MULTIPLE MYELOMA. Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked Assyifa Anindya, S. Ked Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp.

dokumen-dokumen yang mirip
MULTIPLE MYELOMA ANATOMI

Multiple Myeloma DEFINISI GEJALA. Penyebab & Faktor Risiko

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA DI RUANG 27 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL. Disusun oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA

INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

MULTIPLE MYELOMA PENDAHULUAN

1. Epifisis Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder. DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN REFERAT MULTIPEL MIELOMA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

MYELOMA MULTIPEL. Oleh: Puga Sharaz Wangi, S. Ked I1A Pembimbing: Dr. dr. M. Darwin Prenggono, Sp. PD - KHOM

MULTIPLE MYELOMA. Gambar 1. Anatomi tulang belakang dan sarafnya

KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA

REFERAT MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.

MULTIPLE MYELOMA (MM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN MIELOMA MULTIPEL DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN

FILM READING. Perceptor : dr. Karyanto, Sp.Rad. Disusun Oleh : Annisa Ratya, S.Ked

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala

Pendahuluan. Epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. baik di belahan dunia Barat maupun di Indonesia. Kanker kolorektal (KKR) jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari

MODUL 3 SKENARIO 3 : HARUSKAH DIAMPUTASI?

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

leukemia Kanker darah

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

LAPORAN PENDAHULAN MULTIPLE MYELOMA

Laporan Pendahuluan METASTATIC BONE DISEASE PADA VERTEBRAE Annisa Rahmawati Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OSTEOPOROSIS DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura.

Peranan Kedokteran Nuklir Pada Neoplasma. Aisyah Elliyanti RS. Dr.M.Djamil/ Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

LEUKEMIA. - pendesakan kegagalan sumsum tulang - infiltrasi ke jaringan lain

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading :

Seri penyuluhan kesehatan. Kanker Leher Rahim. Dipersembahkan dengan gratis. Oleh: Klinik Umiyah. Jl. Lingkar Utara Purworejo,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

MULTIPLE MYELOMA Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked 1018011109 Assyifa Anindya, S. Ked 1018011043 Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp.PD KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.H. ABDUL MOELOEK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014

PENDAHULUAN Multiple myeloma kanker sel plasma di sumsum tulang, dimana sebuah klon dari sel plasma yang abnormal berkembang biak membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah antibodi yang abnormal yang terkumpul di dalam darah atau air kemih. Myeloma memadati sumsum tulang dan merusak tulang. Hingga akhirnya, mereka berkumpul dan membentuk tumor di sebuah multiple (kumpulan) daerah di tulang.

INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI Inggris diperkirakan 60-70 juta jiwa. Rata-rata usianya sekitar 70 tahun. Hanya 15% pasien yang berumur kurang dari 60 tahun.diestimasikan sekitar 19.920 kasus baru dari multipel mieloma akan terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008. Terdiri dari 11.190 pria dan 8.730 wanita. Rata-rata diagnosis umur 65 sampai 70 tahun. Sekitar 10.690 orang Amerika diramalkan akan meninggal karena multipel mieloma pada tahun 2008.

ETIOLOGI Paparan radiasi, benzena, dan pelarut organik lainnya, herbisida, dan insektisida Sel limfosit B yang agak dewasa yang termasuk klon sel maligna di darah dan sumsum tulang, yang dapat menjadi dewasa menjadi sel plasma. Beragam perubahan kromosom seperti delesi 13q14, delesi 17q13, dan predominan kelainan pada 11q. 1,5. Terpapar bakteri (terutama virus) atau bahan kimia, serta makanan tertentu, atau menjadi gemuk (obesitas) masih dalam penelitian

FAKTOR RESIKO Usia, >65 thn Jenis kelamin L>P Ras, kulit hitam>putih Radiasi Genetik, meningkat 4xlipat Paparan kerja, herbisida dan insektisida Infeksi, virus HPV 8 yang menyerang sel dendrite pada sumsum tulang Obesitas Penyakit plasma sel yang lain, dengan monoclonal gammopathy of undetermined significance (MGUS)

ANATOMI DAN FISIOLOGI

PATOFISIOLOGI Munculnya sel plasma clonal MGUS (monoclonal gammanopathy of undetermined significance). Adanya serial perubahan gen yang mengakibatkan penumpukan sel plasma maligna, adanya perkembangan perubahan di lingkungan mikro sumsum tulang, dan adanya kegagalan sistem imun untuk mengontrolpenyakit. Melibatkan aktivasi onkogen selular, hilangnya atau inaktivasi gen supresor tumor, dan gangguan regulasi gen sitokin

PATOFISIOLOGI Pada kondisi normal, tubuh hanya memproduksi sel plasma untuk melawan infeksi. Ketika infeksi teratasi, maka sel plasma tua akan mati. Jika terjadi mutasi genetic, maka sel plasma menjadi abnormal dan tetap bertahan membentuk tumor yang dinamakan plasmacytoma. Plasma sel abnormal, yang dinamakan sel myeloma merupakan sel kanker yang memproduksi antibody spesifik (antibody monoklonal) yang dinamakan protein M. Antibodi monoklonal yang biasanya diproduksi berlebihan oleh myeloma adalah IgG atau IgM, dapat dideteksi pada darah atau urine pasien melalui elektroforesis protein dan immunofiksasi IL-6 memiliki peran dalam menstimulus pertumbuhan sel myeloma secara in vitro. Selain IL-6, sitokin lain yang berperan adalah tumor nekrosis faktor dan IL-1b.

