EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT"

Transkripsi

1 EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT Charleshan, Renhata Katili, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan Jl. K.H. Syahdan No.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, Telp. (62-21) , ABSTRACT This research explain the needed of hotel in Jakarta, many tourist come to here with many purpose so they need the living space for a while. The problem happend with the high consumption of energy on hotel, 51% of usage energy come from air conditioner in hotel, high radiation in Jakarta impact on micro temperature, radiation impact to the facade. Heat from radiation on wall can be reduce with using shading device like sun shading and double skin facade on facade, so the radiation not direct enter to the room. Research methode using the analysis of the highest radiation with ecotect analysis software and energy calculation using vasari. The result show that using of sun shading and double skin facade can reduce the solar radiation and reduce more energy. (C). Penelitian ini menjelaskan kebutuhan hotel di Jakarta, tingginya tingkat kedatangan wisatawan yang datang dengan berbagai tujuan sehingga di butuhkan hotel dengan jenis hotel bintang 4 di Jakarta khususnya Jakarta Barat. Permasalahan terjadi pada konsumsi energi yang besar pada bangunan hotel, penggunaan energi sebesar 51% pada penggunaan pendingin ruangan, tingginya radiasi di Jakarta menyebabkan naiknya suhu mikro. Panasnya radiasi matahari yang terkena dinding bangunan dapat dikurangi dengan menggunakan shading device seperti penggunaan sun shading dan double skin facade, sehingga radiasi yang terkena tidak langsung masuk ke dalam ruangan. Metode yang digunakan dengan menganalisa tingkat radiasi terbesar yang terkena sisi bangunan dengan menggunakan software ecotect dan kalkulasi energi dengan vasari. Hasil yang dicapai penggunaan sun shading dan double skin facade pada area yang banyak terkena paparan radiasi matahari dapat mengurangi radiasi matahari dan menghemat energi. (C). Kata kunci :Hotel, energi, shading device, sun shading, dan double skin facade. PENDAHULUAN Berkembangnya pertumbuhan pembangunan di Jakarta menimbulkan kebutuhan akan perancangan bangunan yang berkelanjutan, pembangunan yang mendukung tempat tinggal yang memadai untuk pemukiman manusia yang berkelanjutan bagi generasi sekarang dan masa depan. Pada perkembangan kehidupan saat ini dimana perubahan sikap dan pola konsumsi pada energi dalam desain bangunan dan lingkungan. Bangunan yang berkelanjutan dapat di capai dengan pemanfaatan energi yang inovatif, efisien, dan baik yang diperlukan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Perkembangan perekonomian di Jakarta menjadi faktor pendorong tumbuhnya pembangunan property di Jakarta. Pembangunan properti dengan cepat menyebar di Jakarta, berbagai gedung perkantoran, sentra bisnis, pusat perbelanjaan, hingga kawasan perumahan elit tumbuh dengan pesat di Jakarta. Hal ini memberikan dampak terhadap sektor pariwisata, dimana terjadi peningkatan kedatangan dengan berbagai tujuan, seperti keperluan bisnis atau tujuan wisata dari berbagai wisatawan mancanegara maupun lokal. Data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta menunjukkan, jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Jakarta setiap tahun mengalami kenaikan dalam lima tahun terakhir dengan tingkat peminatan yang tinggi pada hotel berbintang 4. Data Portal Resmi provinsi

