III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan utama dan satu percobaan lanjutan, yaitu:

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

III. METODE PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. I. Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrek Phalaenopsis. Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

BIOTEKNOLOGI KULTUR JARINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan RAL (Rancangan acak lengkap) dengan 1 media pembanding

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Perancangan Percobaan 2. 2 Prosedur Penelitian Persiapan Eksplan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

III. METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR (SB )

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

Tentang Kultur Jaringan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

BAB III METODE PENELITIAN. adalah jenis eksplan tumbuhan Puwoceng yang digunakan yaitu daun dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAB 3 BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

Kontaminasi No Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 Total 1 B B B B B

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan yaitu perbedaan pemberian konsentrasi ion logam Cu 2+

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

Transkripsi:

18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 STUDI 1: REGENERASI TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DARI KALUS YANG TIDAK DIIRADIASI SINAR GAMMA Studi ini terdiri dari 3 percobaan yaitu : 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus. 2. Percobaan 2: Respons klon tebu terhadap media induksi kalus. 3. Percobaan 3: Pengaruh konsentrasi IBA terhadap pengakaran tunas tebu dan daya hidup kalus pada waktu diaklimatisasi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.1.1 Percobaan 1 : Pengaruh Konsentrasi 2,4-D terhadap Proliferasi Kalus 3.1.1.1 Bahan Tanaman Tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman tebu klon Ragnar yang diperoleh dari PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Lampung. Eksplan yang digunakan adalah gulungan daun muda (leafroll). Cara pengambilan eksplan dilakukan sebagaimana dilaporkan oleh Mayang (2011). Pengambilan eksplan

19 dari lahan dilakukan dengan cara mengambil batang tanaman bagian atas sepanjang ± 1 meter. Potongan batang kemudian dibersihkan dari pelepah daunnya, selanjutnya bagian pangkal batang direndam dengan larutan fungisida Dithane M 45 sebanyak 2 g/l selama 60 menit. Setelah itu batang tebu tersebut dipotong kembali hingga panjangnya 13 15 cm. Eksplan yang digunakan berupa potongan gulungan daun muda pada pucuk tanaman tebu bagian terdalam. 3.1.1.2 Sterilisasi Eksplan Sterilisasi batang tebu dilakukan dengan 2 tahap yaitu sterilisasi luar dan sterilisasi dalam. Sterilisasi luar dilakukan dengan membuang pelepah daun terluar secara hati-hati dan selanjutnya dicuci dengan detergen hingga bersih kemudian dibilas dengan air mengalir. Setelah itu dilakukan sterilisasi di dalam LAFC (laminar air flow cabinet) dengan cara mengupas pelepah daun sampai pada daun termuda hingga batang berdiameter 0,5 1 cm kemudian direndam ke dalam ethanol 70% selama ± 30 detik. Setelah itu eksplan direndam ke dalam larutan Bayclin (mengandung 5,25% sodium hipoklorit) 25 % dan Tween 20 sebanyak 5 tetes dikocok perlahan selama 10 menit. Kemudian eksplan direndam kembali dengan Bayclin (mengandung 5,25% sodium hipoklorit) 15 % Tween 20 sebanyak 5 tetes dikocok perlahan selama 10 menit. Selanjutnya eksplan dibilas dengan air steril hingga 3 kali dan eksplan siap untuk dipotong-potong kemudian ditanam pada media induksi kalus.

