BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. selatan bumi, posisi bumi terhadap matahari tidaklah tegak lurus, melainkan bergeser

Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pencahayaan alami tentunya tidak dapat terlepas dari sinar matahari yang

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK

PENGARUH ELEMEN PENEDUH TERHADAP PENERIMAAN KALOR PADA RUMAH SUSUN DI KOTA MALANG

Pengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Rekayasa Desain Fasad Untuk Penurunan Suhu Ruang pada Bangunan Rumah Susun Bambe Kabupaten Gresik

BAB III TINJAUAN KHUSUS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI

KINERJA PEMBAYANGAN PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH DI KOTA PALEMBANG 1)

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR)

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya!

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL

APARTEMEN DENGAN PENGGUNAAN SELUBUNG BANGUNAN SEBAGAI PENAHAN SINAR MATAHARI DI JAKARTA SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

APARTEMEN DENGAN PENERAPAN BUKAAN DAN BENTUK SPSM YANG OPTIMAL DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

Politeknik Negeri Sriwijaya

ARTIKEL ILMIAH OBYEK ARSITEKTUR YANG MENGANDUNG BAHASAN TENTANG SAINS ARSITEKTUR

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

Pengembangan RS Harum

DESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI

SOLAR ENVELOPE Lingkungan Penerangan Ernaning Setiyowati

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA. 3.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan

PENELITIAN MORFOLOGI TERITISAN DENGAN SISTEM KINETIK DAN EFEKTIFITASNYA PADA BANGUNAN KANTOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

NOTE : PERHITUNGAN OTTV HANYA DIBERLAKUKAN UNTUK AREA SELUBUNG BANGUNAN DARI RUANG YANG DIKONDISIKAN (AC).

ABSTRAK. Kata kunci : kenyamanan termal bangunan tinggi, desain bioklimatik, penggunaan energi alami

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan.

Pengembangan RS Harum

EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT

MENCERMATI JENDELA MATAHARI DI ATAS JAKARTA SEBAGAI DASAR PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE BERDASARKAN PENCAHAYAAN ALAMI DI JAKARTA SELATAN

Strategi Double Skin Façade pada Apartemen di Surabaya

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KELAS B SATELIT

ASPEK TANGGAP IKLIM PADA PERANCANGAN SMK MULTIMEDIA DI KOTA YOGYAKARTA

HOTEL BINTANG LIMA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN

2.2.3 Penggunaan Tata Lahan Topografi Data Lokasi dan Peraturan Bangunan Terkait Data Lokasi

BENTUK DAN TATA MASSA BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL CIHAMPELAS WALK DALAM KONTEKS SUSTAINABLE DESIGN

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan


RADIO SHOW DI MANOKWARI PAPUA BARAT Kualitas Kenyamanan Termal, Akustik dan Pencahayaan Dengan Aplikasi Arsitektur Rumah Kaki Seribu DAFTAR ISI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

1.1.3 Kenyamanan Termal Pasifsebagai faktor penentu perancangan

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR...

PERAN PENANGKAL MATAHARI DALAM MENGATASI SILAU PADA DINDING KACA BANGUNAN TINGGI DI IKLIM TROPIS LEMBAP

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU

Perancangan Double Skin Facade pada Hotel Bisnis di Pusat Kota Surabaya

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berikut ini adalah diagram konsep adaptif yang akan diterapkan pada SOHO :

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

Transkripsi:

BAB 2 2.1 Teori tentang Matahari LANDASAN TEORI Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan titik pusat dari orbit bumi. Menurut Lechner (2001) orbit bumi berbentuk elips dan apabila dilihat dari letak kutub utara dan selatan bumi, posisi bumi terhadap matahari tidak tegak lurus, melainkan bergeser sebesar 23,5º. Akibat dari pergeseran inilah terjadinya perubahan musim. Gambar 2.1 Orbit bumi terhadap Matahari serta perubahan musim yang terjadi Sumber: Lechner, 2001; 127 Akibat dari kutub utara dan selatan bumi yang tidak tegak lurus dengan matahari, jika dilihat dari bumi akan terlihat matahari seperti bergerak dari Utara ke Selatan sejauh 23,5º dari equator/garis 0º. Jika dilihat dari letak geografis Indonesia yaitu 6ºLU-11ºLS, Indonesia berada dekat dengan equator dimana tidak jauh dari 13

14 posisi matahari sepanjang tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: 21 Juni 23,5ºLU 21 September 0º 21 Maret 23,5 LS 21 Desember Gambar 2.2 Pergerakan matahari di Indonesia (Adaptasi dari teori Lechner, 2001) Sumber: Hasil olahan peneliti Berdasarkan dari Gambar 2.2 diatas, kita mendapatkan tanggal dan bulan penting dimana matahari berada pada equator dan titik terjauh. Pada tanggal dan bulan inilah yang kemudian akan dianalisa dengan ECOTECT pada massa bangunan. 2.2 Teori tentang Sun shading 2.2.1 Definisi Sun shading Menurut Handayani (2010), bukaan merupakan suatu elemen yang tidak terpisahkan dalam bangunan, khususnya terkait dengan pencahayaan dan penghawaan alami. Pada area tropis seperti Indonesia, letak dan ukuran dari suatu bukaan harus direncanakan dengan baik. Bukaan yang terlalu besar dapat menimbulkan efek silau dan pemanasan ruang akibat radiasi matahari secara

