BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

Universitas Negeri Malang

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Belajar yang Efektif dan Kreatif

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN. Gambaran Gaya Belajar Dan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Sri Bunga Tanjung Dumai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

ABSENSI SISWA DAFTAR ABSEN XI IPS-4 DAFTAR ABSEN KELAS XI IPS-3

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74).

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

Kelas 4 SDN 1 Selodoko. LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil

LAMPIRAN A. Angket Penelitian

BAB IV ANALISIS IMPLIKASI METODE CANTOL ROUDHOH TERHADAP KEMAMPUAN KEGIATAN BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS ANAK DI LEMBAGA PENDIDIKAN PRA SEKOLAH ROUDHOH

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des, INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siswa yang masih mengikuti jenjang pendidikan sekolah. Dengan belajar seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari materi. pembelajaran maupun jenjang pendidikannya.

Basic Quantum Teaching & Accelerated Learning

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

This study entitled "Analysis of Student Learning Styles And Regular Featured In SMP N 2 Bangkinang"

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2003: 910). Surya (2004, dalam Galih Ariwaseso, 2011: 5) berpendapat bahwa

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaankepercayaan,

PERBEDAAN TINGKAT PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Margono (2005: 105),

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin disibel yang

JUDUL : Pembelajaran Dengan Multimedia

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. penulis akan memaparkan mengenai analisis hasil penelitianyang terdiri dari analisis

FORUM DIKLAT Vol 13 No. 03 MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS. Oleh : M. Hasan Syukur, ST *)

BAB II KAJIAN TEORI. Slameto, 2010 : 59) adalah : Preparedness to respond or react. Kesiapan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN TEORI. Prestasi belajar menurut Tirtonegoro (dalam Wibowo, 2003) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP YAPIS MANOKWARI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS. kurang tepat, karena belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan yang diperoleh dari hasil penelitian, didapat kesimpulan

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. pergantian dari suatu stimulus kepada yang lain (Djiwandono,2002:29). Proses

PEMETAAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL ANALISIS REAL 2 DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Belajar 1.1. Definisi Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Hamalik (2009) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekadar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Soemanto, 2006). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar

yang dialami peserta didik baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2003). 1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1.2.1. Faktor Eksternal Adalah faktor yang berada di luar individu yaitu meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. a. Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para administrasi, dan temanteman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga dan juga temanteman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Namun, lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. b. Lingkungan non sosial Faktor lingkungan non sosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

1.2.2. Faktor Internal Menurut Slameto (2003) faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri individu sendiri meliputi tiga aspek yaitu: a. Faktor jasmaniah Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuanketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. b. Faktor psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun yang dipandang lebih penting adalah faktor-faktor berikut ini : 1) Inteligensi Menurut J.P. Chaplin inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar efisien dan faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar (faktor jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat) memberi pengaruh positif. 2) Perhatian Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya. 3) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. 4) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya

bukan bakatnya, akan berpengaruh terhadap kinerja akademik (academic performance) atau prestasi belajarnya. 5) Motivasi Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik dan mempunyai motif untuk memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang dapat menunjang belajarnya. 6) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. 7) Kesiapan Kesiapan atau readiness adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan pada dirinya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. 2. Motivasi 2.1. Definisi Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata motif adalah yang dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku tertentu (Uno, 2007). Motif atau motive adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rokhaniah (Sukmadinata N.S., 2005). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Motif dapat menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, A.M., 2007). Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Uno, 2007). Menurut McDonald (1985) dalam (Soemanto, 2006) motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2009). Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Menurut Goleman motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk meningkatkan atau memenuhi standar keunggulan. Motivasi berprestasi dapat dipahami sebagai

motif yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (standar of excellence). Menurut McClelland (1985) dalam (Nursalam & Efendi, 2008) motivasi berprestasi merupakan fungsi dari tiga variabel yaitu (1) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil, (2) persepsi tentang nilai tugas, dan (3) kebutuhan untuk sukses. 2.2. Jenis - Jenis Motivasi 2.2.1. Motivasi Instrinsik Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain, dan lain-lain. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. 2.2.2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali, dan persaingan yang bersifat negatif ialah sarcasm, ridicule, dan hukuman. Motivasi ektrinsik juga meliputi lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik, hal ini tetap diperlukan di sekolah sebab pengajaran disekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa.

2.3. Teori Motivasi Berprestasi (n-ach dalam McClelland (1985)) Seseorang mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk berprestasi. Kebutuhan berprestasi ini bersifat instrinsik dan relatif stabil. Orang dengan n-ach yang tinggi dicirikan dengan keinginan tinggi untuk menyelesaikan tugas dan meningkatkan penampilan mereka, menyukai tantangan, dimana hasil kerja mereka akan dibandingkan dengan prestasi orang lain. Orang dengan n-ach yang tinggi menyukai tantangan yang sedang, realistis, dan tidak berspekulasi. Mereka tidak menyukai pekerjaan yang mudah dan yang mereka yakini sangat sulit untuk diselesaikan dengan baik. Keberhasilan mengerjakan tugas menjadi aspirasi mereka untuk mengerjakan tantangan yang lebih sulit. Hal ini bertolak belakang pada orang yang n-ach yang rendah. Tugas yang sangat mudah akan mereka kerjakan, karena sangat yakin tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Sebaliknya, tugas yang sangat sulit justru gagal dikerjakan, tidak membawa arti apapun, karena sejak semula sudah diketahui bahwa tugas tersebut akan gagal dikerjakan. 3. Gaya Belajar 3.1. Definisi Gaya Belajar Gaya belajar adalah kunci untuk mengembang kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter & Henarchi, 2003). Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut.

