BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang perekonomian dan pemerintahan sehingga Jakarta pun menjadi sebuah kotametropolis dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Namun, jumlah penduduk yang semakin tinggi serta kebutuhan akan ruang beraktivitas yang semakin meningkat tidak seimbang dengan jumlah lahan yang ada. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015 Masalah semakin meningkatnya jumlah penduduk secara tidak langsung juga meningkatkan kebutuhan masyarakat akan hunian. Semakin sempitnya lahan di Jakarta menyebabkan tidak memungkinkannya membangun hunian dalam jumlah banyak secara horisontal, sehingga saat ini para pengembang mulai berlomba-lomba untuk membangun unit-unit hunian yang disusun secara vertikal, salah satunya ialah apartemen. Apartemen adalah salah satu pilihan dari pelaku bisnis ketika menginginkan keefisienan dalam bidang pekerjaan. Hal ini muncul ketika perjalanan bisnis makin terkendala oleh kemacetan lalu lintas pada akhir-akhir ini. Apartemen terdiri dari 1

2 2 beberapa unit yang disusun ke atas dan tidak akan memakan lahan yang luas untuk pembangunannya. Selain itu apartemen dapat menampung banyak orang untuk tinggal di dalam satu bangunan, dibandingkan dengan rumah tinggal, efisiensi lahan untuk bangunan apartemen jauh lebih berhasil. Karena itu apartemen dapat dikategorikan sebagai solusi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal di Jakarta. Banyaknya penduduk kota saat ini sebagian besar bergantung pada sumber energi non-renewable yang dapat menyebabkan perubahan iklim, polusi udara dan masalah kesehatan lingkungan dan manusia, dan mungkin merupakan ancaman serius terhadap sustainable development. Sustainable production and energy use dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan efisiensi energi, dengan cara seperti kebijakan harga, penggantian bahan bakar, energi alternatif, angkutan umum, dan kesadaran masyarakat. Pemukiman manusia dan kebijakan energi harus aktif dikoordinasikan. (Un Document, 1996) Salah satu komponen dalam sustainable architecture yaitu pencahayaan alami menjadi fokus pada penelitian ini karena kebutuhan pencahayaan setiap ruang berbeda-beda bergantung pada jenis aktivitas yang terjadi di dalamnya. Cahaya matahari merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat berlimpah di Indonesia. Sebagai negara yang melintang dari barat sampai ke timur di bawah garis khatulistiwa, negara ini sangat kaya akan energi yang dihasilkan oleh matahari. Kondisi geografis ini pula yang membawa pada stabilnya cahaya matahari yang diterima seluruh wilayah di Indonesia sepanjang tahun. Secara astronomis Indonesia terletak diantara 6 LU dan 11 LS. Berdasarkan letak astronomis tersebut, Indonesia termasuk kedalam daerah tropis dan mempunyai suhu rata-rata umumnya dapat mencapai 35 C (Talarosha 2005). Menurut William M.C Lam, (1986) pemanfaatan sinar matahari yang terbaik, tidak hanya untuk efisiensi energi dan menjaga agar biaya listrik tidak meningkat, tapi yang lebih utama adalah untuk membuat nyaman, lingkungan yang bercahaya menyenangkan bagi penghuninya. Untuk itu, dalam pemanfaatan sinar matahari harus diberikan prioritas tertinggi. Aktivitas apartemen pada umumnya tidak dapat menggunakan pencahayaan alami secara maksimal karena bukaan yang besar pada apartemen menyebabkan timbulnya kesilauan (intensitas cahaya yang berlebih) sehingga mengganggu

