ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT Oleh: VIDY HARYANTI F14104067 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: Vidy Haryanti F14104067 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: Vidy Haryanti F14104067 Dilahirkan pada Jakarta, 5 September 1986 Tanggal Lulus:... Bogor, September 2008 Menyetujui, Pembimbing Akademik, Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr. NIP. 131 471 384 Mengetahui, Ketua Departemen Teknik Pertanian, Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS. NIP. 131 671 603
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 5 September 1986 di Jakarta, dari orang tua yang bernama Sugeng Haryanto, SH. MSi dan Endang Widarmawati. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN II Penengahan, Bandar Lampung, Lampung pada tahun 1998, lalu melanjutkan ke SLTPN 4 Tebing Tinggi, Sumatera Utara dan tamat pada tahun 2001. Tahun 2004, penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Mekanika Fluida pada Tahun Akademik 2006/2007 dan asisten praktikum pada mata kuliah Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian pada Tahun Akademik 2007/2008. Penulis juga terdaftar menjadi anggota Dewam Perwakilan Mahasiswa (DPM) IPB sebagai Staf Riset dan Pengembangan pada masa jabatan 2004/2005, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fateta IPB sebagai Staf Minat dan Bakat Mahasiswa pada masa jabatan 2005/2006, pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) sebagai Staf Hubungan Masyarakat pada masa jabatan 2006/2007. Pada tahun 2007 penulis melaksanakan Praktek Lapang di PT. Gula Putih Mataram, Lampung dengan judul laporan Aspek Keteknikan Pertanian di PT. Gula Putih Mataram, Lampung (Kajian Khusus pada Pemanenan Tebu (Saccharum officinarum L.). Pada tahun 2008 Penulis melakukan penelitian masalah khusus dengan judul Analisa Sistem Pemanenan Tebu yang Optimal di PG. Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana.
Vidy Haryanti. F14104067. Analisa Sistem Pemanenan Tebu yang Optimal di PG. Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr. 2008. RINGKASAN Gula sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia memiliki nilai strategis dalam usaha menjaga ketahanan pangan. Perkembangan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan berkembangnya industri-industri makanan dan minuman memerlukan gula sebagai salah satu bahan bakunya. Namun kenaikan konsumsi gula masyarakat dan keperluan industri ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi gula dalam negeri. Hal ini tercermin dari turunnya produksi tebu sebagai bahan baku utama dalam pembuatan gula. Produksi tebu tahun 2006 mencapai 30,244.051 ton. Jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang menghasilkan 31,139.969 ton berarti mengalami penurunan sebesar 895.917 ton atau sebesar 2.88%. Salah satu yang mempengaruhi penurunan tersebut adalah kegiatan pemanenan. Untuk itu sistem pemanenan yang paling tepat (optimal) dapat diterapkan dalam rangka mengoptimalkan produksi tebu. Pemanenan tebu dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan memungut hasil gula yang masih potensial berada pada bagian tanaman tebu di kebun untuk diolah menjadi butiran kristal gula di pabrik (GPM Grup, 1995). Pemanenan tebu yang diterapkan dalam industri gula saat ini adalah sistem tebang manual, sistem tebang semi mekanis dan sistem tebang mekanis. Kegiatan pemanenan selalu menjadi fokus perhatian dari manajemen pabrik gula. PG. Jatitujuh merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri gula. