BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara terbesar keempat di dunia dengan populasi sekitar 244 juta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kondisi lingkungan eksternal industri taksi menunjukan bahwa industri ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta pada khususnya kini semakin ketat. Oleh sebab itu, masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

PT Express Transindo Utama Tbk

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang berdiri pasti pernah mengalami krisis, entah itu krisis

BAB l PENDAHULUAN. Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012, untuk lalu lintas dan angkutan jalan ratarata

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. jenis transportasi, baik yang bersifat transportasi publik maupun private. Di

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. promosi besar-besaran untuk menciptakan brand image, dan perluasan pangsa pasar saja


-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan harapan pelanggan (Kotler, 2000). Sedangkan kepuasan

APA ITU LELANG MOBIL?

TENTANG KAMI. BidWin (PT Adi Sarana Lelang) Bergerak dalam bidang penjualan kendaraan dengan sistem lelang yang transparan, aman, dan terpercaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Badan pusat statistik tahun 2010, populasi penduduk Jakarta 9,607,787

BERITA PERS. MPMX Bukukan Kenaikan Laba Bersih 41% dan Pendapatan 29% di Tahun 2013

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

REDESAIN TERMINAL TERPADU KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB I LATAR BELAKANG. Dari menyediakan berbagai macam fasilitasnya demi kenyamanan pengunjung,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Transportasi terdiri dari dua aspek, yaitu (1) prasarana atau infrastruktur seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara dan pelabuhan laut; serta (2)

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, transportasi atau pengangkutan menjadi bidang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

PAPARAN PUBLIK 14 JUNI 2017 PT EQUITY DEVELOPMENT INVESTMENT Tbk

BAB I PENDAHULUAN. yang tepatrnya berlokasi di Jl. Meruya Selatan, Kebon Jeruk - Jakarta Barat. Lokasi

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

POOL TAKSI BLUE BIRD GROUP CIPUTAT JLN. RAYA CIPUTAT, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN

TENTANG KAMI. BidWin (PT Adi Sarana Lelang) bergerak dalam bidang penjualan kendaraan dengan sistem lelang yang transparan, aman, dan terpercaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan

PAPARAN PUBLIK 15 JUNI 2015 PT EQUITY DEVELOPMENT INVESTMENT Tbk

PENGARUH PELAYANAN, HARGA DAN LOKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN INDO JAYA RENT DI SEMARANG. SUPRIYANTO¹Dr.Ir.Rudy Tjahyono,MM²Dwi Nurul Izzhari,MMT

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Angkutan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menurut Direktorat Lalu Lintas Polda Jatim, jumlah kendaran pribadi di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TENTANG KAMI. BidWin (PT Adi Sarana Lelang)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

ANALISA DEMAND DAN SUPPLY ANGKUTAN TAKSI DI KOTA MEDAN BERDASARKAN TINGKAT OKUPANSI DAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN GUNTUR C PURBA

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

PAPARAN PUBLIK 27 JUNI 2016 PT EQUITY DEVELOPMENT INVESTMENT Tbk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. INTI BANGUN SEJAHTERA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat tren jumlah penumpang yang menurun, fluktuasi harga bahan bakar

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Perpakiran Di Stasiun Depok Lama

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan roda empat berpelat hitam dengan harga yang terjangkau. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

1. Kerangka Peraturan Perundangan 2. Dasar Hukum 3. Uji Publik Rencana Kerjasama KPBU Di BPTJ 2018

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan transportasi darat yang semakin pesat,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis penyediaan layanan Manajemen Proses Bisnis di Indonesia dilihat masih

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan sebuah jasa transportasi. Angkutan. melakukan perjalanan dengan kecepatan yang tinggi, dan salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara terbesar keempat di dunia dengan populasi sekitar 244 juta (Sensus Penduduk, 2012), Indonesia memiliki potensi besar yang belum diberdayakan dalam sektor transportasi darat, khususnya dalam pangsa pasar taksi. Tidak memadainya transportasi publik alternatif di Indonesia karena kurangnya pembangunan infrastruktur, dipadu dengan pertumbuhan populasi yang cepat di pusat wilayah perkotaan di kota-kota besar memperkuat tingginya permintaan untuk pelayanan taksi (Profil Perusahaan, 2012). Tingginya permintaan pelayanan taksi ini didorong oleh perkiraan tumbuhnya transportasi dalam kota yang memberikan potensi untuk perkembangan usaha lebih lanjut. Dengan adanya tingkat pertumbuhan tersebut, industri taksi di Indonesia menjadi industri yang sangat menjanjikan dan mendorong munculnya banyak perusahaan taksi dalam beberapa dasawarsa terakhir. Hal ini telah meningkatkan pertumbuhan industri dan menimbulkan persaingan yang tinggi diantara para pemain di industri tersebut. Sistem transportasi umum yang terutama terdiri dari bus dan kereta api listrik relatif belum berkembang di Indonesia, dimana hal ini dipengaruhi oleh berbagai masalah, antara lain seperti jumlah penumpang yang terlalu terlalu padat, jadwal kedatangan yang tidak dapat diprediksi, kondisi transportasi yang buruk, serta masalah keamanan (Prospektus Perusahaan, 2012). Dengan demikian, 1

