APARTEMEN DENGAN PENERAPAN BUKAAN DAN BENTUK SPSM YANG OPTIMAL DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APARTEMEN DENGAN PENERAPAN BUKAAN DAN BENTUK SPSM YANG OPTIMAL DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN"

Transkripsi

1 APARTEMEN DENGAN PENERAPAN BUKAAN DAN BENTUK SPSM YANG OPTIMAL DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN Bayu Adya Dwiputra, Riyadi Ismanto, Michael Isnaeni D. Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, (62-21) / Abstract The project site is located at latitude and longitude The geographical position of the site is located adjacent to the equator. Intensity of light that exist on this site is 2500 lux until 3500 lux. While the needs of the intensity of light to the inner room in apartment buildings according to SNI lighting system is 150 lux until 250 lux. So it required a formulation to reach intensity according to SNI lighting system. The formulation is to find the optimal openings and the optimal form of sun shading. The optimum aperture is an opening that can provide natural light into the building with light intensity that have been created based on the Indonesia national standard. The research methods used in the research is by using computer simulation ecoutect software and through java application on the website These simulations generate how much light intensity decreased. To specify a large aperture using the analysis through Mahoney Table. The result of all analysis will produce numbers of large openings and shape sun shading optimally. (BA) Keywords: Apartment, sun shading, openings, lightning Abstrak Tapak proyek ini terletak pada garis lintang dan garis bujur Secara posisi geografis tapak terletak berdekatan dengan garis khatulistiwa. Intesitas cahaya yang ada pada tapak ini sebesar 2500 lux sampai 3500 lux. Sedangkan kebutuhan untuk ruang dalam pada bangunan apartemen menurut data SNI sistem pencahayaan adalah 150 lux sampai 250 lux. Sehingga diperlukan suatu formulasi untuk bisa mencapai intensitas menurut data SNI sistem pencahayaan. Formulasi tersebut adalah dengan mencari bukaan dan bentuk sun shading yang optimal. Bukaan yang optimal adalah bukaan yang dapat memberikan cahaya alami masuk ke dalam bangunan dengan intensitas cahaya yang telah dibuat berdasarkan Standar Nasional Indonesia. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian adalah dengan simulasi komputer menggunakan software ecoutect dan melalui aplikasi java pada website Simulasi tersebut akan menghasilknn seberapa besar penurunan intensitas cahaya. Untuk menentukan besar bukaan menggunakan analisis melalui Mahoney Table. Hasil dari semua analisa tersebut akan menghasilkan data berupa besar bukaan dan bentuk sun shading yang optimal.(ba) Kata Kunci : Apartemen, sun shading, bukaan, cahaya

2 PENDAHULUAN Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun masyarakat. Ditambah lagi dengan harga tanah yang semakin mahal terutama tanah-tanah yang terletak di pusat kota. Salah satu solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pembangunan rumah bertingkat atau apartemen. Lokasi yang peneliti gunakan pada penelitian ini berada di Kuningan Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih dikarenakan Kuningan merupakan area perkantoran yang mana pada tapak peruntukan lahan kosong berupa wsn (wisma susun) atau peruntukan untuk tempat tinggal berupa apartemen, hotel, ataupun rumah susun. Target untuk penghuni apartemen ini sendiri adalah orang kantoran yang bekerja di area Kuningan Jakarta Selatan. Apartemen adalah salah satu pilihan dari pelaku bisnis ketika menginginkan keefisienan dalam bidang pekerjaan. Hal ini muncul ketika perjalanan bisnis makin terkendala oleh kemacetan lalu lintas pada akhir-akhir ini. SPSM adalah singkatan dari Sirip Penangkal Sinar Matahari yang merupakan nama lain dari Sun Shading. Sun shading merupakan peredam atau penghalang cahaya matahari agar cahaya matahari tidak secara langsung masuk ke dalam ruangan. Bentuk dan penerapan dari sun shading sendiri ada bermacammacam, mulai dari besaran dan juga material yang digunakan. Fungsi dari sun shading itu sendiri adalah membuat bayangan pada bagian dalam ruangan sehingga sinar radiasi matahari yang masuk terbias dan tereduksi. Sun Shading adalah suatu bagian penyaring sinar matahari pada bukaan atau ventilasi ruangan, yang biasanya terdapat pada material kaca atau penyangga ventilasi bangunan. (Lam, 1986) Wei (2009), dalam master thesis nya mencoba membuat sebuah sun shading yang berbentuk selubung bangunan dengan HSA (Horizontal Shadow Angle) dan VSA (Vertical Shadow Angle). Kedua faktor tersebut dapat didapat dari analisis terhadap pergerakan matahari dan orientasi matahari dimana hasilnya akan berbeda jika diaplikasikan pada daerah yang berbeda letak geografisnya. Untuk itu, diperlukan analisis terhadap tapak yang akan digunakan sehingga proses pendesainan sun shading telah direncanakan terlebih dahulu (Tzempelikos, 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil analisa terhadap pengaruh bukaan yang optimal dengan bentuk sun shading pada bangunan apartemen yang akan didesain. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan simulasi dan perbandingan (komparatif), dimana data yang nantinya akan dikumpulkan dan diteliti berupa angkaangka. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan beberapa simulasi terhadap bukaan ruang-ruang kamar hotel dengan menggunakan software Ecotect. Variabel yang saling terkait adalah besaran bukaan, dan kondisi intensitas cahaya sehubungan dengan lokasi, orientasi, tanggal dan waktu pengukuran cahayanya. Simulasi tersebut berpatokan dengan standar intensitas pencahayaan (lux) dari SNI, GBCI dari segi Natural Lighting dan beberapa pertimbangan lain. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi literatur, mencari data-data dari artikel dan jurnal dari internet dan dari buku-buku yang berhubungan dengan topik dan tema sinopsis tugas akhir untuk memperkuat teori dalam perancangan dan sebagai tolak ukur pada penelitian. 2. Studi Banding terhadap proyek sejenis atau proyek lain dengan tema dan topik yang sama. Kegunaannya adalah untuk mengetahui perbandingan persentase program ruang dan pencahayaan alami pada apartemen sejenis. 3. Survey lapangan, melakukan pengamatan langsung dan menganalisa lokasi tapak dan lingkungan sekitarnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam perancangan tugas akhir. 4. Wawancara, dengan melakukan diskusi tanya jawab terhadap orang-orang yang bersangkutan yang mengetahui tentang proyek ataupun tentang topic dan tema yang bersangkutan. Fungsi dari wawancara adalah untuk memperkuat data pada proses penelitian. Langkah-langkah penelitian : Menganalasis site bangunan (Hal ini meliput arah mata angin, bangunan sekitar dan semacamnya)

