HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan biskuit dalam bidang pangan karena adanya persamaan dalam proses pemanasan dan pencetakan. Penekanan dalam proses pencetakan biskuit pakan bertujuan untuk merekatkan bahan perekat molases dengan bahan pakan hijauan karena penekanan dilakukan untuk menciptakan ikatan antara permukaan bahan perekat dan bahan yang direkat (Wati, 2010). Biskuit pakan yang diproduksi mempunyai bentuk tipis dan kompak sehingga dapat memudahkan dalam penanganan. Berdasarkan bahan kering pakan, bobot pengangkutan pakan hijauan berupa biskuit pakan dapat memuat lebih banyak sampai lima kali lipat daripada hijauan segar berupa rumput lapang. Hal ini karena berat biskuit pakan yang dihasilkan sekitar 20% dari berat bahan pakan yang digunakan dan juga karena proses pengempaan membuat massa jenis biskuit pakan menjadi lebih besar (0,44 g/cm 3 ) daripada sebelum dicetak (0,18 g/cm 3 ). Biskuit pakan yang digunakan pada penelitian mempunyai umur simpan yang lama, sehingga dapat mengatasi ketersediaan pakan khususnya hijauan pakan saat musim kemarau. Aisyah (2010) menyatakan bahwa biskuit pakan yang disimpan selama sembilan minggu tidak mengalami kerusakan fisik berupa warna dan aroma. Bentuk biskuit pakan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4. R1 R2 R3 Gambar 4. Biskuit Pakan Perlakuan R1 = biskuit 100% rumput lapang, R2 = biskuit 50% rumput lapang + 50% daun jagung, dan R3 = biskuit 100% daun jagung Karakteristik fisik pakan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi palatabilitas ternak, sehingga hal ini perlu diperhatikan. Yusmadi et al. (2008), 20

2 menyatakan bahwa sifat pakan yang dicerminkan oleh organoleptik seperti penampakan, bau, rasa, tekstur, dan temperaturnya dapat menimbulkan rangsangan dan daya tarik ternak untuk mengkonsumsinya. Karakteristik biskuit daun jagung dan rumput lapang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik Biskuit Daun Jagung dan Rumput Lapang Biskuit Pakan Warna Aroma Kepadatan Tekstur R1 Hijau Kecoklatan Harum Kompak Kasar R2 Hijau Kecoklatan Harum Kompak Kasar R3 Hijau Harum Remah Kasar Keterangan : R1 : 100% rumput lapang R2 : 50% rumput lapang + 50% daun jagung R3 : 100% daun jagung Karakteristik fisik biskuit pakan setiap perlakuan secara umum memiliki warna hijau kecoklatan, aroma harum, tekstur kasar, dan bentuk kompak tetapi biskuit daun jagung pada perlakuan ketiga memiliki warna lebih hijau dan bertekstur halus (remah) dibandingkan biskuit perlakuan lainnya. Tekstur biskuit yang kasar menurut Retnani (2010), disebabkan terdapatnya kandungan serat yang tinggi. Kandungan zat makanan biskuit pakan dan konsentrat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Biskuit dan Konsentrat Pakan BK (%) Nutrien (%BK) Abu PK SK LK Beta-N TDN* Biskuit R1 89,60 10,42 12,89 41,34 0,21 35,14 52,57 Biskuit R2 87,20 9,79 14,51 31,90 0,20 43,60 54,69 Biskuit R3 87,60 8,84 16,12 29,45 1,04 44,55 57,03 Konsentrat 81,00 19,47 17,29 18,70 3,26 41,28 63,06 Keterangan: Hasil analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor (2010). PK = protein kasar, SK = serat kasar, LK = lemak kasar, Beta-N = bahan ekstrak tanpa nitrogen. Biskuit R1 = 100% rumput lapang, Biskuit R2 = 50% rumput lapang + 50% daun jagung, dan Biskuit R3 = 100% daun jagung. *TDN pakan dihitung dengan persamaan Hartadi et al. (1997): TDN biskuit pakan = (SK) (LK)+0.173(Beta-N)+1.042(PK)+0.015(SK) (LK) (SK) (Beta-N) (LK)(Beta-N)+0.038(LK)(PK)+0.003(LK) 2 (PK); TDN konsentrat = (SK)-2.875(LK)+0.655(Beta-N)+0.863(PK)+0.02(SK) (LK) (SK) (Beta-N) (LK)(Beta-N)+0.085(LK)(PK)+0.02(LK) 2 (PK). 21