2 DKI Jakarta menyatakan bahwa, wilayah Puri Indah merupakan salah satu dari 5 lokasi kawasan yang termasuk dalam kategori kawasan sentra primer di Jakarta Barat. Lokasi dengan sebuah area perkembangan yang pesat dibawah pengelolaan Lippo Group, Pondok Indah Group, dan Goldland Group. Berdasarkan perencanaan kawasan yang terdapat di wilayah Puri Indah, pada tahun 2020 akan dibangun kawasan terpadu yang mengintegrasikan hunian, landed penthouse, menara perkantoran, apartemen dan hotel berbintang. Wilayah Puri Indah berada di Jakarta yang dimana merupakan kawasan dengan iklim tropis.iklim tropis dengan ciri-ciri sinar matahari yang terik sepanjang tahun, kecepatan angin yang rendah, suhu udara dan kelembapan yang relatif tinggi dan adanya curah hujan sedang. Iklim tropis seperti Jakarta memperoleh banyak penyinaran matahari. Penyinaran matahari yang datang tidak hanya membawa sinar atau cahayanya tetapi juga besertakan radiasi yang terbawa. Radiasi matahari yang besar masuk kedalam bangunan menyebabkan suhu mikro sekitar bangunan menjadi naik, suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan penggunaan konsumsi energi semakin besar pada kebutuhan energi untuk pendingin ruangan. Berdasarkan fakta laporan ICASEA (International Copper Association Southeas Asia), diantara sepuluh negara ASEAN, Indonesia merupakan negara yang paling boros energi dan berada di peringkat pertama pengguna pendingin udara. Dari semua negara, Indonesia menggunakan pendingin udara sebesar 72% per tahunnya, artinya ketergantungan masyarakat Indonesia akan pendingin udara sangat besar, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang rata-rata hanya 30%. Seperti diketahui bahwa tarif dasar listrik nasional yang terus meningkat perlu untuk ditanggapi dengan serius. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), menegaskan bahwa kenaikan tarif listrik berdampak pada meningkatnya harga hingga 10%-20% di tahun Pada Buku Panduan Efisiensi Energi di Hotel (2005)menunjukkan bahwa grafik penggunaan energi terbesar dalam suatu operasional hotel berasal dari penggunaan pendingin ruangan AC. Dalam keterkaitannya dapat terlihat bahwa radiasi panas memungkinkan menyebabkan terjadinya kenaikan suhu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi radiasi matahari adalah dengan mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan melalui fasade bangunan sehingga dapat menurunkan penggunaan energi dengan penggunaan perangkat pereduksi matahari seperti shading device dan double skin facade.penyelesaian disain fasade harus dibuat tidak diseragamkan antara yang menghadap barat, timur selatan atau utara. Karena pada prisipnya deretan fasade yang menghadap ke barat dan ke selatan memiliki permasalahan yang berlainan apabila dilihat dari aspek lintasan matahari. (Sukawi : 2010). Shading adalah sebuah metode untuk menghalau radiasi matahari sebelum masuk ke dalam bangunan pada area yang beiklim tropis. penggunaanbrise soleil di Rio de Janeio. penggunaan solar shading dapat mengurangi suhu untuk mencapai kenyamanan thermal dan mengurangi masalah pada lingkungan terhadap konsumsi energi yang besar (Arif : 2013). Penggunaan double skin facade yang telah banyak diterapkan dalam berbagai proyek penelitian salah satunya di bangunan beriklim panas. Penerapan pada berbagai proyek yang berbeda seperti perkantoran dan hotel. Pada penelitian terhadap proyek tersebut double skin facade cukup berhasil menurunkan suhu radiasi matahari dari luar ke dalam bangunan. (Meyer: 2012). Kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mencoba meneliti dengan menggabungkan penggunaan sun shading dan double skin façade sebagai suatu cara untuk mereduksi radiasi matahari dan mengurangi penggunaan energi pada pendingin ruangan. METODE PENELITIAN Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan melakukan uji coba terhadap desain pada massa bangunan, shading device, dan double skin facade. Hal ini ditujukan untuk mencari alternatif-alternatif terbaik yang tepat untuk dapat diterapkan dalam menjawab persoalan arsitektur, manusia, dan lingkungan. Penulis mengumpulkan datadengan melakukan pengamatan dan observasi pada tapak, lokasi tapak dan sekitar kawasan tapak di Puri Indah Jakarta Barat, berbagai potensi yang terdapat pada tapak.mencari orientasi bangunan yang paling baik, dengan memasukkan data dari tapak (data iklim) pada software ecotect dan archicad.menganalisa dan mensimulasi radiasi matahari terbanyak pada tapak dengan menggunakan softwareecotect dan archicad.melakukan analisa dengan vasari untuk menunjukkan energi yang dihasilkan dengan dan tanpa shading device dan double skin façade serta studi banding terhadap proyek sejenis. Proses penelitian dilakukan dengan tahap mengumpulkan literatur mengenai hotel bintang 4, data radiasi matahari pada tapak.membuat gubahan massa yang berdasarkan pertimbangan faktor manusia (kebutuhan ruang-program ruang), lingkungan (faktor tapak dan lingkungan sekitar), dan bangunan dengan menggunakan software Sketchup 2013.Menganalisa pembayangan untuk memperoleh bentuk dan jenis shading device yang akan digunakan pada fasad dinding hotel dengan menggunakan software Ecotect Analysis 2011 dan Archicad dengan memasukkan titik kordinat di Puri

