PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI JAWA BARAT 2012


Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

BERITA RESMI STATISTIK

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015


KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

Indeks Pembangunan Manusia

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual


3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

STATISTIK GENDER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan


INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

madiunkota.bps.go.id

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

Profile Perempuan Indonesia

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

pareparekota.bps.go.id

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

Katalog :


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

LAMPIRAN DATA INDONESIA

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

Katalog BPS:

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR


BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013


INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG


BERITA RESMI STATISTIK

No. Katalog :

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STRUKTUR DATA BPS DAN PROSEDUR MENDAPATKAN DATA DI BPS Hady Suryono 8 Maret 2016

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BERITA RESMI STATISTIK

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

Transkripsi:

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 Kerjasama Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2008

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 ISBN : 979486.9678 Nomor Publikasi : 32520.0802 Katalog BPS : 4716.32 NASKAH: Bidang Statistik Sosial BPS GAMBAR KULIT: Bidang Statistik Sosial BPS DITERBITKAN OLEH: BPS

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, dengan perkenan dan Ridho-Nya, Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) 2008 Jawa Barat akhirnya dapat diselesaikan. Buku ini merupakan hasil kerjasama Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Secara garis besar publikasi ini menyajikan data pokok sosial ekonomi masyarakat yang meliputi data kependudukan, kesehatan, pendidikan, penduduk bekerja, perumahan, pengeluaran rumah tangga dan sosial budaya secara up to date dan berkelanjutan. Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan publikasi ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi keperluan perencanaan dan pembuatan kebijakan di. Kritik dan saran dari para pembaca dan pengguna data sangat kami harapkan. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Bandung, November 2008 Badan Pusat Statistik K e p a l a, DRS. H. LUKMAN ISMAIL, MA. Pembina Utama Madya NIP. 340004379 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL LAMPIRAN i ii iii iv v vi BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan 1 1.3. Jenis Data Yang Dikumpulkan 2 1.4. Sistematika Penyajian 3 BAB II. RINGKASAN 4 2.1. Kependudukan 4 2.2. Pendidikan 9 2.3. Kesehatan 16 2.4. Penduduk bekerja 20 2.5. Perumahan 21 2.6. Pengeluaran Rumahtangga 24 2.7. Sosial Budaya 26 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN TABEL 31 266 LAMPIRAN METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 267-285 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 iii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Penduduk, Sex Ratio, Komposisi umur dan Angka Ketergantungan di Tahun 2006-2008 Halaman 8 Tabel 2.2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia Sekolah dan Angka Buta Huruf di Tahun 2008 14 Tabel 2.3. Lama Balita Menyusui dan Persentase Penolong Kelahiran Terakhir Menurut Jenis Kelamin di Tahun 2008 17 Tabel 4.4. Beberapa Indikator Ketenagakerjaan di Tahun 2008 20 Tabel 2.5. Beberapa Indikator Fasilitas Perumahan di Tahun 2008 23 Tabel 2.6. Penduduk 10 Tahun Keatas yang Merokok dan Rata-rata Usia Pertama Kali Merokok di Tahun 2008 26 Tabel 2.7. Pengeluaran Rumahtangga Untuk Konsumsi Tembakau dan Sirih (Per kapita per bulan) di Tahun 2006-2008 27 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 iv

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Lima Kabupaten/Kota dengan Penduduk Paling Banyak di Tahun 2008 (juta jiwa) Halaman 5 Gambar 2.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Di Provinsi Jawa Barat Selama Kurun Waktu 2003-2008 7 Gambar 2.3. Pencapaian Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah di Selama Kurun Waktu 2003-2007 10 Gambar 2.4. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Tahun 2008 12 Gambar 2.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Tahun 2008 15 Gambar 2.6. Jenis Acara Televisi Yang Paling Sering Ditonton di 2008 28 Gambar 2.7. Tingkat Keamanan yang Dirasakan Rumahtangga di 2008 30 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 v

DAFTAR TABEL LAMPIRAN TABEL 1. KEPENDUDUKAN Hal 1.1 Penduduk menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin 31 1.2 Penduduk menurut kabupaten/kota, jenis kelamin, dan 32 kelompok umur 1.3 Persentase penduduk menurut kabupaten/kota, jenis 35 Kelamin, dan kelompok umur 1.4 Penduduk menurut kabupaten/kota, jenis kelamin dan 38 status perkawinan 1.5 Persentase menurut kabupaten/kota, jenis kelamin dan 39 status perkawinan 1.6 Penduduk 10 tahun keatas menurut kabupaten/kota, jenis 44 kelamin dan status perkawinan 1.7 Persentase penduduk 10 tahun keatas menurut 47 kabupaten/kota, jenis kelamin dan status perkawinan 1.8 Penduduk perempuan usia 15-49 tahun menurut 50 kabupaten/kota dan kelompok umur 1.9 Persentase penduduk perempuan usia 15-49 tahun menurut 51 kabupaten/kota dan kelompok umur 1.10 Penduduk perempuan usia 15-49 tahun pernah kawin 52 menurut kabupaten/kota dan kelompok umur 1.11 Persentase penduduk perempuan pernah kawin usia 15-49 53 tahun menurut kabupaten/kota dan kelompok umur 1.12 Penduduk perempuan usia 15-49 tahun berstatus kawin 54 menurut kabupaten/kota dan kelompok umur 1.13 Persentase penduduk perempuan usia 15-49 tahun berstatus 55 kawin menurut kabupaten/kota dan kelompok umur 1.14 Penduduk menurut kabupaten/kota dan kelompok umur 56 (per jenis kelamin) 1.15 Persentase penduduk menurut kabupaten/kota kelompok 62 umur (per jenis kelamin) 1.16 Penduduk usia 5-24 tahun menurut kabupaten/kota, 68 jenis kelamin dan kelompok umur 1.17 Persentase penduduk usia 5-24 tahun menurut kabupaten/kota, jenis kelamin dan kelompok umur 71 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah, Tahun 2008 vi