3 3 kenyamanan visual dan ada juga yang bukaannya sedikit sehingga menyebabkan gelap. Berdasarkan hasil survey dari beberapa apartemen, umumnya ruang-ruang di unit apartemen yang sering mengalami gangguan visual ialah ruang tidur dan ruang keluarga. Hal tersebut dikarenakan intensitas cahaya yang masuk kedalam ruangan tidak sesuai dengan standar kebutuhan cahaya yang diperlukan, hal ini juga disebabkan oleh besarnya bukaan jendela pada ruang-ruang tersebut. Seperti contoh kasus pada ruang tidur yang terdapat di Apartemen Cinere Bellevue Suites, dengan ukuran ruang tidur 3m x 5m angka yang ditunjukan pada lux meter mencapai 734 lux. Terlihat pada foto yang diambil, cahaya yang tertangkap sangat menyilaukan mata. Gambar 2. Ruang Tidur pada Apartemen Cinere Bellevenue Contoh kasus kedua pada ruang tidur yang terdapat di Apartemen Lavande Residences, dapat dilihat pada gambar, dengan ukuran ruang tidur 3m x 4m intensitas cahaya yanag masuk kedalam ruangan sangat tinggi, hingga mencapai 670 lux dimana kondisi seperti ini membuat mata silau. Gambar 3. Ruang Tidur pada Apartemen Lavande Residences

4 4 Untuk menyiasati permasalahan tersebut banyak apartemen yang mengendalikan bukaan jendela untuk mengurangi intensitas cahaya berlebihan yang masuk kedalam ruangan pada tiap unit apartemen agar sesuai dengan tingkat kenyaman visual. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri, dalam pemanfaatan pencahayaan alami ini memiliki kendala tersendiri. Salah satunya tidak stabilnya intensitas cahaya matahari. Oleh karena itu, pencahayaan buatan tentunya masih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan penerangan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana menciptakan desain bentuk dan bukaan jendela pada ruang tidur di unit apartemen yang dapat mempertimbangkan intensitas cahaya yang masuk kedalam ruangan agar sesuai dengan kenyamanan visual? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Menentukan solusi desain bentuk dan bukaan dalam mengoptimalkan pencahayaan alami guna tercapainya kenyamanan visual pada unit apartemen di Cilandak, Jakarta Selatan Merancang unit-unit apartemen yang dapat mempertimbangkan terhadap kebutuhan intensitas cahaya untuk mencapai kenyamanan visual sesuai jenis aktivitas di dalamnya. Merancang hunian yang sesuai dengan standar kenyamanan visual terhadap pencahayaan alami dalam unit hunian apartemen Merancang hunian yang beradaptasi sesuai dengan iklim tropis dan menghasilkan hunian yang hemat energi dengan mengoptimalkan pencahayaan alami.

5 5 1.4 Ruang Lingkup 1. Ruang Lingkup Penelitian Lingkup pembahasan dalam laporan tugas akhir ini yaitu berfokus pada desain apartemen yang mengoptimalkan pencahayaan alami agar tercapainya kenyamanan visual didalam unit hunian apartemen. Menentukan solusi desain dengan : Mencari tahu standar kenyaman visual di dalam unit hunian apartemen di Cilandak, Jakarta Selatan Mencari besar bukaan dari luas ruang yang sesuai untuk mendapatkan pencahayaan yang optimal bagi unit apartemen sesuai standar kebutuhan lux yang ada. Menentukan orientasi massa bangunan berdasarkan garis lintasan matahari Memasukkan cahaya alami ke dalam bangunan Mengontrol cahaya yang masuk 2. Ruang Lingkup Wilayah Studi Tapak yang akan digunakan terletak pada Jalan Pangeran Antasari, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Kotamadya Jakarta Selatan. Tapak ini terletak berdekatan dengan Alamanda Tower, Talavera Office, dan juga Cilandak Town Square. Tapak ini memiliki luasan total sebesar m² (1,4ha). Tapak yang digunakan adalah tapak dengan luasan terbesar, dikarenakan fungsi bangunan yang akan dibangun membutuhkan luasan yang besar, selain itu bentuk tapak menjadi suatu tantangan dalam mendesain, serta letak tapak yang dekat dengan jalan utama merupakan suatu keuntungan tersendiri. Tapak tersebut memiliki regulasi sebagai berikut: Luas lahan : m 2 KDB : 30 % KLB : 3,5 KB : 24 Lantai Menurut Sosialisasi RDTR DKI Jakarta, lahan tersebut diperuntukkan sebagai perumahan vertikal yang memiliki KDB rendah, berdasarkan regulasi tapak yang ada, lingkup perancangan difokuskan pada area lahan yang diperuntukkan untuk apartemen dengan pengoptimalan pencahayaan alami.