15 langsung. Untuk mengatasi hal tersebut, penggunaan sun shading pada bukaan diperlukan. Menurut Lechner (2001), Sun shading merupakan salah satu strategi dan langkah pertama untuk mencapai kenyamanan thermal didalam bangunan, akan tetapi untuk mencapai kenyamanan thermal terdapat aspek lain yang harus diperhitungkan. Gambar 2.3 Tiga hal yang harus diperhatikan untuk mencapai kenyamanan thermal di dalam bangunan menurut Lechner (2001) Sumber: Lechner, 2001 2.2.2 Jenis dan Bentuk Sun shading Jenis sun shading sangat beragam dan terbagi menjadi beberapa klasifikasi, pada penelitian yang dilakukan oleh Wall & Hube (2003), sun shading dibagi menjadi 3(tiga), yaitu External, Interpane, dan Internal. Dan berdasarkan dari ketiga jenis diatas, hasil analisis mengatakan yang paling baik adalah External. Berikut adalah ilustrasinya.

16 Gambar 2.4 Jenis sun shading berdasarkan posisi / Visualisasi hasil analisis Wall & Hube (2003) Sumber: Dubois, 2010 Jika dilihat dari Gambar 2.4, kita dapat melihat keuntungan dan kerugian dari setiap posisi sun shading. Menurut Wall & Hube (2003), External sun shading adalah sun shading yang efektif saat musim panas. Mengingat iklim Indonesia beriklim tropis dimana suhu rata-rata yang tinggi, peletakan sun shading pada luar bangunan adalah yang efektif. Menurut Lechner (2001), External sun shading dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu Overhang, Vertical Fin, dan eggcrate. Berikut pengelompokan yang dilakukan oleh Lechner (2001): Tabel 2.1 Jenis-jenis external sun shading Descriptive Name Best Orientation Comments Overhang South, East, Traps hot air Horizontal Panel West Can be loaded by snow and wind Descriptive Name Best Comments

17 Orientation Overhang South, East, Free air movement Horizontal louvres in West Snow or wind load is small horizontal plane Overhang South, East, Reduces length of overhang Horizontal louvers in West View restricted vertical plane Overhang South, East, Free air movement Vertical plane West No snow load View restricted Vertical fin East, West, North Restric View For north facade in hot climates only Vertical fin slanted East, West Slant toward north Restrict view significantly Eggcrate East, West For very hot climates View very restricted Traps hot air Descriptive Name Best Comments

18 Orientation Eggcrates with slanted fins East, West Slant toward north View very restricted Traps hot air For very hot climates Sumber: Lechner, 2001 2.2.3 Prinsip desain Sun shading Pada tabel 2.1, Lechner (2001) telah mengklasifikasikan 3(tiga) bentuk sun shading dan modifikasi terhadap bentuknya. Bentukan ini dibuat dengan orientasi matahari sebagai acuannya, akan tetapi untuk mengetahui tentang besar bentangan dan panjang dari sun shading, ditentukan oleh shadow angle. Untuk mendapatkan shadow angle, terdapat beberapa perimeter yang harus didapat terlebih dahulu. Mencari letak geografis pada tapak (latitude dan longitude). Letak geografis tapak merupakan krusial, dikarenakan letak geografis ini yang akan menentukan letak matahari dan orientasinya Mencari posisi matahari pada tapak. Menentukan solar window pada tapak 2.3 Teori tentang Solar window Solar window adalah suatu rentang waktu, dimana sinar matahari mengenai bangunan tanpa terhalang oleh objek apapun/posisi matahari cukup tinggi sehingga pembayangan pada bangunan tidak ada, sehingga dibutuhkan sun shading (Lechner,

