BAB I PENDAHULUAN. Hadis merupakan sumber hukum Islam setelah al-qur a>n. Keduanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis,

Hadis Sahih. Kamarul Azmi Jasmi

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat

BAB I PENDAHULUAN. hal ihwal Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-qur an.

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu berisi beberapa perintah yang harus dijalankan oleh semua umat

DAFTAR PUSTAKA. Abu Dawud, Sulaiman bin al-asy as al-sijistani H. Sunan Abu Dawud. Beirut: Dar Ibn Hazm. Juz III.

KAIDAH KEMUTTASILAN SANAD HADIS (Studi Kritis Terhadap Pendapat Syuhudi Ismail)

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. Sementara al-hadis merupakan dasar kedua setelah al-qur a>n. Keberadaan al-

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

Tim Penyusun MKD UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). 1. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam tradisi studi ushul fiqh dikenal lima macam hukum syar i yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-qur a>n, hadis memiliki

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan

BAB III BIOGRAFI AL-NASA> I> DAN DATA HADIS TENTANG BINATANG TERNAK BISA MENDENGAR SIKSA KUBUR

Bab V PENUTUP. ditetapkan oleh para ulama hadis, yaitu hilangnya salah satu syarat hadis sahih

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

Belajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan

BAB II. atau tidaknya sebuah hadis dijadikan sebagai hujjah. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibadah shalat dan haji. Tanpa bersuci orang yang berhadas tidak dapat

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD3013 MUSTHOLAH AL-HADITH (Minggu 2)

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD3013 MUSTHOLAH AL-HADITH (Minggu 4)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran, 1 sebagaimana

BAB III METODE PENELITIAN. cara membaca, menalaah dan meneliti berbagai literatur-literatur yang

BAB II KAIDAH KESAHIHAN DAN PEMAKNAAN HADIS

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD3013 MUSTHOLAH AL-HADITH (Minggu 3)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kajian Hadis di Era Global -- M. Alfatih Suryadilaga

BAB IV ANALISIS HADIS TENTANG PAHA LAKI-LAKI

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu al-qur an juga merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk umat Islam dalam

BAB V PENUTUP. Berdasarkan paparan bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. ekstrakurikuler PAI di sekolah ini cukup tinggi dan beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB III METODE PENELITIAN

SLABUS DAN SAP ILMU HADIS

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM HADITS (Studi terhadap Kumpulan Hadits dalam Kitab Al-Jami Bulughul Maram) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. relevan dengan persoalan yang dihadapi. Artinya, data tersebut berkaitan,

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 1992, h Said Agil al-munawar, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

Pembagian hadits ahad dilihat dari sisi kuat dan lemahnya sebuah hadits terbagi menjadi dua, yaitu:

BAB II PEMBAGIAN HADITS

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan

BAB III METODE PENELITIAN

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH KURIKULUM 2013 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi yang kedua setelah al-qura>n yang diturunkan kepada Nabi

Bab 5. Hadist: Sumber Ajaran Islam Kedua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Metodologi Imam Tirmizi DR MUHAMAD ROZAIMI RAMLE

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. juga karena fungsinya sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-ungkapan al- Qur an yang mujmal, muthlaq, amm dan sebagainya.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian hadits tentang Hadis-Hadis Tentang Aqiqah. Telaah Ma anil Hadits yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya,

BAB II METODE KRITIK HADIS DAN PEMAKNAANNYA

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. Kata metode menurut Kamus Ilmiah Populer adalah cara yang teratur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS

BAB I PENDAHULUAN. proses penciptaan manusia. Agar dapat memahami hakikat pendidikan maka. dibutuhkan pemahaman tentang hakikat manusia.

