Perbandingan Analisis Generalized Poisson Regression

dokumen-dokumen yang mirip
Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan

PEMODELAN ANGKA PUTUS SEKOLAH BAGI ANAK USIA WAJIB BELAJAR DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN GENERALIZED POISSON REGRESSION

Pemodelan Jumlah Kematian Bayi Di Kabupaten Bojonegoro Dengan Menggunakan Metode Analisis Regresi Binomial Negatif

GENERALIZED POISSON REGRESSION (GPR)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI GENERALIZED POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) ( X Print) D-55

MODEL REGRESI POISSON YANG DIPERUMUM UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

PEMODELAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON

Regresi Bivariat Poisson Dalam Pemodelan Jumlah Kematian Bayi dan Jumlah Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur

PENERAPAN REGRESI ZERO-INFLATED NEGATIVE BINOMIAL (ZINB) UNTUK PENDUGAAN KEMATIAN ANAK BALITA

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA PADANG TAHUN 2013 DAN 2014 DENGAN PENDEKATAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF

Oleh : Anindya Frisanty Ikaprillia Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI POISSON TERGENERALISASI TERBATAS DENGAN METODE MAKSIMUM LIKELIHOOD

Kata Kunci Overdispersi, regresi Zero-Inflated Generalized Poisson (ZIGP), Tetanus Neonatorum.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ( X Print)

Jurnal Matematika Vol. 2 No. 2, Desember ISSN :

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

PEMODELAN INFANT MORTALITY RATE (IMR) DENGAN PENDEKATAN ZERO INFLATED POISSON REGRESSION BERBASIS ALGORITMA EM

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

PEMODELAN JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI POISSON UNTUK WILAYAH REGIONAL 2 INDONESIA (SUMATERA)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( X Print) D-108

PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DI PROVINSI BALI DENGAN PENDEKATAN SEMI-PARAMETRIC GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION

Kata Kunci: Model Regresi Logistik Biner, metode Maximum Likelihood, Demam Berdarah Dengue

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA PENDERITA GIZI BURUK PADA BALITA DI PAPUA TAHUN 2015 DENGAN METODE REGRESI ZERO INFLATED POISSON (ZIP)

E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, ISSN:

E-Jurnal Matematika Vol. 3 (3), Agustus 2014, pp ISSN:

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) D-285

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR)

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata kunci : regresi Poisson, GWPR, Angka Kematian Bayi (AKB)

APLIKASI MODEL REGRESI POISSON TERGENERALISASI PADA KASUS ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TENGAH TAHUN 2007

(R.5) Pemodelan Regresi Poisson Terboboti Geografis Pada Kasus Gizi. buruk di Jawa Timur.

Pemodelan Jumlah Kematian Ibu di Jawa Timur dengan Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR)

PEMODELAN KEMATIAN BALITA MALNUTRISI DENGAN PENDEKATAN ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) REGRESSION DI PROVINSI JAWA TENGAH

E-Jurnal Matematika Vol. 5 (4), November 2016, pp ISSN:

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

PENERAPAN HURDLE NEGATIVE BINOMIAL PADA DATA TERSENSOR

Pemodelan Jumlah Kematian Bayi di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression Semi Parametric (GWPRS)

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

Pemodelan Binomial Negatif Untuk Mengatasi Overdispersi Data Diskrit Pada Kasus Baru Tb Di Provinsi Jawa Timur

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari data Profil

Pengujian Overdispersi pada Model Regresi Poisson (Studi Kasus: Laka Lantas Mobil Penumpang di Provinsi Jawa Barat)

REGRESI LOGISTIK UNTUK PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PULAU KALIMANTAN

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

EARLY WARNING SYSTEM JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DENGAN METODE ZERO TRUNCATED NEGATIVE BINOMIAL

Pemodelan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Tuberkulosis Paru Menggunakan Regresi Logistik Biner

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-61

E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.2, Mei 2013, ISSN:

Penerapan Hurdle Negative Binomial pada Data Tersensor

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

Pemodelan Jumlah Kasus Hiv dan Aids di Kota Surabaya Menggunakan Bivariate Generalized Poisson Regression

PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR

PENERAPAN REGRESI GENERALIZED POISSON UNTUK MENGATASI FENOMENA OVERDISPERSI PADA KASUS REGRESI POISSON

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

Prosiding Statistika ISSN:

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR)

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN AKIBAT DIFTERI DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF DAN ZERO-INFLATED POISSON

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dari masyarakat internasional. Menurut data World

Analisis Dampak Penyakit Kusta terhadap Interaksi Sosial Penderita di Kecamatan Brondong, Lamongan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Estimasi Parameter Model Generalized Poisson Regression Jumlah Kematian Ibu di Jawa Timur yang Mengalami Overdispersi

(M.9) PEMODELAN MELEK HURUF DAN RATA-RATA LAMA STUDI DENGAN PENDEKATAN MODEL BINER BIVARIAT

PEMODELAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE SEEMINGLY UNRELATED REGRESSION (SUR) SPASIAL

Model Regresi Zero Inflated Poisson Pada Data Overdispersion

HASIL DAN PEMBAHASAN Model Regresi Poisson

ANALISIS PENDUDUK BEKERJA BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DAN JAM KERJA MENGGUNAKAN REGRESI PROBIT BIVARIAT DI PROVINSI ACEH