3 Membuat analisis program ruang dan analisis betuk massa bangunan Mendapatkan bentuk sun shading yang sesuai. (menggunakan metode simulasi komputer) Mendapatkan bentuk dan besaran bukaan atau jendela yang dengan langkah antara lain : a. Mencari persentase bukaan melalui Mahoney table. b. Menganalisa memalui pembayangan 1 hari pada tanggal 23 Maret, 21 Juni, 23 September, dan 22 Desember. c. Menentukan posisi persentase bukaan pada setiap sisi tower apartemen Pemanfaatan daylight terhadap bukaan atau jendela Studi hubungan bentuk besaran jendela / bukaan dengan bentuk sun shading untuk mendapatkan hasil yang optimal terhadap pencahayaan alami. HASIL DAN BAHASAN Pergantian musim sepanjang tahun disebabkan oleh gerak semu matahari. Gerak semu ini adalah peredaran matahari jika dilihat dari bumi sepanjang tahun. Pada tanggal 21 Juni, matahari akan terbit di koordinat 23,5 derajat, atau sejauh 23,5 derajat arah utara dari khatulistiwa. Sebaliknya di bulan Desember tanggal 22, matahari terbit di -23,5 derajat, atau sejauh 23,5 derajat arah selatan khatulistiwa. Selama setengah tahun, matahari lebih banyak menerangi wilayah utara ketimbang wilayah selatan, dan setengah tahun berikutnya hal sebaliknya yang terjadi. Jika fenomena ini diamati sepanjang tahun dari bumi, maka terlihat seolah-olah matahari itu bergerak dari utara ke selatan selama setengah tahun, dan kemudian balik lagi bergerak dari selatan ke utara pada setengah tahun berikutnya. Gambar 1 Pergerakkan Semu Matahari Sumber : Google Image (2013) Gambar 2 Sun Path (2013) Gambar di atas merupakan solar window atau annual daylight per tahun dari site yang diambil, garis yang berwarna biru merupakan jalur pergerakan matahari melewati site pertahunnya. Pada Analisa program ruang peneliti menggunakan sistem breakdown pada total luas KLB.

4 Luas Lahan : 9448 m² KDB : 40 % Luas lantai dasar yang boleh dibangun : 40% x 9448 m² = 3779,2 m² KLB : 5 x 9448 m² = m² Apartemen terdiri dari 90% Unit Hunian dan 10% Fasilitas. 10% fasilitas baik fasilitas umum maupun sosial akan di masukkan pada podium bangunan apartemen ini. Pertimbangan 90% dengan 10% didapatkan dari hasil survey dengan apartemen-apartemen yang memiliki tempat dan lokasi yang mirip. Tabel 1 Data persentase apartemen sejenis No Nama Apartemen Unit Hunian (%) Fasilitas (%) 1. The 18 Residence 92% 8% 2. Senopati Suites 92% 8% 3. Apartemen Taman Rasuna 90% 10% Sumber : Hasil survey peneliti Data survey di atas dimasukkan untuk menentukan persentase program ruang pada perancangan apartemen. Langkah breakdown KLB adalah dengan membuat skematik seperti : Apartemen 10% Fasilitas 10% x m² = 4724 m² 90% unit hunian 90% x m² = m² terdiri dari 2 tower tower A : m² tower B : m² Tower A : m² Tower B : m² m² / 30 lantai = 708 m²/lantai m² / 30 lantai = 708 m²/lantai