TABEL 2. KESEHATAN 2.1 Penduduk menurut kabupaten/kota dan keluhan kesehatan utama yang dialami sebulan yang lalu (per jenis kelamin) 2.2 Penduduk yang menderita sakit selama sebulan yang lalu menurut kabupaten/kota dan jumlah hari sakit (per jenis kelamin) 2.3 Persentase penduduk yang menderita sakit selama sebulan yang lalu menurut kabupaten/kota dan jumlah hari sakit (per jenis kelamin) 2.4 Penduduk yang pernah mengalami keluhan menurut kabupaten/kota, jenis kelamin dan Apakah pernah berobat sendiri (per jenis kelamin) 2.5 Penduduk yang pernah mengalami keluhan menurut kabupaten/kota dan Apakah pernah berobat jalan (per jenis kelamin) 2.6 Balita menurut kabupaten/kota dan penolong pertama kelahiran (per jenis kelamin) 2.7 Persentase balita menurut kabupaten/kota dan penolong pertama kelahiran (per jenis kelamin) 2.8 Balita menurut kabupaten/kota dan penolong terakhir kelahiran (per jenis kelamin) 2.9 Persentase balita menurut kabupaten/kota dan penolong terakhir kelahiran (per jenis kelamin) 2.10 Balita menurut kabupaten/kota dan Apakah pernah diberi Air Susu Ibu (per jenis kelamin) 2.11 Balita yang pernah disusui menurut kabupaten/kota dan lamanya disusui (per jenis kelamin) 2.12 Persentase balita yang pernah disusui menurut kabupaten/kota dan lamanya disusui (per jenis kelamin) 2.13 Balita Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Apakah Sudah Pernah Mendapat Imunisasi BCG 2.14 Balita Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Apakah Sudah Pernah Mendapat Imunisasi DPT 2.15 Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi DPT Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat Imunisasi Tersebut 2.16 Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi DPT Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat Imunisasi Tersebut 74 80 83 86 89 92 95 98 101 104 107 110 113 116 119 122 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah, Tahun 2008 vii

2.17 Balita Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Apakah Sudah Pernah Mendapat Imunisasi Polio 2.18 Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Polio Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat Imunisasi Tersebut 2.19 Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Polio Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat Imunisasi Tersebut 2.20 Balita Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Apakah Sudah Pernah Mendapat Imunisasi Campak/Morbili 2.21 Balita Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Apakah Sudah Pernah Mendapat Imunisasi Hepatitis B 2.22 Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Hepatitis B Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat Imunisasi Tersebut 2.23 Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi Hepatitis B Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin dan Frekuensi Mendapat Imunisasi Tersebut 2.24 Balita Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Diperiksakan Kehamilan ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam Kandungan 2.25 Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Suami dari Ibu Balita Pernah Mengantar 2.26 Persentase Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Suami dari Ibu Balita Pernah Mengantar 2.27 Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi pemeriksaan pada Trimester I 2.28 Persentase Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi pemeriksaan pada Trimester I 2.29 Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi pemeriksaan pada Trimester II 2.30 Persentase Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi pemeriksaan pada Trimester II 2.31 Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi pemeriksaan pada Trimester III 125 128 131 134 137 140 143 146 147 148 149 150 151 152 153 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah, Tahun 2008 viii

2.32 Persentase Balita yang Diperiksakan Ke Tenaga Kesehatan pada Saat Dalam Kandungan Menurut Kabupaten/Kota dan Frekuensi pemeriksaan pada Trimester III 2.33 Balita Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Pernah Dibawa ke Posyandu Sebulan Terakhir 2.34 Penduduk Usia 10 tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Merokok Sebulan Terakhir (per jenis kelamin) 2.35 Rata-rata Usia Pertama Kali Mulai Merokok Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Pernah Merokok Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota 154 155 156 159 TABEL 3. PENDIDIKAN 3.1 Penduduk usia 5 tahun ke atas menurut kabupaten/kota dan partisipasi bersekolah (per jenis kelamin) 3.2 Penduduk usia 10 tahun ke atas menurut kabupaten/kota dan partisipasi bersekolah (per jenis kelamin) 3.3 Penduduk usia 7-12 tahun menurut kabupaaten/kota dan partisipasi sekolah (per jenis kelamin) 3.4 Penduduk usia 13-15 tahun menurut kabupaten/kota dan partisipasi sekolah (per jenis kelamin) 3.5 Penduduk usia 16-18 tahun menurut kabupaten/kota dan partisipasi sekolah (per jenis kelamin) 3.6 Penduduk usia 19-24 tahun menurut kabupaten/kota dan partisipasi sekolah (per jenis kelamin) 3.7 Penduduk 10 tahun keatas menurut kabupaten/kota dan ijazah tertinggi yang dimiliki (per jenis kelamin) 3.8 Persentase Penduduk 10 tahun keatas menurut kabupaten/kota dan ijazah tertinggi yang dimiliki (per jenis kelamin) 3.9 Penduduk usia 10 tahun ke atas menurut kabupaten/kota dan kemampuan membaca dan menulis (per jenis kelamin) 160 163 166 169 172 175 178 181 184 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah, Tahun 2008 ix

TABEL 4. KETENAGAKERJAAN 4.1 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut kabupaten/kota dan lapangan usaha (per jenis kelamin) 4.2 Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut kabupaten/kota dan lapangan usaha (per jenis kelamin) 4.3 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut kabupaten/kota dan status pekerjaan utama (per jenis kelamin) 4.4 Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut kabupaten/kota dan status pekerjaan utama (per jenis kelamin) 4.5 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut golongan umur dan lapangan usaha (per jenis kelamin) 4.6 Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut golongan umur dan lapangan usaha (per jenis kelamin) 4.7 Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut golongan umur dan status pekerjaan utama (per jenis kelamin) 4.8 Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut golongan umur dan status pekerjaan utama (per jenis kelamin) 187 190 193 196 199 202 205 208 TABEL 5. FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA 5.1 Penduduk perempuan usia 10 tahun keatas yang pernah kawin menurut kabupaten/kota dan umur perkawinan pertama 5.2 Persentase penduduk perempuan usia 10 tahun keatas yang pernah kawin menurut kabupaten/kota dan umur perkawinan pertama 5.3 Penduduk perempuan usia 15-49 tahun dan berstatus pernah kawin menurut kabupaten/kota dan pernah/tidaknya menggunakan alat KB 211 212 213 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah, Tahun 2008 x