3 Indah Jakarta Barat.Memasukkan tanggal dan bulan untuk menganalisa posisi matahari yang mempengaruhi radiasi si matahari terhadap bangunan.menentukan radiasi matahari terbesar yang akan ditempatkan shading device dan double skin façade. Menentukan unit-unit unit kamar hotel yang akan di jadikan sampel simulasi radiasi, kamar pada hotel yang menghadap sisi bagian yang memperoleh banyak radiasi matahari.menggunakan ukuran shading yang paling optimal untuk mengurangi radiasi.menganalisa energi dengan terlebih dahulu membuat gubahan masa, dan menentukan sampel ruangan dan jendela untuk menempatkan shading device dan double skin façade dengan penggunaan software Vasari. Hasil akhir dengan menarik m kesimpulan dari hasil analisa. HASIL DAN BAHASAN Analisa Gubahan Massa 1 2 Gambar 1 Gubahan Massa 1 dan 2 1. Massa bangunan berbentuk persegi panjang hanya menjawab analisa matahari yang lebih sedikit terkena radiasi matahari, tetapi belum menanggapi analisa faktor lainnya. 2. Bentuk menjawab analisa matahari dan angin yang datang dari sisi barat laut dengan mengalirkan angin ke dalam bentuk fasad, tetapi pertimbangan faktor fa lain belum diperhitungkan. 3 4 Gambar 2 Gubahan Massa 3 dan 4

4 3. Bentuk massa bangunan menjawab persoalan radiasi matahari dari barat, angin dari barat laut dan timur laut tetapi belum menjawab analisa view dan kebisingan. 4. Massa bangunan cukup efektif untuk mengatasi analisa radiasi matahari barat, menangkap atau memperangkap angin dari barat laut, timur laut, dan selatan. Bentuk menjawab masalah kebisingan dari arah barat yang terdapat pedagang kaki lima, dan analisa view atau pandangan juga terjawab dengan bagian selatan tapak menghadap jalan tol sehingga dari segi komersial cukup menjual bangunan hotel. (Privat) : area unit kamar hotel dan ruang pendukung lainnya. (Semi Publik) : area meeting room, ballroom, dan ruang lainnya (Publik): area front of house, restoran, fasilitas, dan ruang lainnya (Servis) : area back of house, service, dan basement. Gambar 3 Gubahan Massa Hotel Simulasi pembayangan bangunan sekitar pada pukul Pada tanggal 23 Maret terlihat bahwa pembayangan sedikit terjadi pada sisi timur tapak oleh bangunan apartment St. Moritz sehingga pembayangan untuk fasad tidak terlalu diperlukan pada area timur tapak Gambar 4 Perlintasan Matahari pada 23 Maret Pada tanggal 21 Juni terlihat bahwa pembayangan hanya melewati bagian barat daya tapak pada sisi timur bangunan, sedangkan pada bagian utara, barat, dan selatan tapak tidak mendapatkan pembayangan dari bangunan sekitar. Gambar 5 Perlintasan Matahari pada 21 Juni Pada tanggal 23 September terlihat bahwa pembayangan sedikit mengenai bagian timur tapak. Bagian utara, selatan, dan barat tapak tidak mendapatkan pembayangan dari bangunan sekitar.

