BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. PAUD terintegrasi BKB adalah program layanan pendidikan bagi anak usia

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISA DATA. A. Pemahaman dan Sikap Santri Terhadap Semboyan Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter. Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menjadi aspek yang memberikan pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bila berbicara mengenai penyimpangan dimasyarakat, perhatian seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bisri Fitriani Afina Meiti Eka Isdhiyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Temuan dan ulasan yang telah disajikan dalam Bab IV, berkenaan dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

EKSISTENSI LESBIAN DI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KADER

BAB V POLA KOMUNIKASI DALAM JAMAAH PRODUKSI SPPQT. 5.1 Jamaah Produksi dan Wacana Pertanian Modern

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

Logframe. Indicators Means of Verification. Adanya. Meningkatkan. terutama komunikasi

KONSTRUKSI SOSIAL MEMBACA BUKU PERPUSTAKAAN DI KALANGAN SISWA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN 2014/2015. Bayu Aji Kurniawan

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Drs. Akhmad Mulyana M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Lembaga persekolahan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Yanah, 2014 Peranan Karang Taruna dalam mengembangkan kesadaran moral pemuda

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu dipersepsikan akan berpengaruh negatif terhadap dirinya. Pada. lebih kuat dibandingkan dengan masa-masa biasa.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penerapan Good

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Catatan Awal Riset Aksi 2007 Bersama Komunitas Mitra Strategis PKBI DIY 2007

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil Assesment PP LKNU. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Poskesdes Supported By: Perdesaan Sehat-KPDT

BAB V KESIMPULAN. dua cara kerja. Pertama dari prosedur tahapan kerja yang dilakukan BAPAS

BAB VII PENUTUP. menjadi kurang optimal dilakukan dan bahkan gagal dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. banyak masalah sosial diantaranya pengangguran, kriminalitas, dan kekurangan bahan pangan bahkan gizi buruk.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai

SKRIPSI RITA SRI WAHYUTI NIM: A

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

6 RANCANGAN PROGRAM PENATAAN PKL

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah

LEMBAR INFORMASI. Pemanfaatan Media Sosial dalam Advokasi Kebijakan yang dilakukan OMS HIV di Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

Transkripsi:

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni : objektivasi, internalisasi dan eksternalisasi. Sebagai sebuah program pemerintah, realitas kampung ramah anak hadir sebagai manifestasi dari kebijakan yang memiliki seperangkat aturan yang mengikat secara hukum. Kebijakan diyakini pemerintah dapat membawa kampung badran sebagai wilayah ramah anak seperti yang dicita-citakan. Sejauh itu, bila berdasarkan realitas, implementasi kampung ramah anak memiliki kesenjangan bila ditilik dalam bingkai konstruksi sosial. Perbedaan tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, yakni : konteks, isu, agen, strategi dan hasil. Secara konteks, oleh pemerintah, wilayah kampung Badran diasumsikan sebagai wilayah urban sprawl dengan stigma negative yang melekat dinilai tidak responsive pada anak sehingga program kampung ramah anak menjadi suatu program yang diyakini dapat mengubah hal tersebut. Namun disisi lain warga RW 11 mengkonstruksikan kampung ramah anak sebagai bentuk adaptasi dalam melakukan perubahan sosial di wilayah. Meskipun disadari bahwa program kampung ramah anak belum mengikat kesadaran subyektif warga. Warga cenderung berkutat dengan permasalahan ekonomi yang menyangkut kebutuhan hidup. Individu melihat sebagai program baru yang memiliki peluang untuk memperbaiki kondisi anak khususnya dalam pendidikan, kesehatan dan etika yang dirasakan memprihatinkan. Secara isu, pemerintah menggunakan beragam indikator yang telah ditetapkan dalam kebijakan sebagai tolak ukur dalam 141