20 a b b c d e f g Gambar 1. Tahap sterilisasi eksplan. (a) pengupasan pelepah daun, (b) perendaman eksplan ke dalam detergen, (c) pencucian eksplan, (d) perendaman dan pengocokan eksplan dalam larutan Bayclin+Tween 20, (e) pembilasan eksplan sebanyak 3 kali, (f) pengirisan eksplan, dan (g) penanaman eksplan 3.1.1.3 Induksi Kalus Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh kalus embriogenik yang mudah diregenerasikan menjadi tunas. Induksi kalus dilakukan sebagaimana dilaporkan oleh Mayang (2011) yaitu dengan menanam potongan eksplan gulungan daun muda (leafroll) berdiameter ± 0,5 cm dan diiris melintang setebal 1,5 2 mm ke dalam media MS + 2,4-D 3 mg/l. Pembuatan media induksi kalus dilakukan dengan cara membuat larutan stok dan menimbang bahan lain yang tidak dibuat larutan bakunya. Media yang dibuat adalah formulasi media MS + 2,4-D 3 mg/l + CW (coconut water) 150 ml/l + Asam askorbat 150 mg/l + Asam sitrat 50 mg/l. Setelah bahan tercampur merata, larutan tersebut ditera hingga 1 liter dengan menggunakan labu ukur. Selanjutnya ph larutan media disesuaikan menjadi 5,8 dengan menambahkan KOH 1 N jika ph kurang dari 5,8 dan HCl 1 N jika ph lebih dari 5,8. Setelah larutan media disesuaikan ph nya, media ditambahkan

21 agar-agar 8 g/l sebagai pemadat media, kemudian media dimasak hingga mendidih. Setelah mendidih, larutan dimasukkan ke dalam botol steril, kemudian ditutup dengan menggunakan plastik dan diikat dengan karet. Setelah itu, botolbotol tersebut di autoklaf selama 7 menit pada suhu 121 o C dan tekanan 1,55 kg f/cm 2. 3.1.1.4 Subkultur Kalus Subkultur kalus dilakukan pada 1 bulan setelah penanaman eksplan ke dalam media MS+2,4-D (1, 2, 3, 4, dan 5 mg/l). Prosedur pembuatan media kultur dilakukan sama dengan pembuatan media induksi kalus, hanya saja media yang dibuat adalah media MS + 2,4-D dengan konsentrasi (1, 2, 3, 4, dan 5 mg/l). Kalus yang akan disubkultur dipilih yang embriogenik dengan ciri-ciri kalus terlihat putih kompak. Setiap botol berisi 4 clumps, masing-masing clump berdiameter ± 1 cm. Botol yang telah berisi eksplan ditutup rapat menggunakan plastik dan diikat karet gelang. Botol-botol kultur tersebut kemudian diletakkan pada rak kultur dalam ruang gelap dengan suhu ruang 25±2 o C. 3.1.1.5 Analisis Statistik Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan teracak sempurna (RTS) dengan perlakuan beberapa taraf konsentrasi 2,4-D (1, 2, 3, 4, dan 5 mg/l). Setiap unit percobaan terdiri dari 3 botol kultur yang masing-masing berisi 4 clumps. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data dianalisis keragamannya dengan menggunakan analisis ragam. Perbedaan dua nilai tengah diuji dengan

22 menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program EXTAT. 3.1.1.6 Pengamatan Pengamatan dilakukan pada umur 1 bulan setelah penanaman eksplan dengan variabel ukuran diameter clumps, dan bobot clumps. Diameter clumps dapat diukur dengan cara meletakkan kalus pada cawan petri dengan kertas millimeter blok di bagian bawah petri. Bobot clumps diperoleh dengan cara clumps diletakkan pada cawan petri yang berada diatas timbangan analitik. a b Gambar 2. Pengamatan diameter dan bobot clump/kalus. (a) Pengukuran diameter clump, dan (b) Pengukuran bobot clump Persen pertambahan bobot dan diameter clumps juga dihitung dengan rumus sebagai berikut: % pertambahan = bobot akhir bobot awal bobot awal x 100%

