VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan

ANALISIS SWOT. Matriks SWOT Kearns EKSTERNAL INTERNAL. Comparative Advantage. Mobilization STRENGTH WEAKNESS. Sumber: Hisyam, 1998

Analisis Strategi Bisnis (SWOT) Kelompok 4: Opissen Yudisius Murdiono Muhammad Syamsul Wa Ode Mellyawanty Kurniawan Yuda

VII. FORMULASI STRATEGI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kampung Baru, Kota Tua, Jakarta Barat. Kota

3. METODOLOGI PENELITIAN

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

DAFTAR PUSTAKA. Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta.

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI. Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN ASNAF FAKIR DAN MISKIN MELALUI BANTUAN MODAL ZAKAT YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH (YDSF) SURABAYA

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Karakteristik Sampel Agroindustri Salak. Lama Pendidikan (tahun)

BAB III METODE PENELITIAN. wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

DAFTAR IS1

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

BAB IV ANALISIS SWOT TERHADAP PENINGKATAN ASET BMT DANA UKHUWAH TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

J. Agroland 23 (3) : , Desember 2016 ISSN : X E-ISSN :

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM :

Renstra BKP5K Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

Gambar 3.1 Denah Lokasi Alam Wisata Cimahi

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Inventarisasi Produk Unggulan Komoditas Tanaman Pangan dengan Menggunakan Metode Skoring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3)

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI

Strategi Pengembangan Usaha Dalam Pemberdayaan Ekonomi Pegawai Negeri Sipil Di Koperasi Pegawai Republik Indonesia Warga Winaya

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

III. KERANGKA PEMIKIRAN

lingkungan bisnis yang dihadapi pemsahaan dalam menghadapi persaingan bisnis

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

Lampiran 1. Indikator Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses)

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

III. METODE PENELITIAN

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan analisis swot (strengths,weakness,opportuni ties,threats) sebagai strategi. pemasaran pada mierip kafe di. bekasi

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis, L) KLON UNGGUL DI KECAMATAN BIREM BAYEUN KABUPATEN ACEH TIMUR

IV. METODE PENELITIAN

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan

STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

ANALISIS SWOT. Analisis Data Input

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

IV. METODE PENELITIAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI. dunia bisnis. Tujaun tersebut hanya dapat dicapai memalui usaha mempertahankan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET Faktor pendukung dan penghambat merupakan elemen yang diidentifikasi untuk menentukan dan mempengaruhi keberhasilan pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja yang mempengaruhi dan menentukan keberhasilan pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat, maka digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dalam menganalisis faktor-faktor lingkungan terbagi dua yaitu, analisis internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, dan analisis eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor internal dan eksternal dalam pembahasan ini hanya ditentukan beberapa faktor saja yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Dalam penentuan faktor internal dan eksternal ditentukan melalui studi pustaka dan wawancara dengan petani, petugas dinas/intansi atau pejabat terkait. Setelah diperoleh faktor-faktor strategis internal/eksternal, melalui kuesioner diminta pendapat responden apakah faktor strategis tersebut termasuk sebagai faktor kekuatan dan kelemahan atau merupakan faktor ancaman dan peluang. Disamping faktor-faktor tersebut diatas, responden diberi peluang untuk menambahkan faktor strategis yang mereka anggap mempunyai pengaruh pada pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja yang mempengaruhi dan menentukan keberhasilan pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat, maka digunakan analisis SWOT. Data SWOT kualitatif dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat yang sesungguhnya. 7.1. Faktor Internal Berdasarkan hasil studi perpustakaan, wawancara dengan petani dan petugas di instansi terkait serta dari hasil kuesioner telah diperoleh beberapa faktor strategis internal pada pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Faktor-faktor strategis internal tersebut adalah sebagai berikut :