3 Konsumsi Bahan Kering Konsumsi Pakan Domba mengkonsumsi makanan sesuai dengan tingkat kebutuhannya untuk dapat mencapai tingkat penampilan yang optimal. Hasil rataan konsumsi bahan kering harian domba pada penelitian berkisar antara 631,8-841,4 g/ekor/hari atau 3,6% 4,8% dari bobot badan dengan rasio hijauan berkisar antara 22%-28% dan konsentrat 72%-78%. Konsumsi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata bahan kering yang dikonsumsi oleh ternak telah mencukupi kebutuhan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Haryanto dan Djajanegara (1993) bahwa kebutuhan bahan kering per ekor per hari untuk domba Indonesia dengan bobot badan kg adalah 3,1%- 4,7% dari bobot badan untuk pertambahan bobot badan harian g. Menurut NRC (1985) domba dengan bobot badan kg membutuhkan BK 5% dari bobot badan atau berkisar antara 0,5-1,0 kg. Rataan konsumsi bahan kering pakan pada penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi Bahan Kering Harian Domba Perlakuan Konsumsi Bahan Kering (g/ekor/hari) Biskuit Pakan Konsentrat Total R1 143,6±15,4 521,3±55,1 664,9±47,6 a R2 167,9±70,0 580,4±13,2 748,3±82,1 ab R3 230,5±12,4 581,6±2,1 812,1±14,2 b Keterangan : Superskrip a dan b pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) R1 : Biskuit (100% rumput lapang) + konsentrat R2 : Biskuit (50% rumput lapang + 50% daun jagung) + konsentrat R3 : Biskuit (100% daun jagung) + konsentrat Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi bahan kering biskuit pakan dan konsumsi bahan kering konsentrat (P>0,05). Pada penelitian ini konsumsi bahan kering total ternak berbeda nyata (P<0,05). Rataan konsumsi bahan kering total domba yang paling tinggi dimiliki oleh R3 sebanyak 812,1±14,2 g/ekor/hari dan yang paling rendah adalah R1 sebanyak 664,9±47,6 g/ekor/hari. Konsumsi bahan kering total R1 berbeda nyata dengan R3, sedangkan R2 tidak berbeda nyata dengan R1 dan R3. 22

4 Perlakuan R3 memiliki nilai konsumsi BK total terbaik, hal ini karena kandungan nutrien terutama protein yang tinggi (Tabel 3) dalam kandungan biskuit daun jagung daripada perlakuan lainnya dan memiliki struktur pakan yang halus. Selain itu menurut Umiyasih dan Wina (2008), daun jagung mempunyai palatabilitas yang tinggi. Biskuit daun jagung dengan struktur pakan yang halus akan memudahkan mikroorganisme di dalam rumen untuk mencerna lebih cepat, sehingga rumen pun lebih cepat kosong, hal tersebut menyebabkan tingkat konsumsi pakan domba meningkat (Mulyaningsih, 2006). Tillman et al. (1991) menambahkan semakin banyak bahan yang dapat dicerna berarti lebih cepat aliran digesta dan menyebabkan tersedia kembali ruangan untuk penambahan pakan. Jumlah konsumsi bahan kering harian pada penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Arifiyanti (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa konsumsi bahan kering domba yang diberi pakan hijauan rumput lapang dan konsentrat adalah 646,0±12,8 g/ekor/hari. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian biskuit pakan sebagai sumber serat dapat menggantikan pemberian rumput lapang dalam ransum domba. Grafik konsumsi bahan kering total mingguan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Grafik Rataan Konsumsi Bahan Kering Total Mingguan 23