sebagian besar komuter cenderung memilih untuk menggunakan mobil pribadi, ojek atau taksi. Tingkat kemacetan lalu lintas di kota telah menyebabkan para pekerja enggan untuk mengemudikan kendaraan pribadi, sehingga taksi menjadi pilihan transportasi utama bagi komuter (Prospektus Perusahaan, 2012). PT Express Transindo Utama Tbk adalah operator taksi terkemuka di Indonesia dengan rekam jejak (track record) operasional yang telah terbukti (lihat Gambar 1.1). PT Express Transindo Utama Tbk berdiri pada tahun 1989 dan telah mengembangkan model bisnis PT Express Transindo Utama Tbk dari model yang berbasis komisi menjadi model skema kemitraan untuk bisnis taksi reguler PT Express Transindo Utama Tbk. PT Express Transindo Utama Tbk adalah salah satu operator taksi terbesar di Indonesia, yang melayani khususnya wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek) dan kota-kota besar lain di seluruh Indonesia. Gambar 1.1: Evolusi PT Express Transindo Utama Tbk (Sumber: Prospektus Perusahaan 2012) 2

Di Indonesia, terdapat dua jenis taksi yaitu taksi reguler dan taksi premium dimana penetapan tarif untuk kedua jenis taksi tersebut diatur oleh pemerintah. Batas tarif yang ditetapkan untuk taksi premium lebih tinggi dari taksi reguler, sesuai dengan layanan yang ditawarkan (Prospektus Perusahaan, 2012). PT Express Transindo Utama Tbk mengoperasikan pelayanan taksi reguler di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya, Semarang dan Medan dan melalui perusahaan asosiasi, melayani jasa taksi premium (Tiara Express) di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek). Selain itu, PT Express Transindo Utama Tbk telah memperluas lingkup pelayanan melalui ekspansi ke pelayanan value added transportation business (VATB), termasuk pelayanan limosin di Bali, Bandung dan Lombok, dan sejak Juli 2012, juga di wilayah Jakarta (Profil Perusahaan, 2012). Sebagai salah satu perusahaan dengan armada taksi terbesar di Indonesia dan dengan kebutuhan yang terus-menerus untuk melengkapi dan mengembangkan armada, PT Express Transindo Utama Tbk memiliki kemampuan untuk mendapatkan harga yang menguntungkan dari berbagai mitra bisnis. Di antaranya, termasuk dealer kendaraan dan penyedia jasa perbaikan dan pemeliharaan kendaraan, serta perusahaan-perusahaan asuransi. Pusat panggilan taksi (call center) PT Express Transindo Utama Tbk di wilayah Jadetabek tersedia bagi konsumen selama dua puluh empat (24) jam sehari dan tujuh (7) hari dalam seminggu untuk order taksi Express dan Tiara di lokasi manapun di wilayah Jadetabek. Industri pelayanan taksi bersifat sangat kompetitif dan terkelompok berdasarkan wilayah operasional, dengan pemain nasional yang memiliki kegiatan 3