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi hasil-hasil pertanian baik sayuran dan buah-buahan, biji-bijian

BAB IV ANALISIS HADIS SUGUHAN KELUARGA MAYAT. sanad. Adapun kritik sanadnya, antara lain sebagai berikut:

Al Fikra, Vol: 02, Nomor: 01, 2003, (18 28) Al Fikra, Vol: 02, Nomor: 01, 2003, (18 28)

Silabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara

BAB III METODE PENELITIAN. data dan analisis yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi dan

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

RANCANGAN PROPOSAL DISERTASI. Objektifitas Metodelogi Hadis Syiah

HADIS SAHIH MUTAWATIR

BAB V PENUTUP. 1. Kualitas sanad hadis-hadis tentang shalat dhuha dalam kitab al-targi>b. a. Hadis-Hadis Anjuran melaksanakan Shalat Dhuha

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

PENDAHULUAN. Nabi Muhammad saw menurut al-qur an adalah Rasul utusan Allah, Nabi

BAB IV PEMAKNAAN DAN PENYELESAIAN HADIS TENTANG TATA CARA SUJUD DALAM SUNAN ABU DAWUD NO INDEKS 838 DAN 840

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kualitatif, suatu penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau

Dua Kelompok Penyebar Hadis Palsu

BAB I PENDAHULUAN. inilah yang dikatakan Agama, diputuskan oleh akal dan logika dan dibenarkan

MATERI UJIAN KOMPREHENSIF: KOMPETENSI DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari periwayatannya hadits berbeda dengan Al-Qur an yang semua

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadis merupakan sumber hukum Islam setelah al-qur a>n. Keduanya memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. 1 Dalam penerapannya, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an. Meski demikian, keduanya dapat bersinergi dan saling melengkapi satu sama lain, khususnya dalam menetapkan hukum. Sebagai sumber utama, al-qur an menjelaskan kedudukan hadis, yakni mengenai perintah menaati Rasulullah, 2 sebagaimana firman Allah dalam surat al-hashr ayat 7 dan al-anfa>l ayat 20: Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah 3 Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-nya) 4. 1 Ali> Hasaballah, Us}u>l al-tashri> al-islami, vol 3 (Mesir: Da>r al-ma a>rif, 1964), 11-14. 2 Abd al-wahhab Khalaf, Ilm Us}u>l al-fiqh (Mesir: Da>r al-qalam, 1978), 30. 3 Departemen Agama Republik Indonesia, al-qur an dan Terjemahan (Bandung: J-Art, 2005), 547. 4 Ibid., 180. 1

2 Asumsi yang disandarkan pada al-qur an tersebut memberi keyakinan dan konklusi untuk selalu taat pada apa yang telah disampaikan oleh Rasul. Otentisitas al-qur an sebagai sumber ajaran Islam tidak perlu diragukan, karena Tidak demikian halnya dengan h}adi>th, diketahui hadis memiliki tingkat keyakinan di bawah al-qur an (z}anniy al-thubu>t). Kebanyakan diriwayatkan secara ahad 5 dan mempunyai sejarah panjang dalam keberadaannya. Dengan demikian, perlu adanya penelitian lebih lanjut akan keabsahannya sebagai sumber ajaran Islam. 6 Secara umum ulama sepakat bahwa hadis dapat dijadikan hujjah. Namun dalam beberapa hal yang berkenaan dengan hadis secara keseluruhan masih terjadi diskusi panjang terhadap jenis-jenis hadis yang dapat dijadikan hujjah. 7 Di tengah-tengah masyarakat banyak beredar cerita atau hal-hal yang disandarkan kepada Nabi dan diyakini sebagai hadis. Dengan status z}anniy althubu>t tidak serta merta umat Islam menerima dan mengamalkan semua hadis. Sebagian umat Islam mencurahkan tenaganya untuk menyaring hadis-hadis yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dilakukan karena khawatir tercampur dengan hadis yang tidak valid dan tidak dapat dijamin kebenarannya. Jika hal itu sampai terjadi dan dibiarkan, maka kesesatan di tengah-tengah umat Islam akan merajalela. 5 Manna al-qat}t}a>n, Maba>hith fi> Ulu>m al-h{adi>th (Kairo: Maktabah Wahbah, 2007), 95. 6 Suryadi dan Muhammad al-fatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta: Teras, 2009), 9. 7 Ibid. Para ulama hadis mengemukakan beberapa argumentasi dalam ke-hujjah-annya; diantaranya, argumentasi rasional/teologis, argumentasi al-qur a>n, argumentasi sunnah dan argumentasi ijma. Lihat Idri, Studi Hadis (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 20-24.