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

Regresi Poisson dan Penerapannya Untuk Memodelkan Hubungan Usia dan Perilaku Merokok Terhadap Jumlah Kematian Penderita Penyakit Kanker Paru-Paru

BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN

BAB III METODE PENELITIAN

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012

PEMODELAN JUMLAH PENDERITA KONJUNGTIVITIS DI LAMONGAN BERDASARKAN PENDEKATAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI COM-POISSON UNTUK DATA TERSENSOR KANAN MENGGUNAKAN METODE MAKSIMUM LIKELIHOOD. Oleh DIAN ANGGRAENI NIM.

(R.1) KAJIAN MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION UNTUK MASALAH DATA SPASIAL DISKRIT

S - 13 PEMODELAN SPASIAL KEMISKINAN DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DAN FLEXIBLY SHAPED SPATIAL SCAN STATISTIC

ANALISIS REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAHTANGGA UNTUK MAKANAN BERPROTEIN TINGGI. Abstrak

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di:

PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DI PROVINSI BALI

Penaksiran Parameter Regresi Linier Logistik dengan Metode Maksimum Likelihood Lokal pada Resiko Kanker Payudara di Makassar

ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

Pemodelan Spline Truncated dalam Regresi Nonparametrik Birespon

APLIKASI REGRESI BINOMIAL NEGATIF DAN GENERALIZED POISSON DALAM MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung dengan Kombinasi antara Generalized Least Square dan Regresi Ridge

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Remitan TKI Jawa Timur Dengan Menggunakan Regresi Tobit

BAB III MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

8/7/2014. Sumber Data

Pemodelan Regresi Probit Ordinal Pada Kasus Penentuan Predikat Kelulusan Mahasiswa FMIPA Universitas Mulawarman Tahun 2014

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Seminar Hasil Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Menggunakan Regresi Spasial

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur

Transkripsi:

1 Perbandingan Analisis Generalized Poisson Regression (GPR) dan Regresi Binomial Negatif (Studi Kasus: Pemodelan Jumlah Penderita Kusta di Jawa Timur Tahun 2012 Sari Putri (1) dan Wiwiek Setya Winahju (2) (1)(2) Jurusan Statistika, FMIPA, ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail : (1) sariputri09@gmail.com; (2) wiwiek.statistika@gmail.com Kusta merupakan salah satu penyakit dengan jumlah kasus tertinggi di Jawa Timur. Kusta tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan bagi penderita tapi juga menyebabkan masalah sosial karena kebanyakan masyarakat masih menganggap kusta sebagai penyakit kutukan dan tidak dapat disembuhkan. Pemodelan jumlah kasus kusta perlu dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap jumlah kusta sehingga jumlah penderita kusta bisa diminimalisir. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pemodelan jumlah kasus kusta adalah regresi poisson. Metode regresi poisson mensyaratkan bahwa nilai mean sama dengan nilai varians (equidispersion). Namun pada kenyataanya kondisi tersebut jarang bisa dipenuhi. Generalized poisson regression (GPR) dan regresi binomial negatif adalah metode yang dapat digunakan untuk mengatasi overdispersion pada regresi poisson. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan pembandingan antara metode GPR dan regresi binomial negatif untuk mendapatkan model terbaik yang mampu mengatasi kondisi overdispersion pada regresi poisson. Hasil penelitian menunjukan bahwa model terbaik adalah model regresi binomial negatif. Hal ini ditunjukan dari nilai AIC C, BIC dan QAIC C pada model regresi binomial negatif yang lebih kecil daripada model GPR. Faktor-faktor yang berpengaruh ter-hadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur adalah persentase kasus kusta baru tipe multibaciler, persentase keberadaan puskesmas, persentase penduduk laki-laki, persentase penduduk usia 15-29 tahun, tingkat kepadatan penduduk, dan interaksi antara persentase penduduk miskin dengan persentase keberadaan puskesmas. Selain itu, jumlah kasus kusta di daerah endemi kusta juga berpengaruh terhadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur. Kata Kunci GPR, Jumlah Kasus Kusta, QAIC C, Regresi Binomial Negatif, Regresi Poisson p I. PENDAHULUAN ADA tahun 2012 Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kusta baru tertinggi ketiga di dunia setelah India dan Brazil dengan kontribusi sebesar 18.994 orang (8,7% di dunia) [1]. Jawa Timur merupakan provinsi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap jumlah penderita kusta di Indonesia. Penyebaran penderita kusta merata di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Pada tahun 2012 penderita kusta baru di Jawa Timur sebesar 4.807 orang [2]. Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran kusta pernah dilakukan oleh Norlatifah [3]. Dalam penelitian tersebut dilakukan analisis terkait hubungan kondisi fisik rumah, sarana air bersih dan karakteristik masyarakat dengan kejadian kusta di kabupaten Tapin Kalimantan Selatan yang menyimpulkan bahwa kondisi fisik rumah, interaksi masyarakat dan tingkat pendidikan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi penyebaran kusta. Jumlah penderita kusta merupakan salah satu contoh data diskrit (count). Metode yang dapat digunakan untuk memodelkan data diskrit (count) adalah regresi poisson. Pada regresi poisson terdapat asumsi bahwa rata-rata (mean) dan varians variabel respon harus sama (equidispersion). Namun pada kenyataannya kondisi tersebut jarang terpenuhi. Winkelmann dan Zimmermann [4] penah memodelkan data demografi. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah model yang dihasilkan mengalami overdispersi sehingga nilai penduga bagi kesalahan baku yang lebih kecil (underestimate) dan dapat mengakibatkan kesalahan penarikan kesimpulan. Metode yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah overdispersi adalah Generalized Poisson Regression (GPR) dan model regresi binomial negatif. Metode GPR pernah digunakan dalam penelitian Famoye et al [5]. Pemodelan dilakukan pada data jumlah kecelakaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model GPR mampu mengatasi overdispersi pada model regresi poisson dan mampu memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini dapat diketahui dari nilai standard error pada pemodelan dengan GPR tidak mengalami underestimate. Selanjutnya, Chamidah [6] menerapkan regresi binomial negatif pada kasus kematian ibu melahirkan di Jawa Timur. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pemodelan regresi binomial negatif dapat mengatasi overdispersi model regresi poisson karena nilai deviansi menurun. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini dilakukan pemodelan jumlah kasus kusta di Jawa Timur pada tahun 2012 dengan pendekatan regresi poisson, Generalized Poisson Regression dan regresi binomial negatif serta dibandingkan hasil antara GPR dan regresi binomial negatif untuk menentukan model terbaik yang mampu mengatasi overdispersi. Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan informasi tentang faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi terjadinya kasus kusta. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kusta dan Faktor yang Mempengaruhi Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya yang dalam jangka panjang dapat mengakibatkan sebagian anggota tu-