usaha di berbagai kota yang tidak banyak jumlahnya (Prospektus Perusahaan, 2012). Setiap pasar biasanya terdiri dari sejumlah pemain lokal serta beberapa perusahaan yang berskala regional dan nasional. Para pesaing PT Express Transindo Utama Tbk mencakup para operator pelayanan taksi, limosin dan bus lainnya. Lebih lanjut, PT Express Transindo Utama Tbk juga bersaing dalam skala kecil dengan para penyedia jasa yang menawarkan moda transportasi alternatif, seperti penyewaan kendaraan dan penyedia transportasi umum. Sebagian besar dari pesaing taksi dan limosin PT Express Transindo Utama Tbk terdiri dari operator regional atau lokal dengan skala kecil yang bersifat independen dalam pasar yang bersangkutan. PT Express Transindo Utama Tbk berencana agar bisnis PT Express Transindo Utama Tbk dapat menjadi lebih kompetitif mengingat para pesaing yang ada melakukan pengembangan dan banyaknya perusahaan baru yang masuk ke dalam industri ini. Pada tahun 2011 industri taksi relatif terfragmentasi dengan jumlah operator taksi yang memiliki izin sebanyak 348 perusahaan (Prospektus Perusahaan, 2012). Namun, pasar taksi tersebut didominasi oleh lima pemain besar yakni Blue Bird, Express, Prestasi, Kosti Jaya, dan Dian Taxi (Perhubungan Darat dalam Angka, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2012). Pada tahun 2011, kelima pemain besar ini diperkirakan memiliki pangsa pasar berdasarkan jumlah armada sebesar 47,1% (lihat Tabel 1.1). Pasar taksi di Indonesia terkonsentrasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dengan total pangsa pasar sebesar 69,0% dari total unit armada, di wilayah DKI Jakarta terdapat empat puluh lima (45) jumlah perusahaan taksi 4

dengan jumlah armada operasi sebanyak 23,778 unit taksi (Perhubungan Darat dalam Angka, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2012). Sementara di wilayah lain di Indonesia, perusahaan taksi cenderung memiliki pangsa pasar yang lebih kecil, yang menunjukkan jumlah armada yang lebih kecil. Selain dari Jabodetabek, Bali, Batam dan Surabaya merupakan kota-kota dengan unit armada taksi yang besar yang didorong oleh aktivitas pariwisata dan kegiatan bisnis di kota-kota tersebut. Taksi reguler merupakan main business dari PT Express Transindo Utama yang merupakan operator taksi terbesar kedua di Indonesia dengan 10,2% pangsa pasar di tahun 2011 (Perhubungan Darat dalam Angka, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2012). Tabel 1.1: Sepuluh (10) Perusahaan Pelayanan Taksi Terbaik di Indonesia berdasarkan Pangsa Pasar, Jumlah Armada untuk periode 2009-2011 Peringkat Perusahaan Pangsa Pasar Jumlah Armada 2011 2010 2009 1 Blue Bird 26.50% 26.30% 28.70% 2 Express Group 10.20% 8.60% 6.10% 3 Prestasi 5.40% 5.20% 5.40% 4 Kosti Jaya 2.70% 2.30% 1.90% 5 Dian Taxi 2.30% 2.30% 2.30% 6 Citra 1.70% 1.70% 1.90% 7 Koperasi Taksi Indonesia 1.70% 1.40% 1.40% 8 Tiffani 1.40% 1.40% 1.50% 9 Lintas Buana Taksi 1.40% 1.40% 1.50% 10 Taxiku 1.20% 1.20% 1.20% Lainnya 45.60% 48.20% 48.50% Total 100% 100% 100% Sumber: Perhubungan Darat dalam Angka, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 2012 5

Berdasarkan jumlah kendaraan yang memiliki izin operasional yang dioperasikan oleh PT Express Transindo Utama Tbk dan Entitas Anak. per 31 Desember 2011 PT Express Transindo Utama Tbk mengoperasikan armada taksi sebanyak 6.002 unit taksi reguler, dan per 31 Desember 2012 sebanyak 8.005 unit taksi reguler (lihat Tabel 1.2). PT Express Transindo Utama Tbk mengoperasikan bisnis taksi reguler dengan skema kemitraan dengan para pengemudi. Dimana perusahaan membeli unit yang diperuntukan untuk taksi lalu pengemudi mengoperasikan kendaraan berdasarkan syarat di dalam Perjanjian Kerjasama Operasi (PKO) dengan memberi setoran secara rutin sebagai biaya sewa taksi hingga jangka waktu enam (6) tahun untuk hak utama sampai dengan tujuh tahun (7) untuk jangka waktu kerjasama penuh, atau sampai keseluruhan kewajiban lunas. Apabila semua persyaratan tersebut terpenuhi maka unit taksi tersebut dapat dikonversikan menjadi milik pengemudi tersebut. Atau pengemudi tersebut dapat menjual unit tersebut di pasar sekunder. Pada tahun 2008, United Nations Development Program (UNDP) mengakui dan memberikan penghargaan kepada perusahaan atas skema kemitraan sebagai sebuah program panutan (role model) bagi program-program PBB dalam mengentaskan kemisikinan. Berdasarkan Prospektus Perusahaan (2012), visi dan misi perusahaan adalah menjadi operator transportasi utama yang menghasilkan tingkat pengembalian maksimum bagi para pemegang saham dengan menyediakan pelayanan transportasi darat yang terintegrasi secara profesional berdasarkan nilai perusahaan, tata kelola perusahaan yang baik dan menjunjung tinggi etika bisnis. 6

Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan mengadopsi pada tiga (3) fokus kerangka kerja pada produktivitas pendapatan, pelayanan, dan sumber daya manusia yakni meramu inisiatif strategis perusahaan dan menggapai strategi-strategi berikut: 1. Meningkatkan posisi pasar di kota-kota baik melalui kegiatan operasional baru dan kegiatan operasional yang telah ada. Perusahaan terus mengembangkan pangsa pasar terutama di wilayah Jakata, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek) dengan menargetkan jumlah armada sebesar sepuluh ribu (10.000) unit taksi reguler pada akhir tahun 2013 dan lebih dari dua puluh enam (26) operasional pool taksi pada akhir tahun 2013. Untuk mencapai tujuan strategis ini, perusahaan berencana untuk fokus dalam upaya berkelanjutan dalam mengembangkan armada taksi perusahaan secara signifikan dalam rangka untuk memperkuat posisi perusahaan dan memperoleh manfaat penuh dari skala operasional. 2. Mengembangkan dan meningkatkan spektrum nilai tambah yang ada. Perusahaan berencana untuk meningkatkan keragaman portofolio aset perushaan dengan memiliki fasilitas operasional pool terbesar yakni Mega Pool yang berdiri di atas tanah yang dimiliki perusahaan seluas 40.410 m 2. Fasilitas ini meliputi area lahan parkir yang luas, kantor, ruang pelatihan, gedung, kantin, musholla dan bengkel. 3. Menerapkan teknologi inovatif dan membangun platform pelayanan yang saling melengkapi untuk meningkatkan kenyamanan konsumen dan meningkatkan produktivitas dari para pengemudi. Yakni dengan melengkapi taksi reguler dengan global positioning system (GPS) selama 24 jam. Digital Dispatch System 7

(DDS) dan teknologi seluler terintegrasi untuk meningkatkan waktu pelayanan taksi reguler kepada konsumen. 4. Fokus pada pengembangan sumber daya manusia dan kualitas pelayanan. Pelatihan terhadap staf dan manajemen yang disesuaikan dengan keahlian khusus sperti akuntasi, keahlian komunikasi, dan audit internal dan perusahaan berencana untuk terus mempertahankan kualitas pelayanan manajemen yang berbasis ISO. Saat ini pembagian area operasional untuk taksi reguler PT Express Transindo Utama Tbk terdiri dari dua (2) area operasional, yakni area operasional satu (1) yang mencakup lima belas (15) operasional pool dan area operasional dua (2) yang mencakup tujuh (7) operasional pool. Maka keseluruhan operasional pool taksi reguler yang dimiliki PT Express Transindo Utama Tbk saat ini berjumlah dua puluh dua (22) operasional pool yang tersebar di daerah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek) dan wilayah luar kota yakni di Medan, Surabaya, Semarang, dan Lombok. Pertumbuhan jumlah operasional pool dan jumlah unit PT Express Transido Utama dapat dilihat dalam Tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2: Perkembangan Jumlah Operasional Pool dan Jumlah Unit PT Express Transindo Utama Tbk Tahun 2010-2012 No Tahun Jumlah Operasional Pool Jumlah Unit 1 2010 18 4992 2 2011 20 6002 3 2012 22 8005 Sumber: Prospektus Perusahaan 2012 8