5.4 Penduduk perempuan usia 15-49 tahun berstatus kawin menurut kabupaten/kota dan pernah/tidaknya menggunakan alat KB 5.5 Penduduk perempuan usia 15-49 tahun berstatus kawin menurut kabupaten/kota dan sedang/tidaknya menggunakan alat KB 5.6 Penduduk perempuan usia 15-49 tahun berstatus kawin menurut kabupaten/kota dan prevalensi KB 5.7 Penduduk perempuan usia 15-49 tahun berstatus kawin menurut kabupaten/kota dan alat/cara KB yang sedang digunakan 5.8 Persentase penduduk perempuan usia 15-49 tahun berstatus kawin menurut kabupaten/kota dan alat/cara KB yang sedang digunakan 214 215 216 217 218 TABEL 6. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN 6.1 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan luas lantai rumah 6.2 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan luas lantai rumah 6.3 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis atap terluas 6.4 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis atap terluas 6.5 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis lantai terluas 6.6 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis dinding terluas 6.7 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis dinding terluas 6.8 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan sumber penerangan 6.9 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan sumber penerangan 219 220 221 222 223 224 225 226 227 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah, Tahun 2008 xi

6.10 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan fasilitas air minum 6.11 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan fasilitas air minum 6.12 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan cara memperoleh air minum 6.13 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan sumber air minum 6.14 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan sumber air minum 6.15 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan sumber air minum bersih 6.16 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jarak ke penampungan 6.17 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan fasilitas tempat buang air besar 6.18 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan fasilitas tempat buang air besar 228 229 230 231 232 233 234 235 236 6.19 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis closet 237 6.20 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan jenis closet 6.21 Rumahtangga menurut kabupaten/kota dan tempat pembuangan tinja 6.22 Persentase rumahtangga menurut kabupaten/kota dan tempat pembuangan tinja 6.23 Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Ada Tidaknya ART Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis 6 Bulan Terakhir 6.24 Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis Dalam 6 Bulan Terakhir Menurut Kartu Yang Digunakan Untuk Mendapatkan Pelayanan 6.25 Persentase Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis Dalam 6 Bulan Terakhir Menurut Kartu Yang Digunakan Untuk Mendapatkan Pelayanan 238 239 240 241 242 243 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah, Tahun 2008 xii

6.26 Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Dan Pembelian Beras Murah/raskin Dalam 3 Bulan Terakhir 6.27 Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Membeli Raskin Menurut Banyaknya Raskin Yang Dibeli Selama 3 Bulan Terakhir (Kg) 6.28 Persentase Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Membeli Raskin Menurut Banyaknya Raskin Yang Dibeli Selama 3 Bulan Terakhir (Kg) 6.29 Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Membeli Raskin pada 3 bulan terakhir menurut rupiah per kg yang dikeluarkan pada pembelian raskin yang terakhir 6.30 Persentase Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota Yang Membeli Raskin pada 3 bulan terakhir menurut rupiah per kg yang dikeluarkan pada pembelian raskin yang terakhir 244 245 246 247 248 TABEL 7. PENGELUARAN RUMAHTANGGA 7.1 Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan untuk sub golongan makanan dan bukan makanan menurut golongan pengeluaran perkapita sebulan (rupiah) 249 7.2 Persentase Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan untuk sub golongan makanan dan bukan makanan menurut golongan pengeluaran perkapita sebulan (rupiah) 250 TABEL 8. SOSIAL BUDAYA 8.1 Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan Kebiasaan Menonton TV 8.2 Jenis Acara TV Yang Sering Ditonton Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan Kebiasaan Menonton TV Selama Seminggu Yang lalu 8.3 Penduduk Usia 10 tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan Kebiasaan Membaca SuratKabar Selama Seminggu Yang Lalu 251 252 254 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah, Tahun 2008 xiii

8.4 Penduduk usia 10 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan Kebiasaan Membaca Majalah/Tabloid Selama Seminggu Yang Lalu 8.5 Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Mengetahui Kegiatan PKBM/Keaksaraan Fungsional 8.6 Penduduk 10 Tahun ke Atas Yang Mengetahui Kegiatan PKBM Menurut Kabupaten/Kota dan Mengetahui Dimana Kegiatan PKBM Berlangsung 8.7 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Yang Mengetahui Kegiatan PKBM Menurut Kabupaten/Kota dan Mengetahui Dimana Kegiatan PKBM Berlangsung 8.8 Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Melakukan Kegiatan Ibadah Agama Selama Seminggu Terakhir 8.9 Penganut Agama Islam Usia 10 tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Membaca Al-Quran Rutin Setiap Hari Selama Seminggu Terakhir 8.10 Penganut Agama Islam Usia 10 tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Apakah Sholat Lima Waktu Secara Penuh Selama Seminggu Terakhir 8.11 8.12 8.13 8.14 Rumahtangga Yang Pernah Membuat KTP/SIM/Mengurus STNK Selama Setahun Yang lalu Menurut Kabupaten/Kota Rumahtangga Yang Mengurus Sendiri Dalam Membuat KTP/SIM/Mengurus STNK Selama Setahun Yang lalu Menurut Kabupaten/Kota Rumahtangga Yang Mengurus Sendiri Dalam Membuat KTP/SIM/Mengurus STNK Selama Setahun Yang lalu Menurut Kualitas Pelayanan Yang Diterima Dan Kabupaten/Kota Rumahtangga Berdasarkan Kondisi Ekonomi Rumahtangga dibanding Tahun 2008 Menurut Kabupaten/Kota 8.15 Rumahtangga Berdasarkan Tingkat Keamanan Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal Yang Dirasakan Menurut Kabupaten/Kota 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah, Tahun 2008 xiv

` 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) merupakan salah satu survei yang dilaksanakan BPS bekerja sama dengan Badan Perencanaan Daerah (Bapeda). Suseda dirancang diantaranya untuk memenuhi kebutuhan data yang menggambarkan karakteristik sosial ekonomi. Data sosial ekonomi yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan rakyat sangat diperlukan. Data tersebut digunakan untuk mengetahui apakah pembangunan yang dilaksanakan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat utamanya yang berkaitan dengan aspek pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Di era otonomi daerah, ketersediaan data sosial ekonomi secara rutin dan berkesinambungan menjadi sangat penting. Untuk mendukung ketersediaan data sosial ekonomi dimaksud BPS melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA) setiap tahun. Data yang dihasilkan dari kegiatan Suseda dapat memberi gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kendala ketersediaan data dalam membuat perencanaan pembangunan maupun untuk mengevaluasi hasil program yang telah dilaksanakan dapat dielaborasi. 1.2. Tujuan Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah diharapkan dapat menyediakan data pokok sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh dan berkesinambungan. Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 1