2 buh penderita tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kusta terdiri dari dua tipe yaitu kusta tipe pausibaciler (PB) dan kusta tipe multibaciler (MB). Secara umum tanda seseorang menderita kusta antara lain, kulit mengalami bercak putih, merah, ada bagian tubuh yang tidak berkeringat, rasa kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka dan mati rasa karena kerusakan syaraf tepi. Kelompok yang beresiko tinggi terkena kusta adalah kelompok yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk dan adanya penyertaan penyakit lain yang dapat menekan sistem imun. Daerah endemi merupakan suatu wilayah tertentu dimana suatu penyakit berasal, menyebar dan sering atau terus-menerus ada dalam wilayah tersebut. Insiden kusta dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, lingkungan, faktor demografi dan faktor prilaku [7]. B. Regresi Poisson Regresi poisson adalah salah satu regresi yang menggambarkan hubungan antara variabel respon (Y) dan variabel prediktor dengan mengasumsikan variabel Y berdistribusi poisson. Model regresi poisson untuk dengan i=1,2,...,n dimana n menyatakan banyaknya pengamatan dengan k variabel prediktor dapat dituliskan pada persamaan (1) berikut. (1) Metode estimasi parameter model regresi poisson yang digunakan adalah maximum likelihood estimation [8]. fungsi ln-likelihood regresi poisson adalah Nilai diperoleh dari turunan pertama persamaan (2) terhadap kemudian disamadengankan nol dan diselesaikan menggunakan Iterasi Newton-Raphson. Nilai estimasi parameter tersebut kemudian diuji secara serentak menggunakan metode maximum likelihood ratio test (MLRT) dengan hipotesis Statistik uji yang digunakan adalah (2) (3) Keputusan yang diambil tolak H 0 jika dengan v adalah banyaknya parameter model dibawah populasi dikurangi dengan banyaknya parameter model dibawah H 0. Tolak H 0 berarti ada salah satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap model sehingga dilanjutkan dengan pengujian secara parsial. Hipotesis yang digunakan adalah (pengaruh variabel ke-j tidak signifikan) (pengaruh variabel ke-j signifikan) Statistik uji yang digunakan adalah dengan adalah tingkat kesalahan. Keputusan yang diambil adalah tolak jika dengan α adalah (4) tingkat signifikansi. Pada regresi poisson kemungkinan akan terjadi kasus overdispersi yang dapat dideteksi dengan menyatakan distribusi poisson termasuk dalam keluarga distribusi katz dengan statistik uji Local score test. Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut [8]. akan ditolak jika [9]. C. Generalized Poisson Regression (GPR) Generalized poisson regression merupakan pengembangan dari regresi poisson yang digunakan untuk mengatasi kondisi over/underdispersion sehingga model Generalized Poisson Regression (GPR) hampir sama dengan regresi poisson yaitu persamaan (1) tetapi model GPR mengasumsikan bahwa komponen randomnya berdistribusi generalized poisson. Pada model GPR selain terdapat parameter µ juga terdapat parameter θ sebagai parameter dispersi. Jika θ = 0 maka model GPR akan menjadi model regresi poisson biasa, jika θ > 0 maka model GPR merepresentasikan data count yang mengandung overdispersion. Estimasi parameter untuk GPR didapat melalui metode maximum likelihood estimation dengan fungsi log-likelihood dengan Estimasi parameter dan θ diperoleh dengan menurunkan persamaan logaritma natural dari fungsi likelihood masing-masing terhadap dan θ kemudian disamadengankan nol. Penurunan fungsi log-likelihood dilakukan menggunakan metode iterasi Newton-Raphson sampai didapatkan estimasi parameter yang konvergen. Pengujian parameter pada metode GPR sama dengan pengujian pada regresi poisson yaitu menggunakan MLRT dan uji z. D. Regresi Binomial Negatif Regresi binomial negatif merupakan metode lain yang digunakan untuk mengatasi over/underdispersion pada regresi poisson. Regresi binomial negatif memiliki parameter dispersi yaitu θ. Jika θ menuju nol maka sehingga binomial negatif akan mendekati poisson. Metode yang digunakan untuk estimasi parameter adalah metode maximum likelihood estimation. Fungsi lnlikelihood untuk regresi binomial negatif adalah (7) Estimasi parameter untuk model regresi binomial negatif diperoleh dengan menurunkan persamaan (7) terhadap parameter dan θ lalu disamadengankan nol dan diselesaikan dengan iterasi Newton-Raphson. Estimasi parameter tersebut kemudian diuji menggunakan pengujian yang sama dengan regresi poisson. E. Kriteria Pemilihan Model Terbaik Kriteria yang digunakan untuk pemilihan model terbaik adalah Corrected Akaike Information Criterion (AICc), Ba- (5) (6)