5 Grafik konsumsi bahan kering total mingguan menunjukkan bahwa konsumsi domba setiap perlakuan secara umum meningkat tetapi tidak di setiap minggunya, hal ini berlaku pada seluruh perlakuan. Meningkatnya konsumsi bahan kering dari minggu awal hingga minggu akhir turut dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan setiap domba, sesuai dengan pernyataan Elita (2006), bahwa semakin besar bobot badan maka kapasitas saluran pencernaan akan semakin meningkat sehingga mampu menampung pakan dalam jumlah lebih banyak atau dengan kata lain konsumsinya akan meningkat. Menurunnya rataan konsumsi bahan kering total yang terjadi pada setiap perlakuan di minggu ke-2 karena saat itu ada ternak yang mengalami gangguan keropeng pada mulutnya (Orf) dan diare, lima hari kemudian ternak kembali sehat setelah diobati. Konsumsi Protein Kasar Protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi pertumbuhan, sehingga defisiensi protein dapat mengganggu pertumbuhan. Protein berfungsi sebagai zat pembangun atau pertumbuhan, zat pengatur dan mempertahankan daya tahan tubuh (Hasanah, 2006). Rataan konsumsi protein kasar total perhari dari masing-masing perlakuan berkisar dari 108,7±8,5 g/ekor/hari hingga 137,7±2,3 g/ekor/hari. Rataan nilai konsumsi protein kasar harian domba bisa dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Konsumsi Protein Kasar Harian Domba Perlakuan Rataan Konsumsi Protein Kasar (g/ekor/hari) Biskuit Pakan Konsentrat Total R1 18,5±2,0 a 90,1±9,5 108,7±8,5 a R2 24,4±10,2 a 100,4±2,3 124,7±12,3 ab R3 37,2±2,0 b 100,6±0,4 137,7±2,3 b Keterangan : Superskrip a dan b pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) R1 : Biskuit (100% rumput lapang) + konsentrat R2 : Biskuit (50% rumput lapang + 50% daun jagung) + konsentrat R3 : Biskuit (100% daun jagung) + konsentrat Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi protein konsentrat (P>0,05). Pada penelitian ini 24

6 konsumsi protein kasar biskuit pakan dan konsumsi protein kasar total ternak berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji lanjut menunjukkan konsumsi protein kasar biskuit pakan R1 memberikan pengaruh yang sama dengan R2, sedangkan R3 memberikan pengaruh yang berbeda dengan R1 dan R2. Hasil uji lanjut menunjukkan konsumsi protein kasar total R3 memberikan pengaruh yang berbeda dengan R1, sedangkan R2 memberikan pengaruh yang sama dengan R1 dan R3. Hal ini disebabkan konsumsi BK dan kandungan PK pada pakan R3 lebih tinggi dari ketiga perlakuan. Purbowati et al. (2007) menyatakan bahwa konsumsi PK sejalan dengan konsumsi bahan keringnya, karena konsumsi nutrient tersebut dipengaruhi oleh konsumsi BK dan kandungan pakan tersebut. Arifin et al. (2007) menyatakan hal yang sama bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi PK adalah konsumsi BK dan kandungan PK dalam ransum. Rataan konsumsi protein kasar harian domba pada penelitian ini telah mencukupi kebutuhan protein kasar domba jika berdasarkan Haryanto dan Djajanegara (1992) menyatakan bahwa, kebutuhan protein kasar untuk domba dengan bobot badan sebesar kg dengan pertambahan bobot badan g/ekor/hari membutuhkan protein kasar sebesar 73,7-135,8 g/ekor/hari, sedangkan hasil tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan bobot badan kg membutuhkan protein g/hari untuk pertumbuhan, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan protein domba lokal Indonesia berbeda dengan kebutuhan protein domba pada daerah temperate. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau potensi genetik ternak dan tingkat produksi, pertambahan bobot badan domba NRC (1985) yaitu g/ekor/hari, sedangkan rata-rata pertambahan bobot badan dari penelitian ini 49,52±17,58 g/ekor/hari. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan (PBB) merupakan akibat dari membesar dan bertambahnya berat jaringan-jaringan tubuh. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas pakan ternak, karena pertumbuhan yang diperoleh dari suatu percobaan merupakan salah satu indikasi pemanfaatan zat-zat makanan dari pakan yang diberikan. Hasil Pertambahan bobot badan harian domba penelitian ini berkisar antara 34,29-61,90 g/ekor/hari. Hasil pertambahan bobot badan penelitian ini tidak jauh 25

