PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

Transkripsi

1 BAB I Pendahuluan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat diseluruh dunia adalah gangguan jiwa berat yaitu skizofrenia. Skizofrenia mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia ( 2015). Skizofrenia adalah gangguan psikotik berat yang ditandai distorsi berat atas realitas, menarik diri dari interaksi sosial, disorganisasi dan fragmentasi persepsi, pikiran, dan emosi (Videbeck, 2008). Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok sosial ekonomi rendah (Hawari, 2007), karena mereka banyak mendapat masalah dari aspek sosial, ekonomi dan budaya yang dapat mengakibatkan keadaan mental seseorang individu terganggu. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 menunjukan penderita gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 1,7 per 1000 orang (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Untuk angka gangguan jiwa berat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berdasar riset kesehatan dasar 2013 adalah 2,7 per 1000 orang (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Dengan jumlah penderita gangguan jiwa yang besar maka pasien harus mendapatkan perhatian dan upaya dari berbagai pihak untuk segera mendapat tindakan agar mempercepat proses pemulihan dan dapat kembali dalam kehidupan bermasyarakat. 1

2 2 Beberapa faktor yang mempengaruhi penderita gangguan jiwa berat untuk mendapat perawatan adalah ketidaktahuan seseorang menderita penyakit jiwa, kendala ekonomi, serta pengobatan yang mahal dan jauhnya akses kesehatan (Kazadi et al., 2008). Pengobatan gangguan psikotik harus dikombinasi antara terapi farmakologi, terapi psikologi dan rehabilitasi (Addington et al., 2005). Obat antipsikotik membantu mengurangi gejala akut dari skizofrenia, terapi psikologi dan rehabilitasi membantu pasien skizofrenia untuk menanggulangi atau mengatasi konsekuensi skizofrenia (Valmaggia et al., 2005 cit Satiti, 2010) Kepatuhan pengobatan pada pasien skizofrenia dipengaruhi oleh efikasi obat, dukungan terhadap pasien, insight pasien, efek samping obat dan sikap pasien (Kikkert et al., 2006). Penelitian Yang et al., (2011) menunjukkan bahwa 41,2% pasien skizofrenia gagal dalam mematuhi program pengobatan. Menurut Roberts et al., (2011) ketidakpatuhan merupakan masalah yang disebabkan oleh berbagai faktor yang mungkin berbeda secara substansial pada setiap individu dengan kontribusi faktor kunci ada di tingkat pasien (misalnya wawasan yang buruk, gejala, defisit kognitif), lingkungan (misalnya masalah logistik, dukungan keluarga rendah) dan sistem layanan (misalnya komunikasi yang buruk dalam tim pengobatan). Pemberian perawatan lanjutan ketika dirumah, keyakinan tenaga kesehatan terhadap suksesnya pengobatan, hubungan yang baik antara klien dan tenaga kesehatan, dan efektifitas dari perawatan pada rawat jalan mempengaruhi kepatuhan klien dalam menjalani program pengobatan (Iswanti, 2012).

3 3 Skizofrenia berdampak besar pada aktivitas sehari-hari (ADL) karena pasien skizofrenia harus menghadapi gejala yang terus muncul, menghadapi masalah pengobatan dan penanganan, merasa asing dan terisolasi (Rahmi, 2012). Activity Daily Living (ADL) adalah aktivitas normal dari bernafas, minum dan makan sesuai dengan kebutuhan, eliminasi secara normal, bergerak dan memelihara postur tubuh, membuka dan memakai pakaian, dan memelihara kebersihan tubuh (Hong et al., 2010). Mengingat fakta bahwa banyak orang dengan skizofrenia mengalami kesulitan melakukan berbagai tugas kognitif, karena itu penderita skizofrenia membutuhkan dukungan dan mungkin harus belajar atau mempelajari kembali banyak atau semua hal-hal Activity Daily Living (ADL) dalam rangka untuk kembali ke tingkat optimal dari fungsi kehidupan yang normal dan mengembalikan kepercayaan diri. Klien dengan skizofrenia memerlukan perawatan yang berkelanjutan untuk tetap rutin dalam melakukan terapi farmakologi ataupun terapi non farmakologi sehingga gejala dari skizofrenia yang dialami oleh klien dapat berkurang. Disinilah peran puskesmas sebagai instasi kesehatan yang lebih dekat dengan masyarakat sangat penting untuk memantau bagaimana pengobatan yang dilakukan penderita skizofrenia. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Jetis II didapatkan data penderita skizofrenia sebanyak 90 pasien. Dengan mengidentifikasi setiap nama pasien berdasarkan pada kedatangan pasien di Bulan Januari 2014 sampai Bulan Juni 2014 didapatkan data hanya 38 pasien yang patuh dalam menjalankan pengobatan. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap petugas Puskesmas

