BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Pasar Kliwon yang berada di wilayah Kota Surakarta.

dokumen-dokumen yang mirip
PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. balita yang berusia 6-24 bulan sebanyak 48 orang. a. Penimbangan dan pencatatan berat badan balita

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. Pembahasan penelitian ini meliputi hasil analisis univariat yaitu pengetahuan ibu

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB I PENDAHULUAN. semakin baik. Status gizi anak balita akan berkaitan erat dengan kondisi

Hubungan Kegiatan Posyandu Dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun oleh : DIAN KUSUMAWATI J

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

Moehji, S Ilmu Gizi, Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi Edisi 5. Jakarta: Papan Sinar Sinarta Bhatara Niaga Media. Mubarak, W.I

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan tingkat kreativitas pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Tri Puspa Kusumaningsih, Novia Ayunita. Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa Purworejo Jl.Soekarno Hatta, Borokulon, Banyuurip, Purworejo

BAB III ANALISISI PERENCANAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Simpang Baru merupakan salah satu kelurahan yang terletak di

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. iklim tropis, dengan luas wilayah 56,400 Ha. Batas wilayah utara desa

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di 14 posyandu lansia Tamantirto Kasihan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelurahan Semanggi 1. Letak Geografis Kelurahan Semanggi merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Pasar Kliwon yang berada di wilayah Kota Surakarta. Wilayah ini terletak di ketinggian rata-rata 92 meter diatas permukaan laut, beriklim tropis dengan suhu rata-rata 19 32 0 C. Luas wilayah cakupan Kelurahan Semanggi berdasarkan data statistik pada tahun 2012 yaitu 166.82 ha yang terbagi menjadi 23 Rukun Warga (RW) dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Joyosuran dan Kelurahan Pasar Kliwon Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta 2. Demografi a. Kependudukan Jumlah penduduk di wilayah Kelurahan Semanggi pada bulan juli tahun 2016 sebanyak 35.103 jiwa, terdiri dari laki-laki 17.649 jiwa dan perempuan 17.454 jiwa. Penduduk tersebar di 23 RW 45

46 dengan jumlah 9.151 Kepala Keluarga. Berikut jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin : Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah (Tahun) 0-4 2.328 2.324 4.562 5-9 1.382 1.271 2.653 10-14 1.400 1.305 2.705 15-19 1.512 1.413 2.925 20-24 1.390 1.393 2.783 25-29 1.642 1.500 3.142 30-39 2.917 2.777 5.694 40-49 2.299 2.399 4.698 50-59 1.710 1.807 3.517 60+ 1.069 1.355 2.424 JUMLAH 17.649 17.454 35.103 Sumber : Laporan Monografi Dinamis Kelurahan Semanggi Juli 2016 Berdasarkan Tabel 10 diketahui jumlah penduduk tertinggi berusia 40-49 tahun sedangkan yang terendah berusia 60 tahun keatas. b. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Semanggi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah % 1 Tamat Akademi / Perguruan Tinggi 3.218 10,53 2 Tamat SLTA 8.072 26,43 3 Tamat SLTP 6.850 22,42 4 Tamat SD 2.009 6,57 5 Tidak Tamat SD 3.082 10,09 6 Belum Tamat SD 5.358 17,54 7 Tidak Sekolah 1.952 6,39 Jumlah 30.541 100 Sumber : Laporan Monografi Dinamis Kelurahan Semanggi Juli 2016 Berdasarkan data skunder dari Kelurahan Semanggi didapatkan hasil penduduk yang tamat SLTA memiliki persentase tertinggi