5 Gambar 6 Perlintasan Matahari pada 23 September Pada tanggal 22 Desember terlihat bahwa pembayangan dari arah timur tidak mengenai tapak dan bangunan tidak mendapatkan pembayangan, bagian selatan, barat, dan utara tidak mendapatkan pembayangan. Gambar 7 Perlintasan Matahari pada 22 Desember Kesimpulan Analisis menunjukkan bahwa pada bagian utara, barat, dan selatan tapak sangat minim mendapatkan pembayangan dari bangunan sekitar. Tetapi pada bagian timur sedikit terkena pembayangan dari apartment St. Moritz, potensi radiasi matahari terbesar adalah datang dari arah barat, utara, dan selatan. Tetapi bagian barat merupakan bagian yang paling panas menerima radiasi, sehingga pada bagian ini menjadi fokus untuk digunakannya shading device berupa double skin fasade.. Pada bagian utara dan selatan tapak ta akan menggunakan sun shading. Pada gambar 4.16 dibawah ini merupakan simulasi bagian timur fasad yang terkena sinar radiasi matahari pagi jam dan jam 10:00 pada 23 Maret, 21 Juni, 23 September, dan 22 Desember. Tabel 1 Radiasi arah timur Timur 23 Maret 08:00 10:00 21 Juni 08:00 10:00

6 23 September 08:00 10:00 22 Desember 08:00 10:00 Kesimpulan : Hanya matahari pagi pada 23 Maret dan 21 Juni pada jam 8 pagi yang membawa radiasi matahari yang cukup besar pada bagian tower, sedangkan bagian podium radiasi tidak terlalu besar, sehingga pada area ini cukup menggunakan sun shading. Tabel 2 Radiasi bagian barat Barat 23 Maret 14:00 16:00 21 Juni 14:00 16:00

7 23 September 14:00 16:00 22 Desember 14:00 16:00 Kesimpulan : Matahari siang 14:00-16: 16:00 pada 23 Maret dan 23 September membawa radiasi yang cukup besar pada bagian tower maupun podium. Pada 22 desember matahari siang 14:00-16:00 ikut membawa radiasi, tetapi tidak terlalu besar. Pada area yang terkena radiasi besar ini akan menggunakan double skin facade guna mengurangi sisi bangunan yang terkena radiasi matahari secara langsung. Hasil Analisa Radiasi : Terlihat bahwa sinar matahari barat sangat mendominasi datangnya radiasi terhadap tower dan podium bangunan, angka hasil simulasi menunjukkan bahwa radiasi tinggi yaitu berwarna merah sampai kuning yang terkena kulit bangunan berkisar antara Wh /m 2. Analisa Radiasi Matahari BULAN MINGGU HARI JAM Gambar 8Radiasi matahari pada tapak Puri Indah Jakarta

8 Analisa Radiasi pada jendela di 4 sisi fasad lantai 7 Radiasi dan Cahaya pada jendela Timur Radiasi dan Cahaya pada jendela Utara Radiasi dan Cahaya pada jendela Selatan Radiasi dan Cahaya pada jendela Barat Gambar 9Radiasi matahari pada jendela Kesimpulan : Jendela Barat : Bagian barat terkena matahari penuh dari Januari-Desember pada pukul 12:00-18:00 Jendela Timur :Bagian timur terkena matahari penuh dari Januari-Desember pada pukul 06:00-12:00 Jendela Utara : Bagian Utara terkena matahari sebagian dari Maret-September pada pukul 06:00-18:00 Jendela Selatan :Bagian Selatan terkena matahari sebagian dari Januari-Maret dan Oktober-Desember pada pukul 06:00-18:00 Pada bagian yang menghadap Utara, Timur, dan Selatan memperoleh radiasi matahari sehingga area ini perlu di terapkan sun shading, sedangkan pada sisi Barat terkena radiasi matahari yang lebih besar dan lama sehingga di perlukan double skin facade untuk mengurangi radiasi yang masuk ke dalam ruangan.