Dengan melihat persaingan industri taksi dan pesatnya pertumbuhan jumlah unit taksi dan jumlah operasional pool, maka perusahaan membutuhkan kajian mengenai kinerja efisiensi operasional pool dan mengidentifikasi cara untuk mencapai efisiensi di operasional pool PT Express Transindo Utama Tbk. Sehingga penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan perkembangan perusahaan. Karena pengukuran efisiensi merupakan langkah untuk melakukan perbaikan kinerja operasional pool, maka diharapkan perusahaan mampu mengambil langkah yang tepat untuk meningkatkan efisiensinya serta dapat mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakefisienan. 1.2. Perumusan Masalah Untuk menjaga perkembangan usaha lebih lanjut, maka PT Express Transindo Utama Tbk terus berusaha meningkatkan pangsa pasar dengan penambahan jumlah unit dan jumlah operasional pool. Operasional pool dalam hal didefinisikan sebagai tempat penampungan dan pengoperasian taksi (Perjanjian Kerjasama Operasi, 2012). Namun apakah peningkatan jumlah unit tersebut diiringi dengan kinerja operasional pool yang efisien? Karena tidak selamanya dapat dikatakan efisien dan juga terdapat kemungkinan terjadinya inefisensi (tidak efisien). Dengan demikian, perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja operasional dengan meneliti tingkat efisiensi operasional pool di PT Express Transindo Utama Tbk. Karena memang selama ini belum ada penelitian yang mengkaji efisiensi dari operasional pool di PT Express Transindo Utama Tbk. Hal ini juga dipertegas dengan kebutuhan dari pihak manajemen PT Express Transindo Utama Tbk, 9

tentang pentingnya penelitian ini dilakukan. Peneltian ini menitikberatkan pada target perbaikan pada input (input oriented), dengan alasan pihak manajemen mempunyai kontrol yang lebih terhadap input daripada output. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Seberapa besar tingkat efisiensi operasional pool di PT Express Transindo Utama Tbk? 2. Apa penyebab ketidakefisienan operasional pool di PT Express Transindo Utama Tbk? 3. Rekomendasi apa yang dapat diberikan untuk mencapai efisiensi di operasional pool PT Express Transindo Utama Tbk? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Mengukur tingkat efisiensi operasional pool PT Express Transindo Utama Tbk dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). 2. Mengidentifikasi penyebab ketidakefisienan operasional pool PT Express Transindo Utama Tbk. 3. Memberikan rekomendasi pencapaian efisiensi di operasional pool PT Express Transindo Utama Tbk. 10

1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi yang berisi rekomendasi kepada PT Express Transindo Utama Tbk untuk pencapaian efisiensi operasional pool sehingga perusahaan mampu merencanakan strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan perkembangan perusahaan. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi akademisi dalam mengkaji kemungkinan aplikasi model analisis strategi pada industri taksi. 1.6. Batasan Penelitian Penelitian dibatasi pada hal hal berikut, yakni: 1. Obyek yang diteliti adalah operasional pool taksi reguler di area satu (1) yang berada di wilayah Depok, Tangerang, dan Bekasi (Detabek) meliputi sebelas (11) operasional pool yakni: Bekasi A, Bekasi B, Bekasi C, Bekasi D, Mustika Sari, Narogong, Mustika A, Mustika B, Mustika C, Tangsel, Depok. 2. Periode waktu yang diteliti adalah tahun 2012. 3. Variabel yang diteliti adalah total unit, downtime level, dan uncollection sebagai variabel input dan revenue sebagai variabel output. 4. Target perbaikan berorientasi pada input (input-oriented). 11

Dasar penentuan batasan penelitian adalah lingkup pekerjaan dan ketersediaan data. Variabel-variabel input dipilih karena mewakili kinerja operasional pool yang murni dari sisi operasional dimana variabel-variabel tersebut menjadi penilaian utama dalam key performance indicators (KPI) operasional pool. Variabel output didefiniskan sebagai uang pendapatan yang wajib disetor oleh pengemudi ke perusahaan sebagai uang sewa taksi (Perjanjian Kerjasama Operasi, 2012) atau dapat diartikan sebagai jumlah pendapatan PT Express Transindo Utama Tbk dari hasil operasi taksi. 1.7. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini akan disajikan dalam lima bab, terdiri atas Bab 1 (Pendahuluan), membahas mengenai latar belakang penelitan, perumusan masalah, pertanyan penelitian, tujuan peneltian, manfaat penelitian, dan batasan penelitian. Bab 2 (Tinjauan Pustaka), mengulas teori-teori yang melandasi penelitian ini. Bab 3 (Metode Penelitian), mengkaji data dan variabel yang akan diteliti serta metode analisis yang akan digunakan. Selanjutnya Bab 4 (Hasil Penelitian dan Pembahasan), menampilkan dan membahas hasil penelitian. Bab 5 (Simpulan dan Saran), bab ini menyajikan kesimpulan dan pembahasan dari analisis serta saran penulis terhadap pihak manajemen PT Express Transindo Utama Tbk. 12