BAB I PENDAHULUAN. dan penyebab pertama kematian pada remaja usia tahun (WHO, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu. lintas banyak terjadi di dunia. Tidak hanya di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Masalah lalu lintas melalui darat, laut, dan udara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. jalan yang cukup serius, menurut data dari Mabes Polri pada tahun 2008

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab. terbanyak terjadinya cedera di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

Angka Kejadian Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan pada 80 (delapan puluh) lembar putusan dari 7

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Otopsi merupakan pemeriksaan yang diperlukan untuk. mengetahui penyebab kematian jenazah.

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

RELEVANSI Skm gatra

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat.

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NO: 262/Pid. B/2006/PN. GRESIK TENTANG KEALPAAN YANG MENYEBABKAN ORANG LAIN MATI

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dominan. Hal ini ditandai dengan jumlah alat transportasi darat lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1,24 juta jiwa meninggal dunia dan sekitar 50 juta jiwa mengalami luka berat dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

KONSEP MATI MENURUT HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sekarang ini di Indonesia banyak ditemukan kasus kecelakaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas, dengan jutaan lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

P U T U S A N. Nomor : 11/PID.Sus.A/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/ Tanggal Lahir : 17 tahun / 8 Februari 1995.

P U T U S A N NOMOR : 395 / PID / 2012 / PT-MDN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PENGEMUDI PADA KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN MATINYA SESEORANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar. Pemeriksaan ini

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

BAB II KETENTUAN PIDANA YANG MENGATUR TENTANG KELALAIAN BERLALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN ORANG LAIN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA

BAB II. 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang KUHP. yang dibuat tertulis dengan mengingat sumpah jabatan atau dikuatkan dengan

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan

TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sepeda motor merupakan salah satu sarana. transportasi yang tidak asing lagi bagi masyarakat

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

P U T U S A N NOMOR : 394 / PID / 2014 / PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/Tgl. Lahir : 42 Tahun / 19 Nopember 1971.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

P U T U S A N. Nomor : 172/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan (Hakkert, 2005). Salah satu contohnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai tiga arti, antara lain : 102. keadilanuntuk melakukan sesuatu. tindakansegera atau di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Senjata tajam adalah hal yang tidak asing yang. digunakan dalam banyak kegiatan sehari-hari, seperti

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PN DEMAK No. 62/Pid.Sus/2014/PN Dmk DALAM KASUS TABRAKAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

P U T U S A N Nomor : 15/Pid. B/2013/PN.Unh.

BAB II. Regulasi penerbangan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun. itu harus mendasarkan pada ketentuan Pasal 102 ayat (1) KUHAP yang

PENGADILAN TINGGI MEDAN

P U T U S A N NOMOR : 141/PID.SUS/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Nama lengkap : PANJI SATRIA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

P U T U S A N No. 117/Pid.B/2014/PN-Sbg

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 612/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Alkohol adalah zat adiktif yang sering. disalahgunakan di masyarakat. Alkohol banyak terkandung

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KARENA KELALAIANNYA MENYEBABKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA PADA KECELAKAAN LALU-LINTAS.

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGADILAN TINGGI MEDAN

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian kedelapan di dunia dan penyebab pertama kematian pada remaja usia 15-29 tahun (WHO, 2013). Secara global, diperkirakan lebih dari 1,2 juta orang meninggal dunia dan 20-50 juta orang mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas dengan total kerugian 518 miliar dolar Amerika (Peden, et al., 2004). Kejadian ini 80% terjadi di negara dengan pendapatan menengah dan rendah. Di Indonesia, kecelakaan lalu lintas mengalami peningkatan 11.2% per tahunnya dengan jumlah korban cedera dan meninggal sebanyak 256.199 jiwa pada periode 2009-2013 (Badan Pusat Statistik, 2013). Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara urutan kelima tertinggi dalam kecelakaan lalu lintas (WHO, 2013) dan menjadikannya sebagai pembunuh nomor tiga di Indonesia (Asmarawati, 2015). Berdasarkan data dari Polres Klaten (2015), tahun 2010-2014, kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahunnya mengalami peningkatan dengan total korban baik cedera dan meninggal sebanyak 3.733 jiwa. Direktorat Jendral Hubungan Darat Indonesia (1997) mendefinisikan kecelakaan lalu lintas merupakan peristiwa yang tidak tentu kapan terjadi dan memiliki multi faktor yang selalu didahului oleh situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan mereka. Kecelakaan lalu lintas diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu berat, sedang, ringan, dan