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisa biaya pemanenan pada setiap sistem pemanenan tebu. (2) menganalisa kerugian yang ditimbulkan oleh tebu tertinggal di kebun dan trash yang terbawa ke pabrik. (3) mempelajari pengaruh pembebanan akibat lintasan angkutan dan mesin pemanenan tebu di lahan kering. (4) menentukan sistem pemanenan tebu yang optimal di PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat. Biaya pemanenan adalah biaya yang diperlukan untuk menebang dan mengangkut tiap kwintal tebu sesuai dengan sistem pemanenan yang digunakan. Besarnya biaya dengan sistem tebang manual adalah jumlah keseluruhan biaya pokok tenaga tebang, ongkos muat tebu, ongkos angkutan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pengadaan tenaga tebang. Besarnya biaya dengan sistem semi mekanis adalah jumlah keseluruhan biaya tenaga tebang dan biaya muat menggunakan grab loader dan biaya pengangkutan. Biaya muat dihitung dengan menjumlahkan biaya pemilikan dan biaya operasional grab loader. Besarnya biaya dengan sistem tebang mekanis adalah biaya total penggunaan mesin-mesin yang terlibat dalam kegiatan pemanenan ini. Biaya total terdiri dari biaya pemilikan dan biaya operasional mesin-mesin seperti mesin panen tebu (cane harvester), traktor angkutan, dan trailer. Pengukuran jumlah tebu tertinggal, jumlah trash, dan pemadatan tanah dilakukan pada lahan dengan pemanenan menggunakan sistem tebang manual dan semi mekanis. Pengukuran pada sistem mekanis tidak dapat dilakukan karena sistem ini sedang tidak beroperasi pada tahun pelaksanaan penelitian. Jumlah tebu
tertinggal di kebun dihitung dengan banyaknya tunggak dan cako per Ha (kw/ha). Jumlah trash (sampah) yang terbawa ke pabrik adalah persentase antara berat sampel kotoran tebu (kg) dengan berat sampel tebu (kg). Pemadatan tanah merupakan hasil dari pembebanan akibat lintasan angkutan dan mesin pemanenan tebu. Pemadatan tanah dinyatakan dengan nilai tahanan penetrasi (kg/cm²), berat isi tanah (gram/cm³) dan porositas (%). Tahanan penetrasi diukur menggunakan penetrometer. Pengukuran berat isi tanah dan porositas tanah dilakukan dengan metode gravimetrik dengan menggunakan sampel tanah dari kebun. Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk memodelkan permasalahan yang dihadapi dalam kaitannya dengan penentuan sistem pemanenan tebu yang optimal di PG. Jatitujuh. Metode AHP dibagi menjadi tiga model. Model pertama yaitu pengambilan keputusan oleh empat aktor yang terlibat dalam kegiatan pemanenan di PG Jatitujuh yaitu bagian Tebang-Angkut, bagian Riset dan Pengembangan, bagian Mekanisasi dan bagian Pabrikasi. Model kedua yaitu pengambilan keputusan oleh pelaku tunggal yaitu peneliti. Model ketiga yaitu pengambilan keputusan oleh lima pelaku yang merupakan gabungan dari hasil keputusan kedua model sebelumnya. Ketiga model tersebut masingmasing mempunyai kriteria dan alternatif. Kriteria terdiri dari biaya pemanenan, jumlah tebu tertinggal, jumlah trash, dan pemadatan tanah. Alternatif terdiri dari sistem tebang manual, sistem tebang semi mekanis dan sistem tebang mekanis. Biaya pokok (Rp./kw) pada sistem tebang manual pada masa giling tahun 2007 lebih kecil dibandingkan dengan sistem tebang semi mekanis dan mekanis yaitu sebesar Rp. 5,329/kw. Biaya pokok pada sistem tebang semi mekanis dan mekanis adalah sebesar Rp. 6,316/kw dan Rp. 5,568/kw. Hasil pengukuran tebu tertinggal di kebun menyatakan bahwa mutu tebangan pada sistem tebang semi mekanis lebih baik dibandingkan dengan sistem tebang manual berdasarkan jumlah tebu tertinggal di kebun. Rata-rata jumlah cako dan tunggak yang tertinggal di kebun pada sistem pemanenan semi mekanis sebesar 0.2 kw/ha dan 3.55 kw/ha. Rata-rata jumlah cako yang tertinggal di kebun pada sistem pemanenan manual sebesar 0.09 kw/ha tetapi rata-rata jumlah tunggak yang tertinggal di kebun sebesar 12.4 kw/ha atau lebih tinggi dari batas yang diizinkan sebesar 9 kw/ha. Tebu tertinggal di kebun maupun di lahan sebanyak ± 1 kw/ha, biaya kerugian yang dapat disimpan setiap hari setelah melakukan usaha pengambilan tebu tertinggal dengan luasan 45 ha/hari mencapai Rp. 16,183,125. Hasil analisa trash menyatakan bahwa mutu tebangan pada sistem manual lebih baik dibandingkan dengan sistem semi mekanis berdasarkan jumlah trash yang terbawa ke pabrik. Rata-rata jumlah trash untuk sistem pemanenan manual dan semi mekanis sebesar 1.79% dan 3.11%,dan mutu tebangan kedua sistem pemanenan dinyatakan baik karena trash < 5%. Biaya kerugian akibat trash terbawa ke penggilingan di pabrik tidak dapat diketahui akibat data lapangan yang kurang memadai. Hasil pengukuran pemadatan tanah menunjukkan nilai porositas (%) yang lebih rendah, nilai tahanan penetrasi (kg/cm²) dan nilai bobot isi tanah (gr/cm³) lebih tinggi setelah proses tebang baik pada sistem tebang manual maupun mekanis. Sistem tebang manual menghasilkan pemadatan tanah yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem tebang semi mekanis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai tahanan penetrasi (kg/cm²) dan nilai bobot isi tanah (gr/cm³) yang lebih kecil