57 a. Faktor Kekuatan Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut dianggap sebagai kekuatan yang sangat mempengaruhi dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam upaya pencapaian tujuan yang diharapkan, yang terdiri dari : 1. Ketersediaan Lahan Ketersediaan lahan dimaksud adalah daya dukung lahan yang menggambarkan luas sebaran dan potensi yang ada untuk pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Luas areal tanam perkebunan karet rakyat yang berada di Kecamatan Cikalongkulon baru mencapai sebesar 671,63 ha atau sekitar 60,96% dari luas baku lahan sebesar 1.101,77 ha, sedangkan di Kecamatan Mande luas areal tanam sebesar 928,74 ha atau sekitar 62,83% dari luas baku lahan sebesar 1.478,26 ha. 2. Harga Produk Perkebunan karet rakyat dapat menghasilkan beberapa macam produk dari hasil getah karet mulai dari lump, sit kering angin dan sit kering asap. Bahkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi dapat menjadi bahan baku untuk industri pabrik. Selain dari hasil getah/lateks, petani karet juga dapat mengandalkan penambahan pendapatan dari hasil kayu karet. 3. Periode Panen Pohon karet biasanya baru bisa dipanen (sadap) pada umur tanaman mencapai ± 5-6 tahun, meskipun harus menunggu lama untuk mendapatkan hasil dari usaha perkebunan karet namun waktu panen dapat mencapai sampai dengan 20-25 tahun. Pemeliharaan dan pengelolaan perkebunan akan menjadi faktor yang menentukan untuk mendapatkan lateks dari hasil sadap. 4. Sarana dan Prasarana Dalam memperlancar kegiatan perkebunan karet rakyat sarana dan prasarana sangat penting. Masih rendahnya penggunaan bibit/klon unggul, jalan produksi yang harus lebih banyak lagi dibuat serta ketersediaan hand mangle (alat penggiling lump) menjadi kendala tersendiri bagi petani dalam mengelola serta mengolah perkebunan karet.

58 5. Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja yang diharapkan akan mengelola perkebunan karet sangat tersedia, mengingat masih adanya sekitar 5.110 orang (21,66%) di Kec. Cikalongkulon dan 2.759 orang (15,26%) di Kec. Mande dengan status tidak bekerja. Kondisi ini menunjukan bahwa untuk mengelola perkebunan karet 2 (dua) kecamatan tersebut tidak akan kekurangan tenaga kerja. b. Kelemahan Faktor kelemahan merupakan bagian dari faktor internal, faktor tersebut dapat dianggap sebagai penghambat atau kendala dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Faktor kelemahan harus dikendalikan secara baik karena akan menjadi penghambat dalam upaya pencapaian tujuan, faktor-faktor tersebut adalah : 1. Tingkat Inovasi Petani Tingkat penyerapan adopsi teknologi petani terhadap informasi yang berhubungan dengan peningkatan produksi hasil pada umumnya masih sangat rendah, walaupun penyuluhan dan pelatihan dalam rangka peningkatan keterampilan dan pengetahuan sudah diberikan. 2. Informasi Pasar Ketertarikan petani pada perkebunan karet rakyat untuk mengelola dan memelihara perkebunannya juga dipengaruhi oleh harga yang berkembang dipasaran. Semakin tinggi harga karet maka semangat petani untuk mengelola dan memelihara kebun karet akan semakin tinggi pula, juga akan berlaku sebaliknya. 3. Daya Beli Petani Sebagian besar petani perkebunan karet rakyat masih belum mampu untuk meningkatkan hasil produksi dari perkebunannya dikarenakan masih banyaknya lahan perkebunan yang menggunakan bukan bibit unggul. Kemampuan petani untuk memperoleh bibit/klon unggul dari tanaman karet masih sangat sulit dan dirasa masih mahal. Hal ini dikarenakan daya beli petani untuk mendapatkan bibit unggul masih sangat rendah, kondisi ini juga dipersulit dengan tingginya harga bibit unggul jika membeli dalam jumlah yang sedikit.