47 sebesar 26,43% dan penduduk yang tidak sekolah memiliki presentase terendah sebesar 6,39%. c. Mata Pencaharian Mata pencarian kepala keluarga Kelurahan Semanggi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Distribusi Kepala Keluarga menurut Pekerjaan No Mata Pencarian Jumlah % 1 Petani 12 0,04 2 Buruh Tani 2 0,007 3 Pengusaha 689 2,47 4 Buruh Industri 3.544 12,70 5 Buruh Bangunan 2.902 10,40 6 Pedagang 4.304 15,43 7 Pengangkutan 1.581 5,66 8 PNS/TNI/POLRI 279 1,00 9 Pensiunan 257 0,92 10 Lain-lain 14.316 51,33 Jumlah 27.886 100 Sumber : Laporan Monografi Dinamis Kelurahan Semanggi Juli 2016 Berdasarkan pada Tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah selain pekerjaan yang terdapat ditabel sebesar 51,33%, sedangkan yang paling sedikit adalah buruh tani 0,007% hal ini dikarenakan letak wilayah yang berada di perkotaan dengan jarak 3 km dari pusat pemerintahan kota. d. Pelayanan Kesehatan Jumlah fasilitas kesehatan menurut data skunder Puskesmas Sangkrah tahun 2015 di Kelurahan Semanggi sebanyak 63 terdiri dari 2 puskesmas pembantu, 1 puskesmas keliling, 29 posyandu balita, 12 posyandu lansia, rumah bersalin dengan bidan praktik

48 B. Hasil Penelitian sebanyak 3 orang, terdapat 2 buah apotik, 7 orang dokter praktek swasta serta 4 buah balai pengobatan. 1. Analisis Univariat a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu Karakteristik responden berdasarkan umur ibu dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok ibu umur kurang dari 20 tahun, rentang umur 21-35 tahun, dan lebih dari 35 tahun (Budiman dan Riyanto, 2013). Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur ibu di Kelurahan Semanggi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Umur Ibu Umur Ibu (Tahun) Jumlah % < 20 6 5,94 21-35 79 78,21 >36 16 15,84 Total 101 100 Berdasarkan Tabel 13 jumlah responden dengan umur 21-35 tahun merupakan kelompok umur responden yang terbanyak yaitu 78,21% dan distribusi yang terkecil adalah kelompok usia kurang dari 20 tahun yaitu 5,94%. Bertambahnya umur seseorang terjadi perubahan pada fisik dan psikologis, pada aspek psikologis atau mental cara berfikir seseorang akan semakin matang dan dewasa (Mubarak, 2007). Menurut Budiman dan Riyanto (2013) bahwa umur 21-35 tahun merupakan usia produktif kesehatan seseorang, usia madya atau dewasa yang memberikan kesempatan yang lebih besar untuk belajar dan mengembangkan daya intelektualnya. Umur akan

49 mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Responden pada umur tersebut cukup mempunyai pengalaman proses berfikir yang matang dan pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang baik bagi bayinya (Mubarak, 2007). b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Soetjiningsih (2002) menyatakan pendidikan ibu berperan dalam menentukan keadaan gizi anak, karena ibu dengan tingkat pendidikan yang baik dinggap memiliki pengetahuan yang cukup untuk memilih menu yang tepat bagi anaknya. Berdasarkan penelitian, distribusi tingkat pendidikan responden adalah sebagai berikut: Tabel 14. Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan Ibu Pendidikan Ibu Jumlah % Tidak Sekolah 1 0,99 SD 18 17,82 SMP 27 26,73 SMA/SMK 45 44,55 Diploma 7 6,93 Perguruan Tinggi 3 2,97 Total 101 100 Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa frekuensi pendidikan ibu yang tertinggi SMA/SMK yaitu sebesar 44,55% dan yang terendah tidak sekolah yaitu sebesar 0,99%. Pendidikan SMA/SMK sudah dianggap dapat menerima berbagai informasi tentang gizi bagi balita, baik yang didapat dari bangku sekolah maupun dari media massa elektronik maupun cetak. Adanya hal

50 tersebut, diharapkan ibu mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai gizi untuk balita (Setiaji, 2012). Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Mahardiani (2011) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan. Ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai peluang 14,29 kali berpengetahuan baik dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah baginya untuk menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki (Notoadmojo, 2003), tetapi orang yang mempunyai pendidikan rendah belum tentu mempunyai pengetahuan rendah (Widayatun, 2004). c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Status kerja merupakan suatu predikat yang disandang seseorang yang berhubungan dengan pekerjaan. Pekerjaan ibu adalah sesuatu yang digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang (Diah dan Yenrina, 2004). Hasil pengumpulan data responden berdasarkan status pekerjaan ibu dapat dilihat pada Tabel 15.