mewujudkan kampung ramah anak. Berbeda dari warga RW 11 yang memandang bahwa permasalahan pendidikan dalam konteks penanaman nilai moral dan etika serta pola asuh dan permasalahan pernikahan dini menjadi isu yang seringkali menjadi masalah wilayah. Disisi lain, dalam proses distribusi pengetahuan, pemerintah menggunakan mekanisme pendekatan pada struktur kelembagaan dengan strategi pelatihan Focus Group Discussion (FGD). Sehingga bagi warga hal ini membentuk realitas bahwa program kampung ramah anak hanya dipahami oleh kader yang ditunjuk sebagai pengurus program. Hal ini membawa konsekuensi pada kadar pengetahuan kampung ramah anak yang hanya dipahami oleh segelintir orang. Sekalipun strategi sosialisasi telah banyak dilakukan melalui pertemuan pada tingkat formal maupun nonformal dalam kehidupan sehari-hari. Melalui konteks, isu dan staregi yang diusung oleh pemerintah. Program Kampung Ramah anak diharapkan dapat terimplementasi nyata sehingga kebijakan KLA dapat terlaksana dan menganhantarkan Kota Yogyakarta sebagai kawasan kota yang layak untuk anak. Kesadaran yang semula ingin di pupuk melalui realitas kampung ramah anak masih menggantung pada tataran pengurus dan struktur kelembagaan. Keterlibatan warga dalam implementasi program masih bersifat apa adanya.artinya, keterlibatan yang terjadi belum sepenuhnya ada dalam setiap kegiatan. Hal ini karena beban kerja, pemahaman dan masalah sosialisasi. Sedangkan, secara umum dapat dicermati bahwa kepentingan warga masih seputar permasalahan yang sifatnya pada pemenuhan kebutuhan dasar, program kampung ramah dinilai merupakan proses jangka panjang yang realisasinya membutuhkan banyak pendekatan dan strategi agar dapat benar-benar terlaksana. 142

Disamping itu, realitas yang terjadi menunjukkan bahwa, Kampung Ramah Anak telah dikonstruksikan sebagai identitas sosial yang menjadi ciri khas bagi warga dan wilayah RW 11 Kampung Badran. Identitas sosial diyakini oleh warga sebagai suatu cara untuk membedakan warga RW 11 dan wilayah kampung Badran dengan Kampung lainnya di Yogyakarta. Identitas sosial yang dikontruksi diyakini dapat membentuk kepercayaan pihak luar kepada warga RW 11 Kampung Badran. Serta menjadikan RW 11 sebagai wilayah percontohan Kampung Ramah Anak di Kota Yogyakarta. Sebagai bentuk eksternalisasi yang merupakan pencurahan diri individu terhadap realitas Kampung Ramah Anak, keterlibatan masyarakat sebagai upaya partisipasi dilakukan secara aktif maupun pasif. Partisipasi secara aktif terjadi ketika kesadaran objektif hadir serta dapat bertransformasi menjadi kesadaran subyektif dalam diri individu melalui usaha memaksimalkan kegiatan yang responsif terhadap anak serta mengarah pada pemenuhan hak anak, mensosialiasikan mengenai Hak anak kepada orang tua dan anak di setiap kesempatan dan pertemuan rutin yang diselenggarakan oleh RT dan RW, memenuhi kebutuhan anak yang merujuk pada indikator hak-hak pada anak, serta melakukan kontrol sosial pada kegiatan yang melibatkan anak sebagai individu. Sedangkan partisipasi pasif cenderung lebih banyak dilakukan oleh warga yang belum mengetahui secara jelas mengenai program Kampung Ramah Anak. Karena minimnya intensitas keterlibatan dalam aktivitas dan kegiatan yang diselenggarakan di RT dan RW. Kampung ramah anak telah memberikan makna kepada komponen masyarakat yang terdiri dari : anak, orang tua, pengurus selaku kader dan pemerintah. Secara bersamaan, realitas kampung ramah anak merupakan upaya bagi RW 11 dalam membentuk citra positif bagi Kampung Badran. Citra positif lahir dari 143

stigma negatif dalam ruang sejarah yang telah menempatkan Kampung Badran sebagai kampung hitam sejak masa lalu. Citra positif yang hadir diyakini akan memberikan dampak bagi dalam mengubah pandangan orang luar terhadap wilayah RW 11 Kampung Badran. Sehingga masyarakat dapat berkunjung ke wilayah Badran dan dapat menceritakan perubahan sosial yang kini telah terjadi di Badran, Memperbaiki hubungan peer group anak dengan lingkungan sosial, Kemudahan bagi warga dalam mengakses kebutuhan ekonomi di lingkup publik. Bagi Anak, realitas kampung ramah anak telah dimaknai sebagai penghargaan terhadap suara dan aspirasi yang disampaikan oleh anak. Pandangan modern instrumental masih dipegang oleh kebanyakan warga RW 11. Sehingga masih menempatkan anak sebagai objek, sekaligus individu yang harus tunduk dan patuh. Tidak adanya penghargaan terhadap suara memberikan dampak pada minimnya keterlibatan anak dalam pengambilan keputusan di tingkat kelembagaan. Lebih lanjut, aspek kesehatan dan pendidikan menjadi dua hal yang seringkali bersinggungan dengan wilayah urban seperti yang terjadi di RW 11 Kampung Badran. Permasalahan gizi dinilai menjadi isu yang strategis yang kerap dialami oleh wilayah urban. Permasalahan gizi berkaitan dengan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan makanan anak. Pendapatan secara ekonomi yang tidak menentu menyebabkan gizi seringkali menjadi hal yang dikesampingkan. Sehingga, bagi orang tua keberadaan kampung ramah anak menjadi sarana dalam memberikan pelayanan gizi yang seimbang bagi anak melalui kegiatan kesehatan seperti posyandu yang diselenggarakan di tingkat RW. Tidak hanya itu, permasalahan kesehatan menyangkut pada aspek kesehatan reproduksi seksual pada anak. Hal ini terkait dengan permasalahan pernikahan dini yang dijumpai di RW 11 Kampung 144