3 yesian Information Criterion ( BIC) dan modifikasi AIC untuk data count yaitu QAIC yang didefinisikan dalam persamaan (8) dengan (9) (10) dengan c adalah taksiran untuk paramater dispersi. Dispersi pada regresi poisson ditaksir dengan nilai pearson chi-square dibagi dengan derajat bebas. Model yang terbaik adalah model yang memiliki nilai QAIC C terkecil A. Sumber Data III. METODOLOGI PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data jumlah penderita kusta pada tahun 2012 dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi (kecuali persentase penduduk miskin) diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2012 sedangkan data persentase penduduk menurut kabupaten/kota dan golongan pengeluaran perkapita sebulan diperoleh dari publikasi Provinsi Jawa Timur dalam Angka 2013. Unit pengamatan dalam penelitian ini adalah 29 kabupaten dan 8 kota di Jawa Timur B. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari yaitu jumlah penderita kusta pada tahun 2012 (Y) dan variabel independen yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penderita kusta (X). Variabel yang digunakan ditunjukan pada Tabel 1. Kode Y X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 Tabel 1 Variabel Penelitian Variabel Jumlah penderita kusta Persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat Persentase rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat Persentase keberadaan puskesmas Persentase penduduk laki-laki Persentase penduduk usia 15-29 tahun Persentase penduduk miskin Tingkat kepadatan penduduk Persentase penduduk umur 10 tahun keatas dengan tingkat pendidikan SD/MI kebawah C. Langkah Analisis Data Langkah analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan karakteristik penderita kusta dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi menggunakan analisa statistika deskriptif. Sebelum analisa statistika deskriptif terlebih dahulu dilakukan interpolasi lagrange orde dua untuk mendapatkan data persentase penduduk miskin di tiap kabupaten/kota. 2. Mendapatkan model terbaik untuk jumlah kasus kusta dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dengan metode regresi poisson, GPR dan regresi binomial negatif. Langkah-langkahnya adalah a. Mendeteksi adanya kasus multikolinieritas pada variabel independen menggunakan nilai VIF dan nilai koefisien korelasi pearson. b. Mendapatkan model terbaik menggunakan regresi poisson i. Mengestimasi parameter model regresi poisson ii. Melakukan uji signifikansi secara serentak dan parsial terhadap parameter model regresi poisson. iii. Memperoleh model regresi poisson serta nilai AIC C, BIC dan QAIC C -nya. iv. Memeriksa adanya keadaan over/underdispersion pada model. Jika terdapat keadaan over/underdispersion pada model maka dilakukan pemodelan dengan GPR dan regresi binomial negatif. c. Mendapatkan model terbaik menggunakan GPR. Prosedur pemodelan pada GPR sama dengan pemodelan dengan regresi poisson hanya saja tidak dilakukan deteksi overdispersion pada model. d. Mendapatkan model terbaik menggunakan regresi binomial negatif dengan langkah-langkah yang sama dengan metode GPR. 3. Membandingkan model terbaik hasil GPR dan regresi binomial negatif berdasarkan kriteria nilai AIC C, BIC dan QAIC C terkecil. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diawali dengan pembahasan deskripsi data, dilanjutkan dengan pemodelan jumlah kasus kusta menggunakan regresi poisson, GPR, dan regresi binomial negatif. Kemudian pemilihan model terbaik antara GPR dan regresi binomial negatif untuk mendapatkan model terbaik yang dapat mengatasi overdispersion. A. Karakteristik Jumlah Kasus Kusta di Jawa Timur Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata kasus kusta di Jawa Timur adalah 129 kasus. Kasus terbanyak terjadi di kabupaten Sampang yaitu sebanyak 589 kasus sedangkan kabupaten/kota yang tidak terdapat kasus kusta (0 kasus) adalah kota Batu. Perbedaan jumlah kasus kusta yang tinggi juga ditunjukan oleh nilai varians yang tinggi yaitu 22378,5. Nilai varians menggambarkan bahwa persebaran kusta di Jawa Timur terkonsentrasi di kabupaten/kota yang berada di pesisir pantai utara dan wilayah tapal kuda. Dinas kesehatan [10] menyatakan bahwa daerah endemi kusta di Jawa Timur meliputi kabupaten/kota Sumenep, Probolinggo, Jember, Pamekasan, Bangkalan, Tuban, Lumajang, Pasuruan, Sampang, dan Situbondo. Nilai varians tertinggi untuk variabel prediktor terdapat pada variabel X 7 (tingkat kepadatan penduduk) yaitu sebesar 4756577 jiwa/ km 2. Surabaya adalah kota dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 8463 jiwa/km 2, sedangkan kota Batu merupakan kota dengan tingkat kepadatan penduduk terendah dengan tingkat kepadatan 51 jiwa/km 2. Artinya, penyebaran penduduk di Jawa Timur belum merata. Kabupaten/kota lain dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi ada-lah Malang, Madiun dan Mojokerto. Faktor lain yang mempengaruhi kasus kusta adalah perilaku dan lingkungan tempat tinggal. Varians yang tinggi untuk variabel X 1 (persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat) dan X 2 (persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat) menunjukan bahwa masih ada kabupaten/kota