5 Tabel 2 Program ruang unit hunian per lantai tipikal No Tipe Unit Ukuran Luas/unit Jumlah Total Luas 1. Studio A 26 m² m² 2. Studio B 32,5 m² 2 65 m² 3. 1 Bedroom - A 40 m² 2 80 m² 4. 1 Bedroom - B 42,5 m² 2 85 m² 5. 2 Bedroom - A 48,5 m² 2 97 m² 6. 2 Bedroom - B 55,5 m² m² Pada lantai tipikal unit hunian juga terdapat 1 ruang panel, 1 ruang AHU, 2 tangga darurat, dan 4 lift.sehingga total luas per lantai tipikal adalah : Tabel 3 Program ruang per lantai tipikal No Tipe ruang Jumlah Ukuran Luas 1. Ruang panel 1 6 m² 2. Ruang AHU 1 6 m² 3. Tangga darurat 2 39 m² 4. Lift 4 36 m² 5. Unit Hunian m² 6. Sirkulasi 12% 75,48 m² Total 704,5 m² Untuk total luasan denah lantai tipikal adalah sebesar 705 m². Dan untuk mengetahui luasan seluruh bangunan bagian hunian adalah Luas denah lantai tipikal x Jumlah tower x jumlah lantai Sehingga jika dimasukkan angka Luasan total hunian adalah 705 m² x 2 x 29 = m² Pada bangunan apartemen ini, lantai paling atas memiliki area servis yang luasannya sama mengikuti lantai tipikal hunian dan luasannya dimasukkan ke dalam hitungan luasan hunian. Sehingga total luasan bagian hunian adalah m². Bila ditinjau dari hasil breakdown KLB pada analisa program ruang, angka total luasan bagian hunian sudah mencukupi.

6 Analisa Gubahan Massa Pada bangunan yang akan didesain, terdapat 2 massa bangunan tower unit apartemen. Untuk perletakkaan massa bangunan dapat dianalisis melalui pembayangan terhadap fasad bangunan. Faktor yang mempengaruhi salahsatunya adalah bangunan sekitar tapak proyek. Tabel 4 Analisis pembayangan Pada analisis di atas menunjukkan bahwa pada layout A-1 mendapatkan pencahayaan paling baik jika dibandingkan dengan layout yang lainnya. Sehingga pada analisis ini peneliti menggambil kesimpulan untuk menggunakan layout A-1. Pada layout A-1 cahaya alami dari sinar matahari lebih banyak mengenai fasad pada bangunan apartemen ini. Sehingga pemanfaatan untuk menggunakan cahaya alami lebih maksimal. Gambar 3 Transformasi bentuk (2013)

7 Analisa Zoning Gambar 4 Zoning Horisontal (2013) Gambar 5 Zoning Vertikal (2013)

8 Analisa Sun Shading Pada analisa bentuk sun shading peneliti menggunakan aplikasi java pada website Pada analisa pencahayaan alami, tanggal 23 Maret terjadi peningkatan intensitas cahaya alami secara derastis pada pukul dan penurunan intensitas cahaya alami pada pukul untuk arah sisi yang menghadap Utara. Sedangkan pada sisi yang menghadap Selatan terjadi peningkatan intensitas cahaya alami pada pukul dan intensitas cahaya alami rendah pada pukul Tanggal 23-Mar 21-Jun 23-Sep 22-Des Tabel 5 HSA dan VSA Jam H.S.A V.S.A Sisi 1 Sisi 2 Sisi 1 Sisi 2 09:00 45,817 54,524 16:00-124, ,128 09:00 15,868 39,102 16:00-99, ,045 09:00 45,355 57,715 16:00-125, ,025 09:00 79,442 79,641 16:00-151, ,635 Untuk mendapatkan ukuran panjang overhang diperlukan jarak dari bawah permukaan level unit sampai letak sun shading. Pada desain, peneliti meletakkan posisi sun shading pada level lantai di atasnya. Jarak floor to floor pada bangunan apartemen adalah 3,05 m. Gambar 6 Jarak floor to floor Hasil analisis dari applikasi ini akan menghasilkan ukuran-ukuran panjang overhang horisontal. Ukuran-ukuran tersebut didapat dari hasil HSA dan VSA pada analisis di atas. Tabel 6 Panjang Overhang Horisontal SISI 1 (Utara) SISI 2 (Selatan) 23-Mar 2,17 m 2,95 m 21-Jun 3,75 m 1,11 m 23-Sep 1,92 m 3 m 22-Dec 0.55 m 5 m Hasil dari tabel 6 menunjukkan besaran panjang-panjang overhang horisontal. Pada sisi Utara overhang terpanjang adalah 3,75 m pada tanggal 21 Juni dan dianalisis pada pukul Dan overhang