7 berbeda bila dibandingkan penelitian lain seperti yang dilaporkan oleh Rianto et al. (2006) dan Arifin et al. (2006). Rianto et al. (2006) yang menguji produktivitas domba dengan pakan hijauan dan konsentrat secara ad libitum mendapatkan hasil pertambahan bobot badan sebesar 44 gram/hari, sedangkan Arifin et al. (2006) pada penelitiannya dengan memberikan rumput gajah dan pakan tambahan kepada ternak domba menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 40,62 g/ekor/hari. Rataan nilai pertambahan bobot badan harian domba dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Perlakuan Rataan (g/ekor/hari) R1 34,29±19,88 R2 52,38±7,23 R3 61,90±14,09 Keterangan : R1 : Biskuit (100% rumput lapang) + konsentrat R2 : Biskuit (50% rumput lapang + 50% daun jagung) + konsentrat R3 : Biskuit (100% daun jagung) + konsentrat Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian domba ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ketiga macam ransum perlakuan terhadap pertambahan bobot badan mempunyai peningkatan yang sama. Hal ini terjadi karena faktor umur dan faktor genetik domba percobaan antara ketiga perlakuan adalah homogen serta adanya ternak yang mengalami sakit orf dan diare selama seminggu saat minggu kedua, sehingga zat makan yang dikonsumsi digunakan untuk proses penyembuhan. Menurut Tomaszewska et al. (1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, dan genetik. Pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata mungkin juga terkait dengan kecernaan pakan yang sama, selain itu juga karena nilai gizi pakan yang dikonsumsi tidak jauh berbeda, sehingga ketersediaan zat-zat makanan untuk kebutuhan tubuh sama (Elita, 2006). Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan (Hardianto, 2006). Kuantitas pakan yang dimaksud adalah seberapa banyak jumlah pakan yang dikonsumsi, sedangkan kualitas pakan berhubungan dengan tingkat nutrisi pakannya. Semakin tinggi tingkat konsumsi dan nutrisi pakannya, semakin tinggi pula pertambahan bobot badan hariannya. Pada penelitian ini terlihat bahwa 26

8 ternak yang mengkonsumsi pakan lebih banyak menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi bahan kering perlakuan R3 merupakan konsumsi tertinggi dibandingkan dengan R1, demikian pula halnya dengan konsumsi protein kasar pada perlakuan R3 lebih tinggi konsumsinya oleh ternak domba dibandingkan dengan ransum R1. Sehingga pertambahan bobot badan ternak domba yang diberi ransum perlakuan R3 menunjukkan PBB tertinggi yaitu 61,90±14,09 g/ekor/hari, sedangkan ransum perlakuan R1 menunjukkan PBB terendah yaitu 34,29±19,88 g/ekor/hari). Hal ini selain dipengaruhi oleh jumlah konsumsi bahan kering dan konsumsi protein kasar juga dipengaruhi oleh kandungan serat kasar pakan yang dikonsumsi. Perlakuan R1 memiliki kandungan serat kasar yang tinggi pada hijauannya yaitu rumput lapang sebesar 41,34% sehingga ternak domba kesulitan dalam mencerna pakan tersebut. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa kandungan protein yang tinggi dalam ransum dapat meningkatkan pertambahan bobot badan, sedangkan kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan akan menurunkan bobot badan. Rianto et al. (2006), dalam penelitiannya menyebutkan domba Ekor Tipis yang diberikan ransum dengan kandungan protein antara 8,11% dan 12,56% menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 26,49-44,46 g/ekor/hari dan pada penelitian Rianto et al. (2004), menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 31,52-83,15 g dengan menggunakan ransum yang memiliki kandungan protein antara 11,76% dan 14,99%. Ransum pada perlakuan R3 yaitu biskuit daun jagung memiliki kualitas baik sehingga pemberian biskuit daun jagung dan konsentrat dapat menyediakan berbagai zat nutrien yang dibutuhkan oleh ternak agar dapat berkembang secara optimal. Konversi Pakan Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan satu kilogram bobot badan, berdasarkan konversi pakan maka dapat diketahui tingkat efisiensi penggunaan pakan untuk pertumbuhan ternak sebagai konsekuensinya efisiensi produksi dapat diperhitungkan (Elita, 2006). Semakin kecil nilai konversi pakan, maka semakin efisien dimanfaatkan untuk menghasilkan bobot badan. Bila nilai konversi yang rendah tercapai maka keuntungan pendapatan yang diperoleh 27