9 LANTAI 7 UTARA Tabel 3 Radiasi pada lantai 7 sisi utara NO. BULAN TANPA SHADING SUN SHADING MARET JUNI SEPTEMBER DESEMBER TIMUR Tabel 4 Radiasi pada lantai 7 sisi timur NO. BULAN TANPA SHADING SUN SHADING MARET JUNI SEPTEMBER DESEMBER SELATAN Tabel 5 Radiasi pada lantai 7 sisi selatan NO. BULAN TANPA SHADING SUN SHADING MARET JUNI SEPTEMBER DESEMBER BARAT Tabel 6 Radiasi pada lantai 7 sisi barat NO. BULAN TANPA SUN SHADING SHADING MARET JUNI SEPTEMBER DESEMBER DOUBLE SKIN FACADE Kesimpulan : Hasil analisa unit kamar pada lantai 7 dengan 4 perlintasan pergerakan matahari menunjukkan bahwa jendela pada sisi yang menghadap utara, selatan, dan timur yang diberikan sun shading menunjukkan terjadinya penurunan radiasi dan jendela pada sisi yang menghadap sisi barat atau dominan radiasi apabila di terapkan double skin facade dapat menurunkann radiasi yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Analisa Sun Shading dan Double Skin Facade terhadap Energi TanpaSun Shading-Double Skin FacadeDengan Sun Shading 50cm-Double Skin Facade Sun Shading yang digunakan dengan lebar 50cm berdasarkan hasil analisa yang dilakukan terhadap 4 perbandingan (30cm, 40cm, 50cm, dan 60cm) yang terdapat pada halaman lampiran. Ukuran 50cm sebagai shading yang lebih efektif terhadap pengurangan konsumsi energi.

10 Gambar 10 Analisa Energi Gambar 11 Analisa Energi Listrik Penggunaan listrik = 176 kwh/yr Biaya = $ Penggunaan listrik = 150 kwh/yr Biaya = $ Gambar 12 Analisa Energi AC Energi Listrik = $ Energi Listrik = $ Gambar 13 Analisa Penggunaan Energi Beban pendingin bulanan : Minimum = MJ Beban pendingin bulanan : Minimum = MJ

11 Maksimum = MJ Maksimum = MJ Kesimpulan : Hotel dengan penggunaan shading device dan double skin facade menunjukkan dapat terjadinya potensi penghematan energi dari pada tanpa menggunakan shading device dan double skin facade. Berikut ini adalah bentuk shading device dan double skin facade yang akan digunakan dalam perancangan hotel ini. SIMPULAN DAN SARAN Hotel yang cocok untuk dibangun di daerah Puri merupakan hotel berbintang, yaitu hotel berbintang 4.Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan maka bagian barat tapak merupakan bagian dengan penyinarann matahari dominan.area barat tapak menghasilkan radiasi sebesar 272 Wh /m2 sedangkan pada area timur tapak menghasilkan radiasi sebanyak 244,3 Wh /m 2.Penggunaan double skin fasade dapat diterapkan pada sisi barat tapak untuk mengurangi radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan.sedangkan pada bagian timur, utara, dan selatan tapak dapat memanfaatkan shading device seperti sun shading untuk mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan.hasil penggunaan shading device dan double skin facade menunjukkan bahwa intensitas penggunaan energi dapat berkurang dari 176 kwh/sm/yr menjadi 150 kwh/sm/yr. Perancangan dengann memperhatikan arah radiasi matahari sangat diperlukan dalam menentukan orientasi bangunan, karena orientasi bangunan sangat berkaitan dengan organisasi ruang didalamnya.daerah barat merupakan potensi penghasil energi radiasi terbesar.area privat dapat di tempatkan pada sisi memanjang yang menghadap arah utara dan selatan, sedangkan area servis dapat ditempatkan sebagian di area barat dan timur tapak.penggunaan double skin facade untuk area yang terkena perolehan radiasi yang besar. REFERENSI Gambar 14Shading Device Arif, M. (2013). Corbusier s Solar Shading Strategy for Tropical Environment:A Sustainable Approach. JARS 10. Meyer, T. (2012). Hot Climate Double Façades: Avoiding Solar Gain. Facade tectonics journal: Volume 14. Sukawi. (2010). Kaitan Desain Selubung Bangunan Terhadap Pemakaian Energi Dalam Bangunan. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi. RIWAYAT PENULIS Charleshanlahir di kota Jakarta pada tanggal 28 juli Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Arsitektur pada tahun 2014.