Badran. Realitas tersebut dimaknai oleh orang tua sebagai upaya bagi kampung dan kader dalam memberikan kesadaran mengenai kesehatan reproduksi bagi anak. Melalui kegiatan penyuluhan dan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi kepada anak anak. Agar anak dapat mengikuti pergaulan dengan baik dan benar. Sedangkan kader pun meminta perhatian orang tua dan seluruh warga untuk memberikan pengetahuan mengenai pendidikan seksualitas bagi anak. Dari aspek pendidikan, kampung ramah anak dimaknai oleh kader sebagai wilayah yang mementingkan pendidikan bagi anak dengan memberikan kesempatan bagi anak dalam mengenyam pendidikan baik di jenjang formal, informal maupun nonformal. Disisi lain, secara masif pendidikan menyangkut upaya mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, bagi kader pendidikan dimaknai sebagai upaya orang tua dalam mendidik anak melalui pola asuh yang baik, tanpa adanya kekerasan yang selama ini telah membudaya. Dari segi lingkungan, kampung ramah anak dimaknai secara bersama oleh orang tua sebagai wilayah yang dapat memberikan lingkungan yang nyaman dan aman bagi anak dalam beraktivitas. Lingkungan yang aman dipersepsikan sebagai tempat yang jauh dari bahaya, sedangkan lingkungan yang nyaman dimaknai sebagai tempat yang memberikan rasa betah bagi anak ketika melakukan aktivitas bermain dan memanfaatkan waktu luang. Sedangkan bagi pihak pemerintah, implementasi program kampung Badran di RW 11 telah dianggap dapat untuk mendukung kebijakan Kota Layak Anak yang berjalan di Kota Yogyakarta V.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang disampaikan. Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan ialah sebagai berikut : 145

a. Saran Teoritis 1. Dalam hal ini, menurut peneliti, Teori Konstruksi Sosial Berger belum sepenuhnya mengakomodir mengenai pemaksimalan peran media yang juga menjadi salah satu alat untuk menyebarluaskan informasi. 2. Teori Berger memang masih bersifat relatif umum, belum menjangkau pada tataran proses mendetail mengenai distribusi pengetahuan yang dimiliki oleh individu yang memiliki realitas subjektif berbeda. 3. Masih minimnya jangkauan realitas objektif mengenai implementasi Kampung Ramah Anak tersebut bila disandingkan dengan sejarah dan tradisi yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat di wilayah RW 11 dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. b. Saran Praksis 1. Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa adanya kecenderungan belum maksimalnya pengetahuan mengenai Kampung Ramah Anak secara menyeluruh kepada seluruh warga masyarakat. Sehingga kebijakan mengenai Kampung Ramah Anak perlu mempertimbangkan aspek sosial masyarakat yang disesuaikan dengan seiring berjalannya advokasi program. 2. Dalam hal ini, peneliti menyadari benar keterbatasan waktu dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti masih sangat terbatas. Ditambah lagi, keberadaan Program Kampung Ramah Anak yang baru saja diimplementasikan, masih dirasa minim rujukan sebagai referensi. Padahal permasalahan dan kondisi lapangan yang dihadapi oleh peneliti sangat kompleks. Berbicara masalah konstruksi sosial tentu saja akan berdampak pula pada identitas dari para tokoh yang juga menghadirkan konflik tersembunyi di RW 11 Kampung Badran. Serta 146

peneliti belum menganalisis mengenai bagaimana kesiapan masyarakat dalam merespon implementasi Program Kampung Ramah Anak yang diterapkan di wilayah RW 11 Kampung Badran. Maka, tak berlebihan kiranya bila peneliti mengatakan bahwa kompleksitas yang terjadi di wilayah Kampung Badran bisa dikatakan multi layer. Sehingga, hal ini dirasakan akan menarik untuk diteliti oleh peneliti selanjutnya yang memiliki kemampuan dan kesempatan waktu yang memadai. Sehingga hasil penelitian yang didapatkan akan lebih detail. 147