dibandingkan dengan sistem tebang semi mekanis. Hal ini ditunjukkan pula oleh nilai porositas (%) yang lebih besar pada sistem tebang manual. Berdasarkan hasil analisa metode AHP dengan empat aktor yang berasal dari PG. Jatitujuh, menghasilkan alternatif sistem tebang manual sebagai prioritas utama dengan bobot sebesar 0.581. Prioritas kedua dan ketiga ditempati oleh sistem tebang semi mekanis dan mekanis dengan bobot sebesar 0.283 dan 0.137. Berdasarkan hasil analisa metode AHP dengan aktor tunggal yaitu peneliti, menghasilkan alternatif sistem tebang manual sebagai prioritas utama dengan bobot sebesar 0.467. Prioritas kedua dan ketiga ditempati oleh sistem tebang mekanis dan semi mekanis dengan bobot sebesar 0.313 dan 0.220. Pengambilan keputusan oleh peneliti didasarkan atas data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian. Berdasarkan hasil analisa metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan lima aktor yang merupakan gabungan dari pegawai PG. Jatitujuh dan peneliti, menghasilkan alternatif sistem tebang manual sebagai prioritas utama dengan bobot sebesar 0.575. Prioritas kedua dan ketiga ditempati oleh sistem tebang semi mekanis dan mekanis dengan bobot sebesar 0.259 dan 0.166. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, sistem pemanenan tebu yang optimal di PG. Jatitujuh adalah sistem tebang manual. Sistem tebang manual dapat dilaksanakan dengan asumsi jumlah tenaga kerja memadai. Jika tidak sistem tebang semi mekanis atau mekanis harus dilaksanakan agar pabrik tetap dapat beroperasi.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena hanya atas berkat dan rahmat-nya lah penulis dapat meyelesaikan penelitian dengan judul Analisa Sistem Pemanenan Tebu yang Optimal di PG. Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingan, arahan, masukan, kesabaran, dan pengertiannya dalam penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng dan Dr. Ir. Desrial, M.Eng selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi. 3. Pimpinan dan karyawan PG. Jatitujuh atas bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian. 4. Gina Agustina, STP atas bimbingan dan tempat tinggal selama penelitian. 5. Bapak, Ibu, Bhakti Haryanto Atmojo, Whisnu Haryanto dan seluruh keluarga besar atas doa, dorongan, dan dukungannya selama ini. 6. Teman-teman seperjuangan di areal kering penuh debu : Tania, Bayu, Heru, Malik, Sukris, Ludy, Busan, Pak Farry, Pak Lamto atas kekompakan dan kebersamaannya selama penelitian. 7. Sahabat-sahabat : Ismi, Ananti, Dara, Tami, Nurul, dan Puspita atas doa, kesabaran, pengertian dan kebersamaan selama menyelesaikan pendidikan. 8. Teman-teman Teknik Pertanian Angkatan 41 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan. 9. Panji Yudha Prakasa, atas doa dan dukungan yang telah diberikan. 10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tulisan ini. Penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi seluruh pihak yang memerlukannya. Bogor, Agustus 2008 Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu... 4 B. Pemanenan Tebu... 4 C. Biaya Pemanenan Tebu... 8 D. Tebu Tertinggal dan Trash... 8 E. Pemadatan Tanah... 9 F. Teknik Penganbilan Keputusan... 10 G. Penelitian Terdahulu... 15 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian... 16 B. Asumsi... 16 C. Bahan dan Alat... 16 D. Metode Pengumpulan Data... 16 E. Metode Analisa Data... 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Perusahaan... 30 B. Pemanenan Tebu... 31 C. Biaya Pemanenan... 34 D. Tebu Tertinggal dan Trash... 36 E. Pemadatan Tanah... 40 F. Pengambilan Keputusan... 48
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 65 B. Saran... 66 DAFTAR PUSTAKA... 68