23 3.1.2 Percobaan 2 : Respons Klon Tebu terhadap Media Induksi Kalus 3.1.2.1 Bahan tanaman Tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah 4 klon tebu (Ragnar, X3, GM 19, dan GP11) yang berasal dari PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Lampung. Eksplan yang digunakan adalah gulungan daun muda (leafroll). Cara pengambilan eksplan dilakukan sama seperti pada Percobaan 1. 3.1.2.2 Sterilisasi Eksplan Prosedur sterilisasi eksplan tebu dilakukan sama dengan Percobaan 1. 3.1.2.3 Induksi Kalus Kegiatan induksi kalus dilakukan menggunakan media MS + 2,4-D 3 mg/l MS + 2,4-D 3 mg/l + CW (coconut water)150 ml/l + Asam askorbat150 mg/l + Asam sitrat 50 mg/l. Bahan tanaman yang digunakan adalah potongan eksplan gulungan daun muda (leafroll) 4 klon tebu (Ragnar, X3, GM 19, dan GP 11). Setiap botol berisi 1 eksplan berdiameter ± 0,5 cm dan diiris melintang setebal ± 1,5 2 mm. Botol yang telah berisi eksplan ditutup rapat menggunakan plastik dan diikat karet gelang. Botol-botol kultur tersebut kemudian diletakkan pada rak kultur dalam ruang gelap dengan suhu ruang 25±2 o C. Subkultur pertama dilakukan 2 minggu setelah tanam, dan seterusnya subkultur dilakukan 1 bulan sekali pada media yang sama MS + 2,4-D 3 mg/l. Pembuatan media induksi kalus dilakukan sama dengan Percobaan 1.

24 3.1.2.4 Induksi Tunas Kegiatan induksi tunas ini bertujuan untuk meregenerasikan kalus yang diperoleh untuk menjadi tunas. Induksi tunas dilakukan sebagaimana dilaporkan oleh Mayang (2011) yaitu dengan menggunakan ZPT BA 2,5 mg/l yang dicampurkan dengan komponen lainnya yang sesuai dengan formulasi media MS. Prosedur pembuatan media kultur sama dengan Percobaan 1. Kalus yang dihasilkan dari Percobaan 1 dipilih yang baik dengan penampakan visual kalus tidak terdapat fenolik, berwarna putih kompak dan kalus pada bagian yang aktif membelah. Setiap bootol berisi 1 clumps dengan ukuran ± 1 cm. Botol yang telah berisi eksplan ditutup rapat menggunakan plastik dan diikat karet gelang. Botol-botol kultur tersebut kemudian diletakkan pada rak kultur dalam ruang terang dengan pencahayaan lampu fluorescent 1000-2000 lux dengan suhu ruang 25±2 o C. Subkultur dilakukan setiap 1 bulan sekali ke media yang sama sampai kalus membentuk tunas. 3.1.2.5 Pengamatan Pengamatan dilakukan pada umur 2 bulan setelah penanaman eksplan dengan variabel banyaknya kalus dan banyaknya tunas yang terbentuk dengan cara skoring dengan 5 level yaitu 0 (tidak ada), 1 (sedikit), 2 (sedang), 3 (banyak), dan 4 (sangat banyak).

25 0 1 2 3 4 Gambar 3. Penentuan skor pembentukan kalus tebu. (0) tidak ada, (1) sedikit, (2) sedang, (3) banyak, (4) sangat banyak 1 2 3 4 Gambar 4. Contoh penentuan skor tunas. (1) sedikit, (2) sedang, (3) banyak, (4) sangat banyak

26 3.1.2.6 Analisis Statistik Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan teracak sempurna (RTS) dengan perlakuan perbedaan 4 klon tebu (Ragnar, X3, GM 19, dan GP11). Setiap unit percobaan terdiri dari 8 botol kultur, yang masing-masing berisi 1 eksplan. 3.1.3 Percobaan 3 : Pengaruh Konsentrasi IBA terhadap Pengakaran Tunas Tebu dan Daya Hidup Planlet pada waktu Diaklimatisasi 3.1.3.1 Bahan Tanaman Bahan tanam yang digunakan dalam percobaan ini adalah kalus embriogenik klon Ragnar yang diperoleh dari Percobaan 1. 3.1.3.2 Induksi Tunas Prosedur pembuatan media kultur dengan formulasi media MS + BA 2,5 mg/l dilakukan sama dengan Percobaan 1. Kegiatan induksi tunas dilakukan sama dengan Percobaan 2. Subkultur dilakukan setiap 1 bulan sekali ke media yang sama sampai kalus membentuk tunas. Tunas yang dihasilkan disubkultur hingga 2 kali pada media yang sama untuk pembesaran tanaman. Kemudian tunas dipindahkan ke dalam media MS 0 + AC 2 g/l dan diletakkan pada rak kultur dengan pencahayaan fluorescent 1000-2000 lux dengan suhu ruang 25±2 o C selama 4 minggu.

