HASIL DAN PEMBAHASAN. pengolahan, penanganan dan penyimpanan (Khalil, 1999 dalam Retnani dkk, 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

POLISAKARIDA. Shinta Rosalia Dewi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. PEMBAHASAN Analisa Sensori

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TEPUNG BERAS B. TEPUNG BERAS KETAN

UJI SIFAT FISIK RANSUM AYAM BROILER BENTUK PELLET YANG DITAMBAHKAN PEREKAT ONGGOK MELALUI PROSES PENYEMPROTAN AIR

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

Uji Sifat Fisik Ransum Ayam Broiler Bentuk Pellet yang Ditambahkan Perekat Onggok Melalui Proses Penyemprotan Air

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

DAFTAR TABEL. 1. Kandungan gizi tepung ubi jalar per 100 g Karakteristik amilosa dan amilopektin... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. UBI JALAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Ikat Air Bakso Ayam

Pengaruh Jenis Dan Dosis Leguminosa Terhadap...Feisal Yusdema Agung P

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Karakteristik menir segar Karakteristik. pengujian 10,57 0,62 0,60 8,11 80,20 0,50 11,42 18,68.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

LOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar ungu (Ipomea batatas L. Poir) mengandung antosianin yang bermanfaat

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

MATERI DAN METODE. Materi

2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties)

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP KARAKTERISTIK DAN DAYA TERIMA CHICKEN NUGGET SKRIPSI. Oleh MARGI KUSUMANINGRUM

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fungsional Tepung Jagung Swelling Volume

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Mi Kering Non Terigu Cooking Time

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I. PENDAHULUAN. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar ton

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi

TINJAUAN PUSTAKA. Maksimal 14,0. - Protein Kasar (%) 22 Lemak Kasar (%) Minimal 19,0. Maksimal 7,4. - Serat Kasar (%) - Kalsium (%) Maksimal 6,0

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak hanya menginginkan makanan yang enak dengan mouthfeel yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tahapan pertama adalah tahapan persiapan sampel formulasi berupa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian. Jadwal Pelaksanaan Minggu Ke Kegiatan Penelitian

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm.

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

Lampiran 1. Analisa ragam dan uji lanjut Duncan komponen proksimat

TINJAUAN PUSTAKA. dengan klasifikasi sebagai berikut : Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

2 TINJAUAN PUSTAKA. Umbi Iles-iles. Umbi Walur

PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

PROSES PEMBUATAN PAKAN

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I. PENDAHULUAN. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

Transkripsi:

22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Berat Jenis Berat jenis merupakan perbandingan antara massa bahan terhadap volumenya. Berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan (Khalil, 1999 dalam Retnani dkk, 2011). Berdasarkan hasil perhitungan berat jenis pada uji fisik pelet dapat diperoleh data sidik ragam sebagai berikut. Tabel 2. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Tepung Limbah Ubi Jalar Sebagai Binder Pada Pembuatan Pelet Rumput Brachiaria humidicola Terhadap Berat Jenis Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4.. g/cm 3.. 1 2,20 1,00 1,00 2,20 2 1,00 1,00 2,20 1,00 3 2,20 1,00 3,40 3,40 4 1,00 2,20 1,00 1,00 5 1,00 1,00 2,20 2,20 Rata-rata 1,48 ± 0,57 1,24 ± 0,50 1,96 ± 0,50 1,96 ± 0,50 Keterangan : P1 = 95% rumput Brachiaria humidicola + 5% tepung limbah ubi jalar P2 = 90% rumput Brachiaria humidicola + 10% tepung limbah ubi jalar P3 = 85% rumput Brachiaria humidicola + 15% tepung limbah ubi jalar P4 = 80% rumput Brachiaria humidicola + 20% tepung limbah ubi jalar Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukan bahwa penggunaan tepung ubi jalar dengan konsentrasi yang berbeda pada pembuatan pelet rumput Brachiaria humidicola tidak memberikan pengaruh nyata (F<0,05) terhadap berat jenis.