PATOFISIOLOGI Sistem skeletal Perombakan tulang oleh osteoklas serta mekanisme humoral akan meningkatkan jumlah kalsium dalam darah (hiperkalsemia. Destruksi tulang dan penggantiannya dengan masa tumor akan mengakibatkan nyeri, kompresi jaras spinal yang disebabkan oleh massa epidural, massa ekstradural, atau kompresi korpus vertebrta oleh multiple myeloma, dan fraktur patologis. Sistem hematologic Multiple myeloma akan menempati 20% populasi tulang sehingga menekan produksi sel-sel darah menyebabkan timbulnya neutropenia, anemia, dan trombositopenia. Dalam hal perdarahan, monoclonal antibody yang dihasilkan multiple myeloma dapat berinteraksi dengan faktor pembekuan, sehingga terjadi agregasi yang tidak sempurna. Sistem renal Multiple myeloma menyebabkan cedera pada tubulus ginjal, amiloidosis, atau invasi dari plasmasitoma. Kondisi kerusakan ginjal yang dapat diamati antara lain neuropati hiperkalsemik, hiperurisemia oleh karena infiltrasi sel plasma pada ginjal, nefropati rantai utama, amiloidosis, dan glomerulosklerosis. Sistem neurologi Kelainan pada sistema nervosa merupakan akibat dari radikulopati dan atau kompresi jaras dan destruksi tulang (infiltrasi amyloid pada syaraf)

DIAGNOSIS Diagnosis multiple myeloma dapat ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan patologi anatomi. Gejala klinis Asimptomatik myeloma dan simptomatik (myeloma aktif).

Anamnesis Lemah nyeri pada tulang dengan atau tanpa fraktur ataupun infeksi nyeri tulang Kerusakan ginjal Perdarahan yang diakibatkan oleh trombositopenia Fraktur patologis : seperti fraktur kompresi vertebra dan juga fraktur tulang panjang Gejala-gejala hiperkalsemia berupa somnolen, nyeri tulang, konstipasi, nausea, dan rasa haus kompresi vertebra : nyeri punggung, kelemahan, mati rasa, atau disestesia pada ekstremitas

Pemeriksaan Fisik Pucat yang disebabkan oleh anemia Ekimosis atau purpura sebagai tanda dari thrombositopeni Gambaran neurologis seperti perubahan tingkat sensori, lemah, atau carpal tunnel syndrome. Amiloidosis dapat ditemukan pada pasien multiple myeloma seperti makroglossia dan carpal tunnel syndrome. Gangguan fungsi organ visceral seperti ginjal, hati, otak, limpa akibat infiltrasi sel plasma (jarang).

Darah rutin : anemia normositik normokrom, leukosit normal, dapat pansitopenia, peningkatan LED. Laboratorium Urin rutin : proteinuria Apusan darah tepi : formasi reuleaux

Gambaran radiologi 1) Foto polos x-ray Fraktur kompresi pada corpus vertebra, tidak dapat dibedakan dengan osteoprosis senilis. Lesi-lesi litik punch out lesion yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping. Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks, menghasilkan massa jaringan lunak. Foto skull lateral yang menggambarkan sejumlah lesi litik punch outlesion yang khas pada calvaria, yang merupakan karakteristik dari gambaran multiple myeloma.

Foto pelvic yang menunjukkan fokus litik kecil yang sangat banyak sepanjang tulang pelvis dan femur yang sesuai dengan gambaran multiple myeloma.

Foto femur menunjukkan adanya endosteal scalloping (erosi pada cortex interna) pada pasien dengan multiple myeloma.

2) CT-Scan Diffuse osteopenia dapat memberi kesan adanya keterlibatan myelomatous sebelum lesi litik sendiri terlihat. Pada pemeriksaan ini juga dapat ditemukan gambaran sumsum tulang yang tergantikan oleh sel tumor, osseous lisis, destruksi trabekular dan korteks. Lytic expansile mass dari C5. Pada CT Scan tranversal C5 menunjukkan adanya perluasan massa jaringan lunak (expansile soft-tissue mass) pada sepanjang sisi kanan Vertebra Cervikal 5 dengan kerusakan tulang terkait. CT Scan sagital T1 gambaran weighted pada vertebra lumbalis me- 9 nunjukkan adanya infiltrasi difus sumsum yang disebabkan oleh multiple myeloma.