3 Dalam rangka menjaga dan melestarikan hadis Nabi, ulama melakukan uji validitas. Hal itu dilakukan untuk memastikan kebenaran bahwa hadis itu benar-benar dari Nabi. Karena itu, diciptakan seperangkat kaidah sebagai tolok ukur untuk menyeleksi hadis-hadis Nabi. Komponen hadis berupa sanad dan matan menjadi objek telaah dan kritik. Kajian dalam beberapa literatur ilmu hadis telaah konseptual terhadap pengujian validitas dan akurasi hadis lebih dititikberatkan pada sanad. Dari lima kriteria dalam mendeteksi hadis s}ah}i>h} 8 dua diantaranya berhubungan dengan sanad dan matan, tiga kriteria lainnya berkenaan dengan sanad saja. Dalam hal ini, pendekatan kuantitatif tidak dapat digunakan. Asumsi dasar para ulama hadis yang lebih menitikberatkan sanad sebagai tolak ukur untuk menunjukkan bahwa penelitian atau kritik eksternal (kritik sanad) mendapat porsi yang lebih banyak daripada penelitian internal (kritik matan). 9 Adapun pengujian terhadap kualitas hadis sebenarnya tidak hanya dari aspek sanad, melainkan juga pengujian terhadap aspek matan. 10 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, penelitian (kritik) hadis berarti penelitian tentang kualitas hadis baik dari segi sanad ataupun matannya yang berupa pengecekan ke dalam sumber-sumber hadis serta membedakan antara hadis yang otentik dan yang tidak. Dengan demikian, penelitian terhadap hadis tidak untuk menguji kebenaran hadis-hadis Nabi melainkan pengujian 8 Kriteria h}adi>th s}ahih adalah: a) sanadnya bersambung, b) periwayat yang adil, c) periwayat yang d}a>bit}, d) terlepas dari illat e) terhindar dari shadh. Lihat Ibn S{alah, Ulu>m al-hadi>th (Madinah: Maktabah al-islamiyah, 1972), 10. 9 Idri, Studi Hadis, 278. 10 S{alah al-di>n al-adlabi>, Manhaj Naqd al-matn (Beirut: Da>r al-aflaq al-jadidah, 1983), 5.

4 terhadap benar atau tidaknya hadis tersebut dari Nabi Saw. Selain itu, penelitian atau kritik terhadap hadis dilakukan karena proses kodifikasi yang menyita waktu cukup panjang, sehingga memerlukan mata rantai periwayatan yang sambung kepada Nabi Saw. serta dapat mengetahui akurasi dan validitasnya. Pada dasarnya benih-benih kaidah ke-s}ah}i>h}-an hadis telah muncul pada zaman Nabi dan zaman sahabat. Namun, keberadaan Nabi Saw. di tengah-tengah para sahabat mempermudah klarifikasi dan sekaligus antisipasi kesalahan penukilan hadis. Secara alami, tidak diperlukan teori-teori khusus yang mengatur periwayatan hadis sebagaimana pada masa-masa berikutnya. 11 Imam al-sha>fi i>, Imam al-bukha>ri>, Imam Muslim, dan lainnya telah memperjelas benih-benih kaidah itu dan menerapkannya pada hadis-hadis yang mereka teliti. Kemudian ulama pada zaman berikutnya mengembangkan dan menyempurnakan benih-benih kaidah itu ke dalam rumusan kaidah yang selanjutnya kaidah itu berlaku sampai sekarang. 12 Para ulama hadis sepakat bahwa ada dua hal yang harus diteliti pada diri pribadi periwayat hadis yakni adalah 13 (berhubungan dengan kualitas pribadi 11 M.Shuhudi Isma>I, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992) 63-64 12 Ibid. 13 Term adalah (adil) secara etimologi berarti pertengahan, lurus, condong kepada kebenaran. Dalam terminologi ilmu hadis terdapat beberapa rumusan definisi yang dikemukakan para ulama. Diantaranya al-hākim al-naysabūri> yang menyatakan bahwa adalah merupakan seorang muslim, tidak berbuat bid ah dan maksiat yang dapat meruntuhkan moralitasnya. Sedangkan Ibn al-salah menetapkan lima kriteria seorang periwayat disebut adil yaitu; beragama Islam, baligh, berakal, memelihara muru ah, dan tidak berbuat fasiq. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh al- Nawawi. kesemuanya itu disimpulkan dalam empat poin, yakni: muslim, mukallaf, melaksanakan ketentuan agama, dan senantiasa memelihara citra diri (muru ah). Muslim adalah unsur utama yang terkandung dalam cakupan makna adil, diharuskan bagi seseorang yang menyampaikan riwayat hadis. Sedangkan bagi kegiatan menerima hadis tidak disyaratkan. Oleh karena itu, orang kafir pun diperbolehkan menerima suatu hadis. Lihat Ibn Manzur, Lisān al- Arab (Mesir: Dār al- Miṣriyah, t.th), juz XIII, 456-463. Muhammad Luqma>n al-salafi>, Ihtima>m al-muhaddithi>n bi