23 Sehingga dapat diperoleh data dalam sidik ragam bahwa penggunaan tepung limbah ubi jalar dengan konsentrasi (5-20%) pada pembuatan pelet Brachiaria humidicola tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat jenis. Hal ini didukung oleh pernyataan Agustina (2005) bahwa berat jenis dan ukuran partikel tidak berpengaruh nyata sehingga ruang antar partikel bahan terisi oleh pengikat secara merata sehingga perbedaan berat jenis pada pelet tidak akan berbeda jauh. Hal ini diduga karena pemadatan yang terjadi di dalam mesin sama sehingga ruang antar partikel di dalam pelet tidak berbeda dan pelet tercetak dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Khalil (1999) dalam Retnani dkk (2010), pakan atau ransum yang terdiri atas partikel yang perbedaan berat jenisnya cukup besar maka campuran tidak stabil dan cenderung mudah terpisah kembali. Kepadatan pelet tersebut mempengaruhi volume pelet dan berat pelet, dengan pelet yang padat maka volume pelet lebih kecil dari berat pelet tersebut, sehingga berat jenis pelet akan semakin tinggi dan akan memudahkan dalam penanganan dan penyimpanan (Retnani dkk, 2011). Berat jenis berperan dalam proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan bahan. Kerapatan tumpukan dan daya ambang partikel ditentukan dari berat jenisnya. Bahan yang memiliki kandungan serat kasar yang tinggi akan mempengaruhi kehalusan dalam hasil pembuatan pelet. Kehalusan bahan yang akan dijadikan pelet sangat berpengaruh pada kualitas berat jenis pelet dan bahan dengan berat jenis yang seragam dapat disimpulkan bahwa bahan tersebut memiliki tingkat homogenitas yang tinggi (Khalil, 1999 dalam Retnani, 2011).

24 Menurut Dozier (2001) dalam Agustina (2005) Semakin kecil ukuran partikel maka semakin luas permukaan partikel sehingga dapat meningkatkan proses pematangan dan gelatinisasi dan semakin baik gelatinisasi pada saat pembuatan pelet akan meningkatkan nilai kerapatan tumpukan sehingga nilai berat jenis juga akan meningkat. Selain itu, berat jenis bersama dengan ukuran partikel bahan bertanggung jawab terhadap homogenitas penyebaran partikel dan stabilitasnya dalam suatu campuran pakan. Hasil yang didapat ini mendekati dengan yang dikemukakan oleh Agustina (2005) dalam Retnani dkk (2011) bahwa berat jenis pelet berkisar ± 1,35. Jadi berat jenis pelet yang dibuat sudah cukup baik. Nilai berat jenis pada pelet menunjukan tingkat kemudahan yang setara dalam pengangkutan, transportasi dan kapasitas ruang penyimpanan sehingga akan menekan biaya produksi (Retnani dkk, 2011). 4.2 Efesiensi Mesin Pelet Efisiensi mesin pelet dihitung dengan cara menghitung besarnya jumlah pelet yang tebentuk pada satuan waktu tertentu (Muslim, 2011) dan pada penelitian ini efesiensi mesin dihitung dengan cara menjumlahkan berapa kilogram pelet yang dihasilkan oleh mesin pelet dalam waktu 1 jam. Berdasarkan hasil penghitungan waktu pada saat proses pencetakan pelet, maka diperoleh data sidik ragam sebagai berikut.

25 Tabel 3. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Tepung Limbah Ubi Jalar Sebagai Binder Pada Pembuatan Pelet Rumput Brachiaria humidicola Terhadap Efesiensi Mesin Pelet Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 kg/jam.. 1 2,60 5,00 6,00 8,00 2 3,00 4,61 6,66 10,00 3 2,85 4,61 6,00 8,57 4 2,85 5,00 5,45 8,00 5 3,00 4,00 6,00 8,57 Rata-rata 2,86 ± 1,83 4,64 ± 2,95 6,02 ± 3,85 8,62 ± 5,48 Keterangan : P1 = 95% rumput Brachiaria humidicola + 5% tepung ubi jalar P2 = 90% rumput Brachiaria humidicola + 10% tepung ubi jalar P3 = 85% rumput Brachiaria humidicola + 15% tepung ubi jalar P4 = 80% rumput Brachiaria humidicola + 20% tepung ubi jalar Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa terjadi kenaikan jumlah pelet yang dihasilkan dalam waktu satu jam mulai dari yang terendah berturut turut menuju ke yang tertinggi yaitu P1 (2,86), P2 (4,46), P3 (6,02) dan P4 (8,62). Rata-rata terendah diperoleh pada P1 yaitu sebesar 2,86 kg/jam dan yang tertinggi diperoleh pada P4 yaitu sebesar 8,62 kg/jam. Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam menunjukan bahwa penggunaan tepung ubi jalar dengan konsentrasi yang berbeda (5-20%) pada pembuatan pelet rumput Brachiaria humidicola memberikan pengaruh nyata (F>0,01) meningkatkan efesiensi mesin pelet. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh mana yang paling

