BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG. sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran pernafasan obstruktif intermitten, reversible dimana

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

Studi Perilaku Kontrol Asma pada Pasien yang tidak teratur di Rumah Sakit Persahabatan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 3. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik dengan rancangan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

Dr. Masrul Basyar Sp.P (K)

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit kronis saluran napas yang patogenesis. dasarnya adalah oleh proses inflamasi dan merupakan salah satu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

DAFTAR ISI HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR LAMPIRAN...

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit hati di Indonesia umumnya masih tergolong tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN juta orang di seluruh dunia (Junaidi, 2010). Asma bronkial bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kematian karena non communicable disease sangat besar yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Rinitis alergika merupakan penyakit kronis yang cenderung meningkat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh reaksi alergi pada penderita yang sebelumnya sudah tersensitisasi

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap kualitas hidup anak, termasuk pada anak dengan Leukemia Limfoblastik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

rumah sakit. Selain hal tersebut, pasien juga dapat mengalami resistensi terhadap obat tertentu (Hayers dkk., 2009). Seperti halnya diagnosa suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 4 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013, WHO, (2013) memperkirakan terdapat 235 juta orang yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 berdasarkan hasil survei pada anak SD usia 6 sampai 12 tahun di beberapa kota (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar) berkisar antara 3.7% sampai dengan 6.4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat 5.8%. Pada bulan April 2007 Subdit Penyakit Kronik dan Degeneratif melakukan pengamatan pada 5 provinsi di Indonesia (Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan) hasilnya menunjukkan bahwa pada umumnya upaya pengendalian asma belum terlaksana dengan baik (Depkes RI, 2009). Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat di semua negara, baik negara berpenghasilan tinggi maupun negara berkembang. Sebagian besar kematian yang diakibatkan oleh asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Jika asma kurang terdiagnosis dan kurang terawat, dapat menjadi beban besar bagi individu dan keluarga dengan keterbatasan aktivitas individu dalam seumur hidupnya. Pengelolaan asma yang tepat dapat mengontrol penyakit dan menjadikan kualitas hidup penderita semakin baik (WHO, 2013). 1

Orang dengan derajat asma persisten diharuskan menggunakan obat jangka panjang setiap hari untuk mencegah gejala dan eksaserbasi serta mengontrol peradangan yang mendasari terjadinya asma (WHO, 2013). Berdasarkan penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO), kepatuhan pada terapi pencegahan reguler di negara berkembang sangat rendah, yaitu sebesar 28% (Sabate, 2003). Imelda et. al., (2007) dalam studinya mengenai hubungan derajat keparahan asma dengan kualitas hidup meneliti beberapa variabel yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seperti, lama sakit asma, tingkat pendidikan, riwayat merokok, indeks massa tubuh, gejala batuk, gangguan saat tidur malam, aktivitas sehari-hari, mengi, frekuensi penggunaan obat bronkodilator, frekuensi penggunaan inhalasi kortikosteroid dan fungsi paru. Pengukuran kualitas hidup dalam penelitian tersebut menggunakan Asthma Quality of Life Questionnaire (AQLQ) versi Bahasa Indonesia. AQLQ merupakan kuesioner spesifik untuk pasien asma. AQLQ memiliki minimal perbedaan yang bermakna klinis atau Minimum Clinically Important Difference (MCID) sebesar 0,5 poin. Salah satu variabel frekuensi penggunaan inhalasi kortikosteroid menunjukkan bahwa pasien asma yang teratur menggunakan inhalasi kortikosteroid memiliki skor kualitas hidup 0,46 poin lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak teratur menggunakan inhalasi kortikosteroid. Pengukuran penggunaan obat asma inhalasi kortikosteroid dibagi dalam 3 kategori; tidak pernah menggunakan, menggunakan 2