5 14 periwayat) dan d}a>bit} (berkaitan dengan kap}asitas intelektual periwayat). Apabila kedua hal itu dimiliki oleh periwayat hadis maka periwayat tersebut dinyatakan sebagai thiqah. Istilah thiqah merupakan gabungan antara sifat adil dan d}a>bit}. 15 Upaya ini dilakukan untuk mempelajari serta mengetahui kehidupan perawi baik yang nampak ataupun tersembunyi. Dalam hal ini, para ulama berusaha memeriksa seteliti mungkin kejujuran para perawi hadis. Dengan demikian, akan lebih memudahkan dalam mengklasifikasi, antara hadis yang kuat dan yang lemah, antara hadis yang otentik dan yang palsu. Dalam perkembangan khazanah keilmuan hadis, para ulama kontemporer juga ikut andil dalam pemikiran keilmuan hadis. Tentunya perjuangan itu hanya bertujuan untuk menjaga keorisinalitas hadis-hadis Nabi Saw. dari para pemalsu-pemalsu hadis. Di antara ulama kontemporer tersebut adalah Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-tah}h}a>n. Mereka mempunyai sudut pandang yang berbeda terkait permasalahan dalam menguji kualitas pribadi periwayat. Salah satu permasalahan yang disoroti oleh kedua ulama tersebut terkait dengan pengujian terhadap adalah atau kualitas pribadi periwayat. Khususnya berkaitan dengan peningkatan kualitas hadis d}ai>f sebab ketersembunyian periwayat (jaha>lat al-ruwa>h). Menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b, setiap hadis yang ke-d}ai>f-annya disebabkan oleh ketersembunyian periwayat atau tidak Naqd al-hadis Sandan wa Matnan cet 2 (Riyadh: Da>r al-da i li al-nashr wa al-tawzi>, 1420 H), 172. Idri, Studi Hadis, 162. 14 Pengertian d}a>bit} menurut Subhi al-s{a>lih bahwa seseorang dinyatakan da>bit} apabila orang tersebut mampu memahami dengan pemahaman yang sempurna dari ia mendengar sampai menyampaikannya. Lihat Subhi al-s{a>lih, Ulu>m al-hadi>th wa mustalahuh (Beirut: Da>r al- Ilm li al-malayn, 1988), 128. 15 Nur al-di>n Itr, Manhaj al-naqd Fi> Ulu>m al-hadi>th (Damaskus: Da>r al-fikr, 1979), 80-81.