9 terpendek adalah 0.55 m pada tanggal 22 Desember dan dianalisis pada pukul Sedangkan pada sisi Selatan overhang terpanjang adalah 5 m pada tanggal 22 Desember dan dianalisis pada pukul Dan overhang terpendek adalah 1,11 m pada tanggal 21 juni dan dianalisis pada pukul Pertimbangan yang terjadi pada mencari bentuk sun shading adalah seberapa besar tingkat intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan dalam apartemen. Jika melihat kembali tabel 6 yang mana tabel tersebut berisikan panjang-panjang overhang pada tiap sisi utara dan selatan, peneliti akan menggunakan ukuran sun shading yang sama pada tiap sisinya. Pada arah Utara panjang overhang yang digunakan adalah 0.55 m. Dan pada arah Selatan panjang overhang yang digunakan adalah 1 m. Pertimbangan untuk menentukan panjang overhang adalah : 1. Memilih panjang terpendek pada tiap sisinya dikarenakan untuk memaksimalkan cahaya yang masuk ke dalam ruang apartemen. Hal ini akan berpengaruh pada efisiensi energi listrik yang akan dikonsumsi pada pemilik unit apartemen (Meminimalisirkan penggunaan lampu pada pagi hingga sore hari). 2. Overhang akan digunakan sebagai balkon pada tiap unit apartemen. Sehingga sun shading tidak hanya digunakan sebagai tempelan pada fasad bangunan melainkan memiliki fungsi sebagai balkon. Gambar 7 Peletakkan balkon yang menghadap Selatan Panjang dari balkon pada unit apartemen yang menghadap Selatan adalah 1,11 m, Besar panjang ini ditentukan dari analisa sun shading. Gambar 8 Peletakkan balkon yang menghadap Utara Panjang dari balkon pada unit apartemen yang menghadap Utara adalah 0,55 m, Besar panjang ini ditentukan dari analisa sun shading. Analisa Bukaan Menurut data hasil analisa melalui Mahoney Table besar bukaan yang optimal pada site adalah 40% sampai 80%. Persentase 40% sampai 80% yang akan menentukan letak dan ukuran bukaan yang berbeda-beda. Pesentase tersebut akan dipengaruhi dengan analisis pembayangan 1 hari pada tanggal 23 Maret, 21 Juni, 23 September, dan 22 Desember. Faktor lain yang mempengaruhi adalah bangunan sekitar yang membuat pembayangan pada fasad bangunan.

10 Tabel 7 Analisis pembayangan 1 hari No Layout Arah Tanggal Keterangan 1. Tower A lebih banyak Selatan 23 Maret mendapatkan cahaya dibandingkan dengan A B tower B Selatan 21 Juni Selatan 23 September Tower A dan tower B sama-sama tidak mendapatkan cahaya yang baik. Tower A lebih banyak mendapatkan cahaya dibandingkan dengan tower B. 4. Selatan 22 Desember Tower A mendapatkan cahaya yang berlebih dibandingkan dengan tower B. 5. B A Utara 23 Maret Tower B lebih banyak mendapatkan cahaya dibandingkan dengan tower A. 6. Utara 21 Juni Tower B mendapatkan cahaya yang berlebih dibandingkan dengan tower A. 7. Utara 23 September Tower B lebih banyak mendapatkan cahaya dibandingkan dengan tower A. 8. Utara 22 Desember Tower A dan tower B sama-sama tidak mendapatkan cahaya yang baik. Pada analisis di atas peneliti mengambil kesimpulan untuk persentase bukaan pada sisi Selatan di tower A adalah 40% dan di tower B yang menghadap sisi Selatan adalah 60%. Sedangkan pada sisi Utara di tower A mendapat bukaan 60%, sedangkan di tower B bukaannya adalah 40%. Tabel 8 Tabel luas bukaan unit apartemen Studio A Studio B Luas Bukaan Luas Bukaan Luas permukaan Luas permukaan 40% 60% 40% 60% 4,88 7,32 12,2 m² 15,25 m² 6,1 m² 9,15 m² m² m²

11 1 Bedroom A 1 Bedroom B Luas Bukaan Luas Bukaan Luas permukaan Luas permukaan 40% 60% 40% 60% 9,76 14, ,4 m² 27,45 m² 16,47 m² m² m² m² 2 Bedroom A 2 Bedroom B Luas permukaan Luas Bukaan Luas Bukaan Luas permukaan 40% 60% 40% 60% 24,4 m² (sisi 1) 9,76 14,64 8,54 12,81 21,35 m² (sisi 1) m² m² m² m² 10,065 m² (sisi 2) 4,51 4 m² 6 m² 11,285 m² (sisi 2) m² 6,77 m² 11,9 m² (sisi 3) 4,75 4,27 m² 7,14 m² 10,675 m² (sisi 3) m² 6,4 m² 11,6 m² (sisi 4) 4,64 m² 6,96 m² Dari tabel 8, peneliti dapat menghasilkan layout bukaan berdasarkan perhitungan tabel 8. Gambar 9 Layout Bukaan 40% Gambar 9 merupakan layout dengan bukaan 40% pada tower A yang menghadap ke Selatan dan juga pada tower B yang menghadap ke Utara. Gambar 10 Layout Bukaan 60% Gambar 10 merupakan layout dengan bukaan 60% pada tower A yang menghadap ke Utara dan juga pada tower B yang menghadap ke Selatan. Dua layout bukaan tersebut adalah ukuran dari persentase hasil analisa mahoney table. Gambar 11 Analisa bukaan pada tower A