4 4 Jetis II mengenai kriteria ADL pada pasien skizofrenia yang tidak melakukan pengobatan, dikatakan bahwa pasien tersebut mengalami gangguan dalam berpakaian, mandi, toileting, memelihara diri, makan dan mobilitas diri. Menurut petugas Puskesmas, hal tersebut dikarenakan pasien tidak mendapat dukungan dari keluarga serta kurang pengetahuan mengenai penyakit skizofrenia. Untuk pasien skizofrenia yang patuh dalam menjalakan pengobatan dapat mengatasi masalah activity daily living (ADL) dengan bantuan orang lain ataupun sendiri. Kepatuhan pengobatan mempunyai hubungan yang berarti untuk memperbaiki activity daily living (ADL) pada pasien skizofrenia terutama pada status fungsional yaitu fungsi sosial, fungsi kerja dan perawatan diri (Kazazi et al., 2011). Sementara penelitian mengenai kepatuhan pengobatan pasien skizofrenia terkait pada perubahan Activity Daily Living (ADL) pasien skizofrenia di Wilayah Puskesmas Jetis II Patalan Bantul Yogyakarta belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penulis berkeinginan melakukan penelitian tentang hubungan kepatuhan pengobatan dengan activity daily living (ADL) pada pasien skizofrenia di Wilayah Puskesmas Jetis II Patalan Bantul Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian dalam penelitian ini adalah Bagaimana hubungan kepatuhan pengobatan dengan activity daily living (ADL) pada pasien skizofrenia di Wilayah Puskesmas Jetis II Patalan Bantul Yogyakarta?.

5 5 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan pengobatan pasien dengan Activity Daily Living (ADL) pasien skizofrenia di Wilayah Puskesmas Jetis II Patalan Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran tingkat Activity Daily Living (ADL) pasien skizofrenia di Wilayah Puskesmas Jetis II Patalan Bantul Yogyakarta. b. Mengetahui gambaran tingkat kepatuhan pengobatan pasien skizofrenia di Wilayah Puskesmas Jetis II Patalan Bantul Yogyakarta. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis a. Manfaat untuk ilmu pengetahuan adalah dapat mengembangkan pengetahuan tentang Activity Daily Living (ADL) pada pasien dengan gangguan jiwa khususnya skizofrenia. b. Manfaat untuk penelitian adalah dapat memberi wacana baru dan kerangka pemikiran untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan peran dokter dan perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan pengobatan sehingga dapat meningkatkan Activity Daily Living (ADL) pasien skizofrenia.

6 6 b. Bagi pasien dan keluarga dapat memahami pentingnya menjalankan kepatuhan pengobatan untuk pasien skizofrenia sehingga dapat meningkatkan Activity Daily Living (ADL) pasien skizofrenia. c. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya penelitian jiwa dan menambah wawasan mengenai Activity Daily Living pada pasien skizofrenia. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian sebelumnya antara lain : 1. Fakhruddin (2012) yang meneliti Hubungan Dukungan Sosial dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia di Kabupaten Aceh Barat Daya. Pada penelitian tersebut subyek yang digunakan adalah 142 penderita skizofrenia yang dirawat oleh dokter general practice plus di seluruh Puskesmas Kabupaten Aceh Barat Daya. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Hasil yang didapat adalah kepuasan dukungan sosial merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat skizofrenia. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu sampel yang digunakan pada penelitian Fakhruddin sampel yang digunakan penderita skizofrenia dalam kategori mandiri yang dirawat oleh dokter Genera Practice Plus (dokter GP+) sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan penderita skizofrenia pada fase stabil. Perbedaan lainnya adalah pada variabel bebas dan terikat, pada penelitian Fakhruddin variabel bebas dan terikat masing-masing adalah dukungan sosial dan kepatuhan pengobatan, sedangkan pada penelitian ini kepatuhan

7 7 pengobatan merupakan variabel bebas sementara variabel terikatnya activity daily living (ADL) 2. Abdurrahman (2008) meneliti tentang Hubungan Antara Ekspresi Emosi Keluarga dengan Activity of Daily Living Pasien Skizofrenia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Pada penelitian tersebut subyek yang digunakan adalah 31 pasien skizofrenia dengan diagnosis skizofrenia yang pernah mondok di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik cross-sectional. Hasil yang didapat bahwa ekspresi emosi keluarga tidak memiliki hubungan berarti dengan Activity of Daily Living (ADL) pasien skizofrenia. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebasnya, pada penelitian Abdurrahman variabel bebasnya adalah ekspresi emosi keluarga, sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah kepatuhan minum obat. Perbedaan yang lain adalah tehnik sampling, pada penelitian Abdurrahman menggunakan consecutive sampling, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. 3. Puschner et al. (2009) meneliti tentang Course of Adherence to Medication and Quality of Life In People With Schizophrenia. Pada penelitian tersebut subyek yang digunakan adalah 373 pasien skizofrenia. Analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebuat adalah graphical modelling dengan program MIM. Hasil penelitian bahwa kepatuhan pengobatan skizofrenia mempengaruhi kualitas hidup pasien skizofrenia secara tidak langsung. Pada penelitian ini mengatakan bahwa kepatuhan mempunyai beberapa outcome klinis yang meliputi pengobatan, illness insight, perilaku yang berhubungan

8 8 dengan pengobatan, efek samping, kualitas hidup, gejala dan tingkat fungsi sosial. Perbedaan dengan penelitian ini adalah analisis data menggunakan uji korelasi Chi-Square. Perbedaan yang lain adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur activity daily living (ADL), pada penelitian Puschner menggunakan Medication Adherence Questionnaire (MAQ), sedangkan dalam penelitian ini Medication Adherence Rating Scale (MARS). Perbedaan yang lain adalah pada variabel terikatnnya, pada penelitian Puschner variabel terikatnyanya adalah quality of life, sedangkan dalam penelitian ini variabel terikatnyanya adalah activity daily living (ADL).