6 diketahuinya kualitas pribadi periwayat, maka hadis yang diriwayatkannya tidak bisa mengangkatnya dari derajat d}ai>f meskipun ditunjang oleh banyaknya sanad. Hal ini dikarenakan sangat buruknya sebab ke-d}ai>f-annya tersebut. 16 Sedangkan menurut Mahmu>d al-tah}h}a>n, hadis d}ai>f bisa terangkat dari derajat d}aif ke derajat hasan lighayrihi, meskipun sebab ke-d}ai>f-annya terdapat ketersembunyian periwayat (jaha>lat al-ruwa>h ). 17 Pernyataan kedua ulama tersebut mengindikasikan ada perbedaan pemahaman tentang konsep hadis d}ai>f dan jaha>lat al-ruwa>h. Adapun konsekuensi logis dari adanya ketersembunyian periwayat atau jaha>lat al-ruwa>h tersebut menimbulkan ketidakjelasan dan keraguan atas penyandaran sebuah hadis dari periwayatnya. Dalam hal ini, pengujian terhadap kualitas pribadi periwayat mutlak dibutuhkan, karena fungsi periwayat selain sebagai penyandaran sebuah hadis, juga menjadi penentu kualitas hadis. Apabila terdapat periwayat yang bermasalah, seperti ketersembunyian periwayat (jaha>lat al-ruwa>h), maka akan berpengaruh terhadap kualitas sebuah hadis dan pada akhirnya akan berimplikasi terhadap istinbat} hukum. Dengan demikian, perbedaan sudut pandang antara Muhammad Ajja>j al-khat}i>b dan Mahmu>d al-tah}h}a>n tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h, perlu dan layak untuk diteliti. 16 Muhammad Ajja>j al-khati>b, Us}u>l al-hadi>th Ulumuh wa Mus}t}alahuh (Beirut: Da>r al-fikr, 2006), 231. 17 Mahmu>d al-tah}h}a>n, Taysi>r Mus}t}alah al-hadi>th (Surabaya: al-hidayah, t.th), 52.

7 B. Identifikasi dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah pokok dalam penelitian ini adalah pernyataan Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al- Tah}h}a>n tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h. Dari pernyataan tersebut muncul beberapa permasalahan yang teridentifikasi, diantaranya: 1. Terdapat perbedaan konsep tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al- Tah}h}a>n. 2. Terdapat persamaan konsep tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al- T{ah}h}a>n. 3. Perbedaan sudut pandang tentang konsep jaha>lat al-ruwa>h. 4. Perbedaan konsep hadis d}ai>f yang bisa naik kualitasnya menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-tah}h}a>n. 5. Konsep yang telah ditawarkan kedua ulama tersebut akan berdampak pada kualitas sebuah hadis. Mengingat begitu kompleksnya permasalahan yang teridentifikasi, maka dalam penelitian ini perlu pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang dimaksud, akan terkonsentrasi pada pernyataan Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-tah}h}a>n tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat alruwa>h.

8 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat alruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-tah}h}a>n? 2. Bagaimana persamaan dan perbedaan konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f sebab jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-tah}h}a>n? D. Tujuan Penelitian Adapun penulisan karya ilmiah ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-kha>tib dan Mahmu>d al-tah}h}a>n. 2. Untuk menjelaskan persamaaan dan perbedaan konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al- Khati>b dan Mahmu>d al-tah}h}a>n. E. Kegunaan Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk hal-hal sebagaimana berikut: 1. Secara teoritis, kegunaan penelitian ini adalah sebagai bentuk kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan keislaman khususnya di bidang disiplin ilmu hadis.