12 Pada gambar 11 hasil dari bukaan pada tower A, sisi Selatan dengan sisi Utara mendekati sama. Pada tower ini sisi Selatan memliki bukaan 40%, sedangkan pada sisi Utara memiliki bukaan 60%. Gambar 12 Analisa bukaan pada tower B Pada gambar 12 hasil dari bukaan pada tower A, sisi Selatan dengan sisi Utara juga mendekati sama. Pada tower ini sisi Selatan memliki bukaan 60%, sedangkan pada sisi Utara memiliki bukaan 40%. Dari hasil kedua gambar 11 dan 12, tower B memiliki intensitas cahaya sedikit lebih besar dibandingkan dengan tower A. Hal tersebut dikarenakan pengaruh pergerakkan matahari dan keadaan bangunan sekitar. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada site apartemen yang akan saya rancang memiliki tingkat intensitas cahaya alami yang tinggi. Maka dari itu di butuhkan sun shading untuk menjawab permasalahan intensitas cahaya alami yang berlebih. Pada site yang terletak pada garis lintang dan garis bujur , memiliki waktu daylight lebih lama pada sisi Utara dibandingkan dengan sisi yang menghadap ke Selatan. Akan tetapi pada sisi Selatan, pada waktu tertentu (yaitu pada tanggal 22 Desember) mengalami sinar matahari berlebih secara langsung. Hal tersebut menyebabkan intensitas cahaya menjadi tinggi, dikarenakan posisi site yang secara global berada di pulau Jawa, terletak pada -6 di bawah garis khatulistiwa. Dengan kata lain pada titik semu pergerakan matahari pada tanggal 22 Desember, sisi yang menghadap Selatan lebih dekat dengan pergerakkan matahari. Pada pergerakkan matahari semu dapat disimpulkan bahwa pada sisi bangunan yang menghadap Utara, akan menglami intensitas cahaya paling tinggi pada tanggal 21 Juni jam Sedangkan pada sisi bangunan yang menghadap ke Selatan, akan mengalami kenaikan intensitas cahaya tertinggi pada tanggal 22 Desember jam Kesimpulan dari analisa panjang balkon dengan bukaan adalah :

13 Balkon dengan panjang 1,11 m dan bukaan 40% pada tower B yang menghadap ke Selatan Balkon dengan panjang 1,11 m dan bukaan 60% pada tower A yang menghadap ke Selatan Balkon dengan panjang 0.55 m dan bukaan 60% pada tower B yang menghadap ke Utara

14 Balkon dengan panjang 0.55 m dan bukaan 40% pada tower A yang menghadap ke Utara Untuk desain sun shading pertimbangan yang terjadi pada mencari bentuk sun shading adalah seberapa besar tingkat intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan dalam apartemen. Faktor tersebut antara lain : 1. Memilih panjang terpendek pada tiap sisinya dikarenakan untuk memaksimalkan cahaya yang masuk ke dalam ruang apartemen. Hal ini akan berpengaruh pada efisiensi energi listrik yang akan dikonsumsi pada pemilik unit apartemen (Meminimalisirkan penggunaan lampu pada pagi hingga sore hari). 2. Overhang akan digunakan sebagai balkon pada tiap unit apartemen. Sehingga sun shading tidak hanya digunakan sebagai tempelan pada fasad bangunan melainkan memiliki fungsi sebagai balkon. Faktor di atas membuat bentuk sun shading dapat digunakan sebagai balkon dan memiliki fungsi. Faktor tersebut juga akan mengurangi biaya pembangunan juga ditinjau dari strategi ekonomi. Peletakkan balkon juga memebuat estetika pada fasad tower bangunan apartemen yang akan didesain. Saran Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisislebih lanjutdengan variasi pada saat kondisi langit tidak cerah atau berawan untuk mendapatkan data intensitas cahaya matahari yang lebih akurat. Penelitian ini hanya sebatas perhitungan software. Untuk keakuratan perlu menganalisa secara langsung di lapangan. Saran untuk penelitian sejenis adalah teliti lebih dalam mengenai site yang akan digunakan dan kaitkan dengan topik dan tema yang diambil, semua penelitian yang dilakukan harus sudah sesuai dengan konteks dimana site itu berada. REFERENSI Lam, William M.C., (1986). Sunlighting, As Formgiver for Architecture, Van Nostrand Reinhold Company, New York. Lechner, Norbert., (2001). Heating, Cooling, Lighting : Design Methods for Architects. Mahoney, Carl., (2002). International Development, Organization Design, Planning, and Environment. Mediastika, Christina., (2002). Desain Jendela Bangunan Domsetik untuk mencapai "Cooling Ventilation", Yogyakarta

15 Olgyay, A., V.Olgyay., (1957). Solar Control and Shading Devices, Princeton University Press, New Jersey Talarosa, B., (2005). Menciptakan Kenyamanan Thermal Dalam Bangunan. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3: Thekaekara, M.P and A.J. Drummond Standard Values for The Solar Constant and Its Spectral Components. Nat Phys Watson, Donald. FAIA The Energy Design Handbook. The American Institute of Architects Press: New York Wei, Ren., (2009). Generative Sun Shade Design, Master Thesis of Architecture Lighting Design, Hochschule Wismar, Jerman RIWAYAT PENULIS Bayu Adya Dwiputra lahir di Jakarta pada 07 Maret 1991.Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2014.