6 6 1.5 Tinjauan Pustaka Gambar 4. Peta Wilayah Studi Berikut ialah tabel dari beberapa jurnal dari penelitian yang sama : Tabel 1. State of the art No. Judul Penelitian Jurnal Penulis Pembahasan 1 Pengaruh Bukaan Terhadap Pencahayaan Alami Bangunan Tropis Indonesia 2 Kajian Optimasi Pencahayaan Alami pada Ruang Perkuliahan ( Studi Kasus Ruang Kuliah Jurusan Arsitektur FT UNDIP ) 3 Utilization of Natural Daylight in Office Buildings 4 Optimasi Distribusi Pencahayaan Alami Terhadap Kenyamanan Visual pada Toko Oen di Kota Malang Group Teknik Arsitektur Volume 7 : Desember 2013 LANTING Journal of Architecture, Volume 2, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 1-8 ISSN International Journal of Smart Grid and Clean Energy, vol. 2, no. 2, May 2013 Jurnal Intra Vol. 1, No. 2, (2013) 1-10 Syahriana Syam, Syarif Beddu & M. Sulaiman Syawal Sukawi dan Agung Dwiyanto Hongbing Chen dan Ping Wei Andrew Setiawan Pengaturan sistem daylight pada tiaptiap ruang dalam bangunan wisma Kuwera sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen bangunan termasuk orientasi bangunan, bentuk fasade bangunan, tipe dan ukuran bukaan, permainan sudut pada bagian atap ataupun dinding, material, tekstur dan warna Optimasi pencahayaan alami dapat dilaksanakan dengan memperhatikan arah orientasi bangunan, pertimbangan dalam memilih material selubung bangunan, membuat modifikasi struktur untuk mekanisme pemantulan, pembayangan dan penyaringan cahaya dan radiasi matahari Fakto-faktor yang terkait dengan penghematan energi pada gedung kantor, salah satunya ialah transmisi kaca Agar distribusi cahaya dapat efektif diperlukan reflektor, baik berupa dinding, lantai, dan langit-langit Pewaratan mempengaruhi keoptimalan dan keefektifan distribusi cahaya

7 No. Judul Penelitian Jurnal Penulis Pembahasan 5 The Use of Journal of C. Rancangan bukaan dan pemilihan Natural Lighting Science and Koranteng, warna pada bangunan mempengaruhi in Student s Technology, Vol. B. Simons dalam pemanfaatan pencahayaan Hostels : A Case 32, No. 3 (2012), and J. alami. Pemanfaatan pencahayaan Study of Ayeduase, pp Nkrumah alami yang buruk, dapat menyebabkan A Suburb of beberapa gangguan kesehatan. Kumasi, Ghana. 7 Kesimpulan Dari 5 jurnal diatas, diketahui bahwa optimalisasi pencahayaan alami sudah banyak diteliti dan diterapkan dalam bangunan. Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dan mempengaruhi optimalisasi pencahayaan alami pada bangunan, yakni berupa arah orientasi bangunan, bukaan, reflektor ( dinding, lantai, platfon ). Variable tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan simulasi dengan software ecotech yang nantinya berhubungan dengan modifikasi arsitektur yang akan diterapkan pada bangunan. Sehingga kenyamanan visual pada bangunan dengan pemanfaatan pencahayaan alami dapat tercapai.

8 8