27 3.1.3.3 Pengakaran Tunas Pengakaran tunas tebu dilakukan sebagai berikut. Tunas yang diperoleh dari hasil induksi tunas dipindahkan ke media pengakaran tunas, setiap botol terdiri dari 1 rumpun tunas. Media pengakaran tunas yang digunakan adalah media MS yang ditambahkan IBA dengan berbagai konsentrasi (0, 2,5, 5, 7,5, dan 10 mg/l). Prosedur pembuatan media dilakukan sama dengan Percobaan 1. Botol yang telah berisi eksplan tunas tebu ditutup rapat menggunakan plastik dan diikat karet gelang. Botol-botol kultur tersebut kemudian diletakkan pada rak kultur dalam ruang terang dengan pencahayaan lampu fluorescent 1000-2000 lux dengan suhu ruang 25±2 o C. 3.1.3.4 Aklimatisasi Planlet Bahan tanam yang digunakan pada kegiatan ini adalah planlet yang ditumbuhkan dari hasil induksi tunas dan pengakaran tunas. Bahan lainnya berupa media tanam (pasir malang dan kompos daun dengan perbandingan 1:1), gelas air mineral (digunakan sebagai wadah tanaman), Dithane M 45 dan furadan. Alat-alat yang digunakan untuk aklimatisasi planlet adalah pinset, alat tulis, gunting dan hand sprayer. Penyiapan media tanam dilakukan dengan merendam komponen media tanam menggunakan Dithane M 45 selama ± 12 jam kemudian dibilas dengan air bersih sebanyak 3 kali. Selanjutnya dilakukan penyampuran pasir malang dengan kompos daun (1:1) secara merata. Campuran media tersebut dimasukkan ke

28 dalam gelas air minum mineral (pot tanam). Setelah itu, pot tersebut ditempelkan label yang telah diberi keterangan jenis media perlakuan dan tanggal aklimatisasi. Sebelum planlet diaklimatisasi, botol kultur yang berisi planlet diperlakukan hardening off selama 1 minggu. Hardening off dilakukan dengan meletakkan botol kultur di luar ruang kultur pada kondisi suhu kamar dan tidak terkena cahaya matahari secara langsung, namun dengan intensitas penyinaran yang tinggi. Misalnya botol kultur yang berisi planlet diletakkan di pinggir jendela. Gambar 5. Proses hardening off planlet tebu sebelum diaklimatisasi selama 1 minggu Setelah proses hardening off, planlet siap untuk diaklimatisasi. Aklimatisasi dilakukan dengan cara botol kultur diisi sedikit air untuk mempermudah mengeluarkan plantlet dari botol kultur, kemudian secara perlahan ambil planlet dengan menggunakan pinset dan planlet dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan media agar yang masih menempel pada akar planlet. Planlet

29 dibersihkan dari daun-daun yang kering menggunakan gunting, kemudian tinggi planlet diseragamkan menjadi ± 10 cm. Setelah itu planlet direndam dalam larutan Dithane M 45 dengan konsentrasi 2 g/l selama 5 10 menit, lalu ditiriskan di atas nampan yang dialasi dengan kertas. Planlet yang sudah kering angin dapat langsung ditanam pada media, setiap pot berisi 1 rumpun plantlet tebu. Pot tersebut diletakkan di bak tanam yang telah disediakan di rumah kaca, setelah selesai, tanaman disungkup dengan menggunakan plastik; hal ini dimaksudkan untuk mengurangi transpirasi pada planlet. Tanaman disiram sehari sekali dengan menggunakan hand sprayer. Sungkup plastik dapat dibuka setelah 5 hari setelah tanam. Pada umur ± 2 bulan dalam pot (gelas air mineral), tanaman dipindahkan ke polibag ukuran 3 kg (replanting). Proses aklimatisasi dapat dilihat pada Gambar 6.