26 optimal terhadap efesiensi mesin maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Berbagai Konsentrasi Tepung Limbah Ubi Jalar Sebagai Binder Pada Pembuatan Pelet Rumput Brachiaria humidicola Terhadap Efesiensi Mesin Pelet (kg/jam) Perlakuan Rataan Signifikasi P4 8,62 ± 5,48 a P3 6,02 ± 3,85 b P2 4,64 ± 2,95 c P1 2,86 ± 1,83 d Keterangan : Huruf yang berbeda nyata pada kolom signifikasi menunjukkan pengaruh masing-masing perlakuan berbeda nyata Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan pada Tabel 4 menunjukan bahwa P4 (8,62) memiliki hasil paling tinggi dan berbeda nyata terhadap P1 (2,86), P2 (4,64) dan P3 (6,02). P3 (2,86) dengan konsentrasi tepung limbah ubi jalar 15% memberi pengaruh nyata terhadap P2 (4,64) dan P1 (2,86). P2 (4,64) juga dengan konsentrasi tepung limbah ubi jalar sebesar 10% memberi pengaruh nyata terhadap P1 (2,86). Hal ini disebabkan karena jumlah konsentrasi tepung limbah ubi jalar yang digunakan berpengaruh pada proses gelatinisasi sehingga memudahkan dalam proses pencetakan pelet rumput Brachiaria humidicola. Semakin tinggi kandungan pati yang digunakan pada saat proses pembuatan pelet maka semakin baik proses gelatinisasinya seperti yang dikatakan Susilawati dkk (2012), bahan yang dapat menjadi binder adalah bahan-bahan yang tinggi akan kandungan patinya agar dapat mengikat pelet dengan baik dan menghasilkan pelet dengan kualitas yang baik dan

27 hal tersebut didukung seperti yang dikatakan Imanningsih (2012) bahwa jumlah fraksi amilosa-amilopektin sangat berpengaruh pada profil gelatinisasi pati. Komponen penyusun utama pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilopektin dapat dipisahkan dari amilosa dengan cara melarutkannya dalam air panas dibawah temperatur gelatinisasi. Fraksi terlarut dalam air panas adalah amilosa dan fraksi tidak larut adalah amilopektin (Puspitasari, 2008). Amilosa dapat membentuk gel dengan mudah karena bentuk rantainya lurus sehingga pembentukan jaringan tiga dimensi berlangsung dengan mudah, molekul-molekul amilosa juga mudah bergabung dan mengkristal (Meyer, 1979 dalam Puspitasari, 2008). Mekanisme pembentukan gel dimulai jika larutan pati dipanaskan. Butir-butir pati akan mengembang sehingga ikatan hidrogen pada unit amorphous akan rusak dan pada suhu tertentu dan granula akan pecah (Hodge dan Osman, 1976 dalam Uhi, 2006). Pati tergelatinisasi dengan adanya air dan membentuk struktur pasta pati, akan bercampur dengan granula pati yang belum tergelatinisasi (Hariyadi, 1984 dalam Uhi, 2006). Menurut Agustina (2005) perbedaan ukuran partikel dalam ransum mempengaruhi kualitas dan kelancaran produksi pelet. Dalam penelitian ini penggilingan menggunakan screen 2 mm sehingga menghasilkan ukuran pelet yang halus maka sangat mendukung untuk kelancaran produksi pelet. Sehingga dapat diperoleh data bahwa P4 dengan konsentrasi ubi jalar sebanyak 20% adalah hasil yang efisien terhadap mesin pelet.