51 Tabel 15. Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu Pekerjaan Ibu Jumlah % Buruh 7 6.9 Ibu Rumah Tangga 74 73.3 Karyawan 2 2 Pedagang 2 2 Penjahit 1 1 Swasta 11 10,9 Wiraswasta 4 4 Total 101 100 Mayoritas responden adalah ibu rumah tangga sebesar 73,3%. Pekerjaan erat hubungannya dengan aktivitas ibu setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pekerjaan ibu bisa dilakukan dirumah, di tempat kerja baik yang dekat maupun yang jauh dari tempat tinggal, dalam hal ini lamanya seorang ibu meninggalkan bayinya untuk bekerja menjadi salah satu alasan kurangnya perhatian dalam memberikan makanan tambahan pada bayi (Suhardjo, 2003). Seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki lebih banyak waktu dalam mengasuh serta merawat anak. Sehingga ibu balita yang tidak bekerja memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memantau dan mengasuh perkembangan dan pertumbuhan balita (Gabriel, 2008). d. Distribusi Pengetahuan Ibu Mengenai Makanan Pendamping ASI Pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh setiap orang setelah melihat, mengalami sejak lahir sampai dewasa Purwadarminta (2002) dalam lestari. Hasil penelitian yang di lakukan Ikhwansyah (2010) dalam lestari,

52 dimana pendidikan dan pengetahuan akan berhubungan secara bermakna dengan perilaku ibu dalam memberikan makan. Pengetahuan ibu mengenai MP-ASI dikelompokkan menjadi 3 kriteria, yaitu baik, cukup dan kurang. Adapun distribusi pengetahuan ibu sebagai berikut: Tabel 16. Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Pengetahuan Ibu Jumlah % Kurang 25 24,8 Cukup 51 50,5 Baik 25 24,8 Total 101 100 Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 24,8%, pengetahuan cukup 50,5% dan pengetahuan kurang 24,8%. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pengetahuan mengenai MP-ASI kurang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: umur dan tingkat pendidikan. Selain faktor umur dan tingkat pendidikan, kurangnya pengetahuan responden juga dikarenakan kurang adanya sosialisasi atau penyuluhan dari petugas kesehatan setempat mengenai kesehatan dan gizi (Kiger,2004). Sikap merupakan domain perilaku yang dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan serta emosi (Notoatmodjo, 2010). Sikap ibu yang positif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang positif pula (Setiaji, 2012).

53 Tabel 17. Hasil Kuesioner Pengetahuan Ibu Mengenai MP-ASI No Jawaban Benar Jawaban Salah Pertanyaan Jumlah % Jumlah % 1 100 99 1 1 2 61 60,4 40 39,6 3 32 31,7 69 68,3 4 84 83,2 17 16,8 5 58 57,4 43 42,6 6 40 39,6 61 60,4 7 95 94,1 6 5,9 8 70 69,3 31 30,7 9 96 95 5 5 10 82 81,2 19 18,8 11 75 74,3 26 25,7 12 83 82,2 18 17,8 13 89 88,1 12 11,9 14 66 65,3 35 34,7 15 62 61,4 39 38,6 16 53 52,5 48 47,5 17 74 73,3 27 26,7 18 62 61,4 39 38,6 19 89 88,1 12 11,9 20 89 88,1 12 11,9 21 89 88,1 12 11,9 22 46 45,5 55 54,5 23 93 92,1 8 7,9 24 89 88,1 12 11,9 25 43 42,6 58 57,4 26 40 39,6 61 60,4 27 89 88,1 12 11,9 28 81 80,2 20 19,8 29 62 61,4 39 38,6 30 86 85,1 15 14,9 Kuesioner berisi 30 pernyataan dengan kisi-kisi definisi MP- ASI nomor 1 sampai 8, pemberian MP-ASI nomor 9 sampai 17, manfaat MP-ASI nomor 18 sampai 22, serta jenis dan frekuensi nomor 23 sampai 30 Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik adapun faktor intrinsik meliputi pendidikan, pekerjaan sedangkan