30 a b c d e f g h i Gambar 6. Proses aklimatisasi planlet tebu. (a) botol kultur berisi planlet yang siap diaklimatisasi, (b) pencucian planlet, (c) perendaman planlet dalam larutan Dithane M45, (d) Planlet dikering anginkan, (e) penanaman planlet, (f) planlet yang baru ditanam pada media tanam, (g) penyungkupan planlet dengan plastik, (h) tanaman yang berumur 1 minggu setelah tanam, (i) Pemindahan tanaman ke dalam polibag ukuran 3 kg 3.1.3.5 Pengamatan Untuk pengakaran tunas tebu, pengamatan dilakukan saat eksplan akan diaklimatisasi yaitu dengan menghitung jumlah tunas dan jumlah akar setiap rumpun tebu per perlakuan. Sedangkan untuk mengetahui daya hidup planlet, pengamatan dilakukan pada umur 2 bulan setelah aklimatisasi yaitu dengan menghitung tunas yang hidup dan tunas yang mati per perlakuan.

31 3.1.3.6 Analisis Statistik Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan teracak sempurna (RTS) dengan perlakuan beberapa taraf konsentrasi IBA (0, 2,5, 5, 7,5, dan 10 mg/l). Untuk pengakaran tunas tebu setiap unit percobaan terdiri dari 3 botol, masing-masing botol berisi 1 rumpun/botol, setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Untuk aklimatisasi setiap unit percobaan terdiri dari 3 pot tanam, masing-masing pot tanam berisi 1 rumpun/pot, setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. 3.2 STUDI 2: REGENERASI TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DARI KALUS YANG DIIRADIASI SINAR GAMMA Studi ini terdiri dari 2 percobaan yaitu : 1. Percobaan 4 : Respons klon tebu terhadap iradiasi sinar gamma. 2. Percobaan 5 : Regenerasi tunas tebu dari kalus yang diiradiasi sinar gamma Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Iradiasi sinar gamma dilakukan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR BATAN) Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

32 3.2.1 Percobaan 4 : Respons Klon Tebu terhadap Iradiasi Sinar Gamma 3.2.1.1 Bahan Tanaman Bahan tanam yang digunakan berupa kalus klon Ragnar yang berwarna putih kompak yang diperoleh dari Studi 1 Percobaan 1. 3.2.1.2 Pembuatan media Prosedur pembuatan media dilakukan dengan cara yang sama dengan Percobaan 1. Media yang digunakan pada percobaan ini adalah formulasi media MS (Murashige and Skoog, 1962), dengan penambahan 2,4-D 3 mg/l, asam sitrat 50 mg/l dan asam askorbat 150 mg/l. Media yang sudah dimasak kemudian dituangkan ke dalam botol Scott untuk diautoklaf selama 7 menit, setelah itu media dituangkan ke dalam cawan petri dan ditutup rapat dengan dilapisi plastic wrap. 3.2.1.3 Penanaman Kalus Eksplan yang ditanam berupa kalus yang berwarna putih kompak. Penanaman eksplan dilakukan di dalam LAFC. Kalus diambil dengan menggunakan sendok atau pinset steril, kemudian diletakkan perlahan ke dalam petridish yang berisi media MS + 2,4-D 3 mg/l + asam sitrat 50 mg/l +asam askorbat 150 mg/l. Setiap petridish berisi 10 clumps dengan ukuran yang sama yaitu ± 1 mm. Petridish yang berisi eksplan tersebut ditutup kembali dan dilapisi plastic wrap. Petridish kultur tersebut kemudian diletakkan di rak kultur pada kondisi gelap dengan suhu ruang