` dapat digunakan untuk masukan penyusunan kebijakan maupun mengevaluasi keberhasilan pembangunan. Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah mengikuti dan memenuhi kebutuhan data spesifik daerah, sebagai salah satu upaya memperkaya kuantitas dan kualitas data yang disajikan. Setiap terbitan hasil Suseda diharapkan dapat memberikan solusi bagi kebutuhan data yang semakin beragam. 1.3. Jenis Data yang dikumpulkan Di samping data pokok kesejahteraan masyarakat, ditampilkan juga beberapa informasi lain sebagai upaya pemenuhan kebutuhan data bagi perencanaan pembangunan. Beberapa jenis data yang disajikan secara runtun dan berkelanjutan diantaranya adalah : a. Keterangan umum anggota rumahtangga yaitu nama, hubungan dengan kepala rumahtangga, jenis kelamin, umur, dan status perkawinan. b. Keterangan umum kesehatan dan pendukung kesehatan yang disajikan secara lebih luas. c. Keterangan pendidikan anggota rumahtangga. d. Keterangan anggota rumahtangga berumur 10 tahun ke atas tentang kegiatan ekonominya. e. Keterangan fertilitas bagi anggota rumahtangga wanita yang pernah kawin dan keterangan Keluarga Berencana (KB) dari anggota rumahtangga yang berstatus kawin. f. Keterangan yang menyangkut karakteristik bangunan tempat tinggal, fasilitas perumahan dan lingkungan. g. Keterangan tentang konsumsi rumahtangga dan pengeluaran rumahtangga, dan Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 2

` h. Keterangan sosial ekonomi lainnya, merupakan informasi yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan data yang semakin beragam dan up to date. 1.4 Sistematika Penyajian Penyajian data/tabel dalam publikasi ini dikelompokkan ke dalam beberapa bagian. Bagian pertama memaparkan masalah kependudukan, termasuk jumlah penduduk dan persentasenya, diantaranya mengenai penduduk menurut jenis kelamin, umur, status perkawinan. Bagian kedua, menyajikan tentang kondisi kesehatan penduduk yang mencakup keluhan kesehatan utama, lama hari sakit, dan kondisi balita. Bagian ketiga ditampilkan kondisi pendidikan penduduk yang mencakup partisipasi sekolah, status pendidikan, tingkat pendidikan, dan melek huruf. Penduduk yang bekerja ditampilkan pada bagian keempat, yang mencakup lapangan pekerjaan penduduk dan status pekerjaan. Selanjutnya gambaran mengenai fertilitas dan keluarga berencana disajikan pada bagian kelima, disusul dengan data indikator makro mengenai perumahan pada bagian keenam, dan ditutup dengan data pengeluaran rumahtangga dan data sosial budaya pada bagian terakhir. Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 3

` 2 Ringkasan Hasil Suseda 2008 secara ringkas dapat disampaikan sebagai berikut: 2.1 Kependudukan Menurut hasil Suseda 2008 jumlah penduduk sebesar 42.194.869 orang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 21.262.743 orang (50,39 persen) dan penduduk perempuan sebesar 20.932.126 orang (49,61 persen). Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan (sex ratio) sebesar 101,6. Artinya setiap 1.000 perempuan berbanding dengan 1.016 laki-laki. Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan adanya pertumbuhan alami dan faktor migrasi netto yang positif yang berarti migran masuk (in migration) ke Jawa Barat lebih besar dibandingkan migran yang keluar (out migration). Seberapa besar jumlah migran masuk ke untuk saat ini baru bisa diperoleh dari kegiatan Sensus Penduduk yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali atau dari Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilaksanakan dipertengahan tahun antara dua Sensus Penduduk. penduduk yang terus meningkat harus diantisipasi dengan baik dan dilakukan secara komprehensif. Pemerintah daerah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah dan intansi terkait lainnya perlu melakukan upaya penanganan jumlah penduduk secara terpadu dan berkelanjutan agar laju pertumbuhan penduduk tetap terkendali. Upaya ini perlu dibarengi dengan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Di Indonesia, masih merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan provinsi lain. Lima besar kabupaten/kota di dengan peringkat jumlah penduduk tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Bogor (4,40 juta jiwa), Kabupaten Bandung (3,11 juta jiwa), Kabupaten Garut (2,48 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 4

` juta jiwa), Kota Bandung (2,39 juta jiwa) dan Kabupaten Sukabumi (2,28 juta jiwa). Sementara itu 3 (tiga) wilayah yang mempunyai penduduk paling sedikit adalah Kota Banjar (184.577 jiwa), Kota Cirebon (298.995 jiwa) dan Kota Sukabumi (305.800 jiwa). Gambar 2.1. Lima Kabupaten/Kota dengan Penduduk Paling Banyak di Tahun 2008 (juta jiwa) 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Kab. Bogor Kab.Sukabumi Kab. Bandung Kab. Garut Kota Bandung Sumber : Suseda 2008 Muara dari semangat pembangunan yang dilaksanakan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Penduduk dapat bekerja melakukan aktivitas ekonomi, dapat berusaha, dapat memperoleh penghasilan sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan hidup di lingkungan yang aman. Akses informasi, berpola hidup sehat dan biaya sekolah idealnya dapat dinikmati dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Data tentang kependudukan menjadi hal yang sangat penting mengingat obyek pembangunan itu sendiri adalah penduduk. Kebijakan kependudukan yang menitikberatkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk masih perlu dilanjutkan. Fokus utama tetap mengacu pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 5