54 faktor ektrinsik meliputi umur, dengan meningkatkan dan mengoptimalkan faktor intrinsik yang ada dalam diri dan faktor ektrinsik diharapkan pengetahuan ibu meningkat, pengetahuan berhubungan dengan masalah kesehatan dan mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu. Kurangnya pengetahuan gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan seharihari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Notoatmodjo, 2007). e. Karakteristik Balita Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan distribusi balita menurut jenis kelamin balita usia 6-24 bulandapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah % Laki-Laki 53 52,5 Perempuan 48 47,5 Total 101 100 Karakteristik jenis kelamin balita terbanyak yaitu laki-laki sebesar 52,5%. Jenis kelamin dan bertambahnya umur seseorang akan mempengaruhi perubahan aspek fisik dan psikologis anak (Wawan dan Dewi, 2010). Suhendri (2009) menyatakan jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga ada keterkaitan antara jenis kelamin dan keadaan gizi balita.

55 f. Karakteristik Balita Berdasarkan Umur Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan distribusi balita menurut umur balita usia 6-24 bulan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Umur Kategori Umur (Bulan) Jumlah % 6-9 15 14,85 10-12 12 11,88 13-18 35 34,65 19-24 39 38,61 Total 101 100 Berdasarkan Tabel 19 jumlah responden terbanyak terdapat pada umur 19-24 bulan yaitu sebesar 38,61% dan hasil terkecil terdapat pada umur 10-12 bulan yaitu sebesar 11,88%. Masa balita merupakan masa dimana perlu mendapatkan perhatian yang lebih, karena balita pada masa ini memiiki rentan terhadap kekurangan gizi dan kejadian sakit. Asupan zat gizi sangat penting dibutuhkan pada masa ini, umur balita termasuk dalam kelompok rentan dan rawan gizi (Wirandoko, 2007). g. Distribusi Status Gizi Balita Status gizi yaitu kesehatan gizi masyarakat yang tergantung pada tingkat konsumsi yang dibutuhkan oleh tubuh dengan susunan makanan dan perbandingan satu dengan yang lain (Notoatmodjo, 2007). Keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi serta penggunaan zat-zat gizi dalam tubuh akan menunjukkan keadaan status gizi individu (Supariasa, 2002). Almatsier (2009) menyatakan status gizi dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.

56 Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan distribusi balita menurut status gizi balita usia 6-24 bulan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Status Gizi Jumlah % Gizi Buruk 1 1 Gizi Kurang 6 5,9 Gizi Baik 94 93,1 Gizi Lebih 0 0 Total 101 100 Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan bahwa status gizi menurut BB/U pada anak balita. Balita gizi baik dengan subyek terbanyak sebesar 93,1%. Kurang atau buruknya status gizi balita di posyandu dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah tingkat pengetahuan ibu tentang gizi. Gizi berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. Anak balita berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan dewasa, anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri serta memilih makanan sehingga perlu peran dari orang tua (Proverawati dan Wati, 2010). 2. Analisis Bivariat (Hubungan Pengetahuan Ibu Mengenai Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan) Distribusi data hubungan pengetahuan ibu mengenai MP-ASI dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 21.

