - Soal Doc. Name: RK13AR11KIM0601 Doc. Version : 2016-12 01. Zat-zat berikut ini dapat bereaksi dengan larutan asam sulfat, kecuali... (A) kalsium

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Disusun oleh : Dyah Ayu Resti N. Ali Zibbeni 2305 100 023

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10 SMA IPA Kelas 10 Perbedaan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih, larutan tersusun dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Berdasarkan keelektrolitannya,

Lebih terperinci

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU Laju reaksi sering dipengaruhi oleh adanya katalis Contoh : Hidrolisis sukrosa dalam air Suhu kamar lama (bisa beberapa bulan) Namun jika hidrolisis dilakukan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAULUAN 1.1 Latar Belakang Asam hidroksisitrat telah diketahui memiliki banyak kegunaan, beberapa diantaranya yaitu untuk mengobati obesitas, menaikkan berat badan, mengatasi kelaparan, hiperlipemia

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 P-larut Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 9 (Lampiran), dan berdasarkan hasil analisis ragam pada

Lebih terperinci

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam A Sifat Asam, Basa, dan Garam 1. Sifat asam Buah-buahan yang masih muda pada umumnya berasa masam. Sebenarnya rasa masam dalam buah-buahan tersebut disebabkan karena

Lebih terperinci