9 2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan umat Islam dalam mengkaji ilmu hadis. 3. Menjadi pelengkap dalam memperkaya khazanah keilmuan hadis dari pemikiran kedua tokoh di atas, khususnya dalam permasalahan jaha>lat alruwa>h dalam hadis d}aif beserta konsep peningkatannya. F. Kerangka Teoritik Hadis d}ai>f menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat yang bisa diterima (maqbu>l). 18 Sedangkan menurut Mahmu>d al-tah}h}a>n, hadis d}ai>f secara bahasa berarti lemah. Secara istilah hadis d}ai>f bermakna hadis yang di dalamnya tidak terkumpul sifat-sifat hadis hasan. 19 Nur al-di>n Itr, al-nawawi dan al-qasimi mendefinisikan hadis d}ai>f dengan hadis yang telah hilang salah satu syarat-syarat hadis maqbu>l. 20 Mayoritas ulama hadis mendefinisikan hadis d}ai>f dengan hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat hadis s}ahi>h dan hasan. 21 Dengan demikian kriteria hadis d}ai>f adalah sanadnya terputus, periwayatnya tidak adil, periwayatnya tidak d}a>bit}, mengandung shadh dan mengandung illat. 22 Adapun kata majhu>l, merupakan isim maf u>l dari kata jahal>at kebalikan dari kata al- ilm (mengetahui). Secara istilah, menurut Khatib al-baghdadi, majhu>l adalah setiap orang yang tidak terkenal dalam periwayatan hadis dan tidak dikenal oleh para ulama. Menurut al-iraqi, majhu>l adalah seorang rawi yang 18 al-khati>b, Us}u>l al-h{adi>th Ulumuh wa Mus}t}alahuh, 222. 19 al-tahha>n, Taysi>r Mus}t}alah al-hadi>th, 63. 20 Idri, Studi Hadis, 177-178. 21 al-khati>b, Us}u>l al-h{adi>th Ulumuh wa Mus}t}alahuh, 222. 22 Idri, Studi Hadis, 179.

10 hanya diriwayatkan oleh satu orang saja. Sedangkan menurut Ibn al-qattan, majhu>l adalah seseorang yang hadisnya hanya diriwayatkan oleh satu orang saja dan ia juga tidak di ketahui keadaannya. Menurut Ibn Hajar, majhu>l adalah seseorang yang hadisnya hanya diriwayatkan oleh seorang saja dan ia tidak menilai rawi tersebut sebagai rawi thiqat. 23 Menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b, jaha>lat al-ruwa>h terbagi menjadi tiga bagian, yaitu perawi yang tidak dikenal (majhu>l), perawi yang tidak diketahui hal-ihwal-nya (mastur), perawi yang tidak disebut namanya (mubham). 24 Setiap pembagian tersebut memilki definsi tersendiri. Sedangkan Mahmu>d al-tah}h}a>n mendefinisikan jaha>lat al-ruwa>h sebagai seorang yang tidak diketahui identitas atau kualitas (hal)nya. 25 Dalam konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h, kedua ulama tersebut mempunyai pendapat tersendiri. Menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b bahwa setiap hadis d}ai>f yang ke-d}ai>f-annya disebabkan oleh jaha>lat al-ruwa>h atau ketersembunyian periwayat, maka hadis yang diriwayatkannya tidak bisa mengangkatnya dari derajat d}ai>f meskipun ditunjang oleh banyaknya sanad. Berbeda halnya dengan Mahmu>d al-tah}h}a>n, hadis d}ai>f bisa terangkat dari derajat d}aif ke derajat hasan lighairihi, meskipun sebab ked}ai>f-annya terdapat ketersembunyian periwayat (jaha>lat al-ruwa>h). 23 Murtado Zain Ahmad, Mana>hij al-muhaddithi>n fi Taqwiyah al-hadis al-hasanah wa al-d{ai>fah (Riyad: Maktabah Rushd, 1994), 313-315. 24 al-khati>b, Us}u>l al-hadis Ulumuh wa Mus}t}alahuh, 175-176. 25 Ibid., 98-100.

11 G. Telaah Pustaka Telaah pustaka dalam sebuah penelitian dirasa sangat perlu. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan hasil sebuah kajian atau penelitian terdahulu. Tujuannya agar tidak mengganggu nilai orisinilitas penelitian yang akan dilakukan. Sepengetahuan penulis, hasil telaah pustaka yang telah dilakukan, menemukan beberapa karya tulis yang membahas masalah serupa dengan penelitian ini, diantaranya: 1. Tesis UIN Sunan Ampel Surabaya, ditulis oleh Muhammad Sar an dengan judul Studi Komparatif antara Pendapat al-shafi i> dan Ahmad bin Hanbal Mengenai Hadis D}ai>f, tahun 1999. Tesis ini membandingkan dua ulama dengan objek kajian tentang klasifikasi hadis d}ai>f dan ke-hujjah-annya menurut imam Sha>fi i> dan imam Ah}mad bin Hanbal. 2. Tesis UIN Sunan Ampel Surabaya, ditulis oleh Arif Jamaluddin Malik dengan judul Urgensi Kode Etik Periwayatan Hadis, tahun 2000. Tesis ini menguraikan tentang tatacara menyampaikan dan menerima hadis serta kedudukan periwayatan hadis atau kritik perawi. 3. Skripsi UIN Kalijaga Yogyakarta, ditulis oleh Rastana dengan judul Pemikiran Muhammad Nas}r al-di>n al-albaniy Tentang Kritik Hadis, tahun 2003. Skripsi ini menguraikan tentang kriteria hadi s}ahi>h menurut Nas}r al- Di>n al-albaniy. Di dalamnya, dibahas pula tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f dari segi shawa>hid dan mutabi nya. 4. Skripsi UIN Kalijaga Yogyakarta, ditulis oleh Qawimatul Wijdan dengan judul Konsep Syahadah Dan Syahid Menurut Muhammad Syahrur Dan