4 yang memiliki kesadaran yang rendah akan pentingnya hidup bersih dan sehat serta memiliki rumah sehat. Kabupaten Pamekasan merupakan kabupaten dengan kesadaran berprilaku hidup bersih sehat yang cukup rendah dengan persentase rumah tangga yang berprilaku hidup bersih dan sehat sebesar 8,5 %. B. Pemodelan Jumlah Kasus Kusta di Jawa Timur Menggunakan Regresi Poisson Langkah awal yang dilakukan sebelum pemodelan adalah pemeriksaan multikolinieritas terhadap data. Kriteria yang digunakan untuk identifikasi multikolinieritas adalah nilai korelasi pearson dan nilai VIF. Berdasarkan hasil analisis diperoleh Variabel yang memiliki korelasi tinggi adalah variabel X 6 dan X 7 sebesar 0,7034 serta X 8 dan X 6 sebesar 0,8936. Selain itu, nilai VIF untuk masing-masing variabel prediktor tidak ada yang lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas sehingga semua variabel prediktor disertakan dalam analisis. Dalam penelitian ini juga menyertakan variabel dummy karena berdasarkan analisis deskriptif terhadap data diduga terdapat perbedaan jumlah kasus kusta yang signifikan antara daerah endemi dengan kabupaten/kota lain. Data jumlah kasus kusta di Jawa Timur merupakan data count sehingga pemodelan untuk mengathui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kasus kusta dilakukan menggunakan regresi poisson. Hasil estimasi parameter model regresi poisson ditampilkan pada Tabel 2. Selanjutnya nilainilai estimasi tersebut di uji secara serentak dengan Statistik uji. Nilai adalah sebesar 810,2 sedangkan nilai adalah 14,684 sehingga keputusan yang diambil adalah menolak H 0. Artinya, paling tidak ada satu variabel prediktor yang berpengaruh signifikan terhadap model. Pengaruh yang diberikan setiap variabel prediktor terhadap variabel respon dapat diketahui melalui pengujian secara parsial. Tabel 2. Estimasi Parameter Model Regresi Poisson Parameter Estimasi Standar Error Z-hit P-value 4,0783 0,02921 140,27 < 0,0001 0,7725 0,05680 12,92 < 0,0001-0,0322 0,02244-1,08 0,2870 0,0958 0,02142 3,81 < 0,0005 0,1109 0,02465 19,82 0,0013 0,4695 0,02313-17,14 < 0,0001-0,4148 0,02861 18,75 < 0,0001 0,5379 0,03688-9,04 < 0,0001-0,3855 0,04362-12,51 < 0,0001-0,5705 0,04950 4,89 < 0,0001 Dari Tabel 2 diperoleh hasil bahwa nilai untuk semua parameter kecuali lebih besar dari. Selain itu, p-value untuk semua parameter kecuali lebih kecil dari 0,1 sehingga parameter yang berpengaruh signifikan positif terhadap model adalah sedangkan parameter yang berpengaruh negatif adalah. Variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur adalah persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat (X 1 ). Variabel tersebut memiliki efek utama yang tidak berpengaruh signifikan terhadap model namun ada kemungkinan bahwa interaksi antara persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat (X 1 ) dengan variabel prediktor lain akan berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur. Oleh karena itu, dilakukan pemodelan dengan menambahkan variabel interaksi antara persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat (X 1 ) dengan variabel prediktor lain. Model dengan tambahan interaksi antara persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat (X 1 ) dengan persentase penduduk usia 15-29 tahun (X 5 ) adalah model yang menghasilkan nilai QAIC C terkecil yaitu 64,8256. Variabel yang berpengaruh positif terhadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur adalah daeran endemi, persentase rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat (X 2 ), persentase keberadaan puskesmas (X 3 ), persentase penduduk usia 15-19 tahun (X 5 ), persentase penduduk umur 10 tahun keatas dengan tingkat pendidikan SD/MI kebawah (X 8 ) sedangkan variabel prediktor yang berpengaruh negatif adalah persentase penduduk lakilaki (X 4 ), persentase penduduk miskin (X 6 ) serta tingkat kepadatan penduduk (X 7 ) serta interaksi antara persentase antara rumah tangga yang memiliki rumah sehat dan persentase penduduk usia 15-19 tahun (X 15 ). Peningkatan maupun penurunan jumlah kasus kusta di Jawa Timur tergantung nilai koefisien masing-masing variabel yang berpengaruh. Variabel dummy yang signifikan positif menunjukan jumlah kasus kusta di daerah endemi terbukti lebih tinggi daripada daerah lainnya. Hasil analisis menggunakan kriteria AIC C dan BIC menunjukan bahwa model terbaik untuk regresi poisson adalah model dengan interaksi antara persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat dan persentase keberadaan puskesmas (X 13 ) karena menghasilkan nilai AIC C dan BIC terkecil yaitu 811 dan 818,1. Pengujian secara serentak dan parsial menghasilkan kesimpulan bahwa semua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kasus overdipersi pada model regresi poisson. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa terjadi overdispersi pada model regresi poisson karena pada pada taraf signifikansi 10 % nilai lebih besar dari pada. Nilai untuk model dengan interaksi X 15 adalah 430,7232 se-dangkan untuk model dengan interaksi X 13 adalah 522,7821. C. Pemodelan Jumlah Kasus Kusta di Jawa Timur Menggunakan GPR Pemodelan menggunakan delapan variabel prediktor menyimpulkan bahwa variabel prediktor yang tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel respon adalah X 1, X 2, X 4, X 6, X 7 dan X 8. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menambahkan variabel interaksi antara variabel prediktor yang tidak signifikan dengan variabel prediktor lainnya Untuk mengetahui pengaruh interaksi antar variabel. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai AIC C, BIC dan QAIC C terkecil. Model yang memiliki nilai QAIC C terkecil adalah model antara variabel respon dengan tambahan interaksi antara X 7 dan X 5 dengan nilai QAIC C sebesar 31388,79. Tabel 3. Kemungkinan model GPR dengan Interaksi Berdasarkan Nilai AIC C dan BIC terkecil Kemungkinan model (Y dengan 8 variabel prediktor dan interaksi Xi) AIC C BIC X 47 422 428,4 X 63 411,9 418,2 X 75 422 428,4 X 83 414,3 420,6 Parameter yang signifikan