33 25 ±2 o C dan setelah 2 minggu kultur siap untuk diiradiasi sinar gamma dengan level dosis (0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 50, dan 60 Gy). Setelah diiradiasi kalus harus segera dipindahkan ke media baru yang sama komposisinya dan diletakkan kembali di rak kultur pada kondisi gelap dengan suhu ruang 25 ± 2 o C. Subkultur dilakukan 1 bulan sekali pada media yang sama. 3.2.1.4 Pengamatan Pengamatan dilakukan pada umur 1 bulan setelah iradiasi sinar gamma dengan cara menghitug persentase proliferasi, mengamati kalus yang bertahan hidup setelah iradiasi dengan cara skoring kalus dengan 4 level yaitu : 1 (< 5 mm termasuk yang mati), 2 (5 10 mm), 3 (1 cm 1,5 cm), dan 4 (> 1,5 cm). 1 2 3 4 Gambar 7. Skoring kalus tebu setelah diiradiasi sinar gamma. Skor 1 (< 5 mm termasuk yang mati), 2 (5 10 mm), 3 (1 cm 1,5 cm), dan 4 (> 1,5 cm)

34 3.2.1.5 Analisis Statistik Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan teracak sempurna (RTS) dengan perlakuan 10 level dosis sinar gamma yaitu (0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 50, dan 60 Gy). Setiap unit percobaan terdiri dari 6 petridish yang masingmasing berisi 10 clumps. Data dianalisis keragamannya dengan menggunakan analisis ragam. Perbedaan dua nilai tengah diuji dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. 3.2.2 Percobaan 5 : Regenerasi Tunas Tebu dari Kalus yang Diiradiasi Sinar Gamma. 3.2.2.1 Bahan Tanaman Tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman tebu klon Ragnar, GM21, dan GM25 yang berasal dari PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Lampung. Eksplan yang digunakan berupa kalus embriogenik yang berwarna putih kompak hasil iradiasi sinar gamma 30 Gy. 3.2.2.2 Pembuatan Media Media yang digunakan dan cara pembuatan media sama dengan Percobaan 1. 3.2.2.3 Induksi Tunas Kegiatan induksi tunas dilakukan sama dengan Percobaan 2 dan 3. Kalus yang digunakan dipilih yang embriogenik dengan penampakan visual kalus tidak

35 terdapat fenolik dan berwarna putih kompak hasil dari iradiasi sinar gamma 30 Gy. Setiap botol berisi 1 clumps dengan ukuran ± 1 cm. Botol yang telah berisi eksplan ditutup rapat menggunakan plastik dan diikat karet gelang. Botol-botol kultur tersebut kemudian diletakkan pada rak kultur dalam ruang terang dengan pencahayaan lampu fluorescent 1000-2000 lux dengan suhu ruang 25±2 o C. Subkultur dilakukan setiap 1 bulan sekali ke media yang sama sampai kalus membentuk tunas. Tunas yang dihasilkan disubkultur hingga 2 kali pada media yang sama untuk pembesaran tanaman. Kemudian tunas dipindahkan ke dalam media MS 0 + AC 2 g/l dan diletakkan pada rak kultur dengan pencahayaan fluorescent 1000-2000 lux dengan suhu ruang 25±2 o C selama 4 minggu. Tunas yang diperoleh dari hasil induksi tunas kemudian dipindahkan ke media pengakaran tunas, setiap botol terdiri dari 1 rumpun tunas. 3.2.2.4 Pengamatan Pengamatan dilakukan pada umur 2 bulan saat planlet akan diaklimatisasi yaitu dengan menghitung jumlah tunas dan jumlah akar tebu setiap klon yang terdiri dari 3 ulangan pada masing-masing klon. 3.2.2.5 Analisis Statistik Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan teracak sempurna (RTS) dengan perlakuan perbedaan 3 klon tebu (Ragnar, GM21, dan GM25). Setiap unit percobaan terdiri dari 3 botol kultur yang masing-masing berisi 1 clumps.