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN. Site proyek ini terletak pada garis lintang dan garis bujur

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN. Site proyek ini terletak pada garis lintang dan garis bujur BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Tapak dan Bangunan Site proyek ini terletak pada garis lintang -6.21097 dan garis bujur 106.834558. Secara posisi geografis site terletak berdekatan dengan garis khatulistiwa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi kawasan superblok

Lebih terperinci

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK Fahmy Desrizal Mahdy, Riva Tomasowa, Wiyantara Wizaka Unversitas Bina Nusantara, Jln K.H Syahdan no 9, Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE BERDASARKAN PENCAHAYAAN ALAMI DI JAKARTA SELATAN

HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE BERDASARKAN PENCAHAYAAN ALAMI DI JAKARTA SELATAN HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE BERDASARKAN PENCAHAYAAN ALAMI DI JAKARTA SELATAN Fransiska Yuanita, Daryanto, Welly Wangidjaja Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jalan KH Syahdan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber :  diakses tanggal 2 Oktober 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang

Lebih terperinci

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR

OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR Ricky Suriyanto, Renhata Katili, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan no.9 Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan BAB 2 2.1 Teori tentang Matahari LANDASAN TEORI Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan titik pusat dari orbit bumi. Menurut Lechner (2001) orbit bumi berbentuk elips dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuanitatif yang akan menggunakan dua jenis data, yaitu data primer

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI Muhammad, Nina Nurdiani, Widya Katarina Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

Rekayasa Desain Fasad Untuk Penurunan Suhu Ruang pada Bangunan Rumah Susun Bambe Kabupaten Gresik

Rekayasa Desain Fasad Untuk Penurunan Suhu Ruang pada Bangunan Rumah Susun Bambe Kabupaten Gresik Rekayasa Desain Fasad Untuk Penurunan Suhu Ruang pada Bangunan Rumah Susun Bambe Kabupaten Gresik Firda Lailia dan Jono Wardoyo Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur,Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENGARUH ELEMEN PENEDUH TERHADAP PENERIMAAN KALOR PADA RUMAH SUSUN DI KOTA MALANG

PENGARUH ELEMEN PENEDUH TERHADAP PENERIMAAN KALOR PADA RUMAH SUSUN DI KOTA MALANG Pengaruh Elemen Peneduh pada Rumah Susun Putri Herlia Pramitasari Suryo Tri Harjanto PENGARUH ELEMEN PENEDUH TERHADAP PENERIMAAN KALOR PADA RUMAH SUSUN DI KOTA MALANG Putri Herlia Pramitasari Dosen Arsitektur

Lebih terperinci

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta Cyta Susilawati 1 dan Eryani Nurma Yulita 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban Pendinginan Gambar 58. Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 59. Massa

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 5.1 Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Sumber: Data olahan pribadi, 2013

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

2.2.3 Penggunaan Tata Lahan Topografi Data Lokasi dan Peraturan Bangunan Terkait Data Lokasi

2.2.3 Penggunaan Tata Lahan Topografi Data Lokasi dan Peraturan Bangunan Terkait Data Lokasi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar ISI... xiv Daftar GAMBAR... xvii Daftar SKEMA... xx Daftar TABEL... 21 BAB 1 Pendahuluan... 22 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan... 22 1.2 Pernyataan Persoalan

Lebih terperinci

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh Nova Purnama Lisa (1), Nurhaiza (2) novapurnamalisa@gmail.com (1) Perencanaan dan

Lebih terperinci

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA Nama Mahasiswa Judul Jumlah Halaman : Lindawati : Apartemen di Kemanggisan, Jakarta Barat : 105 halaman ABSTRAK Perkembangan kota Jakarta

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam perancangan akhir ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan angka angka, dengan jenis penelitiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pencahayaan alami tentunya tidak dapat terlepas dari sinar matahari yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pencahayaan alami tentunya tidak dapat terlepas dari sinar matahari yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencahayaan Alami Pencahayaan alami tentunya tidak dapat terlepas dari sinar matahari yang terus menyinari bumi sepanjang hari. Matahari kini terasa semakin panas karena pemanasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING John Victor Lewi S 1), Sri Nastiti N. Ekasiwi 2), dan Ima Defiana 3) 1)

Lebih terperinci

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin G105 Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin Abdun Nasir dan Wahyu Setyawan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental friendly development.

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMA: ARSITEKTUR HEMAT ENERGI. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2009/2010

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMA: ARSITEKTUR HEMAT ENERGI. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2009/2010 RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMA: ARSITEKTUR HEMAT ENERGI TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2009/2010 Disusun Oleh : Nama : Teddy Tanoto Nim : 0800787214 JURUSAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan KATA PENGANTAR Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan program S1 jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, dengan telah selesainya penyusunan paper tugas akhir

Lebih terperinci

EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT

EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT Charleshan, Renhata Katili, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan Jl. K.H. Syahdan No.9, Kemanggisan, Jakarta

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011

PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 Disusun Oleh : Nama : Rendy Hasan Sazali NIM : 1100051463 JURUSAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan... DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Topik dan Tema Berdasarkan statistik yang ada, Indonesia kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK

Lebih terperinci

DESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA

DESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA DESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA Kartika Kusuma W 1, Jusuf Thojib 2, Bambang Yatnawijaya 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO APARTEMEN BIOKLIMATIK DI SEMARANG TUGAS AKHIR. Wahyu S Ikhsan H L2B009087