5 Model terbaik untuk GPR berdasarkan AIC C dan BIC terkecil adalah model tambahan interaksi antara persentase penduduk miskin dan persentase keberadaan puskesmas. Nilai estimasi parameter untuk masing-masing model terbaik berdasarkan kriteria AIC C, BIC dan QAIC C kemudian diuji secara serentak dan parsial. Hasil pengujian parameter model dengan interaksi X 75 menyimpulkan parameter berpengaruh signifikan terhadap model sedangkan untuk model dengan interaksi X 63 parameter yang signifikan adalah. Parameter yang signifikan menunjukan adanya kasus overdipersion pada model yang terbentuk. Dengan demikian faktor yang berpengaruh signifikan positif terhadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur adalah, persentase keberadaan puskesmas (X 3 ) dan persentase penduduk usia 15-29 tahun (X 5 ). Jumlah kasus kusta di Jawa Timur akan meingkat atau menurun sesuai dengan nilai koefisien masing-masing variabel yang berpengaruh. Jika model terbaik dipilih berdasarkan nilai AIC C dan BIC terkecil maka faktor yang berpengaruh positif terhadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur adalah persentase keberadaan puskesmas sedangkan interaksi antara persentase penduduk miskin dan persentase keberadaan puskesmas memberikan pengaruh negatif. Hal tersebut menunjukan bahwa keberadaan puskesmas mampu menekan jumlah kasus kusta walaupun persentase penduduk miskin meningkat. Selain itu, variabel dummy yang signifikan mengindikasikan bahwa ada perbedaan jumlah kasus kusta antara daerah endemi kusta dan daerah bukan endemi. D. Pemodelan Jumlah Kasus Kusta di Jawa Timur Menggunakan Regresi Binomial Negatif Langkah analisis yang dilakukan pada regresi binomial negatif sama dengan pemodelan GPR. Pengujian estimasi parameter model regresi binomial negatif antara variabel respon dengan delapan variabel prediktor menghasilkan variabel yang tidak signifikan pada taraf signifikan 10% adalah X d, X 3, X 4, X 5, dan X 7. Selanjutnya dilakukan pemilihan model dengan interaksi berdasarkan kriteria dan QAIC C untuk masing-masing kombinasi variabel prediktor yang tidak signifikan. Dari hasil analisis menunjukan bahwa model yang memiliki para-meter signifikan paling banyak dan nilai QAIC C kecil adalah model dengan tambahan variable X 65. Pengujian parameter secara serentak dan parsial menghasilkan kesimpulan bahwa variabel prediktor yang berpengaruh signifikan positif adalah Xd, X 3, X 5 sedangkan variabel prediktor yang berpengaruh negatif antara lain X 4, X 7. Selanjutnya dipilih model terbaik untuk regresi binomial negatif menggunakan kriteria AIC C dan BIC berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 4. Tabel 4. Kemungkinan model Regresi Binomial Negatif dengan Interaksi Berdasarkan AIC C dan BIC terkecil Kemungkinan model dengan AIC C BIC Parameter yang signifikan interaksi Xi) X 13 405,5 411,8 X 25 408,5 414,8 X 63 405 412,3 X 83 405,5 411,9 Model yang terpilih adalah model dengan tambahan variabel interaksi antara persentase penduduk umur 10 tahun keatas dengan tingkat pendidikan SD/MI kebawah dan persentase keberadaan puskesmas (X 83 ). Selanjutnya dilakukan pengujian secara seren-tak dan parsial terhadap