` Kebijakan yang tepat akan berdampak positif dalam mengurangi berbagai kemacetan sosial dan beban masyarakat. Dalam melakukan perencanaan program pembangunan dan mengimplementasikan program-program tersebut secara nyata diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Berkualitas baik dari sisi intelektualnya maupun sisi moral, emosi dan spiritualnya. Kecerdasannya betul-betul bisa ikut andil dalam merancang berbagai kebijakan yang membawa kemajuan daerahnya dan berdampak positif pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Kualitas moral dan spiritual yang tinggi bisa membawa orang disekitarnya menjadi orang yang peduli terhadap orang lain, menjadi orang yang membawa manfaat bagi yang lainnya. Sebaliknya moral dan spiritual yang rendah bisa berakibat menjadi manusia yang sibuk memikirkan dirinya dan golongannya/kelompoknya. Berdasarkan hasil Suseda 2008, jumlah penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang pernah kawin mencapai sebanyak 12,24 juta orang (71,95 persen), sebesar 12,07 persen di antara mereka melakukan perceraian, baik cerai hidup maupun cerai mati. Persentase cerai hidup sebesar 2,98 persen sedangkan cerai mati mencapai sebesar 9,09 persen. Faktor yang menyebabkan perceraian bisa karena akibat kesulitan ekonomi sehingga sering terjadi pertengkaran keluarga maupun faktor lain seperti belum siapnya fisik maupun mental karena perkawinan dilaksanakan saat usia muda. Perkawinan usia muda berakibat pada panjangnya umur reproduksi sehingga peluang memperoleh anak semakin besar. Dampaknya adalah meningkatnya angka kelahiran. Selama 5 (lima) tahun terakhir, laju pertumbuhan penduduk (LPP) di dari tahun ke tahun relatif terus menurun. Pada periode 2003-2004, LPP mencapai 2,64 persen menurun menjadi 2,09 persen pada periode berikutnya (tahun 2004-2005). Pada periode tahun 2005-2006 menjadi hanya sekitar 1,94 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 6

` persen dan di periode tahun 2006-2007 LPP-nya mengalami penurunan menjadi 1,84 persen. LPP periode 2007-2008 sebesar 1,71 persen. Gambar 2.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Di Selama Kurun Waktu 2003-2008 3 2,5 2 1,5 LPP 1 0,5 0 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Sumber: Diolah dari Suseda 2003-2008 Secara rata-rata (dalam rentang waktu lima tahun) pertumbuhan penduduk (LPP) dari tahun 2003-2008 adalah 2,04 per tahun. Pada tahun 2003 penduduk sebanyak 38,13 juta dan lima tahun kemudian menjadi 42,19 juta tahun 2008. Tren pertumbuhan penduduk di cukup baik dan perlu terus dipertahankan oleh berbagai pihak utamanya kinerja dinas instansi terkait mengingat ancaman pertumbuhan penduduk dan tingkat fertilitas yang tinggi akan berdampak pada penyediaan infrastruktur yang besar dan memadai serta penyediaan lapangan pekerjaan dan ketersediaan pangan. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi bisa berdampak pada kerawanan sosial. Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) atau perbandingan antara penduduk yang belum produktif ataupun yang sudah tidak produktif lagi (usia 0-14 tahun ditambah penduduk usia 65 tahun keatas) dibagi dengan penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 7

` ) tahun 2006 mencapai sebesar 51,95. Pada tahun 2007 angka beban ketergantungan sebesar 54,29 dan turun menjadi 54,19 pada tahun 2008. Artinya bahwa pada tahun 2008, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di menanggung sekitar 55 penduduk usia belum/tidak produktif. Tabel 2.1. Penduduk, Sex Ratio, Komposisi Umur dan Angka Ketergantungan di Tahun 2006-2008 Informasi Demografi 2006 2007 2008 1. Penduduk 40.737.594 41.483.729 42.194.869 Laki-laki 20.579.308 20.919.807 21.262.743 Perempuan 20.158.286 20.563.922 20.932.126 2. Sex Ratio 102,4 101,7 101,6 3. Komposisi Umur 0 14 12.068.105 12.366.396 12.486.226 15 64 26.808.997 26.886.432 27.365.737 65+ 1.860.492 2.230.901 2.342.906 4. Angka Ketergantungan 51,95 54,29 54,19 Sumber: Suseda 2006-2008 Indikator angka ketergantungan merupakan indikator yang kurang sensitif. Faktanya masih ada diantara penduduk yang usianyakurang dari 15 tahun yang terpaksa sudah harus bekerja dan sebagian penduduk usia 65 tahun ke atas yang masih melakukan aktifitas ekonomi. Naik turunnya angka beban ketergantungan tidak bisa secara langsung diartikan sebagai naik turunnya tanggungan ekonomi penduduk usia produktif terhadap usia belum/tidak produktif. Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 8

` 2.2 Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945 yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Tujuannya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Peluang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui bidang pendidikan sangat terbuka. Hal ini ditopang oleh dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah melalui APBN-APBD yang akan berupaya menyediakan anggaran untuk pendidikan sebesar 20 persen. Upaya memajukan tingkat pendidikan masyarakat dari sisi pendanaan relatif tidak terkendala lagi. Dengan ketersediaan anggaran pendidikan yang memadai, kesempatan untuk dapat menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan menjadi lebih terbuka. Peluang untuk menyediakan pendidikan dengan biaya yang murah dan terjangkau bisa direalisasikan. Muaranya, setiap masyarakat dapat menikmati pendidikan. Wajib belajar 9 tahun dapat segera dituntaskan dan upaya merintis wajib belajar 12 tahun bisa terus dilanjutkan. Usaha yang telah dilakukan pemerintah pusat agar pendidikan lebih mudah dijangkau masyarakat antara lain dengan meluncurkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Setiap program pemerintah perlu didukung dan dilakukan pengawasan ketat agar pelaksanaannya bisa tepat sasaran. Demikan halnya dengan pemanfaatan alokasi anggaran pendidikan yang meningkat, penggunaannya harus benar-benar diawasi. Disamping sarana dan prasarana pendidikan, biaya pendidikan yang relatif terjangkau, juga tidak kalah pentingnya adalah peningkatan kualitas para pendidiknya baik dari sisi pengetahuan maupun komitmennya yang kuat untuk betul-betul mengoptimalkan kemampuannya dalam memajukan dunia pendidikan. Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 9

` Dewasa ini pembangunan pendidikan di relatif terus membaik. Hal ini ditunjukkan oleh semakin meningkatnya persentase penduduk 15 tahun ke atas yang melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Persentase penduduk dewasa yang melek huruf di mencapai sekitar 93,60 persen pada tahun 2003 dan meningkat menjadi 95,63 persen di tahun 2007. Begitu pula pada rata-rata lama sekolah, pada tahun 2003 rata-rata lama sekolah penduduk baru sekitar 7,2 tahun atau setara dengan SMP kelas VII, dan meningkat menjadi 7,8 tahun di tahun 2007. Gambar 2.3. Pencapaian Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah Di Tahun 2003-2007 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 93.6 93.96 94.52 94.9 95.63 7.20 7.46 7.46 7.37 7.82 2003 2004 2005 2006 2007 AMH RLS Sumber: Suseda 2003-2007 Kesadaran seseorang atau masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta memperluas wawasan perlu terus ditumbuhkan. Tren yang cukup menarik adalah tumbuh kembangnya minat siswa tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Peningkatan mutu atau kualitas SMK perlu terus dilakukan sehingga lulusan siswa SMK betul-betul relevan dengan pasar kerja yang akan menampung mereka Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 10