UNIVERSITAS DIPONEGORO APARTEMEN BIOKLIMATIK DI SEMARANG TUGAS AKHIR. Wahyu S Ikhsan H L2B009087 UNIVERSITAS DIPONEGORO APARTEMEN BIOKLIMATIK DI SEMARANG TUGAS AKHIR Wahyu S Ikhsan H L2B009087 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR SEMARANG JANUARI 2014 UNIVERSITAS DIPONEGORO APARTEMEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi i ii iii iv v x xiii xiv xv BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SIDE LIGHTING SEBAGAI STRATEGI OPTIMASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG PAMER MUSEUM BRAWIJAYA MALANG

PENGOLAHAN SIDE LIGHTING SEBAGAI STRATEGI OPTIMASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG PAMER MUSEUM BRAWIJAYA MALANG PENGOLAHAN SIDE LIGHTING SEBAGAI STRATEGI OPTIMASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG PAMER MUSEUM BRAWIJAYA MALANG Rima Alvianita Putri, Jusuf Thojib, Triandriani Mustikawati Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya!

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya! KonsepArsitekturEkologiPadaPendidikan PariwisataRedIslanddiBanyuwangi AgusMujahidAnshori 1,ChairilBudiartoAmiuza 2,WasiskaIyati 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya 2DosenJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

Evaluasi Kualitas Pencahayan Alami Pada Rumah Susun Sebelum dan Setelah Mengalami Perubahan Denah Ruang Dalam

Evaluasi Kualitas Pencahayan Alami Pada Rumah Susun Sebelum dan Setelah Mengalami Perubahan Denah Ruang Dalam Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Februari 2016] Evaluasi Kualitas Pencahayan Alami Pada Rumah Susun Sebelum dan Setelah Mengalami

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Optimalisasi Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Fitri Rahmadiina 1, M. Satya Adhitama 2, Jusuf Thojib 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN FX Teddy Badai Samodra Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail: franxatebas@yahoo.com Abstrak Aplikasi

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AKADEMI SEPAK BOLA BARCELONA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI DI ALAM SUTERA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Adri Hermawan NIM : 1200973905

Lebih terperinci

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG BACA GEDUNG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DI JAKARTA Rachel Felicia 1, Jusuf Thojib 2, Wasiska Iyati 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ASRAMA IKJ DENGAN PENERAPAN MATERIAL TEMBUS CAHAYA SEBAGAI SPSM DI JAKARTA

ASRAMA IKJ DENGAN PENERAPAN MATERIAL TEMBUS CAHAYA SEBAGAI SPSM DI JAKARTA ASRAMA IKJ DENGAN PENERAPAN MATERIAL TEMBUS CAHAYA SEBAGAI SPSM DI JAKARTA Hezby Ryandi,Riva Tomasowa,Wiyantara Wizaka Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur Bina Nusantara University Jl. K.H. Syahdan No.

Lebih terperinci

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam Gambar 4. Blok Plan Asrama UI Sumber : Survei Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam perawatan atau maintenance AC tersebut. Kamar untuk yang memakai AC merupakan kamar yang paling besar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 27 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Aspek Manusia 4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan Tabel 4.1 Analisa pelaku kegiatan No Pelaku Keterangan 1 Penghuni atau pemilik rumah susun Memiliki unit ataupun menyewa

Lebih terperinci

Perancangan Rumah Susun Buring 2 dengan Aspek Bioklimatik

Perancangan Rumah Susun Buring 2 dengan Aspek Bioklimatik Perancangan Rumah Susun Buring 2 dengan Aspek Bioklimatik Dian Dwianto 1, Beta Suryokusumo Sudarmo 2, Iwan Wibisono 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

EVALUASI BUKAAN PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK MENDAPATKAN KENYAMANAN VISUAL PADA RUANG PERKULIAHAN

EVALUASI BUKAAN PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK MENDAPATKAN KENYAMANAN VISUAL PADA RUANG PERKULIAHAN EVALUASI BUKAAN PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK MENDAPATKAN KENYAMANAN VISUAL PADA RUANG PERKULIAHAN Dwi Risky Febrian Dhini 1, M. Satya Adhitama 2 dan Jusuf Thojib 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan utama akibat pesatnya pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan utama akibat pesatnya pertumbuhan penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama akibat pesatnya pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya permintaan akan kebutuhan hunian. Masalah ini umumnya terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK APARTEMEN DAAN MOGOT CITY

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK APARTEMEN DAAN MOGOT CITY BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK APARTEMEN DAAN MOGOT CITY 3.1. Deskripsi Proyek Apartemen Daan Mogot City 1.1.1. Data Proyek Nama Proyek Lokasi Perencana Owner Pendanaan Harga Kontrak : Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

APARTEMEN DENGAN PENGGUNAAN SELUBUNG BANGUNAN SEBAGAI PENAHAN SINAR MATAHARI DI JAKARTA SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh

APARTEMEN DENGAN PENGGUNAAN SELUBUNG BANGUNAN SEBAGAI PENAHAN SINAR MATAHARI DI JAKARTA SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh APARTEMEN DENGAN PENGGUNAAN SELUBUNG BANGUNAN SEBAGAI PENAHAN SINAR MATAHARI DI JAKARTA SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh Alfonso Chandra - 1100022425 09 PAR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari tabel jumlah penduduk yang dilakukan dari Sensus Penduduk