parameter model. Hasil analisis me-nyimpulkan bahwa parameter yang signifikan terhadap model adalah. Faktor yang mempengaruhi jumlah kasus kusta di Jawa Timur adalah variabel dummy (X d ), persentase keberadaan puskesmas (X 3 ), persentase penduduk laki-laki (X 4 ), persentase penduduk usia 15-29 tahun (X 5 ), tingkat kepadatan penduduk (X 7 ) serta interaksi antara persentase penduduk umur 10 tahun keatas dengan tingkat pendidikan SD/MI kebawah dan persentase keberadaan puskesmas (X 83 ). Faktor yang menyebabkan penambahan jumlah kasus kusta adalah variabel dummy, persentase keberadaan puskesmas dan Persentase penduduk usia 15-29 tahun. Hal tersebut karena penderita kusta yang sebelumnya tidak tercatat akan diketahui sehingga dengan adanya peningkatan persentase puskesmas jumlah penderita seolaholah meningkat. Setiap peningkatan 1% keberadaan puskesmas maka akan meningkatkan 1 kasus kusta. Peningkatan jumlah kasus kusta di Jawa Timur juga dipengaruhi oleh kabupaten/kota yang merupakan daerah endemi kusta karena di daerah-daerah endemi tersebut jumlah kasus kusta yang ditemukan lebih banyak dibandingkan kabupaten/kota lain yang bukan merupakan daerah endemi kustasedangkan penambahan 1% variabel lain yang signifikan menurunkan jumlah penderita kusta di Jawa Timur. Hasil pengujian parsial parameter memperoleh kesimpulan yang sama dengan hasil pengujian overdispersion pada regresi poisson dan GPR. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa terdapat kasus overdispersion pada pemodelan jumlah kasus kusta di Jawa Timur. E. Pemilihan Model Terbaik Kriteria pemilihan model terbaik yang digunakan adalah AIC C, BIC dan QAIC C. Model terbaik adalah model yang memiliki nilai AIC C, BIC dan QAIC C terkecil. Tabel 5. Pemilihan Model Terbaik Berdasarkan AIC C dan BIC Model Variabel Yang AIC C BIC Signifikan GPR X d, X 3, X 63 411,9 418,2 Regresi binomial negatif Xd, X 3, X 4, X 5, X 7, X 83 405,5 411,9 Tabel 5 menunjukan bahwa model regresi binomial negatif memiliki nilai AIC C dan BIC lebih kecil daripada model. Tabel 6 Pemilihan Model Terbaik Berdasarkan Nilai QAIC C Model Variabel Yang Signifikan QAIC C GPR X 3, X 5 31388,79 Regresi binomial negatif Xd, X 3, X 4, X 5, X 7 1237,13 Tabel 6 merupakan perbandingan nilai QAIC C antara model GPR dan regresi binomial negatif. Hasil tersebut menunjukan bahwa model dengan nilai QAIC C terkecil adalah model regresi binomial negatif. Dengan demikian model terbaik yang lebih sesuai dalam memodelkan kasus overdispersion pada regresi poisson untuk jumlah kasus kusta di Jawa Timur adalah model regresi binomial negatif. Interaksi antara persentase penduduk umur 10 tahun keatas dengan tingkat pendidikan SD/MI kebawah dan persentase keberadaan puskesmas yang berpengaruh negatif terhadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur pada model terpilih berdasarkan AIC C dan BIC menunjukan bahwa setiap penambahan persentase penduduk umur 10 tahun keatas dengan tingkat pendidikan SD/MI kebawah dan keberadaan puskemas maka jumlah kasus kusta akan menurun. Hal ini menunjukan bahwa walaupun persentase penduduk umur 10 tahun keatas dengan tingkat pendidikan SD/MI kebawah