` dan memiliki daya saing yang kuat. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia serta mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi satu bangsa. SDM yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat semakin tinggi kualitas SDM di wilayah tersebut. Peluang untuk mendapatkan lapangan pekerjaan atau menciptakan peluang usaha lebih besar bagi mereka yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Beberapa kendala dalam upaya pembangunan pendidikan antara lain kurangnya tenaga pendidik di daerah. Disinyalir untuk tingkat SD masih ada satu guru menangani beberapa kelas. Kesejahteraan guru yang masih rendah juga perlu mendapat perhatian. Penghargaan terhadap mereka perlu ditingkatkan sehingga mereka bisa fokus dalam mengabdi di dunia pendidikan. Tingkat partisipasi penduduk untuk bersekolah cenderung menurun seiring dengan naiknya jenjang pendidikan. penduduk yang bersekolah di jenjang SLTP lebih rendah dibanding pada jenjang SD, dan semakin mengecil lagi pada jenjang pendidikan lanjutan atas serta pendidikan tinggi. Artinya ada sebagian lulusan SD yang tidak melanjutkan ke SMP, sebagian lulusan SLTP tidak mendaftar ke SLTA atau dengan kata lain ada jenjang sekolah yang terputus di kalangan masyarakat, khususnya penduduk usia sekolah. Kondisi tersebut bisa disebabkan karena ketiadaan sarana dan prasarana sekolah di wilayah mereka atau bisa disebabkan karena kemiskinan yang mendera kehidupannya. Pola pikir mereka adalah bahwa pendidikan tidak dapat menjamin perbaikan taraf hidup. Pendidikan tidak menjamin bisa memperoleh pekerjaan yang layak, apalagi untuk anak perempuan. Sehingga masih ada para orang tua yang enggan untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, terutama terhadap anak perempuan. Sosialisasi bahwa pendidikan itu penting perlu terus didengungkan. Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 11

` Semangat anak-anak Laskar Pelangi dan gurunya dalam memajukan pendidikan perlu digelorakan. Walaupun dihimpit kemiskinan, anak-anak mereka harus tetap sekolah. Walaupun sarana dan prasarana sangat terbatas tidak mengurangi semangat gurunya dalam mendidik anak. Pada tahun 2008, persentase penduduk usia 10 tahun ke atas di yang memiliki ijazah SD ke bawah masih cukup besar yaitu sebesar 63,25 persen. Sedangkan persentase penduduk yang memiliki ijazah tertinggi SLTP sebesar 15,92 persen, yang memiliki ijazah SMU/SMK sebesar 16,03 persen; dan sebesar 4,81 persen yang memiliki ijazah perguruan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Sebagai ilustrasi, dari setiap 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas di, 48 orang di antaranya berkesempatan menyelesaikan pendidikan tingginya di berbagai level pendidikan antara lain Diploma I/II/III, Sarjana, hingga program Master dan Doktor. Gambar 2.4. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Di Tahun 2008 PT SMK SMU/sdrjt SLTP/sdrjt SD/MI Total Perempuan Laki-laki Tidak punya 0 10 20 30 40 Sumber: Suseda 2008 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 12

` Peningkatan persentase penduduk yang mampu menyelesaikan SMU/K ke atas perlu ditingkatkan melalui berbagai program. Kebijakan Bantuan Operasional Sekolah, program BOS buku, Program Khusus Bantuan Murid (BKM), program Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), program bea siswa, program peningkatan kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi, serta realisasi pembangunan sarana dan prasarana penunjang pendidikan perlu terus dijaga kesinambungannya. Sebagian orang tua enggan menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya biaya sekolah di jenjang perguruan tinggi. Pendidikan tinggi untuk sementara hanya mampu dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang berkemampuan secara ekonomi. Pendidikan tinggi menjadi suatu hal yang sulit untuk dijangkau dan disentuh. Gambar 2.4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan laki-laki Jawa Barat lebih tinggi dibanding dengan tingkat pendidikan perempuan. Kondisi ini tercermin dari kecilnya persentase penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah tertinggi sekolah menengah atas hingga pendidikan tinggi. Sedangkan persentase penduduk perempuan yang sekolah menumpuk pada jenjang SLTP ke bawah. Sebanyak 66,46 persen penduduk perempuan menamatkan pendidikan di jenjang SD ke bawah, sedangkan laki-laki yang menamatkan pendidikan SD ke bawah sebesar 60.05 persen. Harus ditanamkan kepada setiap masyarakat bahwa pendidikan itu penting baik bagi laki-laki maupun perempuan. Karena dengan meningkatnya tingkat pendidikan penduduk berarti meningkatnya kualitas SDM. Hal ini akan memberi kontribusi pada kenaikan IPM yang menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan di. Indikator penting lainnya yang berkaitan dengan pendidikan selain tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah angka partisipasi sekolah dan angka buta huruf. Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang menunjukkan partisipasi sekolah penduduk yang bersekolah. Hasil Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 13

` Suseda 2008 menginformasikan bahwa APS penduduk usia 7 12 tahun sebesar 96,00 persen. Artinya dari seluruh penduduk usia 7 12 tahun, yang masih bersekolah sebesar 96,00 persen, sedangkan sisanya ada yang tidak/belum bersekolah dan yang sudah tidak bersekolah lagi. APS kelompok penduduk usia 13 15 tahun sebesar 78,68 persen dan pada kelompok penduduk usia 16 18 tahun mencapai 40,47 persen. Semakin tinggi level pendidikan, persentase penduduk yang bersekolah cenderung menurun karena penduduk masih berfokus untuk menamatkan pendidikan dasar. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, APS di semua kelompok umur mengalami peningkatan yang cukup terutama pada kelompok umur 16-18 tahun. Tahun 2007 APS kelompok umur ini masih sebesar 39,41 persen. Artinya terjadi peningkatan hingga 1,06 poin. Tabel 2.2. Penduduk Usia Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Buta Huruf di Tahun 2008 Indikator 2008 A. Penduduk Usia Sekolah 1. 7 12 tahun 5.275466 2. 13 15 tahun 2.599.434 3. 16 18 tahun 2.422.269 B. Angka Partisipasi Sekolah (%) 1. APS usia 7-12 tahun (SD) 96,00 2. APS usia 13-15 tahun (SLTP) 78,68 3. APS usia 16-18 tahun (SMU/K) 40,47 C. Angka Buta Huruf (%) 1. Total 5,33 2. Laki-laki 2,98 3. Perempuan 7,70 Sumber: Suseda 2008 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 14