59 4. Penyuluhan Kinerja penyuluhan dalam perkebunan karet rakyat sangat dipengaruhi oleh aspek motivasi penyuluh. Hal ini sangat erat kaitannya dengan tingkat penyerapan adopsi teknologi di tingkat petani. 5. Penggunaan Bibit Unggul Keterbatasan kemampuan petani dalam penyediaan benih unggul yang bermutu masih menjadi kendala utama dalam pencapaian produksi. Rata-rata umur panen perkebunan karet yang menggunakan benih unggul sekitar 4-5 tahun setelah tanam, sedangkan bagi perkebunan karet rakyat yang tidak menggunakan benih unggul panen baru dapat dilakukan pada umur tanaman sekitar 6-7 tahun. Tabel 21. Matriks Faktor Internal Perkebunan Karet Rakyat No Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor A. Kekuatan 1 Ketersediaan Lahan 0,11 4 0,43 2 Harga Produk 0,12 4 0,49 3 Periode Panen 0,08 3 0,24 4 Sarana dan Prasarana 0,09 3 0,28 5 Tenaga Kerja 0,08 3 0,24 Jumlah 0,49 1,69 B. Kelemahan 1 Tingkat Inovasi Petani 0,09 2 0,19 2 Informasi Pasar 0,11 1 0,11 3 Daya Beli Petani 0,09 2 0,19 4 Penyuluhan 0,09 2 0,19 5 Penggunaan Bibit Unggul 0,12 1 0,12 Jumlah 0,51 0,80 T O T A L 1,00 2,49 Pada elemen kekuatan terdapat lima faktor, dari kelima faktor tersebut, terdapat faktor yang besar dampaknya dibandingkan dengan faktor strategis lainnya adalah sangat menentukan. Faktor-faktor tersebut adalah harga produk 0,12, ketersediaan lahan 0,11, sarana dan prasarana 0,09, periode panen 0,08 dan tenaga kerja 0,08, variasi pembobotan yang diperoleh setelah dianalisis. Harga produk dan ketersediaan lahan dan mempunyai nilai rating 4 berarti bahwa pengaruh terhadap pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat sangat menentukan, sedangkan faktor sarana prasarana, periode panen dan

60 tenaga kerja mempunyai nilai 3 berarti mempunyai pengaruh terhadap pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Berdasarkan lima faktor kelemahan terdapat faktor yang besar dampaknya dibandingkan dengan faktor strategis lainnya adalah sangat menentukan. Faktor tersebut adalah penggunaan bibit unggul, dan empat faktor lainnya yaitu informasi pasar, tingkat inovasi petani, daya beli petani dan penyuluhan. Pada elemen kelemahan faktor penggunaan bibit unggul mempunyai bobot sebesar 0,12, informasi pasar 0,11, tingkat inovasi petani, daya beli petani dan penyuluhan mempunyai bobot 0,09. Dilihat dari jumlah skor total yang diberikan oleh responden pada faktor kekuatan 1,69 sedangkan pada faktor kelemahan lebih rendah dengan skor sebesar 0,80 artinya kekuatan yang ada dapat memanfaatkan peluang yang ada dan kelemahan dapat diminimalisir untuk memanfaatkan peluang. Dengan kata lain pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat layak untuk dipertahankan dan dipelihara eksistensinya. Elemen-elemen faktor kekuatan secara umum masih mampu mengatasi elemen-elemen kelemahan jika dikelola dengan baik, serta mengedepankan unsur kekuatan yang ada pada faktor strategi internal yang hanya dapat dilakukan dengan prinsip pendekatan manajemen. 7.2. Faktor Eksternal Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden baik yang menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) maupun masukan langsung dari para responden diperoleh beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain : a. Peluang Faktor peluang merupakan bagian dari faktor eksternal, faktor ini dapat dianggap sebagai peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan agroindustri perkebunan karet rakyat. Peluang yang harus diambil dalam upaya tujuan pengembangan agroindustri perkebunan karet rakyat sebagai berikut :

61 1. Potensi Pasar Potensi pasar yang dapat dijadikan tujuan untuk penjualan/pemasaran berbagai produk dari hasil getah karet cukup besar, hal ini dikarenakan masih sedikitnya pabrik-pabrik sebagai tempat pengolahan karet di Kec. Cikalongkulon dan Kec. Mande. Biasanya hasil olahan lateks berupa sit kering asap dipasarkan ke beberapa kabupaten sekitar. 2. Ketersediaan Teknologi Ketersediaan teknologi untuk melakukan kegiatan pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat dapat dikatakan cukup memadai, karena untuk mendapatkan teknologi berkaitan dengan perkebunan atau usaha tani karet sudah banyak informasinya. Selama ini penerapan teknologi oleh petani perkebunan karet masih banyak melihat dari penerapan oleh orang lain atau kelompok tani yang lain, dengan adanya pengembangan teknologi oleh pemerintah maka teknologi adalah salah satu hal yang cukup penting dan pemanfaatannya adalah suatu peluang dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. 3. Kesempatan Bermitra Pola kemitraan merupakan bentuk yang harus dilaksanakan dalam menciptakan kesempatan dan peluang kerja sama antara petani perkebunan karet rakyat dengan pemerintah dan pihak swasta secara terpadu. Peluang bermitra dengan pihak swasta atau perusahaan besar cukup terbuka untuk dapat dimanfaatkan dan pemda harus memfasilitasi petani perkebunan karet rakyat tersebut baik dalam permodalan, pembinaan manajemen usaha, pengolahan hasil dan pemasaran produk. 4. Produktivitas masih bisa ditingkatkan Produktivitas perkebunan karet rakyat masih di bawah produktivitas perkebunan karet swasta (PBS) dan nasional (PTP), sehingga masih ada peluang untuk manaikan produktivitas dengan pemakaian bibit/klon unggul dan peremajaan pada tanaman yang sudah tua/rusak. Skala usaha perkebunan karet yang belum ekonomis merupakan kesempatan bagi petani untuk mengkombinasikan penggunaan bahan input dengan faktor produksi untuk mendapatkan produksi yang lebih optimal. Untuk itu petani harus diberikan penyuluhan dan informasi yang baik mengenai tata cara budidaya, pengelolaan, pemeliharaan, panen dan pasca panen serta informasi tentang harga/pasar.