6 meningkat, jumlah penderita kusta bisa menurun jika persentase puskesmas meningkat. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasn maka dapat disimpulkan beberapa hal antara lain: 1. Jumlah kasus kusta di Jawa Timur pada tahun 2012 menunjukan tingkat kasus yang masih tinggi dengan ratarata sebesar 1129 kasus. Kabupaten Sampang adalah daerah dengan jumlah kasus kusta tertinggi yaitu 589 kasus sedangkan kota batu adalah kota yang tidak terdapat kasus kusta. Selain itu, nilai varians jumlah kasus kusta sangat tinggi yaitu 22378,5. Hal ini menunjukan bahwa persebaran kasus kusta tinggi di pulau Madura. 2. Hasil pemodelan dari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi jumlah kasus kusta di Jawa Timur pada tahun 2012 menggunakan regresi poisson ternyata memberikan hasil adanya pengaruh overdispersion sehingga metode Generalized poisson regression dan regresi binomial negatif digunakan untuk mengatasi kasus tersebut. a. Hasil Pemodelan Menggunakan Regresi Poisson. Model regresi poisson yang diperoleh menggunakan kriteria QAIC C adalah Faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur adalah daerah endemi kusta, persentase rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat, persentase keberadaan puskesmas, persentase penduduk usia 15-19 tahun, persentase penduduk umur 10 tahun keatas dengan tingkat pendidikan SD/MI kebawah, persentase penduduk laki-laki, persentase penduduk miskin, tingkat kepadatan penduduk (X 7 ) serta interaksi antara persentase antara rumah tangga yang memiliki rumah sehat dan persentase penduduk usia 15-19 tahun. Jika menggunakan kriteria AIC C dan BIC model yang diperoleh adalah b. Hasil Pemodelan Menggunakan GPR Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus kusta di Jawa Timur pada tahun 2012 adalah persentase keberadaan puskesmas (X 3 ), persentase penduduk usia 15-29 tahun. Jadi model GPR yang diperoleh menggunakan kriteria QAIC C adalah Sedangkan model GPR dengan nilai AIC C dan BIC terkecil adalah laki-laki, persentase penduduk usia 15-29 tahun, tingkat kepadatan penduduk, adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan ataupun penurunan jumlah kasus kusta di Jawa Timur tahun 2012. Sedangkan faktor yang mempengaruhi jumlah kasus kusta di Jawa Timur berdasarkan kriteria AIC C dan BIC terkecil adalah daerah endemi, persentase keberadaan puskesmas, persentase penduduk laki-laki, persentase penduduk usia 15-29 tahun, tingkat kepadatan penduduk serta interaksi antara persen-tase penduduk umur 10 tahun keatas dengan tingkat pendidi-kan SD/MI kebawah dan persentase keberadaan puskesmas. Model regresi binomial negatif yang memiliki nilai AIC C dan BIC terkecil adalah 3. Model regresi binomial negatif merupakan model terbaik untuk mengatasi kasus overdispersion pada regresi poisson karena menghasilkan nilai AIC C, BIC dan QAIC C yang lebih kecil daripada model GPR. DAFTAR PUSTAKA [1] World Health Organization (WHO). (2013). Weekly Epidemiological Report. 83(33): 293-300 [2] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2014). Peringatan Hari Kusta Sedunia 2014. Diunduh dari alamat www.depkes.go.id, Pada Kamis 30 Januari 2014 [3] Norlatifah, Sutomo, A. H., Solikhah. (2010). Hubungan kondisi fisik, sarana air bersih dan karakteristik masyarakat dengan kejadian kusta di kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. Jurnal KES MAS 4,(3),144-239 [4] Winkelmann, R. and Zimmermann, K. F. (1994). Count data models for demographic data.mathematical Population Studies, 4, 205-221 [5] Famoye, F., Wulu, J.T. & Singh, K.P. (2004). On the generalized poisson regression model with an application to accident data. Journal of Data Science, 2, 287-295.Chamidah [6] Kerr-Pontes, L.R., et al. (2006). Sosioeconomic, enviromental, and behavioural risk factors for leprosy in North-east Brazil: result of a case-control study. International Journal of Epidemiology 35, 994-1000 [7] Myers, R.H.(1990). Classical and Modern Regression with Aplication, Second Edition. Boston: PWS-KENT Publishing Company. [8] Ghahfarokhi, M.A.B., Iravani, H. & Sepehri, M.R. (2008). Application Of Katz Family Of Distribution For Detecting And Testing Overdispersion In Poisson Regression Models. World Academy of Science, Engineering and Technology, 42,514-519 [9] Dean, C. (1992). Testing For Detecting Overdispersion In Poisson and Binomial Regression Models. Journal Of The American Statistical Association. Theory and Methods 87 (418), 451-457 [10] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2012). Jatim Berupaya Menekan Kusta. Diunduh dari alamat http://kominfo.jatimprov.go.id, Pada Selasa 20 Mei 2014 dengan faktor yang signifikan adalah persentase keberadaan puskesmas serta interaksi antara persentase penduduk miskin dan persentase keberadaan puskesmas c. Hasil Pemodelan Menggunakan Regresi Binomial Negatif Analisis regresi binomial negatif menghasilkan model terbaik dengan QAIC C terkecil Berdasarkan model tersebut maka daerah endemi kusta, per-sentase keberadaan puskesmas, persentase penduduk