` Dilihat berdasarkan jenis kelamin, terjadi fenomena yang agak berbeda dibandingkan periode sebelumnya yang menunjukkan bahwa secara umum APS laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Namun hasil Suseda 2008 menunjukkan pada kelompok usia 7 12 tahun, APS laki-laki sebesar 95,76 persen, lebih rendah dibandingkan perempuan yang sebesar 96,24 persen, demikian pula pada kelompok usia 13 15 tahun, APS laki-laki sebesar 77,51 persen sedangan APS perempuan sebesar 79,88 persen. Pada kelompok usia 16 18 tahun, APS perempuan 38,42 persen, lebih rendah dibandingkan APS laki-laki (42,35 persen). Keadaan tersebut tercermin pada gambar 2.5. Gambar 2.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Tahun 2008 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 94,72 95,12 94,92 77,51 77,34 77,43 39,69 38,42 39,08 APS SD APS SLTP APS SMU/K Laki-laki Perempuan total Sumber: Suseda 2008 Kemampuan membaca dan menulis selain memberikan peluang bagi penduduk dalam menyerap maupun menyampaikan informasi, juga membantu kemudahan berkomunikasi. Rendahnya tingkat pendidikan dan ketidakmampuan membaca dan menulis memberi andil terhadap keterbelakangan dan peningkatan penduduk miskin. Mereka tidak dapat bersaing dalam mencari pekerjaan karena memiliki pilihan pekerjaan Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 15

` yang sangat terbatas. Menurunnya angka buta huruf di mengidentifikasikan adanya keberhasilan program pembangunan dalam bidang pendidikan. Data Suseda 2008 memperlihatkan angka buta huruf perempuan masih lebih tinggi dari pada angka buta huruf laki-laki. Secara umum hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan perempuan. Berdasarkan hasil Suseda 2008, penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta huruf (tidak dapat membaca huruf latin atau huruf lainnya) sekitar 1,82 juta orang (5,33 persen). Komposisinya terbagi atas buta huruf laki-laki sebanyak 509 ribu orang (2,98 persen) dan perempuan sebanyak 1,31 juta orang (7,70 persen). Empat kabupaten dengan angka buta huruf di atas 10 persen adalah Kabupaten Indramayu (18,45 persen), Kabupaten Subang (12,65 persen), Kabupaten Karawang (10,90 persen), dan Kabupaten Bekasi (10,49 persen). Namun demikian perlu dicatat bahwa bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2007 angka buta huruf di empat kabupaten tersebut menunjukkan tren positif. Artinya terjadi penurunan jumlah maupun persentase penduduk yang buta huruf. 2.3 Kesehatan Tujuan pembangunan bidang kesehatan antara lain adalah agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Diharapkan dengan upaya tersebut akan tercapai derajat kesehatan yang lebih baik. Sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya tersebut antara lain adalah menyediakan berbagai fasilitas kesehatan umum seperti puskesmas, pustu, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa, dan penyediaan fasilitas air bersih. Juga program dana kesehatan untuk masyarakat miskin merupakan usaha agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dengan upaya ini diharapkan derajat kesehatan masyarakat Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 16

` akan meningkat. Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk adalah angka kesakitan (morbidity rate). Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat melalui peningkatan derajat kesehatan masyarakat terus diupayakan. Usaha lainnya adalah meningkatkan dan memperluas jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Berikutnya adalah meningkatkan dan menumbuhkembangkan kesadaran dan perilaku hidup sehat di kalangan masyarakat. Masyarakat yang sehat dapat berimbas pada tingkat produktivitas. Tabel 2.3. Lama Balita Menyusui dan Persentase Penolong Kelahiran Terakhir Menurut Jenis Kelamin di Tahun 2008 Indikator Laki-laki Perempuan A. Balita 1. Balita 1.987.261 1.821.03 3.808.2 2. Balita yang Disusui 1.872.873 1.718.41 3.591.2 3. % disusui > 24 bulan 33,05 34,40 33,70 4. % disusui 12-23 bulan 39,31 38,53 38,94 5. % disusui < 12 bulan 27,64 27,07 27,36 B. Penolong Kelahiran (terakhir) 1. Dokter 12,78 12,16 12,49 2. Bidan 51,31 49,91 50,64 3. Paramedis Lain 0,49 0,54 0,51 4. Dukun 35,00 36,69 35,81 5. Famili/Lainnya 0,42 0,70 0,55 Sumber: Suseda 2008 Kesehatan balita selain dipengaruhi oleh kesehatan ibu, juga dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah penolong kelahiran. Data penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator kesehatan terutama dalam hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 17

` serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang ditolong oleh tenaga medis (dokter, bidan, tenaga medis lain) dianggap lebih baik dibandingkan dengan persalinan yang ditolong oleh dukun, famili/lainnya. Secara umum persentase kelahiran balita yang ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2008 lebih tinggi dibandingkan dengan pada tahun 2007. Dari Tabel 2.3 diketahui bahwa sebagian besar penolong kelahiran balita adalah oleh bidan (50,64 persen), dan dukun (35,81 persen). Peranan dukun sebagai penolong kelahiran sangat dominan di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya. Di wilayah tersebut persentase kelahiran balita yang ditolong oleh dukun mencapai di atas 50 persen. Di lain pihak, persalinan yang ditolong oleh dokter masih sedikit. Pada tahun 2008 persentase kelahiran yang ditolong oleh dokter sebesar 12,49 persen. Meningkat sebesar 1,18 persen dibandingkan dengan kondisi tahun 2007. Adapun persalinan yang ditolong dokter yang tergolong cukup tinggi adalah di Kota Bekasi (31,39 persen), Kota Bandung (30,40 persen), dan Kota Depok (30,94 persen). Apabila dikaitkan dengan penolong kelahiran pertama dan terakhir (Tabel 2.7), terlihat bahwa dukun sebagai penolong kelahiran pertama mencapai 41,23 persen, sementara dukun sebagai penolong kelahiran terakhir persentasenya menurun menjadi 35,81 persen. Artinya bahwa ada kecenderungan kelahiran balita mula-mula ditolong oleh dukun kemudian penanganan selanjutnya dilakukan oleh bidan/dokter. Salah satu faktor penting untuk perkembangan anak adalah pemberian air susu ibu (ASI). ASI merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan bayi dan mempercepat perkembangan berat badan. Selain itu ASI mengandung zat penolak/pencegah penyakit serta dapat memberikan kepuasan dan mendekatkan hati ibu dan anak sebagai sarana menjalin hubungan kasih sayang. Banyak ibu-ibu yang telah Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 18