62 b. Ancaman Faktor ancaman adalah bagian dari faktor strategis eksternal yang dapat menghambat dan mengganggu pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat yang seharusnya mendapat perlakuan secara baik dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan, terdiri dari : 1. Fluktuasi Harga Bagi petani, pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat sangat bergantung nilai tukar rupiah terhadap dolar, apabila nilai tukar rupiah rendah maka animo petani untuk melakukan panen/penyadapan akan berkurang. Kondisi ini kan berpengaruh terhadap berkurangnya tingkat pendapat petani, sehingga harus mencari pemasukan (income) dari bidang lain. 2. Produk Sejenis dari Daerah Lain Kecamatan Cikalongkulon dan Mande merupakan penghasil utama bahan baku agroindustri perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur, namun demikian ada juga beberapa kecamatan lain yang menjadi daerah penghasil karet dari perkebunan rakyat. Hal ini akan berakibat terjadinya persaingan baik dalam segi mutu maupun jumlah. 3. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga perkreditan yang berlaku pada perbankan saat ini masih cukup tinggi hal ini akan menimbulkan biaya tinggi terhadap produksi usaha agroindustri dan komoditas yang dihasilkan menjadi sulit untuk bersaing di pasaran. Akibat dari tingginya tingkat suku bunga tersebut pelaku usaha menjadi enggan untuk membuka kredit di perbankan. Pada elemen peluang terdapat empat faktor strategis, terdapat 2 faktor sangat menentukan dampaknya dibandingkan dengan faktor strategis lainnya. Faktor-faktor tersebut adalah potensi pasar mempunyai bobot sebesar 0,17 dan produktivitas yang masih bisa ditingkatkan 0,17, sedangkan faktor-faktor lain dampaknya menentukan atau penting yaitu kesempatan bermitra 0,13 dan ketersediaan teknologi 0,13. Pada keempat faktor peluang terdapat 1 faktor yang mempunyai rating 4 yaitu potensi pasar sedangkan ketersediaan teknologi, kesempatan bermitra dan produktivitas yang masih bisa ditingkatkan mempunyai rating 3.

63 Tabel 22. Matrikss Faktor Eksternal Perkebunan Karet Rakyat No Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor A. Peluang 1 Potensi Pasar 0,17 4 0,67 2 Ketersediaan Teknologi 0,13 3 0,38 3 Kesempatan Bermitra 0,13 3 0,38 4 Produktivitas masih bisa ditingkatkan 0,17 3 0,50 Jumlah 0,58 1,92 B. Ancaman 1 Fluktuasi Harga 0,15 4 0,58 2 Produk sejenis dari daerah lain 0,15 3 0,44 3 Tingkat Suku Bunga 0,13 3 0,38 Jumlah 0,42 1,40 T O T A L 1,00 3,31 Pada elemen ancaman, faktor fluktuasi harga dan produk sejenis dari daerah lain memiliki bobot 0,15 artinya besar dampaknya dibandingkan dengan faktor strategis eksternal lainnya adalah sangat besar pengaruhnya dalam pengembangan agroindustri perkebunan karet rakyat, faktor tersebut adalah tingkat suku bunga 0,13, dimana faktor tersebut mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Faktor rating ancaman yang mempunyai nilai rating 2 adalah fluktuasi harga artinya faktor ancaman tersebut agak penting/agak menentukan, kemudian produk sejenis dari daerah lain dan tingkat suku bunga mempunyai nilai rating 1 artinya faktor ini kurang penting/kurang menentukan terhadap pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. Total skor peluang adalah 1,92, hal ini menunjukkan angka lebih besar bila dibandingkan dengan total skor ancaman 0,56, berarti peluang dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan ancaman dapat dikendalikan dalam upaya pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat.