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya perekonomian di Jakarta menjadi faktor pendorong tumbuhnya pembangunan properti, khususnya di Jakarta. Pembangunan properti dengan cepat dan menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian kali ini dengan cara survey. Survey dilakukan untuk mendapat data mengenai: Keadaan tapak. Data lingkungan keadaan sekitar tapak. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban Pendinginan Gambar 58. Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 59. Massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel menjadi salah satu solusi tempat sementara seseorang/kelompok untuk menginap selama mereka pelakukan keperluannya di daerah/kota tersebut. Tidak heran di jaman

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi proyek hotel bisnis di Kuningan, Jakarta Selatan ini adalah kebutuhan akomodasi di kawasan bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

Strategi Double Skin Façade pada Apartemen di Surabaya

Strategi Double Skin Façade pada Apartemen di Surabaya Strategi Double Skin Façade pada Apartemen di Surabaya Rifky Kurniansyah 1, Agung Murti Nugroho 2, Indyah Martiningrum 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kantor yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif. BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Orientasi Massa Bangunan Bagian massa bangunan apartemen menghadap arah utara-selatan sedangkan massa bangunan pusat perbelanjaan berbentuk masif dan mengarah ke dalam.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuanitatif yang akan menggunakan dua jenis data, yaitu data primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan nasional dewasa ini merupakan usaha terpadu yang diharapkan pemerintah dapat meningkatkan devisa negara setelah sector migas, disamping memperkenalkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii v vi viii xi xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

HOTEL TRANSIT DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU PADA FASADE BANGUNAN DI CENGKARENG JAKARTA BARAT

HOTEL TRANSIT DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU PADA FASADE BANGUNAN DI CENGKARENG JAKARTA BARAT HOTEL TRANSIT DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU PADA FASADE BANGUNAN DI CENGKARENG JAKARTA BARAT Dea A Kartika, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta dea.adelina@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber :  diakses tanggal 2 Oktober 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam perancangan akhir ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan angka angka, dengan jenis penelitiannya

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek, baik itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Banyak sekali

Lebih terperinci

Pasar Seni Parangtritis Dengan Pendekatan Fungsi Ruang dan Hemat Energi untuk Mencapai Kenyamanan Termal Melalui Pendinginan Pasif

Pasar Seni Parangtritis Dengan Pendekatan Fungsi Ruang dan Hemat Energi untuk Mencapai Kenyamanan Termal Melalui Pendinginan Pasif DAFTAR ISI Judul i Halaman Pengesahan ii Catatan Dosen Pembimbing iii Pernyataan Keaslian iv Prakata v Daftar Isi vii Daftar Gambar x Daftar Tabel xi Abstrak xvi BAB I PENDAHULUAN 11 Judul 1 12 Latar Belakang

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI Muhammad, Nina Nurdiani, Widya Katarina Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi kawasan superblok

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Green Architecture (Materi pertemuan 7) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PRINSIP-PRINSIP GREEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek Di ibukota Jakarta, penduduknya lebih banyak adalah para pendatang dari luar daerah Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR

OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR Ricky Suriyanto, Renhata Katili, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan no.9 Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Daerah khusus Ibukota Jakarta adalah Ibukota negara Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Daerah khusus Ibukota Jakarta adalah Ibukota negara Indonesia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah khusus Ibukota Jakarta adalah Ibukota negara Indonesia yang merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Kota Jakarta terletak

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang dipilih pada proyek adalah Efisiensi Energi karena tipologi dalam sumber dari daftar pustaka sebelumnya buku Metric Planing and Design Data (David Atler,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proyek Hunian atau tempat tinggal merupakan kebutuhan utama dan paling mendasar bagi manusia. Hunian dibutuhkan sebagai tempat dimana kita akan merasa nyaman dan aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang I.I.1 Latar Belakang Proyek Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya pada daerah Kota Jakarta meningkat pesat, Seiiring dengan itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata

Lebih terperinci

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Nugraha Putra Hutama 1, Heru Sufianto 2, Ary Dedy Putranto 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya!

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya! KonsepArsitekturEkologiPadaPendidikan PariwisataRedIslanddiBanyuwangi AgusMujahidAnshori 1,ChairilBudiartoAmiuza 2,WasiskaIyati 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya 2DosenJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori

Lebih terperinci

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA Tri Mardiyanti, Suparno, Hari Yuliarso Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Email : mardi.ab18@gmail.com Abstract:.