12 Relevansinya Terhadap Kes}ahi>han Hadis, tahun 2013. Skripsi ini memberikan pemahaman tentang pentingnya penelitian terhadap sanad termasuk juga persaksian dari periwayat hadis. Dari beberapa telaah pustaka yang telah dilakukan secara seksama, penelitian ini memilki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian di atas dan tidak mengurangi orisinilitas penelitian yang hendak diangkat di sini. Adapun kesamaan dengan penelitian yang telah disebutkan di atas adalah sama tema pokoknya, yakni mengangkat tema hadis da i>f dan kritik periwayat. Sementara, yang membedakan penelitian ini dengan karya tulis tersebut adalah fokus pemikiran Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-tah}h}a>n tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h. H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif. Disebut kualitatif karena sumber data yang akan dieksplorasi berupa pernyataan verbal yang tertuang dalam bentuk tulisan. 26 Selanjutnya, melakukan upaya untuk mendapatkan data yang komprehensif tentang peningkatan kualitas hadis da}i>f sebab jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al- Tah}h}a>n. Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian normatif yang menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan). Oleh karena itu, 26 Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 19.

13 sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahanbahan tertulis, baik berupa literatur berbahasa Arab, Inggris maupun Indonesia yang mempunyai keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. 2. Data dan Sumber Data a. Data Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi; 1. Konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b. 2. Konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut Mahmu>d al-tah}h}a>n. 3. Persamaan konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al- Ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-tah}h}a>n. 4. Perbedaan konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al- Ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-tah}h}a>n. b. Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen perpustakaan yang terdiri dari dua jenis sumber, yakni primer dan sekunder. Sumber primer adalah rujukan utama yang akan dipakai, yaitu: 1. Us}u>l al-h{adi>th Ulumuh wa Must}alahuh karya Muhammad Ajja>j al- Khati>b. 2. Tay>si>r Mus}t}ala>h al-h{adi>th karya Mahmu>d al-tah}h}a>n.

14 Sedangkan sumber sekunder yang dijadikan sebagai pelengkap dalam penelitian ini antara lain: a. Muqaddimah Ibn S}ala>h Fi> Ulu>m al-h{adi>th, karya Ibn S}ala>h b. Fath al-mughi>th Sharh al-fiyah al-h{adi>th, Abd al-rahma>n bin Husa>n al- Iraqi. c. Mana>hij al-muhaddithi>n karya Al-Murtad}}a> al-zai>n Ahmad. d. Qawa>id al-tahdi>th min funu>ni must}alah al-h}adi>th karya Jama>l al-di>n al- Qa>si>mi>. e. Tahdhi>b al-kama>l karya al-mizi> f. Tahdhi>b al-tahdhi>b karya Ibn H{ajar al- Asqala>ni> g. Al-Wa>sit} Fi> Ulu>m wa Mus}t}alah al-h{adi>th karya Muhammad Abu> Shuhbah. h. Al-Kifayah Fi> ilm al-riwayah karya al-khati>b al-baghdadi. i. Ihtima>m al-muhaddithi>n bi naqd al-h{adi>th sanadan wa matnan karya Muhammad Luqma>n al-salafi. 3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam teknik pengumpulan data, digunakan metode dokumentasi yaitu dengan mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, buku, kitab, jurnal ilmiah ataupun dokumentasi lainnya. Melalui metode dokumentasi ini, diperoleh datadata yang berkaitan dengan penelitian ini berdasarkan konsep kerangka penulisan yang telah disiapkan sebelumnya. Untuk menelaah dan mengkaji isi kandungan data utama dan yang lain digunakan teknik content analysis (kajian isi). Hal ini didasarkan pada pendapat