9 peternak akan tinggi. Rataan nilai konversi pakan penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Konversi Pakan Perlakuan Rataan R1 26,65±19,55 R2 14,49±2,76 R3 13,68±3,70 Keterangan : R1 : Biskuit (100% rumput lapang) + konsentrat R2 : Biskuit (50% rumput lapang + 50% daun jagung) + konsentrat R3 : Biskuit (100% daun jagung) + konsentrat Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Konversi pakan yang tidak berbeda nyata pada penelitian ini dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan domba yang tidak berbeda nyata juga. Sinaga dan Silalahi (2002) turut menyatakan hal serupa, yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan adalah pertambahan bobot badan harian ternak tersebut. Selain itu, konversi ransum pada ruminansia dipengaruhi oleh kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Hasil rataan konversi pakan R2 dan R3 pada penelitian ini masih lebih rendah bila dibandingkan hasil laporan Yunita (2008), dalam penelitiannya yang menyebutkan domba yang diberi ransum komplit dan rumput Brachiaria humidicola akan menghasilkan nilai rataan konversi pakan sebesar 16,67. Dengan demikian, biskuit pakan dapat digunakan sebagai sumber serat pada peternakan domba untuk menggantikan rumput segar. Bila dibandingkan dengan konversi pakan standar NRC (1985), konversi pakan ternak domba bernilai 4 maka rataan konversi pakan dalam penelitian ini masih terlalu tinggi. Menurut Yunita (2008), hal ini disebabkan oleh perbedaan iklim di Indonesia yang beriklim tropis dengan standar NRC yang didasarkan dengan iklim subtropis merupakan salah satu penyebab perbedaan standar nilai konversi pakan, kebutuhan nutrisi di daerah tropis cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan subtropis. 28

10 Income Over Feed Cost (IOFC) Keuntungan ekonomis merupakan tujuan dari usaha penggemukan domba untuk mendapatkan efisiensi usaha yang lebih baik. Oleh karena itu analisis ekonomi sangat penting dalam usaha peternakan domba untuk mengetahui tingkat ekonomis dan efisiensi usaha. Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah Income Over Feed Cost (IOFC) yaitu pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan. Biaya pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha penggemukan domba yang dapat mencapai sekitar 70% dari biaya produksi, sehingga pakan yang efisien akan memberikan keuntungan ekonomis yang besar. Komponen utama yang diperhatikan dari perhitungan ini adalah harga jual domba, harga beli bakalan dan biaya pakan. Biaya-biaya lain yang dikeluarkan selama proses pemeliharaan ternak tidak diperhitungkan dalam sistem IOFC. Harga jual maupun harga beli domba yang digunakan berdasarkan harga yang berlaku di peternakan lokasi penelitian. Harga bakalan domba yang digunakan untuk penggemukan yaitu Rp ,- /kg bobot hidup dan harga jual untuk domba finish adalah Rp ,- /kg bobot hidup. Harga domba berdasarkan harga yang berlaku di Mitra Tani Farm Harga domba saat dijual bertepatan dengan kenaikan harga domba di pasaran karena permintaan yang tinggi menjelang hari raya Idul Adha. Penelitian ini menggunakan dua jenis pakan yaitu biskuit dan konsentrat, harga untuk semua jenis biskut pakan adalah Rp ,-/kg dan Rp ,-/kg untuk konsentrat. Harga biskuit pakan yang sama pada ketiga perlakuan karena limbah tanaman jagung (daun jagung) yang didapat hanya menghabiskan biaya untuk pengangkutan seperti halnya biaya untuk mendapatkan rumput lapang. Harga biskuit pakan lebih mahal dari konsentrat, sehingga belum efisien untuk usaha penggemukkan domba. Bobot badan rata-rata bakalan yang digunakan pada R1, R2 dan R3 berturutturut antara lain 17,73 kg, 17,5 kg dan 17,5 kg. Bobot badan rata-rata pada akhir periode pemeliharaan R1, R2 dan R3 antara lain 20,13 kg, 21,17 kg, dan 21,83 kg. Rata-rata konsumsi pakan setiap perlakuan selama pemeliharaan yaitu, R1 mengkonsumsi 11,22 kg biskuit dan 45,05 kg konsentrat, R2 mengkonsumsi 13,48 29