inhalasi kortikosteroid tetapi tidak teratur dan menggunakan inhalasi kortikosteroid secara teratur. Studi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan telah dilakukan oleh Smet et. al., (2006), dimana 26% kepatuhan dipengaruhi oleh kemampuan menghindari faktor pemicu, persepsi pada kemanfaatan terapi, lama sakit asma, jumlah pelatih penggunaan Matered Dose Inhaler (MDI), persepsi pada keparahan penyakit dan skor yang tinggi pada Short Form-36 (SF-36) sebagai alat ukur kualitas hidup generik. Buruknya hasil terapi juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan kortikosteroid inhalasi. Pada penelitian Williams et. al., (2004) diperoleh hasil bahwa kepatuhan berkorelasi negatif dengan jumlah kunjungan ke unit gawat darurat (R= -0,159) dan tiap 25% peningkatan terapi tanpa inhalasi kortikosteroid mengakibatkan dua kali lipat kejadian rawat inap di rumah sakit (RR = 2,01; 95% CI: 1,06-3,79). Pengukuran kepatuhan menggunakan rekam medik dan klaim farmasi. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, ada banyak faktor mempengaruhi kualitas hidup, salah satunya yaitu, kepatuhan. Pasien yang teratur menggunakan obat kortikosteroid inhalasi telah terbukti memilki kualitas hidup yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien yang tidak teratur menggunakan kortikosteroid inhalasi. Namun, pengukuran kepatuhan penggunaan kortikosteroid inhalasi yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya, belum menggunakan alat ukur kepatuhan yang spesifik untuk penggunaan inhalasi kortikosteroid. Berdasarkan 3

variabel yang mempengaruhi kepatuhan dan variabel yang mempengaruhi kualitas hidup dapat diketahui variabel selain kepatuhan yang mempengaruhi kualitas hidup sehingga penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan kualitas hidup antara pasien yang kurang patuh menggunakan obat sama inhalasi dengan pasien yang lebih patuh menggunakan obat asma inhalasi serta faktor-faktor selain kepatuhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Untuk mengukur kepatuhan penggunaan obat asma kortikosteroid inhalasi, Horne et. al., (2002) membuat Medication Adherence Report Scale for Asthma (MARS-A) yang merupakan salah satu alat ukur kepatuhan dengan cara pengisian mandiri (self reported) pada penggunaan obat hisap pencegah asma yang terdiri dari 10 aitem. MARS-A menunjukkan hasil psikometrik yang baik sebagai alat ukur kepatuhan penggunaan obat asma inhalasi pada penduduk berbahasa Inggris dan Spanyol dengan Cronbach alpha berturut-turut sebesar 0,85 dan 0,86 (Cohen dkk., 2009). MARS-A-10 digunakan dalam penelitian ini karena merupakan alat ukur yang spesifik pada penggunaan obat asma inhalasi. Untuk memperoleh data rasio dan perubahan skor dengan sensitivitas yang tinggi, digunakan Visual Analogue Scale (VAS) sebagai pilihan respon pada tiap aitem MARS-A-10. Dalam studi Briggs et. al., (1999), penggunaan VAS sangat luas untuk menguji pengalaman yang bersifat subyektif, termasuk pada nyeri. VAS akan menghasilkan kategori respon yang sangat luas sehingga akan dihasilkan data yang lebih sensitif. 4

Untuk mengukur kualitas hidup pada penelitian ini menggunakan AQLQ karena merupakan kuesioner yang spesifik untuk penderita asma. AQLQ juga telah digunakan untuk penelitian di RSUP Dr. Sardjito oleh Gul et. al., (2012) dengan reliabilitas 0,93. B. Perumusan masalah 1. Apakah pasien asma yang kurang patuh memiliki skor kualitas hidup 0,5 poin lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang lebih patuh pada penggunaan obat asma inhalasi? 2. Faktor-faktor apa sajakah selain kepatuhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien asma yang menggunakan obat asma inhalasi? C. Keaslian penelitian Beberapa penelitian terkait pengaruh kepatuhan terhadap kualitas hidup pasien asma yang menggunakan inhalasi kortikosteroid disajikan pada Tabel 1. 5