3.2. Jenis-Jenis Gaya Belajar 3.2.1. Gaya Belajar Visual Gaya belajar visual merupakan gaya belajar melalui apa yang dilihat. Modalitas dan gaya belajar ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan, ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Ciri-ciri orang yang menggunakan gaya belajar visual adalah: a. Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan b. Berbicara dengan cepat c. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik d. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka e. Lebih mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar f. Mengingat dengan asosiasi visual g. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya h. Lebih suka membaca daripada dibacakan dan pembaca yang cepat i. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat j. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato k. Lebih menyukai seni daripada musik l. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak m. Mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata yang tepat n. Biasanya tidak terganggu dengan keributan

3.2.2. Gaya Belajar Auditori Gaya belajar auditori merupakan gaya belajar melalui apa yang didengar. Gaya belajar yang mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Modalitas ini mengakses segala bunyi dan kata. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol disini. Ciri-ciri orang yang menggunakan gaya belajar auditorial adalah: a. Suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja b. Perhatiannya mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan c. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca d. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan e. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, perubahan dan warna suara f. Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan g. Berbicara dalam irama yang terpola h. Lebih suka musik daripada seni i. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat j. Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar k. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik l. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain m. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya n. Biasanya pembicara yang fasih

3.2.3 Gaya Belajar Kinestetik Gaya belajar kinestetik merupakan gaya belajar lewat gerak dan sentuhan. Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol disini Ciri-ciri orang yang menggunakan gaya belajar kinestetik adalah: a. Berbicara dengan perlahan b. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara c. Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang d. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak e. Belajar melalui memanipulasi dan praktik f. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat g. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca h. Banyak menggunakan isyarat tubuh i. Tidak dapat diam untuk waktu yang lama j. Tidak dapat mengingat geografis, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu. k. Menyukai permainan yang menyibukkan l. Mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, suka mengetukngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan m. Ingin melakukan segala sesuatu n. Kemungkinan tulisannya jelek Selain ketiga gaya belajar tersebut, DePorter juga mengatakan bahwa ada gaya campuran dari tiga gaya belajar diatas, misalnya Auditori-visual atau Visualkinestetik atau bisa ketiga-tiganya tapi biasanya satu gaya belajar lebih mendominasi.

3.3. Strategi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sesuai dengan Gaya Belajar Menurut DePorter (2004) strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa, adalah : 1. Visual a. Dorong pelajar visual untuk membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka. b. Menggunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna. c. Mendorong siswa untuk menggambarkan informasi yang diterimanya menggunakan peta pikiran, tabel, grafik dan diagram untuk memperdalam pemahaman mereka tentang informasi tersebut. d. Memberikan gambaran umum/garis-garis besar setiap materi pelajaran yang disampaikan dengan memberikan ruang yang kosong untuk menambahkan catatan. e. Menggunakan bahasa yang dapat menciptakan visualisasi pada diri anak. Misalnya: bayangkanlah bola dunia yang sedang berputar mengelilingi matahari (jika kita sedang mempelajari tentang revolusi bumi) dan sebaginya. 2. Auditori a. Menggunakan variasi vokal (ritme, volume suara, intonasi) yang digunakan pada saat menyampaikan materi pelajaran. b. Menggunakan pengulangan dengan cara meminta siswa mengulang kembali konsep-konsep kunci yang telah dipelajari. c. Mendorong setiap siswa untuk membuat jembatan keledai untuk menghafal konsep kunci, Misalnya: warna pelangi adalah MEJIKUHIBINIU (Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu).

d. Membuat materi lebih mudah untuk diingat dengan mengubahnya menjadi lagu atau melodi yang sudah dikenal baik dan pelajar auditori akan lebih suka belajar sambil mendengarkan musik. e. Mendorong siswa terutama untuk pelajar audiotori untuk merekam informasiinformasi penting untuk kemudian didengarkan secara berulang-ulang karena pelajar audiotori tidak terlalu senang mencatat. 3. Kinestetik a. Menggunakan alat bantu pada saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci. b. Menggunakan simulasi konsep agar setiap siswa dapat mengalaminya sendiri. c. Memperagakan setiap konsep yang diajarkan dan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mencoba mempelajarinya secara bertahap. d. Melakukan lakon/simulasi pendek dapat membantu siswa untuk memahami materi yang dipelajarinya. 4. Prestasi Belajar 4.1. Definisi Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan penilaian aktivitas belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai peserta didik dalam periode tertentu Tirtonegoro (1999) dalam (Tarmidi, 2005). Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya ditujukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Bukti keberhasilan

yang disebut prestasi belajar siswa pada umumnya bersifat dokumentatif berupa buku laporan kemajuan siswa atau rapor. 4.2. Penggolongan Prestasi Belajar Penggolongan prestasi belajar mehasiswa digunakan sesuai dengan yang terdapat dalam buku panduan pendidikan akademik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 1. Berdasarkan penggolongan prestasi keberhasilan a. Sangat baik: 4,00 b. Baik : 3,00-3,50 c. Cukup : 2,00-2,50 d. Kurang : 1,00 e. Gagal : 0,00 2. Berdasarkan peraturan akademik Program Sarjana (S1) Universitas Sumatera Utara pada pasal 8 tentang yudisium yaitu: a. Memuaskan : 2,00-2,75 b. Sangat memuaskan : 2,76-3,50 c. Cumlaude: 3,51