3) MRI Pada pasien dengan lesi ekstraosseus, MRI dapat berguna untuk menentukan tingkat keterlibatan dan untuk mengevaluasi kompresi tulang. Foto potongan sagital T1 weighted-mri pada lumbarsakral memperlihatkan adanya diffusely mottled marrow yang menunjukkan adanya diffuse involvement pada sumsum tulang dengan multiple myeloma. Juga didapatkan gambaran fraktur kompresi pada seluruh vertebra yang tervisualisasi. Pada V-T10 terdapat adanya focal mass-like lesion yang menunjukkan suatu plasmacytoma.

4) Radiologi Nuklir FDG PET scan pada pasien multiple myeloma dengan difuse yang berat disertai focal disease.

Patologi Anatomi Sel plasma berproliferasi di dalam sumsum tulang. Sel-sel plasma memiliki ukuran yang lebih besar 2 3 kali dari limfosit, dengan nuklei eksentrik licin (bulat atau oval) pada kontur dan memiliki halo perinuklear. Sitoplasma bersifat basofilik. Aspirasi sumsum tulang memperlihatkan sel-sel plasma multiple myeloma. Tampak sitoplasma berwarna biru, nukleus eksentrik, dan zona pucat perinuclear (halo).

Biopsi sumsum tulang menunjukkan lembaran sel-sel plasma ganas pada multiple myeloma.

Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis multiple myeloma pada pasien yang memiliki gambaran klinis multiple myeloma adalah sumsum tulang dengan >10% sel plasma atau plasmasitoma dengan salah satu dari kriteria berikut : Protein monoclonal serum (biasanya >3g/dL) Protein monoclonal urine Lesi litik pada tulang

Salmon Durie staging : a) Stadium I Level hemoglobin lebih dari 10 g/dl Level kalsium kurang dari 12 mg/dl Gambaran radiograf tulang normal atau plasmositoma soliter Protein M rendah (mis. IgG < 5 g/dl, Costa < 3 g/dl, urine < 4g/24 jam) b) Stadium II Gambaran yang sesuai tidak untuk stadium I maupun stadium III c) Stadium III Level hemoglobin kurang dari 8,5 g/dl Level kalsium lebih dari 12 g/dl Gambaran radiologi penyakit litik pada tulang Nilai protein M tinggi (mis. IgG >7 g/dl, Costa > 5 g/dl, urine > 12 g/24 jam) Subklasifikasi A meliputi nilai kreatinin kurang dari 2 g/dl Subklasifikasi B meliputi nilai kreatinin lebih dari 2 g/dl

International Staging System untuk multiple myeloma a) Stadium I β2 mikroglobulin 3,5 g/dl dan albumin 3,5 g/dl CRP 4,0 mg/dl Plasma cell labeling index < 1% Tidak ditemukan delesi kromosom 13 Serum Il-6 reseptor rendah durasi yang panjang dari awal fase plateau b) Stadium II Beta-2 microglobulin level >3.5 hingga <5.5 g/dl, atau Beta-2 microglobulin <3.5g/dL dan albumin <3.5 g/dl c) Stadium III Beta-2 microglobulin >5.5 g/dl

DIAGNOSIS BANDING Metastasis tumor ke tulang : Disebabkan keganasan primer payudara, paru, prostat, ginjal dan kelenjar gondok Penyebaran ini ternyata ditemukan lebih banyak di tulang skelet daripada ekstremitas Gambaran "blastic" adalah apabila kita temukan lesi dengan densitas yang lebih tinggi dari tulang sendiri. Keadaan yang lebih jarang ini kita temukan pada metastasis dari tumor primer seperti prostat, payudara, lebih jarang pada karsinoma kolon, paru, pankreas Selain gambaran radiologik, ditemukannya proteinuri Bence Jones pada pemeriksaan urin rutin dapat menyingkirkan adanya metastasis tumor ke

Foto pelvic pada metastasis tumor payudara ke tulang memberikan gambaran osteolytic.

PENGOBATAN Kemoterapi regimen awal yang paling sering digunakan adalah kombinasi antara thalidomide dan dexamethasone. Kombinasi lain berupa agen nonkemoterapeutik bartezomib dan lenalidomide sedang diteliti. Pasien usia <70 tahun bisa dilakukan transplantasi stem sel autolog. Radioterapi terlokalisasi dapat berguna sebagai terapi paliatif nyeri pada tulang atau untuk mengeradikasi tumor pada fraktur patologis. Hiperkalsemia dapat diterapi secara agresif, imobilisasi dan pencegahan dehidrasi. Bifosfonat mengurangi fraktur patologis pada pasien dengan penyakit pada tulang.

PROGNOSIS Menurut Salmon Durie System, angka rata-rata pasien bertahan hidup sebagai berikut : Stadium I > 60 bulan Stadium II, 41 bulan Stadium III, 23 bulan Stadium B memiliki dampak yang lebih buruk. Menurut the International staging system maka ratarata angka bertahan hidup pasien dengan multiple myeloma sebagai berikut : Stadium I, 62 bulan Stadium II, 44 bulan Stadium III, 29 bulan

THANK YOU FOR YOUR ATTENTION