Lebih terperinci

GEDUNG MULTI FUNGSI DI JAKARTA PUSAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. TUGAS AKHIR Semester Ganjil Tahun 2009/2010

GEDUNG MULTI FUNGSI DI JAKARTA PUSAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. TUGAS AKHIR Semester Ganjil Tahun 2009/2010 GEDUNG MULTI FUNGSI DI JAKARTA PUSAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Ganjil Tahun 2009/2010 Disusun Oleh: Nama: Luisa Oktameika Widiaputri NIM: 0900816120 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan 3.1.1 Rancangan Skematik Kawasan Tapak Dalam rancangan skematik kawasan tapak penulis mencoba menyampaikan bagaimana

Lebih terperinci

HOTEL KAPSUL DI TANAH ABANG JAKARTA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI

HOTEL KAPSUL DI TANAH ABANG JAKARTA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI HOTEL KAPSUL DI TANAH ABANG JAKARTA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI Harris Christanto, Albertus Galih Prawata, ST., M.Arch, Yanita Mila Ardiani, ST., MT Jurusan Arsitektur Binus University, Jalan KH Syahdan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. selatan bumi, posisi bumi terhadap matahari tidaklah tegak lurus, melainkan bergeser

BAB 2 LANDASAN TEORI. selatan bumi, posisi bumi terhadap matahari tidaklah tegak lurus, melainkan bergeser BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matahari Orbit bumi berbentuk elips dan apabila dilihat dari letak kutub utara dan selatan bumi, posisi bumi terhadap matahari tidaklah tegak lurus, melainkan bergeser sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Yogyakarta memiliki beberapa kekhasan diantaranya, sebagai kota pariwisata, kota budaya dan kota pendidikan. Sebutan kota pendidikan ditandai dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Perletakkan massa bangunan apartemen yang memperhatikan view yang ada, view yang tercipta kearah barat dan utara. Permasalahan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Apartemen yang akan dirancang adalah apartemen dengan berbagai klasifikasi, yakni: High-Rise Apartment. Apartemen dengan sistem beli atau ownership. Double-loaded

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 TUJUAN DAN SASARAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Grafik Daftar Tabel

DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Grafik Daftar Tabel i iii vi vii Bab I Pendahuluan 1 I.1. Latar Belakang Persoalan Perancangan 1 I.2. Pernyataan Persoalan Perancangan dan Batasannya 2 I.3. Metoda

Lebih terperinci

Pengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Pengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Pengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Putri Nabila Zatibayani 1, Agung Murti Nugroho 2, Herry Santosa 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012

APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 APARTEMEN SEWA DENGAN PEMANFAATAN AIR HUJAN DI KAWASAN GROGOL JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Lisa Chandra NIM : 1200981182

Lebih terperinci

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proyek Hunian atau tempat tinggal merupakan kebutuhan utama dan paling mendasar bagi manusia. Hunian dibutuhkan sebagai tempat dimana kita akan merasa nyaman dan aman

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HALAMAN JUDUL RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA

Lebih terperinci

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii ABSTRAKSI...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...xi BAB I 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.1.1 Isu Gempa

Lebih terperinci

Daftar Isi. Halaman Judul. Halaman Pengesahan. Catatan Dosen Pembimbing. Halaman Pernyataan. Prakata. Daftar gambar. Daftar Tabel.

Daftar Isi. Halaman Judul. Halaman Pengesahan. Catatan Dosen Pembimbing. Halaman Pernyataan. Prakata. Daftar gambar. Daftar Tabel. Daftar Isi Halaman Halaman Judul Halaman Pengesahan Catatan Dosen Pembimbing Halaman Pernyataan Prakata Daftar Isi Daftar gambar Daftar Tabel Abstract i ii iii iv v viii xii xiv xv Bab I Pendahuluan 1

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kantor yang

Lebih terperinci

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya Aisyah Adzkia Yuliwarto 1 dan Agung Murti Nugroho 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur/Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di Jakarta,sehingga Pemerintah sekarang ini tidak mampu menyediakan hunian secara semuanya. Adanya

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4. ANALISA DAN BAHASAN BAB 4. ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Rencana Kebutuhan Ruang Analisa rencana kebutuhan ruang dibuat dengan menentukan jenis-jenis ruang beserta luasannya, dengan mengacu kepada ketetapan standar. Seperti

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN DAN APARTEMEN DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Disusun Oleh: Nama : Selvi Febriane NIM :

PUSAT PERBELANJAAN DAN APARTEMEN DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Disusun Oleh: Nama : Selvi Febriane NIM : PUSAT PERBELANJAAN DAN APARTEMEN DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2008/2009 Disusun Oleh: Nama : Selvi Febriane NIM : 0900791742 JURUSAN ARSITEKTUR-

Lebih terperinci

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Apartemen Mahasiswa dalam Efisiensi Energi Orientasi bangunan ke arah Utara Selatan, sehingga memperkecil panas yang diserap bangunan. Gambar 78. Arah Gerak Matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi yang baik dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. ini merupakan proses yang sangat panjang dan melibatkan banyak pihak.

KATA PENGANTAR. ini merupakan proses yang sangat panjang dan melibatkan banyak pihak. KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-nya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Tugas Akhir ini dengan baik dan

Lebih terperinci