Lebih terperinci

HOTEL BINTANG LIMA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN

HOTEL BINTANG LIMA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN HOTEL BINTANG LIMA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN Bernadete Monica Binus University Jl. K.H.Syahdan No.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480 Telp. (62-21)5345830, 5350660

Lebih terperinci

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Topik dan Tema Berdasarkan statistik yang ada, Indonesia kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( ) SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Urban di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama terjadi pada kota-kota besar dan yang utama adalah Jakarta yang juga merupakan ibukota

Lebih terperinci

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION TUGAS AKHIR PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION ARSITEKTUR HIJAU DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR STRATA-1 SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR DISUSUN OLEH : IMAM ZULFIKAR FAJRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Saat ini kebutuhan akan tempat tinggal di Jakarta semakin meningkat. Seiring dengan berjalannya pembangunan, terjadi pula pengurangan lahan

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. (0951010024) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL

ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL Fadhil Muhammad Kashira¹, Beta Suryokusumo Sudarmo², Herry Santosa 2 ¹ Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi peningkatan jumlah penduduk. Menurut data sensus BPS, meskipun jumlah penduduk Jakarta 8,38

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di Jakarta,sehingga Pemerintah sekarang ini tidak mampu menyediakan hunian secara semuanya. Adanya

Lebih terperinci

HOTEL BINTANG LIMA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR

HOTEL BINTANG LIMA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR HOTEL BINTANG LIMA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Menempuh

Lebih terperinci

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin G105 Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin Abdun Nasir dan Wahyu Setyawan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar dalam suatu perguruan tinggi dibutuhkan suatu suasana dan lingkungan yng mendukung.

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

Daftar Isi. Halaman Judul. Halaman Pengesahan. Catatan Dosen Pembimbing. Halaman Pernyataan. Prakata. Daftar gambar. Daftar Tabel.

Daftar Isi. Halaman Judul. Halaman Pengesahan. Catatan Dosen Pembimbing. Halaman Pernyataan. Prakata. Daftar gambar. Daftar Tabel. Daftar Isi Halaman Halaman Judul Halaman Pengesahan Catatan Dosen Pembimbing Halaman Pernyataan Prakata Daftar Isi Daftar gambar Daftar Tabel Abstract i ii iii iv v viii xii xiv xv Bab I Pendahuluan 1

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perancangan 4.1.1. Konsep Desain Hotel Convention ini memiliki konsep yang berintegritas dengan candi prambanan yang iconik, serta dapat mengedukasikan bagi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

GEDUNG SEKRETARIAT ASEAN

GEDUNG SEKRETARIAT ASEAN TUGAS AKHIR GEDUNG SEKRETARIAT ASEAN (ARSITEKTUR HEMAT ENERGI) DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR STRATA-1 SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR DISUSUN OLEH: DEVITA INDAH PUTRI ANGKATAN

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Kegiatan. Konsep perancangan kegiatan dalam Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu

Lebih terperinci

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN Laporan Perancangan Arsitektur Akhir The Green Residential Tropical & Resort Architecture BAB V HASIL RANCANGAN V.1. Analisa V.1.1. Zoning Vertical Gambar V. 1. Zoning Vertical Sumber: Hasil Analisa Bangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar. 1. Transit Hub

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar.  1. Transit Hub BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 1. Transit Hub Sebuah kesatuan fungsi bangunan yang terdiri atas beberapa moda transportasi dan program ruang yang mencoba merangkum dan menghasilkan kepadatan pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kawasan Tanah Abang, merupakan wilayah yang padat di Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Di samping padat akan pemukiman penduduknya, Tanah Abang adalah kawasan bisnis

Lebih terperinci

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK Fahmy Desrizal Mahdy, Riva Tomasowa, Wiyantara Wizaka Unversitas Bina Nusantara, Jln K.H Syahdan no 9, Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar dan kecil. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) posisi Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. besar dan kecil. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) posisi Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.487 pulau besar dan kecil. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) posisi Indonesia terletak pada koordinat 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bali merupakan pulau kecil yang dikelilingi pantai, Kuta sendiri merupakan salah satu daerah wisata favorit di Bali, menjadikan kuta salah satu daerah terpadat di Bali

Lebih terperinci

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Berdasarkan sensus, Jakarta merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat yaitu 8.509.170 jiwa (Dinas Kependudukan dan catatan Sipil 2008). Tingginya tingkat

Lebih terperinci