15 Lexy J. Moloeng. Ia mengatakan untuk memanfaatkan dokumen yang padat isinya, biasanya digunakan metode tertentu. Metode yang paling umum adalah content analysis atau dinamakan kajian isi. 27 Dalam hal ini, yang menjadi objek utama adalah pemikiran Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-t{a}hh}a>n tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f sebab jaha>lat al-ruwa>h. Dan menjadikan kaidah-kaidah ulu>m al-h}adi>th sebagai bahan acuan. Setelah data dapat terhimpun, kemudian dipilah, diklasifikasi, dan diinventarisasi ke dalam pemikiran yang searah atau yang dinilai sama dengan norma atau kaidah yang telah ditetapkan untuk disimpulkan dengan konklusi induktif dan deduktif. 28 Dengan demikian, pokok pikiran yang terkandung dalam data utama akan mudah diidentifikasi dan dikategorisasi secara sistematik ke dalam satu kesimpulan yang jelas, terarah, dan mudah untuk dianalisis serta diinterpretasi lebih lanjut. 4. Metode Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan komparasi (comparative approach) atau membandingkan antara kedua kelompok atau tokoh dengan mengangkat pemikiran peningkatan kualitas hadis d}a>if sebab jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-tahha>n sebagai objek materialnya. Sehingga dari pokok-pokok pemikiran kedua tokoh tersebut dapat menangkap maksud, baik dari segi persamaaan atau perbedaannya. 27 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), 163. 28 Kesimpulan induktif adalah usaha atau proses pengambilan kesimpulan berdasarkan fakta-fakta individual. Jika pengambilan kesimpulan dengan jalan sebaliknya maka disebut dengan deduktif.

16 Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolahnya dengan tujuan menangkap pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan. 29 I. Sistematika Pembahasan Konsep sistematika pembahasan dalam tesis ini disusun sebagai berikut: Bab pertama, sebagai pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritik, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Pada bab pertama ini merupakan acuan metodologis dalam penulisan karya ilmiah yang telah dilakukan. Bab kedua berisi tentang konsep hadis d}a i>f dan jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b. Di dalamnya terdapat pula pembahasan seputar biografi Muhammad Ajja>j al-khati>b. Adanya bab kedua ini akan mempermudah pembaca dalam mengetahui biografi dan konsep pemikiran tokoh yang dimaksud. Bab ketiga akan membahas tentang konsep hadis d}a i>f dan jaha>lat alruwa>h menurut Mahmu>d al-t{ah}h}a>n. Di dalamnya juga terdapat pembahasan seputar biografi Mahmu>d al-t{ah}h}a>n. Sebagaimana dalam bab kedua, pada bab ketiga juga berisi biografi dan konsep pemikiran tokoh yang dimaksud dalam penulisa karya ilmiah ini. 29 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin,1993), 76-77.

17 Bab keempat merupakan pemaparan studi komparasi tentang peningkatan kualitas hadis d}a i>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-t{ah}h}a>n. Data-data yang telah terhimpun, kemudian dapat dianalisa pada bab keempat. Di dalamnya mencakup persamaan dan perbedaan mengenai konsep peningkatan kualitas hadis d}a i>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut kedua ulama tersebut. Bab kelima berisi kesimpulan dari uraian-uraian yang telah dibahas dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban terhadap masalahmasalah yang diajukan sesuai dengan rumusan masalah. Sehingga pembaca akan mudah mengetahui maksud dari penelitan yang telah dilakukan. Selain kesimpulan, terdapat pula saran-saran ilmiah bagi penulis dan pembaca.