64 Threath (0,89 ; 0,52) Kuadran III 0,8 0,6 0,4 Kuadran I Weakness 0,2 Strength -0,4-0,2 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Kuadran IV -0,2-0,4 Kuadran II Opportunity Gambar 5. Kuadran SWOT Perencanaan Pengembangan Wilayah Berbasis Perkebunan Karet Rakyat Setelah dilakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e). Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y, sehingga didapatkan posisi pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat berada di kuadran I (positif, positif) artinya bahwa posisi ini menandakan kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya pengembangan yang dilakukan dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. 7.3. Matriks SWOT Setelah melakukan analisis dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat, maka tahap berikutnya membuat matriks SWOT.

65 Tujuannya adalah untuk memperoleh alternatif strategi (S-O, S-T, W-O,W-T) dalam rangka pengembangan wilayah perkebunan karet rakyat. Tabel 23. Matriks SWOT Pengembangan Wilayah Perkebunan Karet Rakyat Faktor Internal Faktor Eksternal PELUANG (O) 1. Potensi Pasar 2. Ketersediaan Teknologi 3. Kesempatan Bermitra 4. Produktivitas masih bisa ditingkatkan ANCAMAN (T) 1. Fluktuasi Harga 2. Produk sejenis dari daerah lain 3. Tingkat Suku Bunga KEKUATAN (S) 1. Ketersediaan Lahan 2. Harga Produk 3. Periode Panen 4. Sarana Prasarana 5. Tenaga Kerja Strategi S - O 1. Mendorong petani untuk melakukan peremajaan tanaman karet dengan menggunakan bibit unggul berkualitas (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O4) 2. Menjalin kerjasama dengan kelembagaan keuangan/pemilik modal dalam perkebunan karet rakyat (S1, S2, S5, O1, O3) 3. Memperkuat sistem informasi antar anggota (S1, S2, S4, O1, O2, O3) Strategi S T 1. Penguatan daya saing produk dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat (S1, S2, S4, T2) 2. Mempermudah masyarakat dalam berusahatani karet dengan pemberian permodalan (S1, S4, S5, T3) KELEMAHAN (W) 1. Tingkat Inovasi petani 2. Informasi Pasar 3. Daya Beli Petani 4. Penggunaan Bibit Unggul 5. Penyuluhan Strategi W O 1. Membangkitkan daya kreativitas petani dengan memanfaatkan organisasi formal/informal (W1, W5, O3) 2. Menjalin kerjasama dengan lembaga permodalan dan pemberdayaan UMKM (W3, W4, W5, O1, O3, O4) 3. Pengembangan infrastruktur fisik dan non fisik (W2, W4, W5, O2, O3, O4) Strategi W T 1. Pemberdayaan kelembagaan pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat (W1, W4, W5, T3) 2. Mengadakan penyuluhan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan petani dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat (W1, W4, W5, T1, T2, T3) 1. Strategi S-O (Strength-Opportunities) 1. Mendorong petani untuk melakukan peremajaan tanaman karet dengan menggunakan bibit unggul berkualitas. 2. Menjalin kerjasama dengan kelembagaan keuangan/pemilik modal dalam perkebunan karet rakyat. 3. Memperkuat sistem informasi antar anggota. 2. Strategi S-T (Strength-Threatss) 1. Penguatan daya saing produk dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. 2. Mempermudah masyarakat dalam berusahatani karet dengan pemberian permodalan.

66 3. Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities) 1. Membangkitkan daya kreativitas petani dengan memanfaatkan organisasi formal/informal. 2. Menjalin kerjasama dengan lembaga permodalan dan pemberdayaan UMKM. 3. Pengembangan infrastruktur fisik dan non fisik. 4. Strategi W-T (Weaknesses-Threatss) 1. Pemberdayaan kelembagaan pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat. 2. Mengadakan penyuluhan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan petani dalam pengembangan wilayah berbasis perkebunan karet rakyat.