19 2001). Dengan kata lain, dapat dikatakan waktu sebelum dan setelah solar window adalah waktu yang tidak membutuhkan sun shading. Dalam Penelitian ini, Suhu pada bangunan merupakan parameter utama dan reduksi suhu adalah parameter dari efektifitas sun shading yang akan didesain. Oleh karena itu untuk menentukan solar window, akan dianalisis dahulu suhu bangunan pada tanggal dan bulan penting sebelum menggunakan sun shading. dari hasil tersebut akan dibandingkan dengan suhu nyaman di Jakarta. Karyono (2009) mengatakan bahwa suhu di Jakarta berkisar antara 24ºC-32ºC dengan suhu nyaman berkisar antara 24,9ºC-28ºC. Suhu kisaran di Jakarta dapat dijadikan sebagai skala pengukuran pada ECOTECT dan dianalisis pada massa bangunan yang ada. Dari analisis tersebut akan dilihat pada jam berapa suhu mulai keluar dari batas nyaman >28ºC dan kembali turun sampai <28ºC. Rentang waktu inilah yang akan disebut sebagai solar window. 2.4 Teori tentang Shadow angle Desain dari setiap bentuk sun shading bergantung pada lintasan matahari di langit, dengan memperhitungkan juga orientasi bukaan pada bangunan. Untuk mempermudah dalam mendesain, Wei (2009) dalam master thesisnya menggunakan Shadow angle/sudut pembayangan dalam mendesain selubung bangunan. Terdapat dua jenis shadow angle, yaitu HSA (Horizontal Shadow Angle) dan VSA (Vertical Shadow Angle). Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan pada berikut ini:

20 2.4.1 HSA (Horizontal Shadow Angle) Horizontal Shadow Angle adalah perbedaan antara azimuth matahari dengan orientasi pada sisi bangunan yang dapat diukur pada titik tepi bayangan jatuh. Semakin kecil sudut nya, semakin besar siripnya (La Roche, 2011). Gambar 2.5 Ilustrasi HSA (Horizontal Shadow Angle) Sumber: La Roche, 2011 Horizontal Shadow Angle menurut La Roche (2011), dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: HSA = AZI - ORI Keterangan: HSA AZI ORI : Horizontal Shadow Angle : Azimuth matahari : Orientasi pada bangunan. 2.4.2 VSA (Vertical Shadow Angle) Vertical Shadow Angle adalah sudut pembayangan vertikal yang diukur saat ketinggian matahari sejajar dengan sisi bangunan (fasade). Semakin kecil sudutnya, semakin besar overhang yang dibutuhkan (La Roche, 2011).

21 Gambar 2.6 Ilustrasi VSA (Vertical Shadow Angle) Sumber: La Roche, 2011 2.5 Case Studies Sun shading merupakan suatu hal yang krusial terutama padaa daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Dalam master thesis nya Daryanto (1989) telah meneliti beberapa bangunan dengan sun shading yang ada di Indonesia. Bangunan tersebut adalah: Departemen Koperasi, Wisma Dharmalaa Sakti, Kedutaan Swiss, S. Widjojo Centre, Gedung Indosat, Gedung Komputer Bank Indonesia (IBM).

22 Berdasarkan dari referensi yang ada, peneliti akan melakukan studi kasus pada 2(dua) buah bangunan dalam urutan tersebut. Bangunan yang akan distudi kasus adalah sebagai berikut: 1. S. Widjojo Centre Gambar 2.7 Foto S. Widjojo Centre Building Sumber: Dokumentasi pribadi Gedung S. Widjojo Centre ini terletak di jalan Jenderal Sudirman kav 71, Jakarta Selatan. Berdasarkan analisa OTTV yang dilakukan oleh Daryanto (1989), beliau mengatakan bangunan ini termasuk bangunan yang tergolong hemat energi. Selain itu, dikatakan juga bangunan ini memiliki tingkat penerangan yang cukup dikarenakan banyak bukaan. Kekurangan dari gedung ini hanyalah pada fasadenya dimana selubung bangunan terlihat terlalu padat. Bahan yang digunakan untuk selubung bangunan adalah GRC yang merupakan bahan bangunan yang baru dipasarkan pada saat itu oleh PT. Guna Reka Cipta.

23 2. Wisma Dharmala Sakti Gambar 2.8 Foto dan sketsa arsitek Wisma Dharmala Sakti Sumber: Google Image Gedung Wisma Dharmala Sakti berada pada jalan Jenderal Sudirman kav 32. Bangunan ini didesain oleh Paul Rudolph. Pembangunan gedung Wisma Dharmala Sakti dimaksudkan sebagai suatu contoh bangunan dengan konsep Green Architecture. Denah bangunan berbentuk persegi, dengan tambahan persegi yang diputar yang kemudian difungsikan sebagai balkon dan teras. Dikarenakan beton ekspos tidak diperbolehkan oleh peraturan bangunan, Tampak pada bangunan menggunakan kerammik dengan warna putih. Ternyata akibat keramik tersebut, bentuk dan tampak Wisma Dharmala Sakti menjadi sangat menarik sehingga dijadikan icon oleh PT. Dharmala Corporation.

24 2.6 Kesimpulan Untuk mendesain sun shading, letak geografis bangunan dan matahari merupakan faktor penentu. Kedua faktor tersebut akan berbeda tergantung dari wilayah, dimana mendesain sun shading akan berbeda dan tidak dapat dibuat sebuah standar yang jelas. Akan tetapi, dalam mendesain sun shading sebenarnya hanya terdapat dua prinsip yang perlu diperhitungkan, yaitu HSA (Horizontal Shadow Angle) dan VSA (Vertical Shadow Angle).