57 Tabel 21. Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu Berdasarkan Status Gizi Balita Pengetahuan Ibu Status Gizi Balita Jumlah Lebih Baik Kurang Buruk % % % % % Baik 0 100 0 0 100 Cukup 0 96,1 3,9 0 100 Kurang 0 80 16 4 100 Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa 25 reponden dengan pengetahuan baik memiliki balita yang berstatus gizi baik sebesar 100%, dari hasil tersebut perlu adanya pembuktian dengan melakukan uji korelasi data. Hasil uji korelasi pengetahuan ibu balita mengenai pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi pada balita dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Uji Korelasi Pengetahuan Ibu Mengenai Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Balita Variabel Jumlah Ratarata Std. Min Max P value Deviasi Pengetahuan 101 21,38 4,22 10 30 0,014 Status Gizi 101-0,54 1,05-3,45 1,89 Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa pengetahuan ibu rata-rata 21,38 (pengetahuan cukup), nilai minimun 10 (pengetahuan kurang), nilai maksimun 30 (pengetahuan baik) dan Standar Deviasi 4,22. Status gizi rata-rata -0,54 (status gizi baik), nilai minimum -3.45 (status gizi buruk), nilai maksimum 1,89 (status gizi baik) dan Standar Deviasi 1,05. Nilai p value dari uji hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita menggunakan Uji Pearson Product Moment yaitu sebesar 0,014 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu balita mengenai pemberian MP-ASI dengan status

58 gizi balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mawarni (2013) di Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta yang menyatakan bahwa terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan status gizi baduta usia 6-24 bulan. Pengetahuan merupakan domain penting dalam membentuk tindakan dan perilaku seseorang. Pengetahuan dapat membuat keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi balita. Sedangkan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi balita yaitu konsumsi pangan dan penyakit infeksi (Aini dkk, 2013). Pengetahuan bukan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi anak balita, namun pengetahuan gizi memiliki peran penting, karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup khususnya dibidang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 2007). Soetjiningsih (2001) menyatakan bahwa gangguan gizi sering terjadi karena kurang pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan bergizi, ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahan-bahan lokal yang bergizi, dan kemiskinan, sehingga kurang mampu menyediakan makanan yang bergizi.

59 Pengetahuan ibu tentang keragaman dan jenis masakan yang kurang akan menurunkan konsumsi makan balita, ketrampilan ibu dibidang memasak juga dapat menurunkan konsumsi makan balita, karena seorang ibu sebagai pengelola serta penyelenggara makanan dalam keluarga mempunyai peran penting dalam peningkatan status gizi anggota keluarga (Marimbi, 2010). Depkes RI (2004) menyatakan faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, pola asuh, dan kesadaran keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pendapat tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Kemenkes RI (2010) semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi dan mengimplementasikan pengetahuannya dalam perilaku khususnya di bidang kesehatan dan gizi. Pendidikan ibu yang relatif rendah berkaitan dengan sikap dan tindakan ibu dalam menangani masalah gangguan gizi pada anak balitanya. Tingkat pendidikan tidak selalu menentukan tingkat pengetahuan ibu. Seseorang yang hanya tamatan Sekolah Dasar belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang memiliki pendidikan tinggi. Orang yang berpendidikan rendah jika, orang tersebut rajin mendengarkan

60 penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik (Depkes RI, 2004). Ketidaksesuain bisa terjadi karena pendidikan bukan satusatunya faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, artinya pendidikan yang tinggi belum tentu diikuti oleh sikap dan perilaku yang baik pula. Hal ini juga disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti keadaan ekonomi, penyakit infeksi, keluarga miskin, tradisi dan keadaan lingkungan (Fisher, dkk. 2012). Berdasarkan hasil penelitian terdapat 25 responden tergolong berpengetahuan baik dengan status gizi baik, hal tersebut disebabkan ibu yang memiliki pengetahuan mengenai pemberian MP-ASI akan mengimplementasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi. Sedangkan dalam penelitian ini juga terdapat ibu yang berpengetahuan kurang tapi memiliki anak dengan status gizi baik, berdasarkan wawancara responden sering mendapatkan penyuluhan dan evaluasi mengenai MP-ASI yang dilakukan oleh ibu kader Posyandu. Status gizi dipengaruhi oleh 2 penyebab, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung adalah asupan makan dan penyakit infeksi yang diderita anak. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, faktor ekonomi, budaya, pengetahuan dan pendidikan. Pengetahuan mengenai penyusunan menu guna memenuhi kebutuhan asupan makan bayi sangat penting, karena akan berdampak pada status gizi anak. Pemilihan jenis bahan makanan sedemikian rupa untuk mendapatkan menu terbaik