11 kg biskuit dan 50,16 kg konsentrat, R3 mengkonsumsi 18,42 kg biskuit dan 50,26 kg konsentrat. Biaya pakan terendah yang dikeluarkan selama penggemukan domba adalah R1. Rendahnya biaya pada R1 dikarenakan konsumsi pakan domba selama pemeliharaan 70 hari pada perlakuan R1 adalah yang paling rendah dibandingkan perlakuan R2 dan R3. Besarnya keuntungan yang diperoleh dengan perhitungan IOFC pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Nilai Income Over Feed Cost (IOFC) Selama Penggemukan Perlakuan Harga Jual/Domba Harga Beli/ Domba Biaya Pakan IOFC Rp/ekor/lama penggemukan R ± ± ± ± R ± ± ± ± R ± ± ± ± Keterangan : R1 : Biskuit (100% rumput lapang) + konsentrat R2 : Biskuit (50% rumput lapang + 50% daun jagung) + konsentrat R3 : Biskuit (100% daun jagung) + konsentrat Faktor yang mempengaruhi nilai IOFC antara lain jumlah konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan yang tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi pula (Hardianto, 2006). Data menunjukkan di antara tiga perlakuan tersebut dapat dikatakan R3 memberikaan hasil yang paling menguntungkan dibandingkan dengan R1 dan R2. Perlakuan R3 memiliki rataan IOFC lebih besar bila dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu sebesar Rp ,- /ekor/lama penggemukan atau Rp ,-/ekor/bulan, sedangkan perlakuan R1 sebesar Rp ,-/ekor/lama penggemukan atau Rp ,-/ekor/bulan. Hal ini karena tingginya jumlah konsumsi harian R3 sejalan dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan setiap ekor ternak. Sebaliknya pada R1 mempunyai nilai IOFC yang paling rendah, hal ini karena jumlah konsumsi harian pakannya adalah yang paling rendah dan pertambahan bobot badan ternaknya juga adalah yang paling rendah. Pertambahan bobot badan yang baik dan diikuti dengan konversi pakan yang baik serta biaya pakan yang minimum akan mendapatkan keuntungan yang maksimum. Pertambahan bobot badan sangat mempengaruhi nilai IOFC karena 30

12 didukung pula oleh harga jual domba yang meningkat di pasaran. Selain itu harga dan konsumsi pakan juga sangat menentukan nilai IOFC, sehingga sangat penting untuk mencari kesesuaian antara harga pakan dengan pertambahan bobot badan. 31

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Konsumsi Pakan Segar Domba Selama Penggemukan

Lampiran 1. Data Konsumsi Pakan Segar Domba Selama Penggemukan LAMPIRAN 38 Lampiran 1. Data Konsumsi Pakan Segar Domba Selama Penggemukan R1 R2 R3 Ulangan Biskuit Konsentrat Total Biskuit Konsentrat Total Biskuit Konsentrat Total ---------------------------------------------g/ekor/hari---------------------------------------------

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011) METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Secara umum penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Hasil analisis kandungan nutrien silase dan hay daun rami yang dilakukan di Laboratorium PAU IPB dapat dilihat pada Tabel 4 dan kandungan nutrien ransum disajikan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau sekelompok ternak selama periode tertentu dan ternak tersebut mempunyai akses bebas pada pakan dan tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Pra Sapih Konsumsi pakan dihitung berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi setiap harinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Pakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan banyaknya zat makanan yang masuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga bulan September 2011 dan bertempat di Laboratorium Lapang Blok A, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PERFORMA DOMBA EKOR TIPIS (Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN BISKUIT DAUN JAGUNG DAN RUMPUT LAPANG SKRIPSI SOBRI

PERFORMA DOMBA EKOR TIPIS (Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN BISKUIT DAUN JAGUNG DAN RUMPUT LAPANG SKRIPSI SOBRI PERFORMA DOMBA EKOR TIPIS (Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN BISKUIT DAUN JAGUNG DAN RUMPUT LAPANG SKRIPSI SOBRI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM) PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM) M. BAIHAQI, M. DULDJAMAN dan HERMAN R Bagian Ilmu Ternak Ruminasia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta memiliki wilayah kepulauan yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL DI PROVINSI BANTEN MELALUI PENAMBAHAN DEDAK DAN RUMPUT

PENINGKATAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL DI PROVINSI BANTEN MELALUI PENAMBAHAN DEDAK DAN RUMPUT Kode: A603-RKNu PENINGKATAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL DI PROVINSI BANTEN MELALUI PENAMBAHAN DEDAK DAN RUMPUT Ivan Mambaul Munir 1 dan E. Kardiyanto 1 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten ivanmunir@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan 14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Ternak domba termasuk dalam phylum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, subfamili Cuprinae, famili Bovidae, genus Ovis, dan spesies Ovis aries. Domba adalah ternak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi

PENDAHULUAN. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi PENDAHULUAN Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan ekstrem, cukup mudah pengembangannya dan tidak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B dan analisis plasma di Laboratorium Nutrisi Ternak Kerja dan Olahraga Unit

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan jenis ruminansia kecil yang memiliki tingkat pemeliharaan lebih efesien dibandingkan domba dan sapi. Kambing dapat mengkomsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar 37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan diartikan sebagai nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses dimana nutrien lainnya diasumsikan diserap oleh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2010 di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau sekelompok ternak selama periode tertentu dan ternak tersebut punya akses bebas pada pakan dan tempat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang 3 TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011) MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kabupaten Rembang terletak di ujung Timur laut Propinsi Jawa Tengah yang dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), pada garis koordinat 111,000'- 111,030'

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ransum Komplit Ransum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rumput gajah, konsentrat, tepung daun kembang sepatu, dan ampas teh. Rumput gajah diperoleh dari Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI Oleh : ETTY HARYANTI UTAMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Hijauan Pakan Dalam meningkatkan meningkatkan produksi ternak, ketersediaan hijauan makanan ternak merupakan bagian yang terpenting, karena lebih dari 70% ransum ternak terdiri

Lebih terperinci

Keterangan: * = berbeda nyata (P<0,05)

Keterangan: * = berbeda nyata (P<0,05) Lampiran 1. Hasil Sidik Ragam Konsumsi Bahan Kering Perlakuan 2 95663 98356 49178 1,97 0,234 Kelompok 3 76305 76305 25435 1,02 0,459 Galat 5 124978 124978 24996 Total 10 296946 S = 158,100 R-Sq = 57,91%

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kontrol lingkungan kandang sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan sapi, oleh karena itu kebersihan kandang termasuk suhu lingkungan sekitar kandang sangat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan di Indonesia sampai saat ini masih sering dihadapkan dengan berbagai masalah, salah satunya yaitu kurangnya ketersediaan pakan. Ketersediaan pakan khususnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Tinggi dan rendahnya konsumsi ransum dapat diperoleh dari selisih antara jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan (g/ekor/hari). Konsumsi ransum dihitung setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

PERFORMA DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT SUMBER SERAT TONGKOL JAGUNG DENGAN BEBERAPA KOMBINASI SUMBER PROTEIN SKRIPSI IKKA F. M.

PERFORMA DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT SUMBER SERAT TONGKOL JAGUNG DENGAN BEBERAPA KOMBINASI SUMBER PROTEIN SKRIPSI IKKA F. M. PERFORMA DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT SUMBER SERAT TONGKOL JAGUNG DENGAN BEBERAPA KOMBINASI SUMBER PROTEIN SKRIPSI IKKA F. M. KENNEDY DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum Rataan konsumsi bahan kering dan protein ransum per ekor per hari untuk setiap perlakuan dapat

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba diklasifikikasikan dalam Kingdom: Animalia; Phylum: Chordata (hewan bertulang belakang); kelas: Mamalia (menyusui); Ordo: Artiodactyla (berkuku genap); sub ordo:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang dengan kambing Peranakan Etawa (PE). Kambing jenis ini mampu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan. TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba dan Potensinya Ternak domba menyebar rata diseluruh wilayah Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa domba mempunyai potensi cepat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan maupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. Rumput merupakan hijauan segar sebagai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Nutrien Berbagai Jenis Rumput Kadar nutrien masing-masing jenis rumput yang digunakan berbeda-beda. Kadar serat dan protein kasar paling tinggi pada Setaria splendida, kadar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging Ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing mampu beradaptasi

Lebih terperinci