2 klasifikasi lain (Sartono, 1993). Kecelakaan lalu lintas juga menyebabkan timbulnya korban jiwa yang berdasarkan UU No 22 tahun 2009 dibagi menjadi korban mati, luka berat, dan luka ringan. Dalam kasus kecelakaan lalu lintas, terdapat pihak yang harus bertanggung jawab atas terjadinya kejadian tersebut, pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas (pelaku). Menurut UU No. 22 tahun 2009, pelaku merupakan orang yang melakukan pelanggaran dan kelalaian atau kealpaan yang dapat mengakibatkan rusaknya kendaraan/barang, mengakibatkan korban luka ringan, luka berat, dan meninggal dunia. Dalam hukum acara pidana, penentuan pelaku benar atau salah memerlukan setidaknya dua alat bukti yang sah ditambah keyakinan hakim. Pasal 184 KUHAP, menjelaskan bahwa alat bukti yang sah merupakan keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Pada kasus kecelakaan lalu lintas, keterangan ahli merupakan surat keterangan dari dokter mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada korban hidup yang mengalami luka-luka atau pada korban meninggal, yang disebut sebagai Visum et Repertum (Ranoemihardja, 1991). Visum et Repertum hanya dapat dibuat oleh dokter umum atau dokter spesialis yang masih menjalani profesinya (Saleh & Soegandhi, 1974) dan hanya dapat dimintakan pada dokter oleh penyidik dan pembantu penyidik dari kepolisian. Visum et Repertum terbagi menjadi Visum et Repertum pada orang hidup ( seketika, sementara, lanjutan) dan Visum et Repertum pada orang mati. Dokter yang dibebani untuk memberikan surat Visum et Repertum tertuang aturannya dalam pasal 133 ayat 1

3 KUHP, dan apabila dokter menolak membuatnya, dokter dapat dikenakan sanksi pidana penjara selama-lamanya 9 bulan (Afandi, 2010). Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin memaparkan gambaran kasus kecelakaan lalu lintas berdasarkan Visum et Repertum di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014-2016. Peneliti memilih Kabupaten Klaten dikarenakan lokasi Kabupaten Klaten dilewati oleh jalan raya Solo-Yogya yang setiap harinya dipenuhi kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Jumlah kendaraan pada pagi hari mencapai 2410 kendaraan sedang dan berat per jamnya. Pada motor, jumlahnya mencapai 9859 per jamnya (Daerah Unit Pelayanan Pendapatan dan Pengelolaan Aset, 2013). Selain itu, pemilihan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro dikarenakan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro merupakan awal mula sejarah dari berdirinya Fakultas Kedokteran UGM sebelum berpindah ke Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Bagaimanakah gambaran kasus kecelakaan lalu lintas yang dimintakan Visum et Repertum di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014-2016? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persentase kasus kecelakaan lalu lintas yang dimintakan Visum et Repertum di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sejak Januari 2014 Maret 2016.

4 D. Keaslian Penelitian 1. Gambaran kasus kecelakaan lalu lintas yang dimintakan Visum et Repertum di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP dr. Sardjito Tahun 2009-2010 oleh Adhitya Bagus Kurniawan (2011). Penelitian ini menggambarkan presentase Visum et Repertum kasus kecelakaan lalu lintas pada Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP dr. Sardjito tahun 2009-2010. Persamaan antara kedua penelitian terletak pada pembahasan mengenai kecelakaan lalu lintas berdasarkan Visum et Repertum, sedangkan perbedaan terletak pada waktu terjadi kecelakaan dan lokasi kecelakaan. Selain itu, perbedaan juga terletak di parameter yang hanya jenis kelamin, waktu kecelakaan, dan diambil atau tidaknya Visum et Repertum oleh penyidik. 2. Angka kejadian korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan hasil pemeriksaan luar Visum et Repertum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011-2013 oleh Sharanjit et al., (2015). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka kejadian korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan hasil pemeriksaan luar Visum et Repertum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011-2013. Persamaan antara kedua penelitian terletak pada tujuan untuk mengetahui angka kejadiaan kecelakaan lalu lintas berdasarkan Visum et Repertum. Perbedannya, pada penelitian ini tidak terdapat rentang tahun terjadinya kecelakaan dan lokasi kecelakaan yang bukan di Kabupaten

5 Klaten. Selain itu, pada penelitian ini terdapat parameter kendaraan yang dipakai ketika kecelakaan dan banyaknya jenis luka yang dialami korban. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Hasil penelitian mengenai kasus kecelakaan lalu lintas berdasarkan Visum et Repertum pada tahun 2014 hingga 2016 yang masuk di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten diharapkan akan berguna untuk menjadi bahan masukan data epidemiologi rumah sakit. 2. Bagi kalangan dokter Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan untuk dokter mengenai hubungan antara ilmu hukum dengan ilmu kedokteran forensik dan juga mengingatkan dokter akan pentingnya Visum et Repertum sehingga dapat dibuat sebaik-baiknya agar dapat dipertanggungjawabkan. 3. Bagi masyarakat umum Memberikan informasi pada masyarakat umum mengenai kecelakaan lalu lintas dan bagaimana melaporkan kejadiannya ke pihak yang berwajib, sehingga diharapkan naiknya rasa kewaspadaan masyarakat ketika berkendaraan.