` menyadari pentingnya ASI bagi bayi serta menyadari bahwa salah satu kodratnya seorang ibu adalah menyusui anaknya. Rata-rata lama pemberian ASI balita di pada tahun 2008 relatif tidak begitu berubah. Dari populasi balita di sebanyak 3,81 juta balita, sebesar 94,30 persen pernah diberi ASI. Persentase balita yang disusui oleh ibunya selama 2 tahun atau lebih mengalami penurunan dari 36,46 persen pada tahun 2007 menjadi 33,70 persen pada tahun 2008. Sedangkan yang disusui selama satu sampai kurang dari dua tahun meningkat dari sebesar 37,20 persen pada tahun 2007 menjadi 38,94 persen pada tahun 2008, dan sisanya yaitu balita yang disusui kurang dari satu tahun naik dari 26,33 persen pada tahun 2007 menjadi 27,36 persen di tahun 2008 ini. Pencegahan penyakit selain dari pemberian ASI, dapat juga dilakukan dengan cara melakukan imunisasi kepada balita. Secara umum persentase balita yang pernah mendapat imunisasi cukup tinggi, yaitu di atas 77 persen untuk semua jenis imunisasi; BCG (91,50 persen), DPT (88,26 persen), Polio (90,57 persen), Campak/Morbili(77,02 persen), dan Hepatitis B (82,92 persen). Kepedulian suami terhadap istrinya yang sedang hamil saat memeriksaan ke tenaga kesehatan perlu ditingkatkan. Dari 3,81 juta balita, sebesar 86,16 persen balita, ibu dari balita tersebut memeriksakan kandungannya ke tenaga kesehatan. Dari sejumlah balita yang ibunya melakukan pemeriksaan kandungan, sebesar 22,51 persen pemeriksaan kandungan tanpa diantar suami. Suami yang sering mengantarkan istrinya ke tenaga kesehatan mencapai 25,32 persen, dan yang kadang-kadang (sesekali) mengantar istri ke tenaga kesehatan saat istrinya hamil mencapai 52,18 persen. Suami siaga (siap antar jaga) perlu terus disosialisasikan. Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 19

` 2.4 Penduduk Bekerja Terkait dengan tersedianya data ketenagakerjaan yang dikumpulkan secara khusus oleh BPS melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) hingga mampu melakukan estimasi sampai tingkat kabupaten/kota sejak tahun 2007, maka sejak Suseda 2007 tidak dibahas mengenai data angkatan kerja dan pengangguran. Dalam Suseda hanya akan dibahas mengenai keberadaan penduduk yang bekerja. Pada sektor mana saja sebagian besar penduduk melakukan aktifitas ekonomi. Tabel 2.4. Penduduk yang Bekerja Menurut Distribusi Sektoral dan Status Pekerjaan Di Tahun 2008 Indikator 1. Penduduk 10 Tahun Ke atas yang Bekerja 2008 N % 18.357.579 2. Pola Distribusi Sektoral 2.1 Pertanian 4.792.098 26,10 2.2 Industri 3.089.183 16,83 2.3 Perdagangan 4.316.064 23,51 2.4 Jasa-jasa 3.048.950 16,61 2.5 Lainnya 3.111.284 16,95 3. Status Pekerjaan 3.1 Berusaha sendiri 4.053.515 22,08 3.2 Berusaha dgn dibantu Buruh tdk tetap 2.263.931 12,33 3.3 Berusaha dengan Buruh Tetap 561.558 3,06 3.4 Buruh/karyawan 6.774.912 36,91 3.5 Pekerja keluarga 4.6 Lainnya 2.906.390 1.797.273 15,83 9,79 Sumber: Suseda 2008 Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 20

` Menurut hasil Suseda Tahun 2008 sektor pertanian masih merupakan lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja walaupun dari tahun ke tahun persentasenya mengalami penurunan. Dari 18,36 juta penduduk 10 tahun ke atas yang bekerja, sebesar 26,10 persen bekerja di sektor pertanian; 23,51 persen di sektor perdagangan; 16,83 persen di sektor industri; 16,61 persen di sektor jasa; dan sebesar 16,95 persen tersebar di berbagai sektor seperti keuangan, angkutan, konstruksi dan lain-lain. Tampak bahwa dari sisi penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor yang ada, sektor pertanian, perdagangan, industri, dan jasa paling banyak dipilih masyarakat. Dibandingkan dengan tahun 2007, terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Masih tampak tinggi penduduk yang bekerja sebagai pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar. Mereka umumnya hanya sekedar membantu usaha yang dilakukan oleh orang tua atau anggota rumahtangga lainnya dengan tingkat produktivitas yang rendah dan biasanya tidak mendapatkan upah/gaji atau sekalipun ada balas jasa yang diterimapun sangat rendah. Dibanding dengan tahun 2007, persentase penduduk 10 tahun ke atas yang bekerja dengan status pekerjaan sebagai pekerja keluarga naik 5,29 persen. 2.5 Perumahan Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, maka permintaan terhadap rumah akan terus meningkat karena rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar utama manusia disamping pakaian dan makanan. Meningkatnya permintaan rumah harus diimbangi dengan penyediaan akan kebutuhan perumahan bagi penduduk. Informasi tentang perumahan menjadi penting untuk melihat sejauh masyarakat telah menikmati rumah. Kondisi dan kualitas rumah/tempat tinggal penduduk menunjukkan keadaan sosial ekonomi rumahtangga. Semakin baik Penyusunan Data Sosial Ekonomi Daerah 2008 21