Tabel 1. Beberapa penelitian terkait pengaruh kepatuhan terhadap kualitas hidup Kategori Williams et. al., (2004) Smet et. al., (2006) Imelda et.al., (2007) Penelitian ini Lokasi Michigan bagian tenggara Amerika Serikat Michigan bagian tenggara Amerika Serikat RS. Persahabatan Jakarta Indonesia RSUP Dr.Sardjito dan RSUD Sleman Subyek Pasien asma usia 18 hingga 50 tahun Pasien asma usia 18 tahun atau lebih Pasien asma yang tidak menggunakan kortikosteroid oral usia 18 hingga 60 tahun Pasien asma usia 18 hingga 65 tahun yang menggunakan obat asma inhalasi minimal 1 tahun sebelum penelitian Tujuan penelitian Untuk memperkirakan proporsi ketidakpatuhan pada penggunaan kortikosteroid inhalasi yang mempengaruhi hasil terapi asma yang buruk Untuk mengetahui hubungan antara variabel predisposing, enabling dan need dengan kepatuhan pada oabat pengontrol asma Untuk mengetahui korelasi derajat asma dan kualitas hidup yang dinilai menggunakan AQLQ Untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup antara pasien asma yang kurang patuh dan yang lebih patuh pada penggunaan obat asma inhalasi dan faktor-faktor lain selain kepatuhan yang mempengaruhi kualitas hidup Jumlah sampel 405 subyek 573 responden 130 subyek 53 subyek 6

Tabel 1. lanjutan Kategori Williams et. al., (2004) Smet et. al., (2006) Imelda et.al., (2007) Penelitian ini Variabel penelitian Variabel dependen : kepatuhan Variabel independen: 1. Asma yang menyebabkan kunjungan rawat jalan 2. Asma yang menyebabkan kunjungan ke Unit Gawat Darurat 3. Asma yang menyebabkan kejadian rawat inap di rumah sakit 4. Penambahan steroid oral 5. Steroid oral harian Variabel dependen: kepatuhan Variabel independen: 1. Faktor predisposing, usia, jenis kelamin, ras, lama menderita sama, komorbiditi, tingkat kepercayaan pada kesehatan, tingkat pendidikan. 2. Faktor enabling, pendapatan, akses layanan kesehatan, jumlah pelatih penggunaan inhaler, teknik inhalasi 3. Faktor need, persepsi keparahan penyakit, keparahan gejala, AQLQ, SF-36 Variabel dependen: kualitas hidup Variabel indpenden: 1. Lama sakit asma, 2. tingkat pendidikan, 3. penggunaan obat asma inhalasi, 4. riwayat merokok, 5. indeks massa tubuh, 6. derajat asma, 7. gejala klinis (batuk, gangguan saat tidur malam, aktivitas sehari-hari, mengi, frekuensi penggunaan bronkodilator) Variabel dependen: kualitas hidup Variabel independen: kepatuhan 8. fungsi paru 7

Tabel 1. lanjutan Kategori Williams et. al., (2004) Smet et. al., (2006) Imelda et.al., (2007) Penelitian ini Alat Data klaim farmasi 4 pertanyaan yang khusus digunakan pada penggunaan pengontrol asma bentuk inhaler dan oral AQLQ versi Bahasa Indonesia 1. AQLQ versi Bahasa Indonesia 2. MARS-A-10 versi Bahasa Indonesia dengan pilihan respon aitemnya berupa VAS Metode analisis Retrospektif Potong lintang Kohort Observasional Potong lintang Keterangan: AQLQ = Asthma Quality of Life Questionnaire SF-36 = Short Form 36 MARS-A-10 = Medication Adherence Rating Scale for Asthma 10 VAS = Visual Analogue Scale 8

Penelitian ini menganalisis adanya perbedaan kualitas hidup antara pasien asma yang kurang patuh dan pasien yang lebih patuh pada penggunaan obat asma inhalasi dan menganalisis faktor-faktor selain kepatuhan yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner secara mandiri dan wawancara secara langsung pada pasien asma usia dewasa yang menggunakan obat asma inhalasi saat melakukan kontrol di poliklinik Paru RSUP Dr. Sardjito dan di poliklinik Penyakit Dalam RSUD Sleman Yogyakarta Indonesia. D. Kepentingan penelitian Penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui bahwa pasien asma yang kurang patuh memiliki skor kualitas hidup 0,5 poin lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang lebih patuh pada penggunaan obat asma inhalasi dan selain kepatuhan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pasien asma yang kurang patuh memiliki skor kualitas hidup 0,5 poin lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang lebih patuh pada penggunaan obat asma inhalasi di poliklinik paru RSUP Dr. Sardjito dan RSUD Sleman Yogyakarta. Dan faktor-faktor apa sajakah selain kepatuhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. 9