61 sekaligus mengupayakan variasi menu agar anak tidak merasa bosan sehingga, mempengaruhi tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi makan akan berdampak pada status gizi anak (Adisasmito, 2007).Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian Dewanti (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dengan status gizi bayi. 3. Internalisasi Nilai-nilai Keislaman dalam Penelitian Hasil penelitan ini menunjukkan sebanyak 24,8% subjek berpengetahuan kurang dengan 16% balita memiliki status gizi kurang. Ibu balita dengan pengetahuan gizi yang kurang dapat mempengaruhi status gizi anaknya. Moehji (2009) menerangkan bahwa pengetahuan tentang gizi dapat membantu seseorang dalam memilih bahan makanan yang akan dikonsumsi. Oleh karena itu, Allah menyuruh ummat manusia senantiasa menuntut ilmu. Salah satu metode menuntut ilmu adalah dengan membaca. Perintah ini ditegaskan dalam Al-qur an Surat Al-Alaq ayat 1-5 : Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [1589]. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui (Q.S. Al-Alaq: 1-5). [1589] Maksudnya : Allah mengajar manusia dengan perantara tulis dan baca. Kurangnya pengetahuan gizi mengakibatkan kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi pola gizi seimbang dalam jumlah asupan dan kebutuhan gizi sesuai dengan usia anak balita.

62 Pengetahuan gizi yang sesuai dapat membantu memperbaiki status gizi untuk mencapai pertumbuhan yang optimal pada anak balita. Peningkatan pengetahuan mengenai gizi akan menjadi kekuatan pendorong untuk meningkatkan status gizi balita. Akan tetapi pengetahuan gizi tidak selalu menjadi dasar dalam pemilihan makanan, hal ini masih dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Jadi meskipun memiliki pengetahuan baik, jika masih melakukan kebiasaan makan yang tidak sehat, maka sulit untuk meningkatkan status gizi balita (Yudha, 2014). Hal tersebut sesuai dengan Al-Qur an At-taubah ayat 122 : Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Ayat diatas dapat diambil pelajaran bahwa pentingnya ilmu pengetahuan. Sampai zaman rasulullah pun para sahabat begitu mementingkan ilmu pengetahuan, sebagian mereka pergi berperang dan sebagian mereka diam bersama rasulullah untuk menimba ilmu, kemudian para sahabat yang diam untuk menimba ilmu dari rasulullah mengajarkan kembali apa yang mereka dengar dari rasulullah kepada para sahabat yang lain yang telah ikut berperang.

63 Sebab inilah islam maju dalam bidang ilmu pengetahuan di era para sahabat hingga beberapa abad setelah mereka. Jauh di abad ketiga hijrah, imam syafi i rela mengornbankan harta, umur beliau demi ilmu pengetahuan yang beliau tuntut. Seseorang diharapkan akan meningkatkan pengetahuannya setelah menuntut ilmu atau membaca khusunya mengenai kesehatan dan gizi sehingga dapat mengaplikasikan ilmunya dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Allah juga telah mengarahkan manusia untuk selalu mengkonsumsi makanan yang halal dan toyyib. Hal ini telah ditegaskan dalam Al-qur an Surat Al-Maidah Ayat 88: A r t Artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-nya. C. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa keterbatasan, penelitian ini tidak mempertimbangkan faktor lain seperti enabling factor dan reinforcing factor yang dapat mempengaruhi pengetahuan pemberian MP-ASI dan status gizi pada balita usia 6-24 bulan sehingga, akan menimbulkan bias. Penelitian ini belum melakukan persamaan persepsi dari jenis MP-ASI itu sendiri.